Anda di halaman 1dari 96

RULINOVIANSAH

4 out of 5 dentists recommend this WordPress.com site


Menu
Skip to content
 Home
 About
prosedur tindakan BAB dan BAK
 DECEMBER 6, 2012  BY RULINOVIANSAH
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Eliminasi produk pencernaan yang teratur merupakan aspek yang penting untuk
fungsi normal tubuh. Perubahan eliminasi dapat menyebabkan masalah pada
gastrointestinal dan sistem tubuh lainnya, karena fungsi usus bergantung pada
keseimbangan beberapa faktor pola dan kebiasaan eliminasi berfariasi diantara
individu namun telah terbukti bahwa pengeluaran feses yang sering dalam
jumlah besar dan karakteristiknya normal biasanya berbanding lurus dengan
rendahnya insiden kangker kolesterol (Robinson dan Weigley,1989).
Untuk menangani masalah eliminasi perawat harus memahami eliminasi
normal dan faktor-faktor yang meningkatkan atau menghambat eliminasi.
Asuhan kaperawatan yang mendukung akan menghormati privasi dan
kebutuhan emosional klien. Tindakan yang dirancang untuk meningkatkan
eliminasi normal juga harus meminimalkan rasa ketidak nyamanan.
Kebanyakan orang yang masuk rumah sakit dapat buang air kecil bila perlu.
Sebagian mempunyai kebiasaan buang air kecil sebelum makan dan
memanfaatkan refleks gastrokolik untuk buang air besar setelah makan
(pagi,siang atau malam). Setiap orang mempunyai frekuensi buang air kecil
dan besar yang berbeda-beda dan merupakan hal yang normal untuknya.
Sebagian percaya akan pengaruh jelek yang ditimbulkan karena menahan
buang air kecil dan konstipasi.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan judul makalah yang kami susun dengan judul ’’membantu klien
bab diatas tempat tidur’’,maka kami memberikan batasan masalah yaitu
mengetahui bagaimana aspek membantu klien bab pada pria maupun
wanita,serta hal-hal yang perlu di perhatikan saat melakukan tindakan
membantu klien bab.

1.3 Tujuan penelitian

Dengan penulisan makalah ini dapat menjadi bahan Acuan bagi kita semua
sebagai Mahasiswa kesehatan dalam proses pembelajaran membantu klien bab
pada pasien pria dan wanita dengan tepat dan benar sesuai dengan teknik dan
prosedur yang sesuai.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Membantu pasien yang hendak buang air besar atau buang air kecil ( BAB /
BAK ) di atas tempat tidur dengan menggunakan pispot.
Pispot adalah alat bantu yang digunakan untuk membantu pasien pada waktu
buang air besar dan buang air keci ditempat tidur, karena pasien tidak
melakukannya sendiri.
Proses Buang Air Besar (DEFEKASI)
Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut buang air besar.
Terdapat dua pusat yang menguasai refleks untuk defekasi yang terletak
dimedula dan sumsum tulang belakang. Apabila terjadi rangsangan
parasimpatis , sfingter anus bagian dalam akan mengendor dan usus besar
menguncup. Reflek defekesi dirangsang untuk buang air besar,kemudian
sfingter anus bagian luar yang diawali oleh syaraf parasimpatis setiap waktu
menguncup atau mengendor selama defekasi berbagai otot lain membantu
proses itu seperti otot dinding perut,diafragma dan otot-otot dasar pelvis.
Secara umum,terdapat 2 macam reflek yang membantu proses defekasi
yaitu,pertama,reflekdefekasi interinsik yang mulai dari zat sisa makanan (feses)
dalam rektum sehingga terjadi distensi.kemudian flexus mesenterikus
merangsang gerakan peristaltik,dan akhirnya feses sampai di anus.lalu pada
saat sfingter interna relaksasi,maka terjadilah proses defekasi.kedua, reflek
defekasi parasimpatis.adanya feses dalam rektum yang merangsang
saraf rektum.ke spinal cord. Dan merangsang ke kolon desenden,kemudian ke
sigmoid ,lalu ke rektum dengangerakan peristaltik dan akhirnya terjadi
relaksasi sfingter interna,maka terjadilah proses defekasi saat sfingter interna
berelaksasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses DEFEKASI
1. Usia
Setiap tahap perkembangan atau usia memiliki kemampuan mengontrol proses
defekasi yang berbeda.pada bayi belum memiliki kemampuan mengotrol secara
penuh dalam buang air besar,sedangkan orang dewasa sudah memiliki
kemampuan mengotrol secara penuh,kemudian pada usia lanjut proses
pengontrolan tersebut mengalami penurunan.
2. Diet
Diet atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi proses
defekasi.makanan yang memiliki kandungan serat tinggi dapat membantu
proses percepatan defekasi dan jumlah yang di konsumsi pun dapat
mempengaruhinya.
3. Asupan Cairan
Pemasukan cairan yang kurang dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras
oleh karenaproses absorbsi yang kurang sehingga dapat mempengaruhi
kesulitan proses defekasi.
4. Aktivitas
Aktivitas dapat mempengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas tonus
otot,abdomen,pelvis dan diafragma dapat membantu kelancaran proses
defekasi,sehingga proses gerakan peristaltik pada daerah kolon dapat
bertambah baik dan memudahkan untuk kelancaran proses defekasi.
5. Pengobatan
Pengobatan juga dapat mempengaruhi proses defekasi seperti penggunaan
obat-obatan laksatif atau antasida yang terlalu kering.
6. Gaya hidup
Gaya hidup dapat mempengaruhi proses defekasi.halini dapat dilihat pada
seseorang yang memiliki gaya hidup sehat/kebiasaan melakukan buang air
besar di tempat yang bersih atau toilet.maka ketika seseorang tersebut buang air
besardi tempat yang terbuka atau tempat yang kotor maka ia akan mengalami
kesulilan dalam proses defekasi.
7. Penyakit
Beberapa penyakit dapat mempengaruhi proses defekasi.biasanya penyakit-
penyakit tersebut berhubungan langsung dengan sistem pencernaan seperti
gastroenteristis atau penyakit infeksi lainnya.
8. Nyeri
Adanya nyeri dapat mempengarihi kemampuan/keinginan untuk berdefekasi
seperti nyeri pada kasus hemoroid dan episiotomi.
9. Kerusakan motorik dan sensorik
Kerusakan pada sistem sensoris dan metoris dapat mempengaruhi proses
defekasi karena dapat menimbulkan proses penurunan stimulasi sensoris
dalam berdefekasi.hal tersebut dapat mengakibatkan kerusakan pada tulang
belakang ataukerusakan saraf lainnya.
2.2 Jenis-jenis Pispot :
1. Pispot
2. Kursi untuk buang air besar yaitu pispot yang di pasang di kursi roda.

2.3 Tujuan
• Membantu pasien dalam rangka memenuhi kebutuhan elimiasi pasien.
• Mengobservasi output
• Memberikan rasa nyaman pada pasien
2.4 Indikasi
– Dilakukan pada pasien yang tidak mampu ke toilet.
– Pada pasien yang bedrest total.
– Pada klien selesai operasi agar luka bekas operasi tidak infeksi karena terlalu
banyak bergerak
2.5 Kontra Indikasi.
– Pasien yang mampu ke toilet atau bisa BAB secara mandiri.
– Pasien dengan fraktur vertebra dan femur

2.6 Prosedur kerja


A. Persiapan Pasien
• Memberi salam
• Mengenalkan diri pada klien atau keluarga
• Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan
• Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
• Posisikan pasien sesuai kebutuhan

B. Persiapan Perawat
• Mencuci tangan dari lengan dengan sabun di bawah air mengalir.
• Menilai keadaan umum pasien

C. Persiapan lingkungan
• Pasang sampiran atau sketsel
• Pintu dan jendela dalam keadaan tertutup.

2.7 Persiapan alat :


1. Pispot dan tutupnya atau urinal
2. Sampiran
3. Alas bokong ( perlak dan alasnya)
4. Bell ( bila ada )
5. Tissue
6. Selimut mandi
7. 2 baskom berisi air ( satu untuk bilas sabun ) bila ada
8. 2 waslap
9. Handuk
10. Botol berisi air untuk cebok
11. Sarung tangan bersih
12. Korentang
13. Sabun
14. Schort

2.8 Prosedur Pelaksanaan


1. BHSP
2. Jelaskan tujuan dan prosedur kepada pasien.
3. Bawa alat ke dekat pasien.
4. Tutup pintu dan jendela dan pasang sampiran.
5. Cuci tangan, pakai schort, memakai sarung tangan bersih dan berdiri di sisi
klien
6. Pasang selimut mandi dan turunkan selimut pasien.
7. Tinggikan tepi tempat tidur untuk mencegah pasien jatuh.
8. Minta klien untuk mengangkat bokongnya atau miring ( bila perlu dibantu
perawat ) lalu bentangkan perlak dan alasnya.
9. Buka pakaian pasien bagian bawah.
10. Anjurkan klien untuk berpegangan di bawah / bagian belakang tempat tidur
sampai menekuk lutut sambil diikuti dengan mengangkat bokong kemudian
pasang pispot perlahan-lahan
11. Jika pasien pria, pasang urinal untuk BAK.
12. Pastikan bahwa sprei dan stik laken tidak terkena.
13. Tinggalkan pasien dan anjurkan untuk membunyikan bell jika sudah selesai
atau memberi tahu perawat.
14. Jika sudah selesai, tarik atau ambil pispot dan letakkan lengkap dengan
tutupnya di atas kursi atau meja dorong.
15. Bersihkan daerah perianal dengan tisu (untuk pasien wanita, bersihkan
mulai dari uretra sampai dengan anus untuk mencegah perpindahan
mikroorganisme dari rectal ke saluran kemih) kemudian buang tissue ke dalam
pispot.
16. Gunakan waslap untuk mencuci daerah perianal dengan air sabun.
17. Bilas dengan air bersih.
18. Keringkan daerah perianal dengan handuk.
19. Angkat alas bokong.
20. Kembalikan posisi pasien seperti semula.
21. Kenakan kembali pakaian bawah pasien.
22. Angkat selimut mandi dan sekaligus menarik selimut pasien ke atas.
23. Ganti linen (jika kotor karena terkena feses atau urine).
24. Rapikan pasien
25. Buka sampiran, pintu dan jendela.
26. Jika perlu beri pengharum ruangan.
27. Bersihkan pispot.
28. Cuci tangan.
29. Dokumentasikan warna, bau, feses, urine, dan konsistensi feses serta catat
kondisi daerah perianal.
2.9 Hasil Evaluasi
1. Pasien tidak merasa lelah dengan pergerakan yang minimal
2. Pasien merasa nyaman
3. Melaksanakan dokumentasi :
a. Mencatat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada lembar
catatan pasien
b. Catat tanggal dan jam melakukan tindakan dan nama perawat yang
melakukan dan tanda tangan / paraf pada lembar catatan pasien.
2.10 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan
1. Bila tidak dapat di tolong oleh seorang perawat, misalnya pasien gemuk,
maka di perlukan lebih dari satu orang perawat dan caranya adalah sebagai
berikut :
– Bila dua orang perawat. Perawat berdiri di sebelah kanan dan kiri pasien,satu
orang perawat tangan dan mengangkat dengan dua perawat yang lainmembantu
sambil menyorongkan pispot.
– Bila tiga orang perawat, dua orang berdiri di sebelah kanan kanan pasiendan
satu lagi berdiri di sebehah pasien (sebaliknya) dua orang perawat
– mengangkat pasien dan satu orang menyorongkan pispot sambilmembantu
dan mengangkat bokong pasien.
2. Menggunakan pispot yang bersih dan kering.
3. Menggunakan sarung tangan sekali pakai dan cuci tangan anda
segerasebelum dan sesudah melaksanakan prosedur untuk mencegah
penularanpenyakit ke orang lain dan juga ke diri anda sendiri.
4. Memberi privasi pada pasien. Cobalah untuk membuat pasien senyaman
mungkin selama prosedur tindakan.
5. Sebaiknya memberikan pispot jangan waktu makan, berkunjung atau
menerima tamu kunjungan (visite) Dokter.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dalam menangani masalah eliminasi alvi,perawat harus memahami eliminasi
normal dan faktor faktor yang meningkatkan atau menghambat eliminasi
asuhan keperawatan yang mendukung akan menghormati dan kebutuhan
emosional klien. Tindakan yang dirancang untuk meningkatkan eliminasi
normal juga harus meminimalkan rasa ketidaknyamanan. Dampak yang dapat
terjadi akibat dari gangguan sistem gastrointestinal sangatlah beragam mulai
dari konstipasi,diare,inkontinensia usus, dan hemoroid fecal infektion.

3.2 SARAN

Dengan terselesainya makalah ini, diharapkan para mahasiswa mengetahui cara


prosedur Membantu Menggunakan Pispot Atau Membantu Pasien BAB di atas
tempat tidur. Bagi para pembaca diharapkan kritik dan sarannya agar makalah
ini lebih baik dan memberikan motivasi kepada penulis.

Advertisements
Share this:

 Twitter
 Facebook1

Bookmark the permalink.
Post navigation
← Previous Post
LEAVE A REPLY

Search

RECENT POSTS
 prosedur tindakan BAB dan BAK
 (no title)
 prosedur pemasangan kateter wanita
 Hello world!

ARCHIVES
 December 2012

CATEGORIES
 Uncategorized

META
 Register
 Log in
 Entries RSS
 Comments RSS
 WordPress.com
Blog at WordPress.com.
 Follow

INKONTINENSIA URINARIUS FUNGSIONAL

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Intervensi


Kriteria Hasil

Inkontinensia urinarius fungsional NOC NIC


Definisi : Ketidakmampuan individuPerawatan diri : Self care assistance: toiletting
yang biasanya kontinen untuk Eliminasi (toileting) Manajemen Eliminasi Urin
mencapai toilet tepat waktu untuk Kontinensia Urin Monitor eliminasi urin, frekuensi,
menghindari kehilangan urine tanpa Eliminasi Urine konsistensi, bau, volume, dan warna,
disengaja. jika dìperlukan
Kriteria Hasil : Monitor tanda dan gejala retensi urin
Mengidentifikasi Identifikasi faktor yang menyebabkan
Batasan Karakteristik : keinginan berkemih episode inkontinensia
Mampu mengosongkan kandung Berespon tepat waktu Kumpulkan spesimen urin tengah
kemih dengan komplet jumlah waktu terhadap dorongan untuk pemeriksaan urinalisis, jika
yang diperlukan untuk mencapai toilet berkemih diperlukan
melebihi lama waktu antara merasakanMencapai toilet antaraAjarkan pasien tentang tanda dan
dorongan untuk berkemih dan tidak waktu dorongan gejala infeksi saluran kemih
dapat mengontrol berkemih berkemih dan Ajarkan pasien dan keluarga untuk
Mengeluarkan urine sebelum mencapaipengeluaran urin mencatat haluaran dan pola urine, jika
toilet Melakukan eliminasi diperlukan
Mungkin inkontinensia hanya pada secara mandiri Batasi cairan sesuai kebutuhan
dinihari Mengosongkan Perawatan Inkontinensia Urin
Merasakan perlunya untuk berkemih kandung kemih secaraIdentifikasi multi faktor yang
tuntas menyebabkan inkontinensia (produksi
Faktor Yang Berhubungan : Mengkonsumsi cairanurin, pola berkemih, fungsi cognitif,
Faktor lingkungan yang berubah dalam jumlah adekuat masalah berkemih yang dialami, dan
Gangguan kognisi Urin residu pasca pengobatan)
Gangguan penglihatan berkemih >100-200 Anjurkan pasien untuk minum
Keterbatasan neuromuskular ml minimum 1500 cc per hari
Faktor psikologis Tidak terjadi Sediakan ruangan yang tenang dan
Kelemahan struktur panggul hematuri, dan partikel privasi untuk prosedur eliminasi
pendukung pada urin Tetapkan interval jadwal eliminasi
Tidak ada rasa sakit dengan rutinitas yang dilakukan setiap
pada saat berkemih hari
Kurangi konsumsi yang menyebabkan
iritasi pada bladder (seperti minuman
bersoda, teh, kopi dan cokelat)

DAFTAR PUSTAKA :
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:  MediAction.
PSIK 2B BEST OF THE
BEST
Jumat, 22 Juni 2012

Menolong Pasien BAB Dan BAK di


Tempat Tidur

MAKALAH
Menolong Pasien BAB Dan BAK di Tempat Tidur
Keterampilan Dasar Dalam Keperawatan

Disusun oleh :

Nama : Sumiati

NIM : 201110201132

SEKOLAT TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH YOGYAKARTA


Jalan Munir 267 Serangan, Ngampilan, Yogyakarta
Telp : (0274) 374427
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat rahmat-Nya makalah praktikum KDDK dengan judul ”Menolong
Pasien BAB Dan BAK di Tempat Tidur”, dapat selesai tepat pada waktu yang
telah ditentukan.

Dalam kesempatan yang berbahagia ini, penulis menyampaikan ucapan


terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis
harapkan demi kemajuan penulis untuk kedepannya. Karena seperti pepatah
mengatakan ”Tiada gading yang tak retak”. Akhir kata semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, Juni 2012

Penulis

DAFTAR   ISI

Kata pengantar…………………………………………………………………………….......……… i
Daftar isi……………………………………………………………………………….........………… ii
BAB I  PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah………….……………………………………………………..........…….. 1
1.2 Rumusan Masalah……………..………………………………………………………............…… 1
1.3 Tujuan Penulisa .……………...……………………………………………………….........…….... 1

BAB II  PEMBAHASAN


2.1 Defekasi………………………….……………………………………………….........…………... 2
2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Defekasi…………...……………..…..........
…...….... 2-5
2.3 Menolong Buang Air Besar Dengan Menggunakan
Pispot………………………….............…..…. 5-8

BAB  III   PENUTUP


3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………...…........  9

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah


Pasien mengalami bad areas, lemah, juga tidak bisa berjalan karena mengalami luka
di telapak kaki, jadi pasien tidak bisa melakukan pemenuhan kebutuhan dasar
BAB dan BAK secara mandiri ke kamar mandi. Maka pasien harus dibantu oleh
perawat dalam memenuhi kebutuhan dasar BAB dan BAK di tempat tidur.

1.2  Rumusan Masalah


1. Apa pengertian defekasi?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi proses defekasi?
3. Bagaimana prosedur membantu pasien BAB dan BAK di tempat tidur?
1.3  Tujuan Penulisan
 Tujuan umum :
Memberikan gambaran tentang tindakan menolong paisien BAB dan BAK di tempat tidur sesuai dengan
tujuan dan tata prosedur pelaksanaan.
 Tujuan khusus :
Mampu melaksanakan tindakan keterampilan dasar dalam keperawatan menolong pasien BAB dan BAK
di tempat tidur sesuai dengan prosedur pelaksanaan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Defekasi
Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut buang air
besar. Terdapat dua pusat yang menguasai refleks untuk defekasi yang terletak
di medula dan sumsum tulang belakang. Apabila terjadi rangsangan
parasimpatis , sfingter anus bagian dalam akan mengendor dan usus besar
menguncup. Reflek defekesi dirangsang untuk buang air besar,kemudian
sfingter anus bagian luar yang diawali oleh syaraf parasimpatis setiap waktu
menguncup atau mengendor selama defekasi berbagai otot lain membantu
proses itu seperti otot dinding perut, diafragma dan otot-otot dasar pelvis.
Secara umum, terdapat 2 macam reflek yang membantu proses defekasi
yaitu, pertama, reflek defekasi interinsik yang mulai dari zat sisa makanan
(feses) dalam rektum sehingga terjadi distensi. Kemudian flexus mesenterikus
merangsang gerakan peristaltik dan akhirnya feses sampai di anus. Lalu pada
saat sfingter interna relaksasi, maka terjadilah proses defekasi. Kedua, reflek
defekasi parasimpatis, adanya feses dalam rektum yang merangsang saraf
rectum ke spinal cord. Dan merangsang ke kolon desenden, kemudian ke
sigmoid, lalu ke rektum dengan gerakan peristaltik dan akhirnya terjadi relaksasi
sfingter interna, maka terjadilah proses defekasi saat sfingter interna
berelaksasi.

