Anda di halaman 1dari 3

RUMAH TONGKONAN

Warisan Budaya Tahan Bencana


NADHILAH NUR'IZZAH (205060500111005)
DOSEN PENGAMPU: Prof. Ir. Antariksa, M.Eng., Ph.D

LATAR BELAKANG
Arsitektur Nusantara merupakan arsitektur Toraja adalah salah satu kabupaten yang
yang mempelajari hubungan antara ada di provinsi Sulawesi Selatan. Konon,
manusia dengan alam sekitarnya sebagai nenek moyang masyarakat Toraja sering
kesatuan yang tidak terpisahkan. Dalam melakukan migrasi dengan kendaraan
pemahaman ini terdapat makna sinkronik perahu. Akan tetapi, dalam perjalanan
dan diakronik. Makna sinkronik adalah hal migrasi perahu mereka mengalami masalah,
yang berhubungan dengan ruang dan waktu sehingga dibangun sebuah rumah dari
yang terbatas, artinya dapat berubah perahu tersebut untuk tempat berteduh.
tergantung situasi dan keadaan yang ada. Hal ini menyebabkan bentuk atap rumah
Makna diakronik berhubungan dengan Tongkonan mirip seperti bentuk perahu.
proses dan sejarah. Arsitektur Nusantara Budaya ini merupakan adaptasi dari budaya
menjadi karya yang lestari dan sustainable. Cina menggunakan apapun sebagai rumah.

Arsitektur Nusantara memiliki kesinambung- Rumah Tongkonan merupakan warisan


an dengan arsitektur masa lampau, masa budaya dengan kemampuan struktur dan
kini, dan masa depan. berpedoman pada konstruksi tektonika. Bahan utama yang
semboyan ke-Bhinneka-an, arsitektur klasik digunakan untuk membangun rumah
Indonesia menjadi akar dari pemikiran dan tongkonan umumnya adalah bambu. Tiang
pengembangan ilmu Arsitektur Nusantara. yang menopang bagian bawah bangunan
Kekayaan budaya melahirkan keberagaman berasal dari batang pohon palem. Dalam
arsitektur di nusantara. Akan tetapi memiliki detail arsitektural, rumah tongkonan
pendekatan yang sama yaitu merespon memiliki beberapa jenis dengan bentuk
tapak dengan menghargai alam sebagai yang mirip tetapi ukuran, tata ruang,
konteksnya. konstruksi, dan dekorasi yang berbeda.
BENTUK RUMAH TONGKONAN

Rumah tongkonan memiliki bentuk yang


tidak biasa. Hal ini didapatkan dari proses
tahapan pengembangan hingga menjadi
bentuk rumah saat ini. Bentuk pertama
disebut Bangua Pandoko Dena, berbentuk
burung pipit yang sederhana. Bentuk kedua
disebut Banua Lentong A'pa, sudah memiliki
tiang dan dinding. Bentuk ketiga bernama
Banua Tamben dengan bentuk atap
menjulang seperti bentuk perahu. Bentuk
terakhir adalah Banua Toto atau Banua
Sanda Ariri, bentuk atap sudah melengkung.

Rumah adat tradisional Toraja umumnya


berbentuk panggung dengan bangunan
menghadap ke arah utara-selatan.
Terdapat banyak bukaan pada bangunan
dengan tujuan memaksimalkan cahaya
matahari dapat masuk dan aliran udara
bisa mengalir dengan baik. Bagian atap
bangunan memiliki ventilasi dan bagian
bawah terdapat ruang terbuka untuk
(Sumber: Rizkavita, 2016)
menghindari kelembaman pada bangunan.

Bagian timur disebut Rampe Mata Allo


merupakan tempat terbitnya matahari yang
dinotasikan sebagai kehidupan dan tepat
perapian diletakkan. Dari segi religius,
bagian ini berfungsi sebagai tempat
pemujaan dan ritual. Bagian ini terletak
pada sisi kanan ruang dalam.

U Bagian barat disebut Rampe Matampua


merupakan tempat terbenamnya matahari
(Sumber: Kiss dkk, 1988) dianggap sebagai unsur kematian karena
mewakili kegelapan. Dari segi religius,