2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Defekasi


a. Usia
Setiap tahap perkembangan atau usia memiliki kemampuan mengontrol
proses defekasi yang berbeda.pada bayi belum memiliki kemampuan mengotrol
secara penuh dalam buang air besar,sedangkan orang dewasa sudah memiliki
kemampuan mengotrol secara penuh,kemudian pada usia lanjut proses
pengontrolan tersebut mengalami penurunan.
b. Diet
Diet atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi proses
defekasi.makanan yang memiliki kandungan serat tinggi dapat membantu
proses percepatan defekasi dan jumlah yang di konsumsi pun dapat
mempengaruhinya.
c. Asupan Cairan
Pemasukan cairan yang kurang dalam tubuh membuat defekasi menjadi
keras oleh karenaproses absorbsi yang kurang sehingga dapat mempengaruhi
kesulitan proses defekasi.
d. Aktivitas
Aktivitas dapat mempengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas
tonus otot,abdomen,pelvis dan diafragma dapat membantu kelancaran proses
defekasi,sehingga proses gerakan peristaltik pada daerah kolon dapat
bertambah baik dan memudahkan untuk kelancaran proses defekasi.
e. Pengobatan
Pengobatan juga dapat mempengaruhi proses defekasi seperti
penggunaan obat-obatan laksatif atau antasida yang terlalu kering.
f. Gaya hidup
Gaya hidup dapat mempengaruhi proses defekasi.halini dapat dilihat
pada seseorang yang memiliki gaya hidup sehat/kebiasaan melakukan buang air
besar di tempat yang bersih atau toilet.maka ketika seseorang tersebut buang
air besardi tempat yang terbuka atau tempat yang kotor maka ia akan
mengalami kesulilan dalam proses defekasi.
g. Penyakit
Beberapa penyakit dapat mempengaruhi proses defekasi.biasanya
penyakit-penyakit tersebut berhubungan langsung dengan sistem pencernaan
seperti gastroenteristis atau penyakit infeksi lainnya.
h. Nyeri
Adanya nyeri dapat mempengarihi kemampuan/keinginan untuk
berdefekasi seperti nyeri pada kasus hemoroid dan episiotomi.
i. Kerusakan motorik dan sensorik
Kerusakan pada sistem sensoris dan metoris dapat mempengaruhi
proses defekasi karena dapat menimbulkan proses penurunan stimulasi sensoris
dalam berdefekasi.hal tersebut dapat mengakibatkan kerusakan pada tulang
belakang ataukerusakan saraf lainnya.
Abno
Kead
r
N a Norm
m
a al
a
n
l

1 Warn Bayi : Putih

a Ku ,

ni h

ng it

r,

u
m

h
Dewa Pucat

sa b

: e

co rl

kl e

at m

2 Bau Khas Amis

fa d

se a

s n

da p

n e

di r
pe u

ng b

ar a

u h

hi a

ol n

eh b

m a

ak u

an

an

3 Konsi Lunak Cair

st da

e n

n be

si rb

en

tu

k.

4 Bent Sesuai Kecil,

u di b
k a e

m n

et t

er u

re k

ct n

u y

m a

ti

si

l.

5 Kons Maka Dara

ti na h

t n ,

u ya p

e ng u
n ti s,

da b

k e

di n

ce d

rn a

a, a

ba si

kt n

er g

i ,

ya m

ng u

m k

ati u

, s,

le a

m t

ak a

, u

pi c

g a

m ci

en n
e g

m .

pe

u,

uk

os

us

us

ai

r.

2.3 Menolong Buang Air Besar Dengan Menggunakan Pispot


Menolong membuang air besar dengan menggunakan pispot
merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan kepada pasien yang tidak
mampu buang air besar secara sendiri dikamar kecil misalnya, pasien yang
mempunyai luka dikaki dan tidak bisa berjalan, pasien yang lemah, bad areas,
dan lain-lain. Yaitu dengan cara menggunakan pispot (penampung) untuk buang
air besar ditempat tidur, dengan tujuan untuk pemenuhan kebutuhan dasar BAB
dan BAK di tempat tidur, kebutuhan eliminasi pasien terpenuhi, memberi rasa
nyaman, mengobservasi output.
a. Alat dan bahan :
1. Alas / perlak
2. Tisu
3. Baki
4. Bel
5. bengkok
6. Handuk
7. Pispot/badpanbertutup dan urinal
8. Botol berisi air bersih untuk cebok
9. kapas cebok dalam mangkok
10. Sampiran
11. Sarung tangan/handscon
12. Sabun
b. Prosedur kerja :
Tahap persiapan :
1. Verifikasi order
2. Siapkan alat dan ruangan
3. Persiapan perawat, cuci tangan dan menggunakan APD
Tahap orientasi :
1. Berikan salam
2. Identifikasi dan validasi kondisi pasien
3. Jelaskan prosedur pelaksanaan kepada pasien dan keluarga : kegiatan,
tujuan, waktu, tempat, serta peran perawat dan pasien.
4. Menjaga privacy pasien
5. Memberikan kesempatan pada pasien sebelum dilakukan tindakan
6. Berdo’a
Tahap kerja :
 Memasang pispot
1. Mencuci tangan
2. Menyiapkan alat-alat didekatkan kepada pasien ditempat yang layak
3. Memberitahu pasien
4. Menutup pintu dan sampiran
5. Menutup/menyelimuti pasien secara melintang dapat diganti dengan
selimut mandi
6. Menganjurkan pasien menekuk lutut dan mengangkat pantat. Perawat
memasang alas pantat dan bila perlu menolong pasien mengangkat pantatnya
dengan meletakkan tangan yang terdekat dengan kepala pasien antara pinggang
dan pantat. Tangan lainnya memasang pispot, posisi pispot dibetulkan agar
pasien merasa nyaman.
7. Untuk pasien yang lemah atau terlalu gemuk :
- Dimiringkan menjauhi perawat
- Meletakan pispot dibawah pantat, kemudian ditelentangkan lagi. Posisi pispot
tetap dijaga agar tetap dan pasien merasa nyaman, jika pasien terlalu gemuk
dan terlalu lemah perawat dapat melakukan bersama orang lain.
8. Membetulkan selimut kembali
9. Menyediakan bel pemanggil bila sudah selesai
 Mengambil pispot
1. Mencuci tangan
2. Menentukan sejauh manakah perlu membantu membersihkan daerah
vulva,anus
3. Membantu membersihkan daerah vuvla, untuk membersihkan daerah
vuva menggunakan tisu klesset kearah anus dengan sekali hapus atau
mengguyur daerah vulva dengan mengunakan air
4. Menolong pasien mengangkat pantat (seperti akan memasang pispot)
dengan tangan lain pispot tersebut, menutup dan meletakkan di kaki tempat
tidur atau tempat yang layak. Klien diberi kesempatan mencuci tangan.
5. Melipat selimut atau mengganti dengan selimut yang sebelumnya. Sprei
dirapihkan dank lien dikembalikan pada posisi yang nyaman.
6. Alat-alat dibawa kebelakang. Jika dibutuhkan pengukuran intake dan
output atau bahan pemeriksaan lab.lain yang berkaitan dengan urine dan fases
bisa langsung diusapkan.
7. Mengososngkan dan membersihkan pispot sambil menilai sifat urine
dan fases, kemudian dikembalikan ke tempatnya
8. Mencuci tangan
9. Mencatat jumlah dan sifat urine atau fases dalam buku atau status
klien.
Tahap terminasi :
1. Rapikan alat dan pasien
2. Evaluasi kegiatan dan respon pasien
3. Jelaskan RTL dan kontak selanjutnya
4. Berdo’a salam
5. Pemeriksa fases di kamar mandi lalu amati warna, bau, konsistensi,
lendir, darah, nanah dll.
Tahap dokumentasi :
Dokumentasikan prosedur pelaksanaan dan respon pasien

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perawat dibekali dengan ilmu KDDK tentang pemenuhan kebutuhan
dasar BAB dan BAK di tempat tidur agar perawat mampu membantu atau
menolong pasien yang tidak mampu untuk melakukan BAB dan BAK secara
mandiri di kamar mandi.

DAFTAR PUSTAKA

http://wadung.wordpress.com/2010/03/21/menolong-pasien-bab-diatas-tempat-
tidur-huknah-dan-kolostomi/
http://nersferdinanskeperawatan.wordpress.com/2010/01/05/menolong-pasien-
buang-air-besar-di-tempat-tidur/
Suryani, 2012. Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Dalam Keperawatan. STIKES
‘Aisyiyah Yogyakarta. Yogyakarta

Diposting oleh PSIK2B di 08.57 
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke

FacebookBagikan ke Pinterest

Label: Sumiati (201110201132)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda

Langganan: Posting Komentar (Atom)

Arsip Blog
 ▼  2012 (70)
o ▼  Juni (70)
 10 MANFAAT AIR MINERAL

 MUHAMMAD IKHSAN ABDILLAH


 TEGUH(201110201134)
 Askep Kebutuhan Nutrisi
 NAMA : SRI WAHYUNINGSIH NIM     : 201110201130 PR...
 Menolong Pasien BAB Dan BAK di Tempat Tidur
 Cara Menjahit Luka
 Dikau lebih menawan dengan jilbab
 KHASIAT BUAH MANGGIS UNTUK KESEHATAN
 Perawatan Wajah Alami >>
 Sistem Pencernaan
 Relaksasi panca indera untuk kehamilan
 pencegahan Penyalahgunaan Narkoba dan HIV/AIDS
 MENGENAL MACAM BAHASA TUBUH MANUSIA
 Gigi Putih Bukan Implan
 Jeruk Nipis Pemutih Kulit Putih
 Ratna Dwi Riyanti (201110201120) EDEMA
 ATURAN MINUM JUS
 DAFTAR MAKANAN SEHATDANCaraMembersihkan Racun Dala...
 PENTINGNYA MENJAGA KESEHATAN
 TIPS PERAWATAN GIGI BEHEL!!!Met baca yach!!
 Anatomi dan Fungsi Otak Manusia
 NAMA      : SRI LESTARINIM           :201110201128...
 201110201118 Nurul Khashinah
 KANKER PAYUDARA
 PEMASANGAN NASOGASTRIK TUB...
 EVA ARYANDINI (201110201090)
 KEIKHLASAN by Indah Puji Astuti
 Memandikan Klien
 gaya pembuatan keputusan personal
 A.amar hamdani(201110201071)
 Menjaga Kesehatan
 manfaat madu bagi kesehatan
 lihat artikel aku neh ! :)
 M FATHIR SIDDIK (201110201108)
 SAGIMAN (201110201125)
 ANDRI NURUDIN (201110201073)
 5 Kebutuhan Dasar Manusia Fathul Azmi (20111020109...
 RAHMAT HIDAYAT(201110201121)
 NAMA  :DIAN PUSPASARI   NIM      :201110201084    ...
 ASMA
 DIABETES MELLITUS
 TERAPI CAIRAN INTRAVENA
 MANFAAT BUAH MENGKUDU
 ANATOMI
 Video Batuk Efektif Dan Fisioterapi Dada
 Bersabar Itu Indah
 FUNGSI MANUSIA
 Asuhan Keperawatan Nyeri
 RANGKUMAN dan CONTOH SOAL serta GAMBAR IDK3 BAHAN...
 Manfaat Buah Sirsak
 MENOLONG BAB DAN BAK DI TEMPAT TIDUR
 Manfaat Madu untuk kesehatan
 Kurangi konsumsi Junkfood!
 Bahaya Hipertensi, Stroke dan Merusak GinjalDiposk...
 Sinusitis:Seputar Penyakit Sinusitis    ...
 MATIKAN ROKOK ANDA!
 Carpal Tunnel Syndrome
 PEMASANGAN NGT
 manfaat buah dan daun jambu biji/klutuk
 JERAWAT KAMSEUPAY :D
 Akibat Kurang Tidur
 RESEP OBAT2AN TRADISIONAL UNTUK PENYAKIT RINGAN
 HORMON FSH
 SAYANGILAH JANTUNG ANDA !!!
 Hidup itu penuh warna tidak hitam maupun putih tet...
 ANGIN & WAJAH - BELL'S PALSY (FACIAL PALSY) - KURN...
 2B

 Berhentilah Mengeluh Pantaskah anda mengeluh? Pada...


Mengenai Saya
PSIK2B

Lihat profil lengkapku

Tema PT Keren Sekali. Diberdayakan oleh Blogger.


web_blog
Selasa, 08 Oktober 2013
MAKALAH PELAYANAN KEPERAWATAN
PRIMA

Oleh : intan nur k

Perguruan tinggi : akper yappi sragen

PELAYANAN KEPERAWATAN PRIMA 


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan keperawatan prima adalah pelayanan keperawatan
profesional yang memiliki mutu, kualitas, dbersifat efektif, efisien sehingga
memberikan kepuasan pada kebutuhan dan keinginan lebih dari yang
diharapkan pelanggan atau pasien
. Pelayanan prima, sebagaimana tuntutan pelayanan yang memuaskan
pelanggan atau masyarakat, maka diperlukan persyaratan agar dapat dirasakan
oleh setiap pelayan untuk memiliki kualitas kompetensi yang profesional,
dengan demikian kualitas kompetensi profesionalisme menjadi sesuatu aspek
penting dan wajar dalam setiap transaksi.
Pelayanan prima pada dasarnya ditunjukan untuk memberikan
kepuasan kepada pasien. Pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit harus
berkualitas dan memiliki lima dimensi mutu yang utama yaitu : tangibles,
re;iability, responsiveness, assurance, dan empathy.
B.     RUMUSAN MASALAH
         Apa pengertian pelayanan keperawatan prima ?
         Apa Faktor-faktor pelayanan keperawatan prima ?
         Bagaimana Kualitas pelayanan keperawatan ?
         Apa Faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan keperawatan prima ?

C.     TUJUAN
         Mengetahui pengertian pelayanan keperawatan prima
         Mengetahui Faktor-faktor pelayanan keperawatan prima
         Mengetahui Kualitas pelayanan keperawatan
         Mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan keperawatan prima

BAB II
ISI
PELAYANAN KEPERAWATAN PRIMA
A.    Pengertian Pelayanan Keperawatan Prima
Pelayanan umum (Kep.Men.Pan.No.81 tahun 1993) adalah segala
bentuk kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah pusat,
didaerah dan BUMN/D dalam bentuk barang dan jasa, baik dalam rangka
pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka ketentuan peraturan
perundang-undangan. Sedangkan pelayanan keperawtan prima adalah
pelayanan yang diberikan kepada pasien berdasarkan standar kualitas untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan pasien sehingga pasien dapat memperoleh
kepuasan dan akhirnya dapat meningkatkan kepercayaan kepada rumah sakit
(Ginting, 2006). Pelayanan prima merupakan elemen utama rumah sakit dan
unit-unit kesehatan agar bisa bertahan diera globalisasi. Adapun pelayanan
kepada masyarakat.tentunya telah ada suatu ketetapan tatalaksananya.
Prosedur dan kewenangan sehingga penerima pelayanan puas dengan apa yang
telah diterimanya.
Pelayanan keperawatan prima adalah pelayanan keperawatan
profesional yang memiliki mutu, kualitas, dbersifat efektif, efisien sehingga
memberikan kepuasan pada kebutuhan dan keinginan lebih dari yang
diharapkan pelanggan atau pasien. Pelayanan prima, sebagaimana tuntutan
pelayanan yang memuaskan pelanggan atau masyarakat, maka diperlukan
persyaratan agar dapat dirasakan oleh setiap pelayan untuk memiliki kualitas
kompetensi yang profesional, dengan demikian kualitas kompetensi
profesionalisme menjadi sesuatu aspek penting dan wajar dalam setiap
transaksi.
Pelayanan prima pada dasarnya ditunjukan untuk memberikan
kepuasan kepada pasien. Pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit harus
berkualitas dan memiliki lima dimensi mutu yang utama yaitu : tangibles,
re;iability, responsiveness, assurance, dan empathy. Disadari ataupun tidak,
penampilan (tangibles) dari rumah sakit merupakan poin pertama yang ditilik
ketika pasien pertama kali mengetahui keberadaannya. Masalah kesesuain
janji (reliability), pelayanan yang tepat (responsiveness), dan jaminan
pelayanan (assurance) merupakan masalah yang sangat peka dan sering
menimbulkan konflik. Dalam proses ini faktor perhatian (empathy) terhadap
pasien tidak dapat dilalaikan oleh pihak rumah sakit (Fahriadi,2007). Untuk
dapat memberikan pelayanan yang prima, sebuah rumah sakit harus memiliki
sumber daya manusia dengan kualitas baik. Pelayanan dirumah sakit merupakan
bentuk pelayananyang diberikan oleh suatu tim tenaga kesehatan, seperti
Dokter, Perawat dan Bidan. Tim keperawatan merupakan anggota tim garda
depan yang menghadapi masalah kesehatan pasien selama 24 jam secara terus
menerus. Bentuk pelayanan dan asuhan keperawatan seyogianya diberikan oleh
perawat yang memiliki kemampuan serta sikap dan kepribadian yang sesuai
dengan tuntutan profesi keperawatan. Sehubungan dengan hal tersebut, tenaga
keperawatan harus dipersiapkan dan ditingkatkan secara teratur, terencana,
dan berkesinambungan (Aisyah, 2008).

B.     Faktor-faktor pelayanan keperawatan prima


Dalam pengembangan budaya pelayanan keperawatan prima, Gultom
(2006) mengembangkan pelayanan keperawatan priama dengan menyelaraskan
faktor-faktor. Ability (kemampuan), Attitude (sikap), Appearance (penampilan),
Attention (perhatian), Action (tindakan), Accountability (tanggung jawab).
1. Kemampuan (Ability)
Kemampuan adalah pengetahuan dan keterampilan yang mutlak
diperlukan untuk menunjang program layanan prima, yang meliputi
kemampuan dalam bidang keperawatan yang ditekuni, melaksanakan
komunikasi yang efektif, mengembangkan motivasi, membina hubungan dengan
tenaga kesehatan lain.
Perawat harus mempunayai pengetahuan dan wawasan luas, terlebih
lagi pada saat ini ketika perawat dituntut untuk menjadi seorang profesional.
Pengetahuan dan wawasan yang dimaksud bukan hanya sebatas bidang
keperawatan, tapi menyeluruh. Pengetahuan yang luas dari perawat sangat
berguna untuk memberikan pelayanan keperawatan yang profesional.
Sedangkan menurut Utama (1999), keterampilan merupakan kemampuan untuk
melakukan sesuatu yang baik dan benar. Seorang perawat dikatakan terampil
apabila telah dapat memberikan pelayanan keperawatan dengan baik dan
benar. Baik dan benarnya perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
mengacu pada dasar pendidikannya dan standar keperawatan. Akan tetapi,
keterampilan seorang perawat bukan hanya tergantung dari tingginya
pendidikan yang diterimanya, tapi pengalaman dalam melakukan pelayanan
keperawatan juga sangat berpengaruh (Zulkifli, 1999).

2. Sikap (Attitude)
Sikap adalah perilaku yang harus ditonjolkan perawat ketika
menghadapi pasien. Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat
menggunakan keahlian, kata-kata yang lembut,sentuhan, memberikan harapan,
selalu berada disamping pasien dan bersikap sebagai media penberi asuhan.
Sikap ini diberikan melalui kejujuran, kepercayaan dan niat baik. Adapun sikap-
sikap dalam pelayanan prima adalah semangat, memakai cara yang baik, pro-
aktif, positif, penuh kesabarab dan tidak mengada-ada, dan tepat waktu.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan, sikaf tersebut harus dimiliki
oleh seorang perawat karena sikaf perawat juga sangat berpengaruh terhadap
kepuasan pasien. Sikap perawat yang baik dan ramah dapat menimbulkan rasa
simpati pasien terhadap perawat.
3. Penampilan (Appearance)
Penampilan perawat dalah penampilan, baik berupa fisik maupun
nonfisik yang mampu merefleksikan kepercayaan diri dan kredibilitas dari pihak
lain. Penampilan seseorang merupakn salah satu hal pertama yang diperhatikan
selama komuniksi interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4
menit pertama. 84% dari kesan terhadap seseorang berdasarkan penampilannya
(Lalli Ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry, 1993). Bentuk fisik, cara berpakaian
dan berhias menunjukkan kepribadiaan, status sosial, pekerjaan, agama, budaya
dan konsep diri. Perawat yang memperhatikan penampilan dirinya dapat
menimbulkan cita diri dan profesional yang positif. Penampilan fisik perawat
dapat mempengaruhi persepsi pasien terhadap pelayanan atau asuhan
keperawatan yang diterima, karena tiap pasien mempunyai citra bagaimana
seharusnya penampilan seorang perawat. Walaupun penampilan tidak
sepenuhnya mecerminkan kemampuan perawat tetapi mungkin akan lebih sulit
bagi perawat untuk membina rasa percaya terhadap pasien jika perawat tidak
memenuhi citra pasien.

4. Perhatian ( Attention)
Perhatian adalah kepedulian penuh terhadap pasien, baik yang
berkaitan dengan perhatian akan kebutuhan dan keinginan pasien maupun
pemahaman atas saran dan kritik. Perhatian yang diberikan perawat, terutama
ketika pasien sendiri dan merasa menadi beban bagi orang lain, adalah sangat
berguna untuk mempercepat proses penyembuhan. Penyakit yang diderita oleh
pasien terjadi bukan hanya kelemahan fisiknya, tetapi dapat juga terjadi karena
adanya gangguan pada kejiwaannya. Sikap yang baik terutama perhatian yang
diberikan oleh perawat kepada pasien, diyakuni ddapat mempercepat proses
penyembuhan kejiwaannya. Sehingga dengan sembuhnya kejiwaan maka dapat
mempengaruhi kesembuhan fisiknya.

5. Tindakan (Action)
Tindakan adalah berbagai kegiatan nyata yang harus dilakukan dalam
memberikan layanan kepada pasien. Layanan ini seyogianya berlandaskan ilmu
pengetahuan, prinsip dari teori keperawatan serta penampilan dan sikap serta
sesuai dengan kompetensi dan kewenangan yang diemban kepada perawat
tersebut. Apabila perawat terampil dalam memberikan tindakan keperawatan,
maka secara otomatis pasien juga akan merasakan kepuasan dari tindakan yang
diberikan perawat tersebut. Hal ini teradi karena perawat yang terampil dapat
menimbulkan rasa aman dan nyaman bagi pasien saat melakukan suatu
tindakan. Tindakan perawat yang sesuai dengan standar keperawatan dapat
menjamin bahwa asuhan keperawatan yang diberikan juga berkualitas.

6. Tanggung jawab (Accountability)


Tanggung jawab adalah suatu sikaf keberpihakan kepada pasien sebagai
wujud kepedulian untuk menghindarkan atau meminimalkan kerugian atau
ketidakpuasan pasien. Perawat merupakan salah satu profesi yang berhubungan
dan berinteraksi langsung dengan pasien, baik itu klien sebagai individu,
keluarga maupun masyarakat, oleh karena itu dalam memberikan asuhan
keperawatannya perawat dituntut untuk memahami dan berprilaku sesuai
dengan etika keperawatan. Agar seorang perawat dapat bertanggung jawab dan
bertanggung gugat maka perawat harus memegang teguh nilai-nilai yang
mendasari praktik keperawatan itu sendiri., yaitu : perawat membantu pasien
untuk mencapai tingkat kesehatan optimum, perawat membantu meningkatkan
autonomi pasien mengekspresikan kebutuhannya, perawat mendukung
martabat kemanusiaan dan berprilaku sebagai advokat bagi pasien, perawat
menjaga kerahasiaan pasien, beriorentasi pada akuntabilitas perawat, dan
perawat bekera dalam lingkungan yang kompeten, etik, dan aman (CAN,2001).
Prinsip pelayanan prima dibidang kesehatan:
1.      Mengutamakan pelanggan
2.      Sistem yang efektif
3.      melayani dengan hati nurani
4.      perbaikan berkelanjutan pemberdayaan pelanggan

C.    Kualitas Pelayanan Keperawatan


Kualitas pelayanan merupakan tipe pengawasan yang berhubungan
dengan kegiatan yang dipantau atau diatur dalam pelayanan berdasarkan
kebutuhan atau pandangan konsumen. Penelitian terhadap kualitas pelayanan
keperawatan dirumah sakit tidak semudah menentukan kualitas barang pada
industri manufaktur. Pada industri manufaktur, kualitas barang yang dihasilkan
ditentukan oleh standar baku dan harga. Bila kualitas dibawah standar atau bila
harganya diatas standar untuk barang tertentu maka konsumen tidak akan mau
membelinya. Sedangkan pada bidang kesehatan, konsumen atau pasien berada
pada posisi yang tidak mampu menilai secara pasti kualitas pelayanan yang
diterimanya. Bidang keperawatan, tujuan kualitas pelayanan adalah untuk
memastikan bahwa jasa atau produk pelayanan keperawatan yang dihasilakan
sesuai dengan standar atau keinginan pasien (Nursalam, 2002). Untuk
memenuhi kebutuhan pasien tersebut maka yang paling bertanggung jawab
adalah perawat. Kualitas pelayanan keperawatan dinilai dari berbagai pelayanan
itu, baik bagi perorangan maupun populasi.
Penilaian kualitas pelayanan keperawatan, terdapat tahap-tahap yang
harus dijalani. Menurut Nursalam(2002), tahap pertama dalam proses ini adalah
penyusunan standar atau kriteria. Adalah sesuatu yang mustahil apabila
mengukur sesuatu tanpa adanya suatu standar yang baku. Tidak hanya harus
ada standar, tetapi pemimpin juga harus tanggap dan melihat bahwa perawat
mengetahui dan mengerti standar yang telah ditentukan tersebut, karena
standar bervariasi operasionalnya dalam setiap institusi dan perawat harus
melaksanakan tugasnya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Tahap
kedua adalah mengidentifikasi informasi yang sesuai dengan kriteria. Informasi-
informasi yang diperoleh tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman dalam
pengukuran kualitas pelayanan keperawatan.
Tahap tiga adalah identifikasi sumber informasi. Pemimpin harus yakin
terhadap sumber informasi yang didapatkan. Dalam melakukan pengawasan
kualitas pelayanan keperawatan, pemimpin dapat menemukan banyak
informasi dari pasien sendiri yang merupakan sumber yang sangat membantu.
Tahap keempat adalah mengumpulkan dan menganalisa data. Semua informasi
yang telah didapat dari pasien, dapat diadikan sebagai pengukuran kualitas
pelayanan keperawatan. Tahapan terakhir yaitu evaluasi ulang. Jika semua
asuhan keperawatan dilakukan sesuai dengan standar yang berlaku, maka
evvaluasi ulang tidak perlu dilakukan. Evaluasi ulang hanya akan dikerjakan
apabila banyak kegiatan yang dilakukan tidak sesuai dengan standar yang
berlaku. Penelitian standar asuhan keperawatan, maka tindakan yang
seharusnya dilakukan adalah menetapkan standar keperawatan. Standar
keperawatan yang telah terbentuk akan membantu dalam meningkatkan
kualitas pelayanan keperawatan, yang konsisten, kontiniu, dan bermutu.
Standar keperawatan juga dapat melindungi pasien dari tindakan yang salah
yang dilakukan oleh perawat.

D.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelayanan Keperawatan Prima


Menurut Nursalam (2002) keberhasilan pelaksanaan kegiatan menjamin
kualitas pelayanan keperawatan dipengaruhi oleh berbagai factor yakni :
1. Faktor pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indra manusia. Dimana pengetahuan manusia umumnya
diperoleh diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmojo, 2003). Pengetahuan
dapat diukur dengan wawancara atau angket terhadap responden tentang isi
materi yang diukur. Dalam pengetahuan yang ingin diukur disesuaikan dengan
tingkatan pengetahuan dalam kognitif (Notoadmojo, 2003). Pengetahuan
tenaga perawat kepada kegiatan penjaminan mutu pelayanan keperawatan
merupakan kegiatan penilai, memantau atau mengatur pelayanan yang
berorientasi pada klien (Nurachmah, 2001).
Adapun tujuan dari penilaian mutu pelayanan keperawatan adalah
untuk meningkatkan asuhan keperawatan kepada pasien atau konsumen,
menghasilkan keuntungan atau pendapat institusi, mempertahankan eksistensi
institusi, meningkatkan kepuasan kerja sumber daya yang ada, meningkatkan
kepercayaan konsumen atau pelanggan serta menjalankan kegiatan sesuai
aturan atau standar yang berlaku. Pelayanan asuhan keperawatan yang
bermutu dan dapat dicapai jika pelaksanaan asuhan keperawatan dipersiapkan
sebagai suatu kehormatan yang dimiliki perawat dalam mempertahankan
haknya untuk memberikan asuhan yang manusiawi, aman, serta sesuai dengan
standar dan etik profesi perawat yang berkesinambungan dan terdiri dari
kegiatan pengkajian, perencanaan, implementasi rencana, dan evaluasi tindakan
yang diberikan (Nuracmah,2001). Pengetahuan perawat tentang penilaian mutu
pelayanan keperawatan tidak terrlepas dari standar praktik keperawatan yang
telah ditetapkan oleh PPNI (2000) yang mengacu dalam tahapan proses
keperawatan yakni : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi.

2. Faktor beban kerja


Bekera adalah suatu bentuk aktifitas yang bertujuan untuk
mendapatkan kepuasan. Dan aktifitas ini melibatkan baik fisik maupun mental
(As’ad, 2001). Beban kerja merupakan suatu kondisi atau keadaan yang
memberatkan pada pencapaian aktifitas untuk melakukan suatu aktifitas. Beban
kerja perawat yang tinggi serta beragam dengan tuntutan institusi kerja dalam
pencapaian kualitas bermutu, jumlah tenaga yang tidak memadai berpengaruh
besar pada pencapaian mutu pelayanan yang diharapkan (Kusdijanto, 2000).
Untuk itu perlu adanya pengorganisasian kerja perawat yang tepat dan jelas
(Swansburg, 2000).
Tujuan utama menyusun rencana pembagian tugas adalah untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi staf dalam melaksanakan tugasnya.
Pembagian tugas terdiri dari tiga aspek yaitu : pengembangan tugas,
keterlibatan dalam tugas, dan rotasi tugas (Nursalam, 2000). Dalam upaya untuk
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan adalah dengan cara menjaga
kesinambungan antara beban kera perawat dan jumlah tenaga perawat yang
tersedia.

3. Faktor komunikasi
Komunikasi adalah sesuatu untuk dapat menyusun dan menghantarkan
suatu pesan dengan cara yang gampang sehingga orang lain dapat mengerti dan
menerima (Nursalam, 2000). Komunikasi dalam praktik keperawatan
professional merupakan unsur utama bagi perawat dalam melaksanakan
pelayanan keperawatan untuk mencapai hasil yang optimal. Adapun faktor-
faktor yang mempengaruhi penerapan komunikasi terapeutik antara lain :
a.       Pendidikan
Merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi
kehidupannya yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi sehingga
dapat digunakan untuk mendapatkan informasi untuk meningkatkan kualitas
hidup (Notoadmojo, 2003). Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah
menerima informasi dan makin baik pengetahuan yang dimiliki sehingga
menggunakan komunikasi terapeutik secara efektif akan dapat dilakukannya.

b.      Lama bekerja
Merupakan waktu dimana seseorang mulai bekerja ditempat kerja.
Makin lama seseorang bekera makin banyak pengalaman yang dimilikinya
sehingga akan makin baik cara berkomunikasinya (Alimul, 2003)

c.       Pengetahuan
Merupakan proses belajar dengan meggunakan panca indra yang
dilakukan seseorang terhadap objek tertentu untuk dapat menghasilkan
pengetahuan dan keterampilan (Notoadmojo, 2003). Menurut Bloom dan
Kartwalk (1998) membagi pengetahuan dalam enam tingkatan diantaranya
tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

d.      Sikap
Sikap dalam komunikasi akan mempengaruhi proses komunikasi
berjalan efektif atau tidak. Sikap kurang baik akan menyebabkan pendengar
kurang percaya terhadap komunikator. Sikap yang diharapkan dalam
komunikasi tersebut seperti terbuka, percaya, empati, menghargai, rendah diri
dan menjadi pendengar yang baik. Kesemuanya dapat mendukung komunikasi
yang terapeutik.

e.       Kondisi psikologi
Pada komunikator akan mudah mempengaruhi dari isi pembicaraan
melalui komunikasi terapeutik. Namun perlu memperhatikan kondisi psikologis
yang baik untuk menjadikan komunikasi sebagai terapeutik. Kondisi psikologis
seorang pendengar dapat dipengaruhi oleh rangsangan emosi yang disebabkan
oleh pembicaraan itu sendiri. Indikator dalam melaksanakan komunikasi
terapeutik (Nursalam, 2003) mendorong pasien untuk mengungkapkan
pandangan dan perasaannya, menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
dalam setiap komunikasi serta memanggil pasien sesuai dengan identitasnya.

BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Pelayanan keperawatan prima adalah pelayanan keperawatan
profesional yang memiliki mutu, kualitas, dbersifat efektif, efisien sehingga
memberikan kepuasan pada kebutuhan dan keinginan lebih dari yang
diharapkan pelanggan atau pasien. Pelayanan prima, sebagaimana tuntutan
pelayanan yang memuaskan pelanggan atau masyarakat, maka diperlukan
persyaratan agar dapat dirasakan oleh setiap pelayan untuk memiliki kualitas
kompetensi yang profesional, dengan demikian kualitas kompetensi
profesionalisme menjadi sesuatu aspek penting dan wajar dalam setiap
transaksi.

B.     SARAN
Perawat membantu pasien untuk mencapai tingkat kesehatan optimum,
perawat membantu meningkatkan autonomi pasien mengekspresikan
kebutuhannya, perawat mendukung martabat kemanusiaan dan berprilaku
sebagai advokat bagi pasien, perawat menjaga kerahasiaan pasien, beriorentasi
pada akuntabilitas perawat, dan perawat bekera dalam lingkungan yang
kompeten, etik, dan aman (CAN,2001).
Prinsip pelayanan prima dibidang kesehatan:
1.      Mengutamakan pelanggan
2.      Sistem yang efektif
3.      melayani dengan hati nurani
4.      perbaikan berkelanjutan pemberdayaan pelanggan

Mutu Pelayanan Prima 


a) Konsep Mendahulukan Kepentingan Pelanggan.
Pelayanan Prima adalah pelayanan yang memuaskan pelanggan/klien.
Salah satu indikator adanya kepuasan pelanggan/klien adalah tidak
adanya keluhan dari pelanggan/klien. Akan tetapi, didalam praktek
k.eluhan-keluhan pelanggan/klien ini akan selalu ada. Perawat pemberi
pelayanan wajib menanggapi dan menghadapi keluhan pelanggan/klien
tersebut untuk kepentingan dan kepuasan pelanggan/klien. Untuk itu,
pemberi pelayanan (perawat) perlu mengetahui sumber-sumber keluhan
pelanggan/klien dan mengetahui cara-cara mengatasi keluhan
pelanggan/klien.
Menurut Endar Sugiarto (1999), sumber-sumber keluhan pelanggan
antara lain adalah : pelanggan internal dan pelanggan eksternal.
Pelanggan internal adalah pegawai instansi/orgnaisasi yang
bersangkutan dan para pemimpin instansl/organiasasi yang
bersangkutan. Seorang pegawai suatu instansi/organisasi yang tidak
betah bekerja karena lingkungan kerja dan situasi pegawai yang ada di
dalamnya. Suasana nyaman dan harmonis akan mempengaruhi
kesiapannya dalam menghadapi pelanggan eksternal. Para pemimpin
instansi/organisasi dapat menjadi sumber keluhan, karena pemimpin
sering mendapat masukan dari pada pelanggan eksternal tentang
pelayanan di instansinya. Perhatian utama suatu instansi/organisasi
adalah pelanggan eksternal, yaitu masyarakat. Kunci utama keberhasilan
pelayanan terletak pada cara instansi/organisasi tersebut memperlakukan
pelanggan eksternal ini. Untuk pelayanan keperawatan maka semua
karyawan adalah mitra dalam memberikan pelayanan sehingga muncul
rasa nyaman dan harmonis. Hal tersebut sangat mendukung untuk
pelayanan yang prima terhadap pelanggan/klien ekstenal yaitu orang lain
(masyarakat) di luar institusi/organisasi

1) Kategori Keluhan Pelanggan:


Menurut Endar Sugiarto (1999), keluhan pelanggan dapat
dikategorikan/dikelompokkan menjadi empat, yaitu:
• Mechanical Complaint (Keluhan Mekanikal)
Mechanical clomplaint adalah suatu keluhan yang disampaikan oleh
pelanggan sehubungan dengan tidak berfungsinya peralatan yang
dibeli/disampaikan kepada pelanggan tersebut. Dalam hal pelayanan
keperawatan maka peralatan yang dimaksud adalah semua peralatan
yang berhubungan dengan pelayanan perawatan saat perawat
memberikan pelayanan.
• Attitudinal Comptant (Keluhan akibat sikap petugas pelayanan)
Attitudinal complaint adalah keluhan pelanggan yang timbul karena sikap
negative petugas pelayanan (perawat) pada saat melayani
pelanggan/klien. Hal ini dapat dirasakan oleh pelanggan/klien melalui
sikap tidak peduli dari petugas pelayanan (perawat) terhadap
pelanggan/klien.
• Service Related Complaint (Keluhan yang berhubungan dengan
pelayanan)
Service related complaint adalah suatu keluhan pelanggan/klien karena
hal-hal yang berhubungan dengan pelayanan itu sendiri. Misalnya
seseorang mendaftar untuk berobat/rawat jalan, ternyata formulir
pendaftaran (family folder) belum siap dan oleh petugas diminta untuk
menunggu.
• Unusual Complaint (Keluhan yang aneh)
Unusual complaint adalah keluhan pelanggan/klien yang bagi petugas
merupakan keanehan (tjdak wajar/tidak umum). pelanggan yang
mengeluh seperti ini sebenarnya secara psikologis adalah orang-orang
yang hidupnya tidak bahagia atau kesepian.
2) Cara mengatasi keluhan pelanggan
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menghadapi keluhan
pelanggan/klien,antara lain adalah:
o Pelanggan biasanya marah pada saat menyampaikan ke luhan. Oleh
karena itu perawat tidak boleh terpancing untuk ikut marah.
o Perawat tidak boleh memberikan janji-janji yang sebenarnya sulit
dipenuhi serta tidak menjanjikan sesuatu yang berada di luar
wewenangnya
o Jika permasalahan tidak dapat diselesaikan sedangkan perawat sudah
berbuat maksimal, perawat harus berani menyatakan menyerah dengan
jujur.
o Ada pelanggan/klien yang selalu mengeluh. Untuk menghadapi
pelanggan seperti itu, perawat harus sabar dan melakukan pendekatan
secara khusus.
b) Pelayanan dengan sepenuh hati.
Menurut Endar Sugiarto (1999), pada hakekatnya pelanggan itu tidak
membeli produk, tetapi mereka membeli pelayanan. Ini merupakan
falsafah bisnis dalam upaya memberikan pelayanan yang prima.
Pelayanan di sini adalah pelayanan dalam segala bentuk kreasi dan
manifestasinya. Untuk itu, kita lebih banyak belajar tentang para
pelanggan/klien kita, agar kita dapat memberikan pelayanan dengan
sepenuh hati dan dengan cara yang lebih baik di masa yang akan datang.
c) Budaya Pelayanan Prima
Menganggap bahwa pelayanan prima sebagai suatu budaya berarti
rnelakukan kegiatan pelayanan sebagai suatu hal yang membanggakan
dengan nilai luhur yang dijunjung tinggi. Budaya pelayanan prima adalah
sebuah budaya yang kuat yang mewarnai sifat hubungan antara perawat
pemberi pelayanan. Budaya pelayanan prima dibentuk oleh sikap
perawat dan manajemen instansi/organisasi pemberi pelayanan.
d) Sikap Pelayanan Prima.
Sikap pelayanan prima berarti pengabdian yang tulus terhadap bidang
kerja dan yang paling utama adalah kebanggaan atas pekerjaan. Sikap
anda dapat menggambarkan instansi/organisasi anda. Anda adalah
perwakilan instansi/organisasi baik secara langsung maupun tidak
langsung. Pelanggan akan menilai instansi/organisasi dari kesan pertama
mereka dalam berinteraksi dengan orang-orang yang terlibat dalam
instansi/organrsasi tersebut. Apabila pagi itu kebetulan andalah orang
pertama yang berhubungan dengan pelanggan, anda akan mewakili
gambaran dari instansi/organisasi anda.
e) Sentuhan Pribadi Pelayanan Prima
Pelayanan prima sangat memperhatikan individu sebagai pribadi yang
unik dan menarik setiap pelanggan/klien memiliki sifat dan dapat
membuat para perawat bahagia atau kecewa. Sentuhan pribadi
mengarahkan para perawat selaku pemberi pelayanan untuk berpikir
bahwa memperlakukan orang lain sebagaimana kita memperlakukan diri
kita sendiri perlu selalu dipraktekan. Yang diutamakan dalam pelayanan
prima bukanlah slogan-slogan untuk memberikan pelayanan terbaik bagi
pelanggan, melainkan bentuk nyata pelayanan yang sebelumnya sudah
diberikan dalam pelatihan-pelatihan dan dapat diterapkan pada saat
praktek di lapangan, ketika berhubungan langsung dengan
pelanggan/klien. Karena pelayanan prima merupakan budaya, identitas,
sarana kompetisi, pelanggan/klien merasa penting, rekan sekerja merasa
nyaman bersama kita dan kita dapat melayani pelanggan/klien dengan
cepat, tepat, ramah, mengutamakan kepuasan pelanggan/klien, menepati
janji, bahasa yang baik dalam bertelepon, menunjukkan etika dan sopan
santun, merasa puas dan bangga akan pekerjaan kita, bekerja dengan
antusias, kepercayaan diri yang tinggi, menawarkan bantuan, senyum
yang tulus, humor yang menyenangkan, mendengarkan dengan baik dan
dengan konsep win-win.
f) Pelayanan prima sesuai dengan pribadi Prima.
Konsep pribadi prima meliputi unsur-unsur kepribadian, penampilan,
perilaku dan komunikasi yang prima. Seseorang perawat dapat dikatakan
memiliki pribadi prima apabila :
• Tampil ramah
• Tampil sopan dan penuh hormat
• Tampil yakin
• Tampil rapi.
• Tampil ceria
• Senang memaafkan
• Senang bergaul
• Senang belajar dari orang lain
• Senang pada kewajaran
• Senang menyenangkan orang lain
Adapun konsep kualitas pelayanan menurut pandangan Cristopher
Lovelock dalam Product plus (1994: 178-188) yang mengemukakan
tentang bagaimana suatu produk bila ditambah dengan pelayanan akan
menghasilkan suatu kekuatan yang memberikan manfaat lebih.
Selanjutnya Lovelock mengemukakan melalui diagram bunganya dimana
terdapat 8 (delapan) suplemen pelayanan (the eight petals on the flower
of service) yang terdiri dari ;
1, Information
Proses suatu pelayanan yang berkualitas dimulai dari suplemen informasi
dari pelayanan yang diperlukan oleh klien. Seorang pelanggan/klien akan
menanyakan kepada perawat tentang apa, bagaimana, berapa, kepada
siapa, dimana diperoleh, dan berapa lama memperoleh pelayanan yang
diinginkan. Penyedia informasi memberikan kemudahan kepada
pelanggan/klen.
2. Consutation
Setelah memperoleh informasi yang diinginkan, biasanya klien akan
membuat suatu keputusan, yaitu menerima atau tidak menerima
pelayanan yang diberikan. Di dalam proses memutuskan ini serjngkali
diperlukan pihak-pihak yang dapat diajak untuk berkonsultasi.
3. Ondertaking
Keyakinan yang diperoleh klien melalui konsultasi akan menggiring pada
tindakan untuk meminta pelayanan yang diinginkan. Penilaian klien pada
titik ini adalah ditekankan pada kualitas pelayanan yang mengacu pada
kemudahan aplikasi maupun administrasi pemesanan jasa pelayanan
yang tidak berbelit-belit, fleksibel, biaya murah, syarat ringan, dan
sebagainya.
4. Horspitality
Pelanggan/klien yang berurusan secara langsung ke tempat-tempat
transaksi akan memberikan penilaian tehadap sikap ramah dan sopan
dari perawat, ruang tunggu yang nyaman, kafe untuk makan dan minum,
hingga tersedianya wc/toilet yang bersih.
5. Cretaking
Latar belakang pelanggan/klien yang beragam akan menuntut pelayanan
yang berbeda-beda pula. Misalnya yang berduil menginginkan
tempat/ruangan yang leluasa (misalnya VIV), yang tidak mau keluar
rumah menginginkan fasilitas pelayanan di rumah (home care).
Kesemuanya harus dipedulikan oleh perawat.
6. Exception
Beberapa pelanggan/klien kadang-kadang menginginkan pengecualian
kualitas pelayanan, misalnya saja bagaimana dan dengan cara apa
perawat melayani permintaan pelanggan/klien yang datang secara tiba-
tiba, jaminan terhadap berfungsinya alat-alat kesehatan yang
dipasang/terpasang, restitusi akibat peralatan yang digunakan tidak bisa
dipakai dan sebagainya.
7. Billing
Titik rawan ke tujuh pada administrasi pembayaran. Niat baik pelanggan
untuk bertransaksi sering gagal pada titik ini. Petugas harus
memperhatikan hal-hal yang terkait dengan administrasi pembayaran,
baik mekanisme pembayaran atau pengisian formulir transaksi.
8. Payment
Pada ujung pelayanan, harus disediakan fasilitas pembayaran
berdasarkan pada keinginan pelanggan. Dapat saja berupa self service
payment seperti koin telepon, transfer bank, credit card dan sebagainya.

Sumber : 

Sutopo, Drs,MPA, Suryanto, Adi, Drs,M.Si, 2003, Pelayanan Prima


Bahan Ajar Diklat Prajabatan Golongan III (Edisi Revisi I), Jakrata :
Lembaga Administrasi Negara RI

O’A YANG MENEMBUS BATAS LANGIT

By : Hermawan Wahyudi

Saudaraku para perawat….

Ada tiga golongan pasien yang bisa jadi sering kita temui dan layani
dalam kapasitas kita sebagai seorang perawat, satu golongan pasien
berpengaruh (orang kaya, tokoh masyarakat, pejabat maupun ulama),
dua golongan pasien muda bujangan yang rupawan (cantik atau tampan
dan tentu anda sukai), tiga golongan pasien berkekurangan (fakir, miskin,
tua dan renta).

Marilah kita amati dengan sederhana feedback pelayanan keperawatan


yang kita berikan kepada tiga golongan pasien kita ini…..

Kuncinya berikanlah pelayanan prima keperawatan dengan sentuhan


ketulusan dan keikhlasan kita sebagai seorang perawat. Perlakukanlah
mereka dengan perlakuan yang sama tanpa terkecuali, ambil masing-
masing tiga sampai lima sampel. Dan buktikan adakah sesuatu yang
berharga untuk kita renungkan sebagai seorang perawat.

Cobalah, lakukan ini sebagai Sesutu yang standar dalam pelayanan kita,
1. Saat memulai dinas, temuilah mereka dengan senyuman terbaik
anda, berikanlah sikap emphatic yang memberikan kesejukan pada
setiap awal pertemuan anda, Berikanlah salam, periksalah kondisinya
dengan baik, tanyakanlah yang menjadi keluhannya, dan rencanakanlah
sesuatu yang akan meringankan keluhannya paling tidak untuk
memberikan ketenangan dalam menghadapi ujian yang dideritanya.
2. Jika badannya lusuh dan tak berdaya, mandikanlah dia di atas
pembaringannya dengan tangan keikhlasan anda, jika rambutnya lengket
karena basah oleh keringat dan berbaring lama dalam sakitnya, keramasi
dan pijatlah kepalanya dengan pijatan keihkhlasan yang menenangkan
hatinya, Sisirlah rambutnya dengan hati-hati agar dia tidak sakit
karenanya. Jika dia tidak mau makan, tanyalah makanan apa yang
diinginkannya, dan yakinkan agar dia memakannya di hadapan anda bila
perlu suapilah dengan penuh kasih sayang. Jika dia mampu mandi
sendiri sediakanlah air hangat dan alat mandi untuknya, dan papahlah dia
menuju kamar mandi jika tubuhnya lemah. Ketahuilah segala
ketidakmampuannya, dan bantulah sebisa mungkin secara langsung
dengan ketulusan kita sebagai seorang perawat. Berikanlah motivasi agar
semangatnya untuk sembuh terus meningkat, ingatkanlah selalu betapa
tak ada penyakit yang tak dapat disembuhkan oleh-Nya dan ketika dia
sakit Allah-lah yang menyembuhkannya. Luncurkanlah motivasi yang
anda berikan tanpa harus menjanjikan sesuatu yang belum pasti atau
mengguruinya seolah kita mahluk yang serba tahu.
3. Untuk memperkuat ketulusan kita dalam melaksanakan point dua,
bayangkan sejenak jika anda menjadi dia, apakah yang mungkin anda
inginkan dan cemaskan, bisa saja dia mencemaskan keluarganya, biaya
perawatannya, masa depannya, konsep dirinya, citra dirinya dan
semuanya yang membuatnya gundah gulana dalam pembaringannya.
Berikanlah solusi yang menenangkan dengan kecakapan kita sebagai
seorang perawat professional.
4. Kurangi waktu anda diam di nurse stasion, insya Alloh tanpa anda
kurangi dengan sengaja pun waktu anda diam di nurse stasion akan
berkurang karena anda akan lebih lama bersama pasien anda.
5. Ketika anda pulang, temuilah dia, sampaikanlah bahwa jam dinas
anda telah berakhir dan anda harus berpisah sementara waktu
dengannya dan akan bertemu dengan izin-Nya saat anda dinas kembali
dalam kondisi pasien yang lebih baik. Sampaikan do’a kepada-Nya
langsung di hadapannya dengan suara yang lembut dan penuh
ketulusan, agar dia lekas sembuh seperti sedia kala, dan agar ketika
bertemu dengan anda kembali pasien tersebut bisa lebih baik dan bisa
segera pulang kepada keluarganya.

Dan selamat mengerjakan 5 langkah diatas dengan kemampuan terbaik anda…..

Jika semua telah dilaksakan dengan baik…..tolong bantu saya apakah anda menemukan
kondisi atau feedback seperti ini……

1. Gongan pasien berpengaruh. 

a. Pasien ini sering menanyakan anda, dan meminta kepada teman anda kapan anda dinas.
b. Pasien ini bisa memberikan uang kepada anda.
c. Pasien ini meminta anda menjadi perawat pribadinya
d. Pasien ini meminta anda datang ke rumahnya
e. Pasien ini meminta anda menjadi anak atau keluarganya
f. Pasien ini menawarkan pekerjaan lain untuk anda
g. Pasien ini meminta anda menjadi perawat keluarganya
h. Dan dengan ketokohannya pasien ini bisa memberikan sesuatu yang dia inginkan untuk
membalas keikhlasan anda dengan keikhlasannya pula….

2. Golongan pasien bujangan yang rupawan

a. Pasien ini bisa menyatakan kekagumannya pada anda


b. Pasien ini bisa menyatakan cintanya yang tulus kepada anda
c. Pasien ini bisa menjadi jodoh anda jika anda mau menerimanya
d. Pasien ini bisa menjadi sahabat terbaik anda.
e. Pasien ini bisa menjadi saudara anda….
f. Pasien ini bisa memberikan pilihan-pilihan baik yang membuat anda bingung untuk
memilihnya

3. Golongan pasien berkekurangan

Pasien ini tak memberikan apappun kepada anda, dalam bentuk harta ataupun kehormatan
semu, tapi sejenak lihatlah matanya……ada sesuatu yang berbeda yang dapat anda rasakan
karena mata adalah jendela dari jiwanya…. 

Inilah jeritan hatinya……

Ya Alloh……siapakah pula perawat berhati mulia ini…..andai hamba punya sesuatu untuk
hamba berikan, mungkin apapun yang dia inginkan akan hamba penuhi, tapi ya Alloh…..hamba
adalah orang yang papa, tua dan renta…..hamba tidak punya apa-apa untuk membalas
ketulusan, perhatian dan kasih sayangnya kepada hamba, anak dan saudara hambapun tidak
seperti ini dalam memperlakukan hamba, menyuapi hamba disaat hamba tak bisa makan,
memijat badan hamba disaat tubuh ini remuk redam, mengeramasi hamba, menyisiri rambut
hamba, bahkan menyemangati hamba untuk memaknai hidup ini dengan syukur kepada-
Mu….Ya Alloh…..dengarlah do’a hamba ini, inilah jeritan hati hamba untuk-Mu….jika hamba tak
punya apa-apa untuknya, maka Engkau adalah dzat yang maha Kaya dan memiliki segalanya,
bukakanlah pintu rezeki untuk perawat ini, berikanlah kebahagiaan dalam hidupnya,
pertemukanlah dia dengan orang baik yang menjadi jodoh dan pasangan hidupnya. Ya
Alloh….dengar dan kabulkanlah do’a hamba ini. Dan kemudian airmatanya jatuh di atas pipinya
karena anda……ya anda perawat yang melayaninya dengan bahasa kasih sayang. Inilah Do’a
yang mampu menembus batas langit, do’a tulus dari orang yang tengah menderita dan mereka
banyak sekali berada di sekitar kita……

Saudaraku……jikalau rezeki dari Alloh tiada terhingga untuk kita gapai…..mengapa kita hanya
menunggu sesuatu yang sedikit dari manusia, mintalah kepada-Nya, dari pintu-pintu yang lain,
dan katakanlah selamat tinggal untuk mengeluh dan meratapi nasib, berbuat anarkis, atau
menyalahkan orang lain karena ketidak berdayaan kita. 

Jadilah perawat yang luar biasa, jika selama ini feedbac dari pasien yang kita layani hanya
biasa-biasa saja, ketahuilah, semua itu bukanlah karena mereka, tetapi semua hakikatnya
karena pelayanan yang kita berikan kepada mereka adalah pelayanan yang juga biasa-biasa
saja. Karena hidup adalah cermin.
Semoga menjadi wacana yang baik dan bermanfaat, salam perawat ! Semangat!!
Diposting oleh Intan Nurkhazanah di 18.58 
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke

FacebookBagikan ke Pinterest

Label: Keperawatan, Makalah, prima

Lokasi: Sragen, Central Java, Indonesia

1 komentar:

1.

herina juwitani6 Agustus 2017 06.05

Patung Dewa Disebuah Kelenteng Harus Ditutup Kain Putih Karena Alasan IMB
Informasi Usaha budidaya
Cerita Dewasa
Novel Paling Update
Gosip Terupdate
Balas

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda

Langganan: Posting Komentar (Atom)