TATA LETAK RUMAH TONGKONAN bagian ini berfungsi sebagai tempat


menyimpan tubuh mayat dengan kepala
menghadap ke selatan. Selain itu, bagian
ini juga berfungsi sebagai tempat
Pola ruang pada rumah tongkonan dibagi
pemujaan arwah leluhur yang telah menjadi
berdasarkan titik mata angin. Penataan ini
dewa. Rampe Matampua terletak pada sisi
mengikuti kepercayaan Aluk Tolodo yang
kiri ruang dalam rumah tongkonan.
mempercayai bahwa orang Toraja berasal
dari langit. Bagian utara disebut Uluna Lino
atau Lindo Puang yang dinotasikan sebagai
kepala dan bagian depan yang dihormati STRUKTUR RUMAH TONGKONAN
dan dianggap suci. Dalam acara ritual,
bagian utara berfungsi sebagai tempat
upacara persembahan dan pemujaan Konstruksi dan struktur rumah Tongkonan
terhadap Puang Matua. tersusun secara vertikal dan terbagi
menjadi 3 susunan utama, yaitu atap
Bagian selatan disebut Pollo na Lino yang (Rattiang Banua), badan (Kale Banua), dan
dinotasikan sebagai kaki atau ekor. Menurut kaki (Sullu Banua). Ketiganya memiliki
masyarakat Toraja, di selatan adalah sistem struktur yang terpisah. Namun,
tempat roh yang telah meninggal. Bagian keseluruhan bagiannya saling terkait dan
ini digunakan sebagai ruang tidur karena membentuk tektonika struktur yang utuh.
menurut kepercayaan, posisi kepala harus Penyatuan ketiga bagian ini dilakukan
menghadap ke utara agar mendapat berkah dengan cara setiap bagian didudukkan ke
dan terhindar dari penyakit. bagian lainnya.
TEKTONIKA STRUKTUR

Bagian rattiang banua dan sullu banua


memiliki tampilan konstruksi yang lebih
menarik dari bagian kale banua. Konstruksi
pada bagian kale banua banyak dilapisi
dengan ornamen sehingga tampilan struktur
tidak menonjol.

Metode penggabungan tiang dan balok


dilakukan dengan sambungan pen dan
lobang. Sistem ini memberikan efek pada
Bagian paling atas disebut Rattiang Banua bagian tiang terdapat penonjolan dari
merupakan atap rumah yang menjadi balok yang sengaja dilebihkan untuk
penutup seluruh struktur bangunan. mencegah ikatan terlepas. Teknik
Kebanyakan masyarakat Toraja juga pemasangannya dilakukan secara
memanfaatkan rattiang sebagai tempat horizontal dengan jarak setengah meter
menyimpan barang. Atap bangunan terbuat membentuk rangka ruang. Rangkaian ini
dari bambu yang disusun bertumpukan membentuk trapesium dengan ukuran tiang
menggunakan sistem struktur bidang dan semakin ke atas semakin kecil.
struktur rangka balok kolom.
Metode penggabungan selubung atap
Bagian tengah atau badan rumah disebut menggunakan pen dan jepit terikat. Hal ini
Kale Banua. Bagian ini digunakan sebagai memberikan kesan hubungan antara kayu
kegiatan fungsional sehari-hari. Kale membentuk konstruksi yang kaku dan kuat.
menggunakan sistem struktur siamma yaitu Prinsip gaya yang terjadi pada atap
dinding sebagai pemikul beban. tongkonan di kedua ujung ditarik oleh balok
bubungan dengan posisi miring sehingga
Bagian kaki disebut Sullu Banua merupakan membentuk atap melengkung. Di kedua
bagian kolong yang juga berfungsi sebagai ujungnya terdapat penyangga berupa tiang
kandang hewan ternak. Tiang-tiang yang tulak somba. Konstruksi ini dianggap
menyangga rumah tongkonan berbentuk sebagai konstruksi yang tahan terhadap
persegi panjang, terbuat dari kayu dan gempa karena rangka pada atap bersifat
ditopang dengan pondasi batu alam. elastis saat terjadi goncangan.

KESIMPULAN

Rumah tongkonan berbentuk panggung yang menghadap ke arah utara-selatan sesuai


dengan kepercayaan para leluhur. Sistem stuktur dan konstruksi tiap bagian pada rumah
tongkonan merupakan sistem terpisah. Bagian paling atas disebut rattiang banua yaitu
atap yang melindungi bangunan. Bagian badan disebut kale banua menjadi pusat kegiatan
sehari-hari berlangsung. Bagian kaki disebut sullu banua merupakan bagian kolong yang
digunakan sebagai kandang hewan ternak. Rumah tongkonan menggunakan sistem struktur
rangka pada banguan atap dan kaki serta struktur ruang pada bagian badan. Teknik dan
metode pada penggabungan seluruh bagian menghasilkan karakter konstruksi yang kaku
dan kuat. Konstruksi ini dinilai tahan gempa karena bersifat elastis saat terjadi goncangan.

DAFTAR PUSTAKA

Ismanto, Riyadi dan Margareta Maria. 2020. "Rumah Tongkonan Toraja sebagai Ekspresi
Estetika dan Citra Arsitektural". Fakultas Teknik. Program Studi Arsitektur. Universitas Kristen
Indonesia. Jakarta.
Mochsen, Mohammad. 2015. "Pengetahuan Tekntonika Arsitektur Tongkonan". Fakultas
Teknik. Jurusan Arsitektur. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Stephany, Shandra. 2009. "Transformasi Tatanan Ruang dan Bentuk pada Interior
Tongkonan di Tana Toraja Sulawesi Selatan". Fakultas Seni dan Desain. Jurusan Desain
Interior. Universitas Kristen Petra. Surabaya.
Oktawati, Arindi Eka dan Wasilah Sahabuddin. 2017. "Karakter Tektonika Rumah
Tongkonan Toraja". Fakultas Sains dan Teknologi. Jurusan Arsitektur. UIN Alauddin
Makassar.

Anda mungkin juga menyukai