Cari artikel anda disini


Telusuri

Translate this blog

  Diberdayakan oleh  Terjemahan

Arsip Blog
 ►  2015 (2)
 ▼  2013 (155)
o ▼  Oktober (153)
 W E L C O M E => It's me
 KUMPULAN ASKEP (Asuhan Keperawatan)
 MAKALAH DENGAN PENYAKIT SHOCK KARDIOGENIK
 MOBILISASI
 KOMUNIKASI TERAPIUTIK
 ASKEP Ny F Gangguan Kebutuhan Rasa Nyaman : Nyeri ...
 ALAT-ALAT MEDIS KEPERAWATAN
 Makalah Pengaruh Ilmu pengetahuan dan Teknologi te...
 PENGERTIAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945
 Prinsip-Prinsip yang Terkandung dalam batang tubuh...
 KEBUTUHAN NUTRISI
 KASUS NUTRISI sebagai kebutuhan Dasar manusia
 KOMUNIKASI TERAPIUTIK
 RESPON IMUN
 patogen dan patofisiologi proses penyakit
 MOBILISASI dan IMOBILISASI
 Kategori Diagnosa Keperawatan menurut NANDA
 Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada pasien...
 HIDRODINAMIKA
 Kata Nurse
 Mahasiswa Menjawab
 SRAGEN TENDA LAUT
 Filosofi Kesetiaan dan Pendakian
 Friday with Sepatu Biru
 Photos Intan Diamond
 Men/Boy/Laki-laki/Pria and Girl/Woman/Wanita/Gadis...
 Boneka Teddy Bear Lucu
 Yuk Ikut Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
 Tentang JUST DO CARE
 PATHWAT :: PATOFISIOLOGI :: RUMUS & CONTOH
 TERMOFISIKA MEDIS
 INSTRUMENTASI dalam KEPERAWATAN
 IMPLEMENTASI dan EVALUASI
 Dokumentasi Diagnosa Keperawatan
 ANALGETIKA
 Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Dengan Gang...
 lAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENG...
 Asuhan Keperawatan Fraktur/Patah Tulang
 ASKEP PASIEN DENGAN OSTEOMYELITIS
 ASKEP PASIEN DENGAN ASAM URAT / GOUT / PIRAI
 ARTRITIS REUMATOID (AR) atau Penyakit REMATIK
 Oxytocine sebagai Hormone Kasih Sayang
 Cara KB mencegah Kehamilan
 Apakah HIV bisa Menular Lewat Plasenta ?
 Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien...
 Laporan Pendahuluan Gangguan Kebutuhan Pertukaran ...
 Asuhan Keperawatan Kehilangan dan Berduka
 Berpelukan Bisa Hindari Stres
 Cara Menilai Tingkat Stres Skala Holmes,Rahe,Mille...
 KDM :: Dying ang Death
 Eliminasi Bowel/ Fases / Alvi / BAB
 KDM :: Eliminasi Urine / Sistem Perkemihan / BAK
 Mitos / Fakta bahwa kelebihan mengkonsumsi vitamin...
 Faktor yang mempengaruhi Defekasi / BAB
 prosedur pemasangan, perawatan,pencabutan WATER SE...
 Faktor yang mempengaruhi eliminasi urine / BAK
 Mengapa Vitamin B dan C tidak di simpan di dalam t...
 Askep Trauma Thorax / Dada
 Faktor yang mempengaruhi Pola Diet
 Cerita di balik keutamaan BasmAllah
 Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi
 Materi dan Askep Flu Burung
 GLUKOMA
 KDM :: Istirahat dan Tidur
 BIOLOGI :: GENETIKA
 Materi KMB Pernapasan :: PNEUMONIA
 KDM :: Kehilangan Dan Berduka
 Pemberian Larutan dan Obat Intra Vena
 Keseimbangan Energi
 BIO OPTIK Dalam Dunia Medis
 BIOMEKANIKA MEDIS
 Konjungtivitis / Red Eye
 Konsep Stres dan Adaptasi
 Kebutuhan Dasar Manusia : Adaptasi
 BIOLISTRIK MEDIS
 BIOAKUSTIK
 Askep Klien dengan Gangguan pemenuhan Nutrisi
 Askep Pada Pasien Ansietas
 Cara Menilai Tingkat Stres Skala Holmes,Rahe,Mille...
 PENGKAJIAN NYERI
 KDM :: DYING ANG DEATH
 KONSEP MODEL ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL
 Selalu ada jalan
 Menuju Allah
 Komunikasi Interpersonal
 Komunikasi Terapiutik
 Al-Muayyad :: Penjara Suci dan Sejuta Cerita
 Foto Unik Unyu Expressive
 Contoh Surat Lamaran Kerja
 Mikologi
 makalah transplantasi organ menurut pandangan isla...
 BIOLOGI SEL
 THYPOID DAN ASKEP THYPOID
 GASTRITIS DAN ASKEP GASTRITIS
 Cara Paling Mudah Membuka Halaman Web yang di prot...
 PENKES HIV AIDS
 PEMERIKSAAN FISIK
 KOMUNIKASI TERAPIUTIK
 ETIKA KEPERAWATAN
 Pelayanan Prima Seorang Perawat
o ►  September (1)
o ►  Juli (1)
Total Tayangan Halaman
  2
7140

Mengenai Saya

Intan

Nurkhaza

nah

ada yang bisa dengan

berlari. ada yang bisa

dengan berjalan. santai

saja, semua akan

sampai di tempat

tujuan yang sama

"gerbang kesuksesan".

by Bintang

Hal yang paling

membahagiakan

adalah ketika melihat

orang tua, teman, guru


atau orang lain

tersenyum.. dan

alasannya adalah

KITA. By Bintang

Lihat profil

lengkapku
Tema PT Keren Sekali. Gambar tema oleh claylib. Diberdayakan oleh Blogger.
PELAYANAN PRIMA UNTUK KEPUASAN PASIEN RS

A. Rumah Sakit 
Rumah sakit adalah bagian yang amat penting dari suatu sistem 
kesehatan. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang bersifat padat karya, 
padat modal, padat tekhnologi dan padat ketrampilan.7 

Menurut Griffith, definisi struktural rumah sakit adalah suatu fasilitas 


yang memberikan perawatan rawat inap dan pelayanan untuk observasi, 
diagnosis dan pengobatan aktif untuk individu dengan keadaan medis, bedah, 
kebidanan, penyakit kronis dan rehabilitasi yang memerlukan pengarahan dan 
pengawasan seorang dokter setiap hari dan definisi fungsional rumah sakit 
komunitas adalah suatu institusi dengan tujuan untuk menyelenggarakan 
perawatan kesehatan pribadi dengan memanfaatkan sumber yang dimiliki 
secara efektif untuk kepentingan masyarakat. 8 

Menurut WHO, rumah sakit adalah institusi yang merupakan bagian 


integral dari organisasi kesehatan dan organisasi sosial, berfungsi 
menyediakan pelayanan kesehatan yang lengkap, baik kuratif maupun 
preventif bagi pasien rawat jalan dan rawat inap melalui kegiatan pelayanan 
medis serta perawatan. Institusi pelayanan ini juga merupakan pusat latihan 
personil kesehatan dan riset kesehatan. 9 

Menurut Departemen Kesehatan RI, rumah sakit umum adalah rumah 


sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik 
dan sub spesialistik. Rumah sakit mempunyai misi memberikan pelayanan 
kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka 
meningkatkan kesehatan masyarakat. Rumah sakit mempunyai tugas 

11 
melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna 
dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan yang 
dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan 
pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan. Untuk menyelenggarakan 
upaya tersebut rumah sakit umum mempunyai fungsi menyelenggarakan: 
pelayanan medis, pelayanan penunjang medis, pelayanan asuhan 
keperawatan, pelayanan rujukan, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan 
pengembangan, administrasi dan keuangan.10 

B. Rawat Inap 
Menurut Snook, rawat inap merupakan komponen dari pelayanan 
rumah sakit. Kapasitas itu diukur dengan jumlah tempat tidur. Dalam dekade 
terakhir telah terjadi perubahan yang berarti, pemanfaatan tempat tidur untuk 
penyakit dalam dan bedah menurun, sedangkan tempat tidur untuk perawatan 
intensif semakin meningkat, tetapi rumah sakit tetap menggunakan jumlah 
tempat tidur sebagai ukuran bagi tingkat hunian, pelayanan dan keuangan, 
meskipun hanya 10 % dari seluruhnya yang membutuhkan pelayanan 
memerlukan rawat inap.11 

Suatu institusi dikategorikan sebagai rumah sakit apabila paling sedikit 


memiliki 6 tempat tidur untuk merawat orang sakit dengan lama perawatan di 
rumah sakit di atas 24 jam setiap kali admisi.8 

Jadi rawat inap adalah pelayanan pasien yang perlu menginap untuk 
keperluan observasi, diagnosis dan terapi bagi individu dengan keadaan 
medis, bedah, kebidanan, penyakit kronis atau rehabilitasi dan memerlukan 
pengawasan dokter setiap hari.8 

Rawat inap adalah pelayanan terhadap pasien masuk rumah sakit yang 
menempati tempat tidur untuk keperluan observasi, diagnosis, terapi, 
rehabilitasi medik dan atau pelayanan medik lainnya.10 

C. Mutu Pelayanan Kesehatan 


Mutu pelayanan kesehatan adalah derajat kesempurnaan pelayanan 
kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan 
sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta yang 
menyelenggarakannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang 
telah ditetapkan dengan menyesuaikan potensi sumber daya yang tersedia 
secara wajar, efisien dan efektif serta diberikan secara aman, dan 
memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum, dan sosio budaya dengan 
memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah dan masyarakat 
konsumen.12 

Kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan pasien walaupun 


merupakan nilai subyektif, tetapi tetap ada dasar obyektif yang dilandasi oleh 
pengalaman masa lalu, pendidikan, situasi psikis waktu pelayanan dan 
pengaruh lingkungan. Khususnya mengenai penilaian performance pemberi 
jasa pelayanan kesehatan terdapat dua elemen yang perlu diperhatikan yaitu 
teknis medis dan hubungan interpersonal. Hal ini meliputi penjelasan dan 
pemberian informasi kepada pasien tentang penyakitnya serta memutuskan 
bersama pasien tindakan yang akan dilakukan atas dirinya. Hubungan 
interpersonal ini berhubungan dengan pemberian informasi, empati, kejujuran, 
ketulusan hati, kepekaan dan kepercayaan dengan memperhatikan privacy 
pasien.13 

Ware dan Snyder telah melakukan desain tentang faktor-faktor yang 


mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan sebagai berikut:14 


perilaku tenaga medis dalam melakukan pelayanan kesehatan 

fungsi terapi yang terdiri dari: 
• 
konsultasi / pemberian keterangan tentang penyakit yang 
diderita 
• 
pencegahan 
• 
tenggang rasa 
• 
perawatan lebih lanjut 
• 
kebijakan manajemen 

fungsi perawatan yang terdiri dari: 
• 
nyaman dan menyenangkan 
• 
adanya perhatian yang baik 
• 
bersikap sopan 
• 
tanggap terhadap keluhan pasien 
• 
kebijakan manajemen 

sarana dan prasarana yang terdiri dari: 
• 
adanya tempat perawatan 
• 
mempunyai tenaga dokter spesialis 
• 
mempunyai tenaga dokter 
• 
fasilitas perkantoran yang lengkap 
Sedangkan menurut Leboeuf, beberapa faktor yang mempengaruhi 
mutu pelayanan kesehatan ialah: (a) kompetensi/kemampuan yang terkait 
dengan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan pemberi pelayanan; (b) 
akses atau keterjangkauan pelayanan; (c) efektivitas; (d) hubungan antar 
manusia, merupakan interaksi pemberi pelayanan kesehatan dengan pasien 
atau antar sesama tenaga kesehatan/hubungan atasan-bawahan yang 
menimbulkan kepercayaan dan kredibilitas memberi perhatian; (e) efisiensi; (f) 

kesinambungan pelayanan kesehatan; (g) keamanan; (h) kenyamanan dan 


kenikmatan; (i) informasi; (j) ketepatan waktu; (k) keandalan yang mencakup 
dua hal pokok yaitu: konsistensi kerja dan kemampuan untuk dipercaya; (l) 
daya tanggap, yaitu suatu sikap tanggap para karyawan melayani saat 
dibutuhkan pasien; (m) kemampuan, yaitu memiliki ketrampilan dan 
pengetahuan yang dibutuhkan agar dapat memberikan jasa tertentu; (n) 
mudah dihubungi dan ditemui; (o) komunikasi, yaitu memberikan informasi 
kepada pelanggan dengan bahasa yang dapat mereka pahami serta selalu 
mendengarkan keluhan pelanggan, yang terangkum dalam lima dimensi mutu 
pokok yang dapat digunakan untuk mengukur persepsi pelanggan tentang 
mutu pelayanan kesehatan yang meliputi: 15 

1. Reliability (Kehandalan), yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan 


yang sesuai dengan janji yang ditawarkan 
2. 
Responsiveness (Daya tanggap), yaitu respon atau kesigapan karyawan 
dalam membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan 
tanggap, yang meliputi: kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, 
kecepatan karyawan dalam menangani transaksi dan penanganan 
keluhan pelanggan / pasien. 
3. 
Assurance (Keyakinan / Jaminan), meliputi kemampuan karyawan atas: 
pengetahuan terhadap produk/jasa secara tepat, kualitas 
keramahtamahan, perhatian dan kesopanan dalam memberikan 
pelayanan, ketrampilan dalam memberikan informasi, kemampuan di 
dalam memberikan keamanan di dalam memanfaatkan jasa yang 
ditawarkan, dan kemampuan di dalam menanamkan kepercayaan 
pelanggan terhadap perusahaan. 
Dimensi jaminan ini merupakan gabungan dari dimensi: 

a. Kompetensi, artinya ketrampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh 


para karyawan untuk melakukan pelayanan 
b. Kesopanan, yang meliputi keramahan, perhatian, dan sikap 
para karyawan 
c. Kredibilitas, meliputi hal-hal yang berhubungan dengan 
kepercayaan kepada perusahaan, seperti reputasi, prestasi dan 
sebagainya 

4. 
Emphaty (Empati), yaitu perhatian secara individual yang diberikan 
perusahaan kepada pelanggan seperti kemudahan untuk menghubungi 
perusahaan, kemampuan karyawan untuk berkomunikasi dengan 
pelanggan dan usaha perusahaan untuk memahami keinginan dan 
kebutuhan pelanggannya. 
Dimensi emphaty ini merupakan penggabungan dari dimensi: 
a. 
Akses, meliputi kemudahan untuk memanfaatkan jasa yang ditawarkan 
b. 
Komunikasi, merupakan kemampuan melakukan komunikasi 
untuk menyampaikan informasi kepada pelanggan atau memperoleh 
masukan dari pelanggan 
c. 
Pemahaman kepada pelanggan, meliputi usaha perusahaan 
untuk mengetahui dan memahami kebutuhan dan keinginan 
pelanggan 
5. Tangibles (Berwujud), meliputi penampilan fasilitas fisik seperti gedung dan 
ruangan front office, tersedianya tempat parkir, kebersihan, kerapihan dan 
kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan komunikasi dan penampilan 
karyawan. 
Asuhan keperawatan sendiri merupakan bagian integral dari 
pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh tenaga keperawatan. Asuhan 
keperawatan merupakan bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan 

fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemauan untuk 


melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri. 

Menjadi harapan dari setiap pasien sebagai konsumen dari layanan 


jasa rumah sakit bahwa perawat akan dapat memberikan bantuan dan 
pertolongan kepada mereka. Pasien atau klien cenderung menilai bahwa 
asuhan keperawatan itu bermutu atau tidak lebih banyak didasarkan atas 
pengalaman atau persepsi subyektif, system nilai yang berlaku, latar belakang 
sosial, pendidikan dan banyak faktor lagi yang terkait pada masyarakat atau 
individu yang terkait dengan jasa pelayanan itu sendiri.16 

D. Pelayanan keperawatan di Rumah Sakit 


Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang berperan 
penting dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan 
di rumah sakit. John Griffith menyatakan bahwa kegiatan keperawatan di 
rumah sakit dapat dibagi menjadi keperawatan klinik dan manajemen 
keperawatan. Kegiatan keperawatan klinik antara lain terdiri dari: 

1. 
Pelayanan keperawatan personal, yang antara lain berupa pelayanan 
keperawatan umum dan atau spesifik untuk sistem tubuh tertentu, 
pemberian motivasi dan dukungan emosi pada pasien, pemberian obat, 
dan lain-lain. 
2. 
Berkomunikasi dengan dokter dan petugas penunjang medik, mengingat 
perawat selalu berkomunikasi dengan pasien setiap waktu sehingga 
merupakan petugas yang seyogyanya paling tahu tentang keadaan 
pasien. 
3. 
Menjalin hubungan dengan keluarga pasien. Komunikasi yang baik 
dengan keluarga atau kerabat pasien akan membantu proses 
penyembuhan pasien itu sendiri. 
4. 
Menjaga lingkungan bangsal tempat perawatan. Perawat bertanggung 
jawab terhadap lingkungan bangsal perawatan pasien, baik lingkungan 
fisik, mikrobiologik, keamanan, dan lain-lain. 
5. 
Melakukan penyuluhan kesehatan dan upaya pencegahan penyakit. 
Program ini diberikan pada pasien dengan materi spesifik sesuai dengan 
penyakit yang di deritanya. 
Dalam hal manajemen keperawatan di rumah sakit, tugas yang harus 
dilakukan adalah: 

1. 
Penanganan administratif, antara lain dapat berupa pengurusan 
masuknya pasien ke rumah sakit, pengawasan pengisian dokumen 
catatan medik dengan baik, membuat penjadwalan proses 
pemeriksaan atau pengobatan pasien, dan lain-lain. 
2. 
Membuat penggolongan pasien sesuai berat ringannya penyakit, dan 
kemudian mengatur kerja perawatan secara optimal pada setiap 
pasien sesuai kebutuhannya masing-masing. 
3. 
Memonitor mutu pelayanan pada pasien, baik pelayanan keperawatan 
secara khusus maupun pelayanan lain secara umumnya. 
4. 
Manajemen ketenagaan dan logistik keperawatan, kegiatan ini meliputi 
staffing, schedulling, assignment dan budgeting.16 
Pelayanan keperawatan profesional diberikan dalam bentuk asuhan 
keperawatan. Menurut konsorsium kelompok kerja keperawatan, asuhan 
keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan praktek 
keperawatan yang langsung diberikan kepada pasien pada berbagai tatanan 
pelayanan kesehatan dengan menggunakan metodologi proses keperawatan 
yang berpedoman pada standar asuhan keperawatan berdasar pada etik dan 
etiket keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab 
keperawatan.17 

E. Kualitas Asuhan Keperawatan Rawat Inap 


Asuhan keperawatan menggunakan metode proses keperawatan. 
Proses keperawatan merupakan proses pemecahan masalah yang dinamis 
dalam usaha memperbaiki atau memelihara pasien sampai taraf optimum 
melalui suatu pendekatan yang sistematis untuk mengenal dan membantu 
memenuhi kebutuhan khusus pasien. Sementara itu, Yura dan Walsh 
menyatakan bahwa proses keperawatan adalah suatu tahapan desain 
tindakan yang ditujukan untuk memenuhi tujuan keperawatan yang meliputi: 
mempertahankan keadaan kesehatan pasien yang optimal, apabila kondisinya 
berubah kualitas tindakan keperawatan ditujukan untuk mengembalikan ke 
keadaan normal. 17 

Kualitas pelayanan asuhan keperawatan sebenarnya merujuk kepada 


penampilan (Performance) dari pelayanan asuhan keperawatan. Secara 
umum disebutkan bahwa makin sempurna penampilan pelayanan, makin 
sempurna pula mutu/kualitasnya. 18 

Schroder menyatakan bahwa saat mendefinisikan kualitas asuhan 


keperawatan, perlu dipertimbangkan nilai-nilai dasar dan keyakinan para 
perawat, serta cara mereka mengorganisasi asuhan keperawatan tersebut. 
Intinya, latar belakang pemberian tugas dalam mutu asuhan yang berorientasi 
teknik, mungkin akan didefinisikan cukup berbeda dengan keperawatan yang 
berlatar belakang pemberian keperawatan primer.19

 Menurut Gilles, ciri-ciri asuhan keperawatan yang berkualitas antara 


lain:20 

1. 
memenuhi standar profesi yang ditetapkan 
2. 
sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan 
secara wajar, efisien dan efektif 

3. 
aman bagi pasien dan tenaga keperawatan sebagai pemberi jasa 
pelayanan 
4. 
memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan 
5. 
memperhatikan aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika, dan tata 
nilai masyarakat 
Standar Praktek Keperawatan di Indonesia disusun oleh Depkes RI 
yang terdiri dari beberapa standar. Menurut JCHO: Joint Commission on 
Accreditationof Health care Organisation (1999) terdapat 8 standar tentang 
asuhan keperawatan yang meliputi:21 

1. 
Menghargai hak-hak pasien 
2. 
Penerimaan sewaktu pasien masuk rumah sakit 
3. Observasi keadaan pasien 
4. 
Pemenuhan kebutuhan nutrisi 
5. 
Asuhan pada tindakan non operatif dan administrative 
6. 
Asuhan pada tindakan operasi dan prosedur invasive 
7. 
Pendidikan kepada pasien dan keluarga 
8. 
Pemberian asuhan kepada pasien secara terus menerus dan 
berkesinambungan 
Standar intervensi keperawatan yang merupakan lingkup tindakan 
keperawatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia (14 KDM 
dari Henderson): 
1. Oksigen 
2. Cairan dan elektrolit 
3. Eliminasi 
4. Keamanan 
5. 
Kebersihan dan kenyamanan fisik 
6. 
Istirahat dan tidur 

7. Gerak dan jasmani 


8. Spiritual 
9. Emosional 
10. Komunikasi 
11. Mencegah dan mengatasi resiko psikologis 
12. Pengobatan dan membantu proses penyembuhan 
13. Penyuluhan 
14. Rehabilitasi 
F. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan 
Menurut Marquis dan Huston dalam Nursalam pemberian asuhan 
keperawatan terdapat empat model yaitu: 

1. Model fungsional 
a. 
Berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan 
b. 
Perawat melaksanakan tugas / tindakan tertentu berdasar jadwal 
kegiatan yang ada 
c. 
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan 
asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia 
kedua 
d. 
Kelebihan model fungsional 
1) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas 
yang jelas dan pengawasan yang baik. 
2) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga. 
3) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, 

sedangkan perawatan pasien diserahkan kepada perawat yunior 


dan atau belum berpengalaman. 

e. 
Kelemahan model fungsional 

1) Tidak memberikan kepuasan kepada pasien maupun perawat 


2) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan 
proses keperawatan 
3) Persepsi pasien cenderung kepada tindakan yang berkaitan 
dengan ketrampilan saja 
Bagan 1: Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional 
(Marquis & Huston, 1998 dalam Nursalam 2002: 144) 
Kepala Ruang 
Perawat 
Pengobatan 
Perawat 
Merawat Luka 
Perawat 
Pengobatan 
Perawat 
Merawat Luka 
Pasien / Klien 
2. Model Kasus 
a. Berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi keperawatan 
b. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan pasien tertentu 
c. Rasio 1:1 perawat – pasien 
d. Pasien dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak 
ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh perawat yang sama 
pada hari berikutnya. Umumnya dilakukan untuk perawat privat atau 
untuk perawatan khusus seperti: isolasi, intensif care. 
e. Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien 
f. Kelebihan manajemen kasus 
1) Perawat lebih memahami kasus per kasus 
2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi mudah 

 g. 
Kelemahan manajemen kasus 
1) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab 
2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan 
dasar yang sama 
Bagan 2: Sistem Asuhan Keperawatan Care Method Nursing 
(Marquis & Huston: 136 dalam Nursalam, 2002: 150) 

Kepala Ruang 
Staf Perawat Staf Perawat 
Pasien/Klien Pasien/Klien Pasien/Klien 
Staf Perawat 
3. Model Tim 
a. 
Berdasarkan pada kelompok filosofi keperawatan 
b. 
Enam – tujuh perawat profesional dan perawat associate bekerja 
sebagai suatu tim yang disupervisi oleh ketua tim 
c. 
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbedabeda 
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok 
pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim yang terdiri dari 
tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu grup kecil yang 
saling bekerja sama. 
d. 
Kelebihan model keperawatan tim 
1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh 
2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan 
3) Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah 
diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim 

e. 
Kelemahan model keperawatan tim 
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk 
konferensi tim yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk 
melaksanakan pada waktu-waktu sibuk 
f. 
Konsep metode tim 
1) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu 
menggunakan berbagai teknik kepemimpinan 
2) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana 
keperawatan terjamin 
3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim 
4) Peran kepala ruangan penting dalam model tim. Model tim akan 

berhasil baik bila didukung oleh kepala ruangan 

g. Tanggung jawab anggota tim 


1) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung 
jawabnya 
2) Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim 
3) Memberikan laporan 

h. Tanggung jawab ketua tim 


1) Membuat perencanaan 
2) Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi 
3) Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat 
kebutuhan pasien 
4) Mengembangkan kemampuan anggota 
5) Menyelenggarakan konferensi 

i. Tanggung jawab kepala ruang 


1) Perencanaan 

a) Menunjukkan ketua tim akan bertugas di ruangan masing

masing 
b) Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya 
c) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien: gawat, transisi, 

dan persiapan pulang bersama ketua tim 

d) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan 


aktifitas dan kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur 
penugasan/penjadwalan 

e) 
Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan 

f) 
Mengikuti visit dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, 
tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan dan 
mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan 
dilakukan terhadap pasien 

g) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan 

• 
Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan 
• 
Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai 
asuhan keperawatan 
• 
Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah 
• 
Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang 
baru masuk rumah sakit 
h) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri 
i) Membantu membimbing peserta didik keperawatan 
j) Mewujudkan visi dan misi keperawatan dan rumah sakit 

2) 
Pengorganisasian 
a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan 
b) Merumuskan metode penugasan 

c) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim 


d) Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi dua 
ketua tim dan ketua tim membawahi 2-3 perawat 
e) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan membuat 

proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari 


f) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan 
g) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik 
h) Mendelegasikan tugas saat kepala ruangan tidak berada di 

tempat kepada tim 


i) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus 

administrasi pasien 
j) Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya 
k) Identifikasi masalah dan cara penanganan 
3) Pengarahan 
a) Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim 
b) Memberikan pujian kepada anggota tim yang melaksanakan 

tugas dengan baik 


c) Memberikan motivasi dalam memberikan pengetahuan, 
ketrampilan dan sikap 
d) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan 

berhubungan dengan asuhan keperawatan klien 


e) Melibatkan bawahan dari awal hingga akhir kegiatan 
f) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain 

4) 
Pengawasan 

a) 
Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung 
dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan 
keperawatan yang diberikan kepada pasien 

b) Melalui supervisi 

• 
Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri 
atau melalui laporan langsung lisan 
• 
Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir 
ketua tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan 
serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses 
keperawatan dilaksanakan, mendengarkan laporan ketua 
tim tentang pelaksanaan tugas 
• 
Evaluasi yaitu mengevaluasi upaya pelaksanaan dan 
membandingkan dengan rencana keperawatan yang sudah 
disusun bersama ketua tim 
• 
Audit keperawatan 
Bagan 3: Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan ”Team 
Nursing” ( Marquis & Huston dalam Nursalam 2002 ) 

Kepala Ruang 

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim 


Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat 
Pasien/Klien Pasien/Klien Pasien/Klien 
4. Model Primer 
a. Berdasarkan pada tindakan komprehensif dari filosofi keperawatan 
b. Perawat bertanggung jawab terhadap semua aspek asuhan 
c. Ratio 1:4 / 1:5 (perawat:pasien) dan penugasan metode kasus 

d. Kelebihan model keperawatan primer 


1) Bersifat kontinuitas dan komprehensif 
2) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil 
dan diri 

3) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter dan rumah 


sakit. Keuntungan yang diperoleh adalah pasien merasa 
dimanusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. 
Selain itu asuhan yang diberikan berkualitas dan tercapai pelayanan 
yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi dan 
advokasi. Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer 
karena selalu mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang 
selalu diperbaharui dan komprehensif. 

e. Kelemahan model keperawatan primer 


Hanya dapat dilakukan oleh perawat berpengalaman dan 
berpengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction , 
kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan 
klinik, akuntabel serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin. 
f. 
Konsep dasar model keperawatan primer 
1) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat 
2) Ada otonomi 
3) Ketertiban pasien dan keluarga 
g. Tugas perawat primer 
1) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien 
2) Membuat tujuan dan rencana keperawatan 
3) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama dinas 
4) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang 
diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain 

5) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai 

6) Menerima dan menyesuaikan rencana 

7) Menyiapkan penyuluhan untuk pulang 

8) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga 

sosial di masyarakat 

9) Membuat jadwal perjanjian klinik 

10)Mengadakan kunjungan rumah 

h. Peran Kepala Ruang/Bangsal dalam Metode Primer 


1) Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer 
2) Orientasi dan merencanakan karyawan baru 
3) Menyusun jadwal dinas dan memberikan penugasan pada perawat 
asisten 
4) Evaluasi kerja 
5) Merencanakan/menyelenggarakan pengembangan staf 
6) Membuat 1-2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan 

yang terjadi 

i. 
Ketenagaan Model Keperawatan Primer 
1) Setiap perawat primer adalah perawat bed side 
2) Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat 
3) Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal 
4) Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain maupun non 
profesional sebagai perawat asisten 

j. Keuntungan utama 
Memuaskan pasien dan perawat 
Hubungan perawat primer dan tenaga kesehatan lain dapat dilihat pada 
bagan berikut. 

Bagan 4: Primary Nursing Wise ( 1995 ) 

Pasien 
Asuhan 
( 24 jam ) 
Perawat Primer Konsultasi 
Supervisor 
Kolaborasi dokter/tenaga 
kesehatan lain 
Perawat Asosiet 
( PA ) 
Perawat Asosiet 
( PA ) 
Perawat Asosiet 
( PA ) 
G. Persepsi Pasien / Klien 
Persepsi adalah pengamatan yang merupakan kombinasi penglihatan, 
penciuman, pendengaran serta pengalaman masa lalu. Persepsi dinyatakan 
sebagai proses menafsir sensasi-sensasi dan memberikan arti kepada stimuli. 
Persepsi merupakan penafsiran realitas dan masing-masing orang 
memandang realitas dari sudut perspektif yang berbeda.22 

Persepsi dapat dipandang sebagai proses seseorang menyeleksi, 


mengorganisasikan dan menafsirkan informasi untuk suatu gambaran yang 
memberi arti.23 

Dari beberapa pendapat mengenai persepsi dapat disimpulkan bahwa 


persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam 
memahami informasi tentang lingkungannya, melalui indera dan tiap-tiap 
individu dapat memberikan arti yang berbeda.24 

Beberapa orang dapat mempunyai persepsi yang berbeda dalam 


melihat suatu obyek yang sama, hal ini dipengaruhi oleh: 1) tingkat 
pengetahuan dan pendidikan seseorang, 2) faktor pada pemersepsi / pihak 

pelaku persepsi, 3) faktor obyek atau target yang dipersepsikan dan 4) faktor 
situasi dimana persepsi itu dilakukan.25 Sementara itu faktor pihak pelaku 
persepsi dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti sikap, motivasi, 
kepentingan atau minat, pengalaman dan pengharapan. Variabel lain yang 
ikut menentukan persepsi adalah umur, tingkat pendidikan, latar belakang 
sosial ekonomi, budaya, lingkungan fisik, pekerjaan, kepribadian dan 
pengalaman hidup individu.26 

Bagan 5: Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi 25,26 

Faktor pemersepsi: 

a. Sikap, motivasi 
b. Kepentingan 
c. Pengalaman 
d. Pengharapan 
Faktor situasi: 

a. Waktu 
b. Keadaan / situasi 
c. Keadaan sosial 
Persepsi 
Faktor Target: 

a. Hal baru 
b. Gerakan 
c. Bunyi 
d. Ukuran 
e. Latar belakang 
f. Kedekatan 
Persepsi setiap orang terhadap suatu obyek dapat berbeda-beda, oleh 
karena itu persepsi mempunyai sifat subyektif, yang dipengaruhi oleh isi 
memorinya. Semua apa yang telah memasuki indra dan mendapat 

perhatiannya akan disimpan dalam memorinya dan akan digunakan sebagai 


referensi untuk menanggapi stimuli baru. Dengan demikian proses persepsi 
dipengaruhi oleh pengalaman masa lalunya yang tersimpan dalam memori.27 

H. Kepuasan Pasien Sebagai Pelanggan Rumah Sakit 


Pelanggan adalah orang yang membeli dan menggunakan produk 
suatu perusahaan. Pelanggan tersebut merupakan orang yang berinteraksi 
dengan perusahaan setelah proses menghasilkan produk. Pelanggan adalah 
seorang atau sekelompok orang yang menggunakan atau menikmati produk 
berupa barang atau jasa dari suatu organisasi atau anggota organisasi 
tertentu, yang dikelompokkan menjadi pelanggan internal yaitu mitra kerja 
dalam organisasi yang membutuhkan produk barang atau jasa seseorang 
atau sekelompok orang dalam organisasi itu dan pelanggan eksternal yaitu 
semua orang atau sekelompok orang di luar organisasi yang membutuhkan 
produk barang atau jasa suatu organisasi.28 

Kepuasan konsumen adalah tingkat perasaan konsumen setelah 


membandingkan dengan harapannya. Seorang pelanggan jika merasa puas 
dengan nilai yang diberikan oleh jasa pelayanan sangat besar 
kemungkinannya untuk menjadi pelanggan dalam waktu yang lama.8 

Kepuasan pelanggan dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu 


kepuasan fungsional dan kepuasan psikologis. Kepuasan fungsional 
merupakan kepuasan yang diperoleh dari fungsi suatu produk yang 
dimanfaatkan, sedangkan kepuasan psikologis merupakan kepuasan yang 
diperoleh dari atribut yang bersifat tidak terwujud dari produk.10 

Kepuasan pasien akan terpenuhi apabila proses penyampaian jasa 


pelayanan kesehatan dari rumah sakit kepada konsumen sesuai dengan apa 
yang dipersepsikan pasien. Oleh karena itu, berbagai faktor seperti 

subyektifitas yang dipersepsikan pasien dan pemberi jasa pelayanan 


kesehatan, maka jasa sering disampaikan dengan cara yang berbeda dengan 
yang dipersepsikan konsumen.11 

Kepuasan pasien dalam mengkonsumsi jasa pelayanan kesehatan 


cenderung bersifat subyektif, setiap orang bergantung pada latar belakang 
yang dimilikinya, dapat menghasilkan tingkat kepuasan yang berbeda untuk 
satu pelayanan kesehatan yang sama. Untuk menghindari adanya 
subyektifitas individual yang dapat mempersulit pelaksanaan pelayanan 
kesehatan perlu adanya pembatasan derajat kepuasan pasien, antara lain: 

1. 
Pembatasan derajat kepuasan pasien, diakui bahwa kepuasan pasien 
bersifat individual, tetapi ukuran yang digunakan adalah yang bersifat 
umum sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata pasien 
2. 
Pembatasan pada upaya yang dilakukan dalam menimbulkan rasa 
puas pada diri setiap pasien. Untuk melindungi pemakai jasa 
pelayanan kesehatan yang pada umumnya awam terhadap tindakan 
pelayanan kesehatan, maka pelayanan kesehatan harus sesuai 
dengan kode etik dan standar pelayanan profesi.29 
Lama hari rawat pada rawat inap terdahulu berpengaruh terhadap 
kepuasan pasien. Sistem yang pernah dialami pasien pada rawat inap 
sebelumnya akan mengurangi rasa kecemasan. Jadi semakin tinggi derajat 
kesinambungan pelayanan semakin tinggi pula kepuasan pasien. 

Menurut Jacobalis, kepuasan konsumen dapat memberikan beberapa 


manfaat, diantaranya hubungan antara perusahaan dan pelanggan yang 
harmonis, memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya 
loyalitas pelanggan, serta membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut 
yang menguntungkan bagi perusahaan. Konsumen yang puas akan kembali 

memanfaatkan jasa yang sama, sebaliknya konsumen yang tidak puas akan 
memberitahukan orang lain tentang pengalaman tersebut. 

Berdasarkan pengalaman sehari-hari, ketidakpuasan yang sering 


ditemukan berkaitan dengan sikap dan perilaku petugas rumah sakit, 
keterlambatan pelayanan oleh dokter dan perawat, dokter tertentu sulit 
ditemui, dokter kurang komunikatif dan informatif, perawat yang kurang ramah 
dan tanggap terhadap kebutuhan pasien, lamanya proses masuk perawatan, 
serta kebersihan, ketertiban, kenyamanan dan keamanan rumah sakit.30 

Nelson sendiri menyatakan bahwa faktor yang berpengaruh dalam 


kepuasan pasien adalah sebagai berikut: 29 

1. 
Kepuasan terhadap hasil yang lalu 
2. Kesinambungan pelayanan 
3. Harapan pasien 
4. Komunikasi pasien-dokter 
Terpenuhinya kebutuhan pasien akan memberikan gambaran 
kepuasan pasien. Oleh karena itu tingkat kepuasan pasien sangat tergantung 
pada pandangan pasien terhadap mutu pelayanan rumah sakit. Kebutuhan 
pasien sendiri meliputi harga, keamanan, ketepatan dan kecepatan 
pelayanan. Hal ini didukung oleh hasil survey yang dilakukan oleh Junadi, 
bahwa pelanggan menilai pelayanan rumah sakit terdiri dari 4 aspek, yaitu:12 

1. 
Kenyamanan meliputi kebersihan, kenyamanan ruangan, kesesuaian 
makanan dengan pola diet dan lokasi rumah sakit 
2. 
Kompetensi interpersonal petugas yang meliputi keramahan, 
informatif, komunikatif, responsive dan suportif 
3. 
Kompetensi petugas meliputi pengetahuan dan ketrampilan petugas 
dalam menjalankan tugasnya 
4. Biaya 

Mutu pelayanan kesehatan bagi seorang pasien tidak lepas dari rasa 
puas terhadap pelayanan kesehatan yang diterima, dimana mutu yang baik 
dikaitkan dengan kesembuhan dari penyakit, peningkatan derajat kesehatan 
atau kesegaran, kecepatan pelayanan, lingkungan perawatan yang 
menyenangkan, keramahan petugas, kemudahan prosedur, kelengkapan alat, 
obat-obatan dan biaya yang terjangkau. 

Setelah mendapatkan pelayanan, pelanggan akan memberikan reaksi 


terhadap hasil pelayanan yang diberikan, apabila pelayanan yang diberikan 
sesuai dengan harapan / keinginan pelanggan maka akan menimbulkan 
kepuasan pelanggan, namun sebaliknya apabila pelayanan yang diberikan 
tidak sesuai dengan harapan / keinginan pelanggan maka akan menimbulkan 
ketidakpuasan pelanggan atau keluhan pelanggan.31 

I. Metode Pengukuran Kepuasan Pelanggan 


Mengukur kepuasan pelanggan sangat bermanfaat bagi perusahaan 
dalam rangka mengevaluasi posisi perusahaan saat ini dibandingkan dengan 
pesaing dan pengguna akhir, serta menemukan bagian mana yang 
membutuhkan peningkatan. Umpan ballik dari pelanggan secara langsung 
atau dari kepuasan pelanggan merupakan alat untuk mengukur kepuasan 
pelanggan. 

Pengukuran kepuasan pelanggan dapat dilakukan dengan cara 


sebagai berikut: 

1. 
Pengukuran dapat dilakukan secara langsung melalui pertanyaan 
kepada pelanggan dengan ungkapan sangat tidak puas, kurang puas, 
cukup puas, puas dan sangat puas. 
2. 
Responden diberi pertanyaan mengenai seberapa besar mereka 
mengharapkan suatu atribut tertentu dan seberapa besar yang mereka 
rasakan. 

3. 
Responden diminta menuliskan masalah-masalah yang mereka hadapi 
yang berkaitan dengan penawaran dari perusahaan dan diminta untuk 
menuliskan perbaikan-perbaikan yang mereka rasakan. 
4. 
Responden diminta merangking elemen atau atribut penawaran 
berdasarkan derajat kepentingan setiap elemen dan seberapa baik 
kinerja perusahaan pada masing-masing elemen.31 
J. Landasan Teori 
Kegiatan keperawatan di rumah sakit terdiri dari manajemen 
keperawatan dan keperawatan klinik, sedangkan asuhan keperawatan sendiri 
merupakan bagian dari keperawatan klinik di rumah sakit. Mutu pelayanan 
asuhan keperawatan sangat dipengaruhi oleh kehandalan, daya tanggap, 
jaminan terhadap pelayanan keperawatan, dan empati perawat dalam 
menghadapi pasien serta wujud nyata dari tindakan keperawatan yang 
diberikan kepada pasien. 

Kepuasan pasien/klien akan mutu pelayanan asuhan keperawatan 


tergantung pada persepsi pelanggan terhadap mutu pelayanan asuhan 
keperawatan, dimana persepsi pelanggan dipengaruhi oleh (1) faktor 
pemersepsi yang terdiri dari tingkat pengetahuan, pendidikan, umur, sosial 
ekonomi (pendapatan dan pekerjaan), sikap, motivasi, kepentingan, 
pengalaman, pengharapan ; (2) faktor situasi yang terdiri dari waktu, 
keadaan/situasi, keadaan sosial dan (3) faktor target yang terdiri dari hal baru, 
gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang dan kedekatan. 
Apabila persepsi pelanggan terhadap mutu pelayanan asuhan 
keperawatan sesuai dengan keinginan dan harapan pelanggan maka 
pelanggan akan puas, namun apabila persepsi pelanggan tidak sesuai 
dengan harapan pelanggan maka akan menimbulkan ketidakpuasan 
pelanggan terhadap perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. 

K. Kerangka Teori 
KEGIATAN KEPERAWATAN DI RS 
Manajemen keperawatan: 

a. 
Penanganan administratif 
b. 
Membuat penggolongan 
pasien 
c. 
Memonitor mutu pelayanan 
d. 
Manajemen ketenagaan dan 
logistik keperawatan 
Faktor-faktor yang mempengaruhi 
persepsi pasien/klien: 

1. Faktor pemersepsi 
a. 
Tingkat pengetahuan 
b. 
Pendidikan 
c. 
Umur 
d. 
Sosial Ekonomi 
e. 
Sikap, motif 
f . 
Kepentingan 
g. 
Pengalaman 
h. 
Pengharapan 
2. Faktor Situasi 
a. 
Waktu 
b. 
Keadaan/Situasi 
c. 
Keadaan Sosial 
3. Faktor Target 
a. 
Hal baru 
b. 
Gerakan 
c. 
Bunyi 
d. 
Ukuran 
e. 
Latar Belakang 
f. 
Kedekatan 
Keperawatan Klinik: 

a. 
Pelayanan keperawatan personal 
b. 
Komunikasi dengan dokter 
c. 
Komunikasi dengan pasien dan 
keluarga 
d. 
Menjaga lingkungan tempat 
perawatan 
e. 
Penyuluhan kesehatan 
Persepsi pasien/klien terhadap mutu 
pelayanan asuhan keperawatan klinik: 

1. Kehandalan perawat 
2.Daya tanggap perawat 
3.Jaminan dari perawat 
4. Empati perawat 
5.Bukti langsung/wujud tindakan 
keperawatan 
ASUHAN KEPERAWATAN 
KLINIK 
PERSEPSI KEPUASAN 
KLIEN RAWAT INAP 
Sumber: Gabungan dari beberapa sumber: Robbins (2000), Nursalam (2002), 
Philip Kottler (1994), Hardjana (2003), Irawan (2002) 
diary Patris
Sabtu, 01 Februari 2014

makalah PERAN PERAWAT DALAM RUANG LINGKUP RUJUKAN- HEKIN

BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latarbelakang Masalah
Dewasa ini profesi keperawatan sangat di butuhkan karena
profesi ini sangat berhubungan dengan manusia . Ketika manusia
mengalami gangguan baik fisik maupun psikisnya dia tidak bisa
melakukan kegiatan rutinitasnya seperti biasa .oleh karena itu ,dia
harus membutuhkan pertolongan seorang perawat.
Seorang perawat yang professional yang dituntut zaman sekarang
yaitu Dia harus memiliki ilmu keperawatan dan juga memiliki
pengalaman kerja. Oleh karena itu seorang perawat harus mempunyai
kemauan untuk terus belajar sehingga dapat melayani pasien secara
professional.
Jadi peran seorang perawat dalam pelayanannya , harus
mengetahui secara pasti penyakit yang diderta oleh pasien atau klien
dengan menggunakan sarana sarana kesehatan , Bila sarana sarana
kesehatan kurang memadai maka pasien harus di rujuk ke Tim
Kesehatan lain yang fasilitasanya sudah memadai.

B.      Tujuan Penulisan Makalah


Adapun tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut :
1.      Agar kita dapat mengetahui dan memahami peranan perawat dalam
melayani pasien.
2.      Agar mampu mendiagnosa kasus yang dialami oleh klien atau pasien
3.      Agar dapat mengetahui apa saja peran perawat dalam ruang lingkup
pelayanan rujukan

C.      Permasalahan

Berdasarkan latarbelakang masalah dan tujuan penulisan


makalah ini maka kami memilih judul dari makalah ini yaitu : “ sejauh
mana  peranan seorang Asisten perawat dalam merujuk pasien”

BAB II
PEMBAHASAN MATERI
A.     Pemahaman Tentang Rujukan
1.      Definisi Rujukan
Rujukan adalah : Suatu pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas
kasus atau masalah yang timbul baik secara vertikal (Dari sudut Unit ke
Unit yang lebih lengakap  atau Rumah Sakit ) maupun Horisontal (Dari
suatu bagian lain dalam satu Unit )
B.      Peran Perawat dalam ruang lingkup pelayanan Rujukan
Dalam ruang lingkup pelayanan Rujukan peran perawat yaitu :
1.      Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
2.      Asuhan Keperawatan Anak
a.      Pengertian
Menurut  UU RI No. IV th 1979 ttg kesejahteraan anak, disebutkan
bahwa anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan
belum menikah Sedangkan menurut UU RI No. I th 1974 Bab IX ps 42
disebutkan bahwa anak  yang sah adalah yang dilahirkan dalam atau
sebagai perkawinan yang sah.
Dari kedua pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian
anak adalah seseorang yang dilahirkan dalam atau sebagai perkawinan
yang sah yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah.
b.      Filosofi Keperawatan Anak
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada anak harus
memahami bahwa semua asuhan Keperawatan anak  harus berpusat
pada keluarga (family center care ) dan mencegah terjadinya trauma
( atraumatik care )
Family center care  ( perawatan berfokus  pada keluarga )
merupakan  unsur penting dalam perawatan anak karena  anak
merupakan bagian dari anggota keluarga, sehingga kehidupan anak
dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga., Untuk itu keperawatan
anak harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau sebagai
konstanta tetap dalam kehidupan anak yang dapat mempengaruhi status
kesehatan anak
Sedangkan maksud dari atraumatic care adalah semua tindakan
keperawatan yang ditujukan kepada anak tidak menimbulkan trauma
pada anak dan keluarga dengan memperhatikan dampak dari setiap
tindakan yg diberikan. Prinsip dari  atraumatic care adalah menurunkan
dan mencegah dampak perpisahan dari keluarga, meningkatkan
kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak,
mencegah dan mengurangi cedera      ( injury ) dan nyeri ( dampak
psikologis ), tidak melakukan kekerasan pada anak dan modifikasi
lingkungan fisik
c.       Prinsip Keperawatan Anak
Dalam keperawatan anak, perawat harus mengetahui bahwa

prinsip keperawatan anak adalah :

  Anak bukan miniatur orang dewasa

  Anak sebagai individu unik & mempunyai kebutuhan sesuai tahap

perkembangan
  Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada pencegahan &

peningkatan derajat kesh, bukan mengobati anak sakit

  Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada

kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara

komprehensif dalam memberikan askep anak

  Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak & keluarga

untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi & meningkatkan

kesejahteran dengan menggunakan proses keperawatan yang sesuai

dengan moral ( etik ) & aspek hukum ( legal )

  Tujuan keperawatan anak & remaja adalah untuk meningkatkan

maturasi / kematangan

  Berfokus pada pertumbuhan & perkembangan

d.      Paradigma Keperawatan Anak


  Manusia ( Anak )
Anak baik sebagai individu maupun bagian dari keluarga
merupakan salah satu sasaran dalam pelayanan keperawatan. Untuk
dapat memberikan pelayanan keperawatan yang tepat sesuai dengan
masa tumbuh kembangnya, anak di kelompokkan berdasarkan masa
tumbuh kembangnya yaitu
1.      Bayi                             : 0 – 1 th
2.      Toddler                       : 1 – 2,5 th
3.      Pra Sekolah                 : 2,5 – 5 th
4.      Sekolah                       : 5 – 11 th
5.      Remaja                        : 11 – 18 th
 Terdapat perbedaan dalam memberikan pelayanan keperawatan
antara orang dewasa dan anak sebagai sasarannya. Perbedaan itu dapat
dilihat dari struktur fisik, dimana secara fisik anak memiliki organ yang
belum matur sepenuhnya. Sebagai contoh bahwa komposisi tulang pada
anak lebih banyak berupa tulang rawan, sedangkan pada orang dewasa
sudah berupa tulang keras.
Proses fisiologis juga mengalami perbedaan, kemampuan anak
dalam membentuk zat penangkal anti peradarangan belum sempurna
sehingga daya tahan tubuhnya masih rentan dan mudah terserang
penyakit. Pada aspek kognitif,  kemampuan berfikir anak  serta
tanggapan terhadap pengalaman masa lalu sangat berbeda dari orang
dewasa, pengalaman yang tidak menyenangkan selama di rawat akan di
rekam sebagai suatu trauma, sehingga pelayanan keperawatan harus
meminimalisasi dampak traumatis anak.
  Konsep Sehat Sakit
      Menurut WHO, sehat adalah keadaan keseimbangan yang
sempurna baik fisik, mental, sosial, dan tidak semata-mata hanya bebas
dari penyakit atau cacad. Konsep sehat & sakit merupakan suatu
spektrum yang lebar & setiap waktu kesehatan seseorang bergeser
dalam spektrum sesuai dengan hasil interaksi yang terjadi dengan
kekuatan yang mengganggunya
  Lingkungan
LIngkungan berpengaruh terhadap terjadinya suatu kondisi sehat
maupun sakit serta status kesehatan. Faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi kesehatan berupa lingkungan Internal dan lingkungan
external . Lingkungan Internal yang mempengaruhi kesehatan seperti
tahap perkembangan, latar belakang intelektual, persepsi terhadap
fungsi fisik, faktor Emosional, dan spiritual. SEdangkan lingkungan
external yang mempengaruhi status kesehatan antara lain keluarga,
sosial ekonomi, budaya
  Keperawatan
Merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang
komprehensif meliputi biologi, psikologis, social dan spiritual yang
ditujukan pada individu, keluarga, masyarakat dan kelompok khusus
yang mengutamakan pelayanan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif yang diberikan dalam kondisi sehat maupun sakit.
Anak sebagai individu maupun salah satu anggota keluarga
merupakan sasaran dalam pelayanan keperawatan Sehingga perawat
sebagai pemberi asuhan keperawatan harus memandang anak sebagai
individu yang unik yang memiliki kebutuhan tersendiri sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangannya
e.      Peran Perawat dalam Keperawatan Anak
  Pemberi perawatan
Merupakan peran utama perawat yaitu memberikan pelayanan
keperawatan kepada individu, keluarga,kelompok atau masyarakat
sesuai dengan  masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat
sederhana sampai yang kompleks. Contoh peran perawat sebagai
pemberi perawatan adalah peran ketika perawat memenuhi kebutuhan
dasar seperti memberi makan, membantu pasien melakukan ambulasi
dini.
  Sebagai Advocat keluarga
Sebagai client advocate, perawat bertanggung jawab untuk
memebantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi
dari berbagai pemberi pelayanan daninfo rmasi  yang diperlukan untuk
mengambil persetujuan (inform concent) atas tindakan keperawatan
yang diberikan kepadanya. Peran perawat sebagai advocate keluarga
dapt ditunjukkan dengan memberikan penjelasan tentang prosedur
operasi yang akan di lakukan sebelum  pasien melakukan operasi.
  Pendidik
Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan
pengajaran ilmu keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan
maupun tenaga kesehatan lainya. Salah satu aspek yang perlu
diperhatikan dalam keperawatan adalah aspek pendidikan, karena
perubahan tingkah laku merupakan salah satu sasaran dari pelayanan
keperawatan. Perawat harus bisa berperan sebagai pendidik bagi
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Memberi penyuluhan
kesehatan tentang penanganan diare merupakan salah satu contoh
peran perawat sebagai pendidik ( health educator )
  Konseling
Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola
interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya. Adanya perubahan pola
interaksi ini merupakan dasar dalam perencanaan tindakan
keperawatan. Konseling diberikan kepada individu,  keluarga dalam
mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman masa lalu.
Pemecahan masalah difokuskan pada; masalah keperawatan, mengubah
perilaku hidup sehat (perubahan pola interaksi).

  Kolaborasi
Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga, team kesehatan
lain berupaya mengidentfikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan
termasuk tukar pendapat terhadap pelayanan yang diperlukan klien,
pemberian dukungan, paduan keahlian dan ketrampilan dari berbagai
professional pemberi palayanan kesehatan. Sebagai contoh, perawat
berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet yang tepat pada
anak dengan nefrotik syndrome. Perawat berkolaborasi dengan dokter
untuk menentukan dosis yang tepat untuk memberikan Antibiotik pada
anak yang menderita infeksi

  Peneliti

Seorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu


(innovator) dalam ilmu keperawatan karena ia memiliki kreativitas,
inisiatif, cepat tanggap terhadap rangsangan dari lingkunganya.
Kegiatan ini dapat diperoleh diperoleh melalui penelitian. Penelitian,
pada hakekatnya adalah melakukan evalusai, mengukur kemampuan,
menilai, dan mempertimbangkan sejauh mana efektifitas tindakan yang
telah diberikan.  Dengan hasil penelitian, perawat dapat mengerakan
orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan kebutuhan,
perkembangan dan aspirasi individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Oleh karena itu perawat dituntut untuk selalu mengikuti
perkembangan memanfaatkan media massa atau media informasi lain
dari berbagai sumber. Selain itu perawat perlu melakukan penelitian
dalam rangka mengembagkan ilmu keperawatan dan meningkatkan
praktek profesi keperawatan.
f.        Lingkup Praktek Keperawatan Anak
Menurut, Gartinah, dkk ( 1999), Lingkup praktek keperawatan
anak merupakan batasan asuhan keperawatan  yang diberikan pada
klien anak usia 28 hari sampai usia  18 th atau BBL ( Bayi Baru
Lahir ) sampai usia 12 th. Sedangkan Sularso ( 1993 ) memberikan
penjelaskan bahwa asuhan keperawatan anak meliputi   tumbang anak
yang mencakup  ASAH ( stimulasi mental ),  ASIH ( Kasih sayang ), ASUH
( pemenuhan kebutuhan fisik )

3.      Asuahan Keperawatan Maternitas


a.      Pengertian
Keperawatan maternitas merupakan salah satu bentuk pelayanan
profesional keperawatan yang ditujukan kepada wanita pada masa usia
subur (WUS) berkaitan dengan system reproduksi, kehamilan,
melahirkan, nifas, antara dua kehamilan dan bayi baru lahir sampai
umur 40 hari, beserta keluarganya, berfokus pada pemenuhan
kebutuhan dasar dalam beradaptasi secara fisik dan psikososial untuk
mencapai kesejahteraan keluarga dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan.
Setiap individu mempunyai hak untuk lahir sehat maka setiap
individu berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Keperawatan ibu menyakini bahwa peristiwa kelahiran merupakan
proses fisik dan psikis yang normal serta membutuhkan adaptasi fisik
dan psikososial dari idividu dan keluarga. Keluarga perlu didukung untuk
memandang kehamilannya sebagai pengalaman yang positif dan
menyenangkan. Upaya mempertahankan kesehatan ibu dan bayinya
sangat membutuhkan partisipasi aktif dari keluarganya.
Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan
keluarga, dapat mengakibatkan krisis situasi selama anggota keluarga
tidak merupakan satu keluarga yang utuh. Proses kelahiran merupakan
permulaan bentuk hubungan baru dalam keluarga yang sangat penting.
Pelayanan keperawatan ibu akan mendorong interaksi positif dari orang
tua, bayi dan angggota keluarga lainnya dengan menggunakan sumber-
sumber dalam keluarga.. Sikap, nilai dan perilaku setiap individu
dipengaruhi oleh budaya dan social ekonomi dari calon ibu sehingga ibu
serta individu yang dilahirkan akan dipengaruhi oleh budaya yang
diwarisi.
Asuhan keperawatan yang diberikan bersifat holistik dengan
selalu menghargai klien dan keluarganya serta menyadari bahwa klien
dan keluarganya berhak menentukan perawatan yang sesuai untuk
dirinya. Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan advokasi dan
mendidik WUS dan melakukan tindakan keperawatan dalam mengatasi
masalah kehamilanpersalinan dan nifas, membantu dan mendeteksi
penyimpangan-penyimpangan secara dini dari keadaan normal selama
kehamilan sampai persalinan dan masa diantara dua kehamilan,
memberikan konsultasi tentang perawatan kehamilan, pengaturan
kehamilan, membantu dalam proses persalinan dan menolong persalinan
normal, merawat wanita masa nifas dan bayi baru lahir sampai umur 40
hari menuju kemandirian, merujuk kepada tim kesehatan lain untuk
kondisi¬kondisi yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.Perawat
mengadakan interaksi dengan klien untuk mengkaji masalah kesehatan
dan sumber-sumber yang ada pada klien, keluarga dan masyarakat;
merencanakan dan melaksanakan tindakan untuk mengatasi masalah-
maslah klien, keluarga dan masyarakat; serta memberikan dukungan
pada potensi yang dimiliki klien dengan tindakan keperawatan yang
tepat. Keberhasilan penerapan asuhan keperawatan memerlukan
kerjasama tim yang terdiri dari pasien, keluarga, petugas kesehatan dan
masyarakat.
b.      Paradigma Keperawatan Maternitas
Paradigma keperawatan pada keperawatan maternitas meliputi
manusia, lingkungan, sehat dan keperawatan.
  Manusia
Terdiri dari wanita usia subur wanita pada masa usia subur (WUS)
berkaitan dengan system reproduksi, kehamilan, melahirkan, nifas,
antara dua kehamilan dan bayi baru lahir sampai umur 40 hari, beserta
keluarganya adalah anggota keluarga yang unik dan utuh, merupakan
mahluk bio-psikososial dan spiritual yang memiliki sifat berbeda secara
individual dan dipengaruhi oleh usia dan tumbuh kembangnya. Salah
satu tugas perkembangan wanita adalah pengalaman melahirkan danak
yang dapat merupakan krisis situasi dalam keluarga tersebut apabila
tidak mampu beradaptasi dengan baik.
  Lingkungan
Sikap, nilai dan prerilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan
budaya dan social disamping pengaruh fisik Proses kehamilan
danpersalinan serta nifas akan melibatkan semua anggota keluarga dan
masyarakat. Proses kelahiran merupakan permulaan suatu bentuk
hubungan baru dalam keluarga yang sangat penting, sehingga pelayanan
maternitas akan mendorong interaksi yang positif dari orang tua, bayi
dan angota keluarga lainnya dengan menggunakan sumber-sumber
dalam keluarga.

  Sehat
Sehat adalah suatu keadaan terpenuhinya kebutuhan dasar, bersifat
dinamis dimana perubahan-perubahan fisik dan psikososial
mempengaruhi kesehatan seseorang.setiap indivisu memeiliki hak untuk
lahir sehat sehingga WUS dan ibu memiliki hak untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang berkualitas.

  Keperawatan Ibu
Keperawatan ibu merupakan pelayanan keperawatan professional
yang ditujukan kepada wanita usia subur wanita pada masa usia subur
(WUS) berkaitan dengan system reproduksi, kehamilan, melahirkan,
nifas, antara dua kehamilan dan bayi baru lahir sampai umur 40 hari,
beserta keluarganya yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar
dalam melakukan adaptasi fisik dan psikososial dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan. Keperawatan ibu memberikan asuhan
keperawatan holistik dengan selalu menghargai klien dan keluarganya
serta menyadari bahwa klien dan keluarganya berhak menentukan
perawatan yang sesuai untuk dirinya.
c.       Kebijakan Pelayanan Keperawatan Maternitas
  Memberikan pelayanan tenaga terlatih
  Meningkatkan pengetahuan kesehatan masyarakat
  Meningkatkan penerimaan gerakan KB
  Memberikan pendidikan dukun beranak
  Meningkatkan system
d.      Peranan Perawat Dalam Keperawatan Maternitas
Suatu perilaku yang diharapkan, yang dikaitkan dengan standar,
merefleksikan tujuan dan nilai yang dilaksanakan pada situasi tertentu.
e.      Peran Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Maternitas
Peranan atau tingkah laku perawatan yang diharapkan dan dinilai oleh
masyarakat dalm memberikan pelayanan ibu dan bayi baru lahir:
  Sebagai pelaksana keperawatan (caregiver)
  Sebagai pendidik (teacher)
  Sebagai communicator
  Sebagai penasehat (counselor)
  Sebagai researcher
  Sebagai pembela (advocate)
  Sebagai manajer
f.        Kegiatan Dalam Keperawatan Maternitas
  Promotif
  Preventif
  Kuratif
  Rehabilitatif
g.      Lingkup Peran Maternitas
  Membantu klien memperoleh kembali kesehatannnya
  Membantu yang sehat memelihara kesehatannya
  Membantu yang tidak bias disembuhkan untuk mencegah masalah lebih
lanjut
4.      Asuhan Keperawatan Jiwa
a.      Pengertian
Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional
didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia
sepanjang siklus kehidupan dengan respons psiko-sosial yang maladaptif
yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan menggunakan
diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa ( komunikasi terapeutik dan
terapi modalitas keperawatan kesehatan jiwa ) melalui pendekatan
proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan
dan memulihkan masalah kesehatan jiwa klien (individu, keluarga,
kelompok komunitas)
1)      Menurut American Nurses Associations (ANA)
Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang
menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan
menggunakan diri sendiri secara teraupetik dalam meningkatkan,
mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan
mental masyarakat dimana klien berada (American Nurses Associations).
2)      Menurut WHO
Kes. Jiwa bukan hanya suatu keadaan tdk ganguan jiwa, melainkan
mengandung berbagai karakteristik yg adalah perawatan langsung,
komunikasi dan management, bersifat positif yg menggambarkan
keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yg mencerminkan kedewasaan
kepribadian yg bersangkutan.
3)      Menurut UU KES. JIWA NO 03 THN 1966
Kondisi yg memungkinkan perkembangan fisik, intelektual emosional
secara optimal dari seseorang dan perkebangan ini selaras dgn orang
lain.
b.      Peran dan Fungsi Perawat dalam praktek keperawatan kesehatan
jiwa.
Menurut Stuart dan Sundeen (1995) dalam memberikan asuhan
dan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa,perawat dapat melakukan
aktivitas pada tiga area utama yaitu 1)Memberikan asuhan keperawatan
secara langsung,2) Aktivitas komunikasi dan 3)Aktivitas dalam
pengelolaan atau manajemen keperawatan.
    Dalam hubungan perawat dengan klien,ada beberapa peran perawat
dalam keperawatan kesehatan jiwa,meliputi :
1.       Kompetensi klinik.
2.       Advokasi klien dan keluarga
3.       Tanggung jawab keuangan
4.       Kerja sama antar disiplin ilmu di bidang keperawatan
5.       Tanggung gugat sosial
6.       Parameter etik-legal.
Pada setiap tingkatan pelayanan kesehatan jiwa,perawat mempunyai peran
tertentu:
  Peran perawat dalam prevensi primer.
1)      Memberikan penyuluhan tentang prinsip sehat jiwa.
2)      Mengefektifkan perubahan dalam kondisi kehidupan,tingkat kemiskinan
dan pendidikan.
3)      Memberikan pendidikan dalam kondisi normal,pertumbuhan dan
perkembangan dan Pendidikan seks.
4)      Melakukan rujukan yang sesuai sebelum terjadi gangguan jiwa.
5)      Membantu klien di rumah sakit umum untuk menghindari masalah
psikiatri .
6)      Bersama keluarga untuk memberikan dukungan pada anggotanya untuk
meningkatkan Fungsi kelompok.Aktif dalam kegiatan masyarakat atau
politik yang berkaitan dengan kesehatan jiwa.
  Peran perawat dalam prevensi sekunder
1)      Melakukan skrining dan pelayanan evaluasi kesehatan jiwa.
2)      Melaksanakan kunjungan rumah atau pelayanan penanganan di rumah.
3)      Memberikan pelayanan kedaruratan psikiatri di rumah sakit umum.
4)      Menciptakan lingkungan terapeutik.
5)      Melakukan supervisi klien yang mendapatkan pengobatan.
6)      Memberikan pelayanan pencegahan bunuh diri.
7)      Memberi konsultasi.
8)      Melaksanakan intervensi krisis.
9)      Memberikan psikoterapi pada individu,keluarga dan kelompok pada
semua usia.
10)  Memberikan intervensi pada komunitas dan organisasi yan teridentifikasi
masalah.

  Peran perawat dalam prevensi tertier.


1)      Melaksanakan latihan vokasional dan rehabilitasi.
2)      Mengorganisasi pelayanan perawatan pasien yang sudah pulang dari
rumah sakit jiwa untuk
3)      Memudahkan transisi dari rumah sakit ke komunitas.
4)      Memberikan pilihan perawatan rawat siang pada klien.

5.      Asuhan Keperawatan Gerontik


a.      Pengertian
1)      Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari
proses kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan di alami oleh
setiap individu
Batasan Lanjut Usia:
DEPKES RI membagi Lansia sebagai berikut:
  Kelompok menjelang usia lanjut (45 - 54 th) sebagai masa VIRILITAS
  Kelompok usia lanjut (55 - 64 th) sebagai masa PRESENIUM
  Kelompok usia lanjut (65 th > ) sebagai masa SENIUM

Sedangkan WHO membagi lansia menjadi 3 kategori, yaitu:


1.      Usia lanjut : 60 - 74 tahun
2.      Usia Tua : 75 - 89 tahun
3.      Usia sangat lanjut : > 90 tahun

2)      Keperawatan gerontik
adalah spesialis keperawatan usia lanjut yang dapat menjalankan pada
tiap tatanan pelayanan ( di rumah sakit rumah, dan panti ) dengan
menggunakan pengetahuan, keahlian, dan keterampilan merawat untuk
meningkatkan fungsi optimal para lansia secara komprehensif.
( lueckerotte,2000)
Keperawatan Gerontik adalah suatu bentuk pelayanan profesional
yang didasarkan pada ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang berbentuk
bio-psiko-sosio-spritual dan kultural yang holistik, ditujukan pada klien
lanjut usia, baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat. Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk
pelayanan keperawatan yang professional dengan menggunakan ilmu
dan kiat keperawatan gerontik, mencakup biopsikososial dan spiritual,
dimana klien adalah orang yang telah berusia > 60 tahun, baik yang
kondisinya sehat maupun sakit

b.      Tujuan
Tujuan keperawatan gerontik adalah memenuhi kenyamanan lansia,
mempertahankan fungsi tubuh serta membantu lansia menghadapi
kematian dengan tenang dan damai melalui ilmu dan teknik
keperawatan gerontik.

c.       Lingkup askep gerontik


Lingkup keperawatan gerontik meliputi :
  Pencegahan terhadap ketidakmampuan akibat proses penuaan
  Perawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akibat proses
penuaan
  Pemulihan ditujukan untuk upaya mengatasi kebutuhan akibat proses
penuaan

d.      Peran Perawat
Dalam prakteknya keperawatan gerontik meliputi peran dan
fungsinya sebagai berikut:
  Sebagai Care Giver( pemberi asuhan langsung, Sebagai pelaku atau
pemberi asuhan keperawatan)
perawat dapat memberikan pelayanan keperawatan secara langsung
dan tidak langsung kepada klien, menggunakan pendekatan proses
keperawatan yang meliputi : melakukan pengkajian dalam upaya
mengumpulkan data dan informasi yang benar, menegakkan diagnosa
keperawatan berdasarkan hasil analisis data, merencanakan intervensi
keperawatan sebagai upaya mengatasi masalah yang muncul dan
membuat langkah atau cara pemecahan masalah, melaksanakan
tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ada dan melakukan
evaluasi berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilakukan.
Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien
mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan.
Proses penyembuhan lebih dari sekedar sembuh dari penyakit tertentu,
sekalipun pemberi ketrampilan tindakan yang meningkatkan kesehatan
fisik merupakan hal yang penting bagi pemberi asuhan. Perawat
memfokuskan asuhan pada kebutuhan klien secara holistik, meliputi
gaya mengembalikan kesehatan emosi, spiritual dan social.

  Sebagai Pendidik klien lansia


Sebagai pendidik klien, perawat membantu klien meningkatkan
kesehatannya melalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan
keperawatan dan tindakan medik yang diterima sehingga klien/keluarga
dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang diketahuinya.
Sebagai pendidik, perawat juga dapat memberikan pendidikan
kesehatan kepada klien lansia yang beresiko tinggi, kader kesehatan,
dan lain sebagainya. Perawat menjalankan peran sebagai pendidik
ketika klien, keluarga atau kelompok masyarakat dianggap memerlukan
pengajaran.

  Sebagai komunikasi ( comunicator )


Setiap perawat yang berkeinginan menjadi perawat yang
memberikan perawatan secara efektif, hal pertama yang harus
dipelajari adalah cara berkomunikasi. Komunikasi yang baik menjadikan
perawat mengetahui tentang klien mereka yang akhirnya mampu
mendiagnosa dan menemukan hal - hal yang mereka butuhkan selama
proses perawatan.

  Sebagai pemberi bimbingan atau konseling klien (Counselor)


Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola
interaksi klien terhadap keadaan sehat-sakitnya. Adanya pola interaksi
ini merupakan dasar dalam merencanakan metode untuk meningkatkan
kemampuan adaptasinya. Memberikan konseling/bimbingan kepada
klien, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan sesuai
prioritas. Konseling diberikan kepada individu/keluarga dalam
mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu,
pemecahan masalah difokuskan pada masalah keperawatan, mengubah
perilaku hidup kearah perilaku hidup sehat.
  Sebagai koordinator
agar dapat memanfaatkan sumber-sumber potensi klien
(Coordinator) Perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan
potensi yang ada, baik materi maupun kemampuan klien secara
terkoordinasi sehingga tidak ada intervensi yang terlewatkan maupun
tumpang tindih.
Dalam menjalankan peran sebagai koordinator, perawat dapat
melakukan hal-hal sebagai berikut :
  Mengkoordinasi seluruh pelayanan keperawatan
  Mengatur tenaga keperawatan yang akan bertugas
  Mengembangkan sistem pelayanan keperawatan
  Memberikan informasi tentang hal-hal yang terkait dengan pelayanan
keperawatan pada sarana kesehatan.
  Sebagai Rehabilitator
Rehabilitasi merupakan proses dimana individu kembali ke tingkat
fungsi maksimal setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang
menimbulkan ketidakberdayaan lainnya. Seringkali klien mengalami
gangguan fisik dan emosi yang mengubah kehidupan mereka dan
perawat membantu klien beradaptasi semaksimal mungkin dengan
keadaan tersebut. Rentang aktivitas rehabilitatif dan restoratif mulai
dari mengajar klien berjalan dengan menggunakan kruk sampai
membantu klien berjalan dengan menggunakan kruk sampai membantu
klien mengatasi perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan penyakit
kronis
  Pembuat keputusan klinik ( Collabolator )
Untuk memberikan perawatan yang efektif, perawat menggunakan
keahliannya berpikir secara kritis melalui proses keperawatan. Perawat
membuat keputusan ini sendiri atau berkolaborasi dengan klien dan
keluarga. Dalam setiap situasi seperti ini, perawat bekerja sama dan
berkonsultasi dengan pemberi perawatan kesehatan profesional lainnya
( Keeling dan Ramos, 1995 )
  Sebagai Caring
Tanggung-jawab etis seorang perawat secara umum telah diuraikan
dalam kaitannya dengan caring dan perlindungan. Reverby melacak
sejarah keperawatan Amerika pada awal abad ke-19. Selama waktu
tersebut, hampir tiap-tiap perempuan menghabiskan sebagian dari
hidupnya untuk memperhatikan macam-macam penyakit dan kelemahan
teman-teman dan sanak keluarga
Pada saat keperawatan dikenal sebagai suatu pekerjaan professional
dan tempat dalam merawat dipindahkan dari rumah sakit, tugas
merawat ditafsirkan berarti ketaatan terhadap perintah dokter.
Menurut Reverby, caring keperawatan baru-baru ini telah mengalami
suatu perubahan bentuk. Berbeda dari sebelumnya, sekarang akan
ditemui perawat menuntut hak untuk menentukan bagaimana tugas
merawat didapatkan. Sekarang perawat menginginkan suatu model
caring yang menyertakan hak-hak terhadap otonomi dengan nilai-nilai
ideal tradisional mengenai hubungan dan azas mengutamakan orang
lain. Pakar teori ilmu perawatan modern yang melanjutkan untuk
mengidentifikasi caring sebagai hal yang utama untuk merawat juga
menekankan bahwa teori ilmu keperawatan itu harus dibangun dari
praktek keperawatan dibandingkan dengan gambaran ideal dalam
keperawatan
  Sebagai Advokasi      
Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara
klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan
klien, membela kepentingan klien dan klien memahami semua informasi
dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan
pendekatan tradisional maupun profesional. Peran advokasi sekaligus
mengharuskan perawat bertindak sebagai narasumber dan fasilitator
dalam tahap pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang
harus dijalani oleh klien. Dalam menjalankan peran sebagai advokat
(pembela klien) perawat harus dapat melindungi dan memfasilitasi
keluarga dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan.

6.      Asuahan Keperawatan Gawat Darurat


a.      Pengertian
Keperawatan Gawat Darurat Merupakan pelayanan keperawatan
yang diberikan kepada individu, keluarga,ataupun masyarakat yang
diperkirakan sedang mengalami keadaan yang mengancam kehidupan
dan terjadi secara mendadak dalam suatu lingkunagn yang tidak dapa
dikendalikan.
b.      Prinsip Keperawatan Gawat Darurat
Prinsip pada penanganan penderita gawat darurat harus cepat dan
tepat serta harus dilakukan segera oleh setiap orang yang pertama
menemukan/mengetahui (orang awam, perawat, para medis, dokter),
baik didalam maupun diluar rumah sakit karena kejadian ini dapat
terjadi setiap saat dan menimpa siapa saja.
Kondisi gawat darurat dapat diklasifikasikan sebagai berikut
(Kumpulan materi mata kuliah Gadar:2005):
1)      Gawat darurat
Adalah Suatu kondisi dimana dapat mengancam nyawa apabila tidak
mendapatkan pertolongan secepatnya. Contoh : gawat nafas, gawat
jantung, kejang, koma, trauma kepala dengan penurunan kesadaran.
2)      Gawat tidak darurat
Adalah Suatu keadaan dimana pasien berada dalam kondisi gawat
tetapi tidak memerlukan tindakan yang darurat contohnya : kanker
stadium lanjut
3)      Darurat tidak gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba tetapi tidak mengancam
nyawa atau anggota badannya contohnya : fraktur tulang tertutup.
4)      Tidak gawat tidak darurat
Pasien poliklinik yang datang ke UGD
c.       Tindakan Keperawatan Gawat Darurat Sesuai Aspek Legal
1)      Perawat yang membantu korban dalam situasi emergensi harus
menyadari konsekuensi hukum yang dapat terjadi sebagai akibat dari
tindakan yang mereka berikan. Banyak negara-negara yang telah
memberlakukan undang-undang untuk melindungi personal kesehatan
yang menolong korban-korban kecelakaan. Undang-undang ini bervariasi
diberbagai negara, salah satu diantaranya memberlakukan undang-
undang “ Good Samaritan”  yang berfungsi untuk mengidentifikasikan
bahasa/ istilah hukum orang-orang atau situasi yang memberikan
kekebalan tanggung jawab tertentu, banyak diantaranya ditimbulkan
oleh adanya undang-undang yang umum.
2)      Perawatan yang dapat dipertanggungjawabkan diberikan oleh perawat
pada tempat kecelakaan biasanya dinilai sebagai perawatan yang
diberikan oleh perawatan serupa lainnya dalam kondisi-kondisi umum
yang berlaku. Maka perawatan yang diberikan tidaklah dianggap sama
dengan perawatan yang diberikan diruangan emergensi.
3)      Perawat-perawat yang bekerja di emergensi suatu rumah sakit harus
menyadari implikasi hukum dari perawatan yang diberikan seperti
memberikan persetujuan dan tindakan-tindakan yang mungkin dilakukan
dalam membantu kondisi mencari bukti-bukti.
d.      Fungsi Perawat Dalam Pelayanan Gawat Darurat
1)      Melaksanakan asuhan keperawatan gawat darurat
2)       Kolaborasi dalam pertolongan gawat darurat
3)      Pengelolaan pelayanan perawatan di daerah bencana dan ruang gawat
darurat

e.      Tindakan – tindakan yang Berhubungan dengan bantuan hidup dasar


dan bantuan hidup lanjut.
1)      Pengetahuan medis teknis yang harus diketahui adalah mengenal
ancaman kematian yang disebabkan oleh adanya gangguan jalan nafas,
gangguan fungsi pernafasan/ventilasi dan gangguan sirkulais darah
dalam tubuh kita.
Dalam usaha untuk mengatasi ketiga gangguan tersebut harus
dilakukan upaya pertolongan pertama yang termasuk dalambantuan
hidup dasar yang meliputi :
  Pengelolaan jalan nafas (airway)
  Pengelolaan fungsi pernafasan/ventilasi (breathing management)
  Pengelolaan gangguan fungsi sirkulasi (circulation management)
Setelah bantuan hidup dasar terpenuhi dilanjutkan pertolongan
lanjutan ataubantuan hidup lanjut yang meliputi :
  Penggunaan obat-obatan (drugs)
  Dilakukan pemeriksaan irama/gelombang jantung (EKG)
  Penanganan dalam kasus fibrilasi jantung (fibrilasi)
Diposting oleh patris hekin di 15.10 

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke

FacebookBagikan ke Pinterest

3 komentar:

1.

Nununk Dwi Nur Khairunnissa18 Agustus 2015 20.29

thanks
Balas
2.

Patris Hekin29 Maret 2016 21.53

trima kasih kembali...


Balas

3.

Rio Giovany30 Maret 2017 03.38

sumbernya?
Balas

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda


Langganan: Posting Komentar (Atom)

Mengenai Saya

patris hekin 

Lihat profil lengkapku

Arsip Blog
 ▼  2014 (3)
o ▼  Februari (3)
 SENI RUPA
 makalah PERAN PERAWAT DALAM RUANG LINGKUP RUJUKAN-...
 hubungan internasional (PKN/XI)
Tema Perjalanan. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai