Akhir :
Pemastian ketercapaian pemahaman
peserta didik dapat dengan penugasan
menyusun penjelasan, refleksi, rekaman,
video berkenan dengan panen dan
penanganan pasca panen
Akhir :
Pemastian ketercapaian pemahaman
peserta didik dapat dengan penugasan
menyusun laporan hasil observasi, refleksi,
rekaman, video berkenan dengan
pengemasan dan distribusi produk hasil
panen
1. Diskusi Kelompok
Kelompok :………………………………………….
Kelas : …………………………………………
Program Studi : …………………………………………
Nama Anggota Kelompok : 1…………………………………………
2…………………………………………
3…………………………………………
4…………………………………………
5…………………………………………
Rumusan
No. Topik Fakta Kesimpulan
Konsep
1. Panen dan Pasca
Panen
2. Pengemasan
3. Distribusi produk
hasil panen
6
Modul 1 Dasar-dasar Agribisnis Tanaman
2. Observasi/Wawancara (Tugas Mandiri)
LEMBAR OBSERVASI
Nama DUDI :
Observer :
1. Asesmen Awal
Tanya jawab di kelas untuk memetakan kondisi siswa terhadap :
a. Pengetahuan dan kompetensi pada pembelajaran yang akan berlangsung
(panen dan penanganan pasca panen).
b. Pengetahuan dan kompetensi pada pembelajaran yang akan berlangsung
(pengemasan dan distribusi produk hasil panen)
Presentasi
Unsur Penilaian
No. Nama Siswa Penampilan/
substansi wawasan komunikasi
performance
1
2
3
4
dst Dst
Rubrik penilaian
Skor Penilaian
Aspek yang dinilai
1 2 3
1 Substansi kurang sedang Mendalam
2 Wawasan kurang sedang Luas
3 Komunikasi Terbata-bata sedang Lancar
&baik
4 Penampilan/peroformance kurang sedang Baik
Rubrik penilaian
Skor
No. Item Penilaian
1 2 3
1 Kesesuaian laporan dengan Kurang Sedang Sesuai
outline
2 Kelengkapan keterangan Kurang Sedang Lengkap
berupa teks
3 Penggunaan bahasa Kurang Sedang Bagus
Rubrik penilaian
Skor
No. Item Penilaian 1 2 3
1 Kesesuaian tayangan dengan Kurang Sedang Sesuai
TP
2 Kelengkapan keterangan Kurang Sedang Lengkap
berupa teks
3 Kualitas mixing audio Kurang Sedang Bagus
PANEN
a. Menentukan waktu panen
Ada beberapa produk pertanian yang dimanfaatkan manusia untuk hidupnnya yaitu
ada yang berupa buah, sayur daun, sayur batang, sayur buah, ada yang produk lain
seperti getah,
Waktu panen sangat ditentukan oleh jenis /varietas tanaman, hari tanam
atau hari berbunga, dan kondisi lingkungan selama musim tanam. Selain
itu, beberapa kriteria fisiologis juga digunakan untuk menentukan saat
panen, seperti kekerasan, warna, dan kandungan karbohidrat. Pada
kekuning- kuningan
b. Cara Panen
Tingkat dan perlukaan serta kememaran pada buah yang dipanen dapat
dikendalikan dengan menggunakan teknik pemanenan yang tepat. Pemanenan
buah-buahan secara mekanik belum banyak dilakukan dikarenakan sejumlah
faktor pembatas, seperti tingkat kemasakan buah yang tidak seragam didalam
satu pohon serta bentuk morfologi tanaman yang bervariasi. Oleh karena itu, pada
umumnya pemanenan dilakukan secara manual, yakni dengan metong tangkai
buah dengan pisau atau gunting pangkas. Pemanenan secara manual ini
merupakan metode terbaik bila dipandang dari sudut kualitas buah, karena
pemanenan dapat dilakukan secara selektif terhadap buah-buah yang sudah
memasuki matang fisiologis. Dengan demikian, hanya buah-buahan yang telah
memenuhi kriteria panen yang boleh dipetik. Disamping itu, penanganan buah
lebih terkendali karena buah ditangani satu per satu mulai pemetikan di pohon
Pendahuluan
Tujuan
a. Gunting
b. Keranjang
c. Timbangan
d. Tanaman siap panen
Keselamatan Kerja
Langkah Kerja
B. Pasca Panen
Produk hasil panen tanaman yang masih segar adalah jaringan yang masih
hidup. Bahan ini biasanya berkadar air tinggi, mudah mengalami
kerusakan baik melalui permukaan mekanis maupun kerusakan secara
patologis (mikrobiologis). Berdasarkan bagian-bagian tanaman yang dapat
dikonsumsi, produk hasil panen dapat dibedakan atas akar, batang, daun,
pucuk, bunga, buah, dan keseluruhan tanaman. Produk ini akan senantiasa
mengalami perubahan-perubahan. Perubahan yang paling mudah diamati
adalah perubahan warna dan kekerasan. Perubahan ini disebabkan adanya
proses metabolisme seperti respirasi dan tranpirasi.
Kehilangan air pada buah dan sayuran tidak saja akan mengurangi
timbangan produk yang akan dijual tetapi juga menyebabkan penurunan
mutu produk. Adanya suhu lingkungan yang tinggi dapat meningkatkan
proses respirasi dan tranpirasi sehingga dapat menyebabkan makin cepat
rusaknya produk hasil panen.
Kelas spesial (intimasa) memiliki mutu yang sangat baik, dengan bentuk
dan warna yang menarik sesuai dengan umur panen dan varietasnya.
Percitarasa dan aroma yang khas sesuai dengan jenis komoditinya, serta
tidak cacat. Penyimpangan terhadap mutu masih dapat ditolerir jika
masih berada pada kisaran 5% dari jumlah atau berat keseluruhan.
Kelas satu memiliki mutu hampir sama dengan kelas spesial, namun
batas toleransi penyimpangannya berada pada kisaran 10%, Disamping
Tujuan
Keselamatan Kerja
Langkah Kerja
a. Ambil buah tomat hasil panen (timbang bobot awal hasil panen)
c. Siapkan tiga wadah, masing-masing diberi, label mutu 1, 2, dan 3
d. Lakukanlah pemeriksaan terhadap masing-masing buah menurut
ketentuan mutu I, II, dan III.
e. Kelompokkan buah tomat kedalam mutu I bila:
1) Berat buah lebih dari 150g
2) Berwarna kemerah-merahan (setengah masak)
3) Mulus (mengkilat)
4) Sehat, tidak ada cacat retak
5) Tidak ada luka akibat sinar matahari
6) Bentuk buah bulat dan aroma baik
d) Penggunaan Desinfektan
Biasanya bersamaan dengan pencucian dilakukan pengendalian
mikroorganisme yang dapat merusak hasil panen. Jenis dan
konsentrasi desinfektan yang digunakan tergantung pada jenis
bahan yang dicuci. Sebagai contoh, penggunaan Benomly 600 ppm
pada buah pisang dengan cara dicelupkan selama 0,5 – 1 menit yang
bertujuan membunuh spora mikroorganisme yang terdapat
dipermukaan kulit buah pisang.
e) Pengeringan
Bahan yang dicuci menjadi basah dan bila kondisi ini dibiarkan dalam
waktu lama dapat mendorong munculnya mikroorganisme perusak atau
pembusuk, sehingga bahan akan menjadi rusak. Oleh karena itu diperlukan
pengeringan pada bahan yang telah dicuci.
Selain kemasan dalam jumlah satuan yang besar, dewasa ini berkembang pula pra pengemasan,
yaitu menempatkan produk dalam satuan-satuan sebelum dimasukkan ke dalam kemasan yang
lebih besar (karton atau kardus). Pra kemasan memberikan keuntungan pada keseragaman
produk dan dapat mengurangi kerusakan simpan serta memberikan kenyamanan di dalam
bertransaksi bagi pembeli maupun penjual. Biasanya bahan yang digunakan untuk pra kemasan
adalah plastik polietelin yang transparan (biasa disebut punnet), misalnya pada pra kemasan buah
stroberi. Penggunaan plastik ini sangat menguntungkan karena kuat, produk langsung terlihat
dari luar, tahan lembab/basah, dan dapat dibuat permeable bagi pertukaran udara.
Secara garis besar manfaat dari pengepakan dan pengemasan hasil pertanian antara lain adalah:
Memudahkan
Modul 1 Dasar-dasar Agribisnis dalam penyimpanan 38
Tanaman
Menjaga mutu produk
Memperindah penampilan
Dapat mengurangi biaya pengangkutan dan pemasaran bila
pengepakan dan pengemasan cocok dan efiesien.
Cara pengemasan untuk pasar swalayan, restoran, dan hotel agak berbeda.
Biasanya lebih menyukai keranjang plastik karena agak berbeda. Keranjang
plastik lebih praktis, lebih ringan, dan dapat dipakai berualng-ulang. Terdapat
sedikit perbedaan antara penggepakan dan pengemasan untuk pasar
swalayan dengan hotel atau restoran. Pada pasar swalayan memerlukan
pengepakan dan pengemasan. Dalam unit-unit yang lebih kecil dan menarik
Modul 1 Dasar-dasar Agribisnis 39
Tanaman sebelum dimasukkan kedalam kepakan dan kemasan keranjang plastik.
Sedangkan pada restoran atau hotel cukup diperlukan kepakan dan kemasan
keranjang plastik.
Sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting, selain sebagai sumber
pendapatan utama masyarakat pedesaan, juga merupakan salah satu pendorong dalam
pengembangan ekonomi suatu wilayah dan perekonomian nasional (Arsyad dalam Hanani et
al, 2003). Namun pada kenyataannya, sektor pertanian yang merupakan potensi lokal masih
belum mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaaan. Hal ini antara lain
disebabkan oleh tingginya biaya produksi, sedangkan harga jualnya tidak sebanding dengan
biaya produksi tersebut. Oleh karena itu, pendapatan petani menjadi semakin menurun dan
kesulitan memproduksi hasil-hasil pertanian. Kondisi demikian, kemudian akan berdampak
pada penurunan produktivitas pertanian yang ada. Untuk meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat di pedesaan, kebijakan ekonomi harus menganut paradigma baru
yang berfokus pada pemberdayaan ekonomi rakyat berbasis pertanian, karena sebagian besar
hidup mereka bergantung pada sektor pertanian. Pelaksanaan pembangunan pertanian di
daerah perdesaan harus dirancang baik dalam hal pengolahan dan pemasaran produk
pertanian, agar usaha ini dapat menimbulkan multiplier effect ekonomi dalam kehidupan
masyarakat sehingga menyebabkan naiknya pendapatan masyarakat sebagai indikator
kesejahteraan mereka. Kabupaten Demak merupakan salah satu sentra
pertanian di Jawa Tengah. Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul ”Subsektor Pertanian
Basis Dan Komponen Pertumbuhan Tanaman Bahan Makanan Di Provinsi Jawa Tengah
(Pendekatan Location Quotient Dan Shift Share Analysis)” oleh Hamdan Sulthoni, diketahui
bahwa Kabupaten Demak merupakan salah satu kabupaten dengan subsektor tanaman bahan
makanan basis. Hal ini didukung dengan hasil Analisis Shift Share yang menunjukkan bahwa
komponen pertumbuhan proporsional sektor tanaman bahan makanan basis di Provinsi Jawa
Tengah, Demak termasuk kabupaten yang memiliki pertumbuhan cepat. Sedangkan
berdasarkan hasil analisis prioritas pengembangan subsektor tanaman bahan makanan basis
di Provinsi Jawa Tengah, juga diketahui bahwa kabupaten Demak menjadi prioritas utama
pengembangan dengan subsektor tanaman bahan makanan basis Dengan demikian, hal ini
menunjukkan bahwa Kabupaten Demak memiliki potensi dalam sektor pertanian.
Kabupaten Demak terdiri
Modul 1 Dasar-dasar atas 14 kecamatan, salah satunya adalah Kecamatan Gajah dengan
Agribisnis 40
salah satu
Tanaman desa yang berbasis pertanian adalah Desa Mlatiharjo. Desa Mlatiharjo sejak tahun
2000 telah dicanangkan sebagai desa inovasi berbasis teknologi pertanian maju. Hal ini dapat
dilihat dengan dijadikannya Desa ini menjadi percontohan inovasi di bidang pertanian,
melalui kerjasama dengan perguruan tinggi yang terdapat di Jawa Tengah, yang berupa
Memorandum of Understanding (MoU) antara Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW)
dengan Pemerintah Kabupaten Demak dalam memasarkan hasil pertanian, yaitu dengan
adanya pemuliaan bibit padi dengan berbagai varietas serta upaya pemasaran hasil pertanian
yang dilakukan secara online, melalui web resmi pasar Desa Mlatiharjo www.pasardesa-
mlatiharjo.com yang dibuka pada oktober 2013. Dengan inovasi tersebut, serta proses jual beli
yang dapat dilakukan secara online melalui pasar desa digital, ternyata permintaan hasil
pertanian sampai di wilayah luar Jawa Tengah. Namun, dengan permintaan yang cukup tinggi,
produksi hasil pertanian Desa Mlatiharjo belum dapat memenuhi permintaan khususnya dari
luar daerah.
Proses inovasi pengembangan pertanian ini menjadi menarik manakala sektor pertanian saat
ini belum mampu memberikan value added yang lebih, justru sebaliknya pertanian di Desa
Mlatiharjo dijadikan desa percontohan dalam pengembangan model pertanian. Dengan
demikian perlu diidentifikasi bagaimana pola distribusi komoditas unggulan di Desa
Mlatiharjo sehingga nantinya dapat diupayakan untuk meningkatkan produksi hasil pertanian
serta pelayanan hasil pertanian ke berbagai wilayah yang lebih luas termasuk daerah
perkotaan. Harapannya adalah rekomendasi yang dihasilkan sesuai untuk target penerima
manfaat.
Setiap tahapan proses distribusi barang mulai dari produsen sampai ke konsumen akhir
memerlukan permintaan pengangkutan barang. Proses distribusi ini menunjukkan saluran
distribusi yang ada, sehingga pelaku-pelaku kegiatan distribusi nantinya dapat diketahui.
Secara umum saluran distribusi barang akan mengikuti pola sebagaimana tampak pada
Gambar 1 (Proudlove, 1986 : 1 dalam Nurkholis, 2003 :25).
Pengepul/Bahan Baku Pedagang besar/produsen Pedagang Pengecer/Distribusi Konsumen Akhir
Saluran distribusi terdiri dari beberapa tingkatan. Setiap perantara yang melakukan usaha
menyalurkan barang kepada pembeli akhir membentuk suatu tingkatan saluran. Oleh karena
produsen maupun pelanggan akhir yang melakukan tugas tersebut, maka mereka merupakan
bagian dari setiap saluran.
Berdasarkan
Modul Gambar
1 Dasar-dasar 4 di atas dapat dilihat bahwa secara garis besar, saluran distribusi
Agribisnis 42
komoditas
Tanaman melalui tiga tingkat pasar utama, yaitu:
1. Pasar pengumpul lokal, yaitu pasar yang berfungsi melayani pengumpulan dan sekaligus
penjualan komoditas dengan skala wilayah relatif kecil (lokal).
2. Pasar pengumpul regional (pasar transito), yaitu pasar dengan ukuran lebih besar
dibanding dengan pasar lokal yang melayani wilayah yang lebih.
3. Pasar penjualan (distribusi terakhir), yaitu pasar penjualan komoditas pada tingkatan
terakhir dengan skala yang relatif sangat besar (sekumpulan pengecer).
Menurut Mubyarto (1986), Sistem distribusi dianggap efisien apabila memenuhi dua
syarat sebagai berikut:
1. Mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani (produsen) kepada konsumen dengan biaya
semurah-murahnya.
2. Mampu mengadakan pembagian yang adil daripada keseluruhan harga yang dibayar
konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta di dalam kegiatan produksi dan
distribusi barang itu.
Sedangkan Ubaidillah (2001) berpendapat bahwa pola distribusi ditunjukkan oleh aliran
barang & jasa yang secara faktual terjadi dalam kesehariannya, yaitu:
1. Perdagangan antara desa dengan kota
Pola ini berkaitan erat dengan aliran hasil desa (utamanya produk pertanian) ke kota dan
aliran sarana produksi serta barang kebutuhan rumah tangga hasil industri manufaktur
dari arah sebaliknya.
2. Perdagangan antardaerah
Pola perdagangan antardaerah dapat pula mencakup pola pertama, namun lebih
menekankan pada aliran bahan mentah atau bahan baku dari satu daerah ke daerah
lainnya. Hal ini tentunya terkait erat dengan keberadaan industri (pabrik) di suatu daerah
dan ketersediaan bahan baku di daerah lainnya.
3. Perdagangan antarpulau
Pola ini lebih menekankan pada aspek lokasi yang menyebrangi laut sehingga melibatkan
lebih banyak institusi daripada antardaerah seperti: pelabuhan, perusahaan pelayaran,
perusahaan bongkar muat, dll. Sedangkan komoditasnya bisa saja sama dengan yang
diperdagangkan dalam pola pertama dan pola kedua.
Pada dasarnya yang dimaksud komoditas unggulan adalah komoditas yang sesuai dengan
agroekologi setempat dan disamping itu juga mempunyai daya saing, baik pasar dalam daerah
itu sendiri, daerah lain atau pasar internasional.
Berdasarkan kerangka agribisnis, maka paling tidak ada 7 (tujuh) kriteria dalam menentukan
komoditas unggulan sektor pertanian sebagai berikut:
1. Mempunyai tingkat kesesuaian agroekologi yang tinggi
2. Mempunyai orientasi pasar yang jelas
3. Mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menciptakan nilai tambah (pendapatan) dan
kesempatan kerja
4. Mempunyai kemampuan dalam meningkatkan ketahanan pangan masyarakat
berpendapatan rendah
5. Mempunyai dukungan kebijaksanaan pemerintah
6. Merupakan komoditas yang telah diusahakan oleh masyarakat setempat
7. Mempunyai kelayakan ekonomi
Menurut Little (1982) (dalam Timmer, 1990), berpendapat bahwa pertanian mengandung
faktor–faktor yang esensial dalam pengembangan ekonomi dan wilayah yang berbasis
industri. Johnston dan Mellor (1961) dalam suatu artikel mereka menyimpulkan peran sektor
pertanian dalam pengembangan ekonomi (Timmer, 1990 dalam Staatz dan Eicher, 1990) :
44
1. Modul 1 Dasar-dasar
Meningkatkan Agribisnis pangan bagi konsumsi domestik;
penyediaan
Tanaman
2. Menghasilkan tenaga kerja bagi kegiatan industri;
3. Memperluas dan memperbesar ukuran pasar bagi hasil produksi industri;
4. Meningkatkan pendapatan domestik; dan
5. Mendapatkan kurs luar negeri.
Kelima peran ini menurut Johnston dan Mellor mempunyai kedudukan kepentingan yang sama
dalam pengembangan ekonomi dan wilayah. Kedua ahli tersebut berusaha untuk menciptakan suatu
‘pertumbuhan yang seimbang‘ yaitu antara sektor pertanian dengan sektor industri, walaupun di
negara–negara kurang berkembang amat sulit dilakukan. Tetapi hal ini mendasari pentingnya
pengembangan sektor pertanian, yaitu dengan menurunkan penyediaan hasil pertanian terhadap
sekor industri dan memaksimalkan hasil produksi pertanian sebagai konstribusi pada pertumbuhan
secara keseluruhan (Johnston dan Mellor, 1961 dalam Timmer, 1990). Kondisi yang perlu
dikembangkan adalah adanya keterhubungan pasar antara sektor pertanian yang dinamis dengan
sektor industri dan jasa yang berkembang dengan pesat sehingga menimbulkan suatu pilihan sektor
bagi para penduduk di daerah pedesaan tersebut untuk berpartisipasi (Timmer, 1990 dalam Staatz
dan Eicher, 1990). Hubungan antara pasar (distribusi) dengan bahan baku (komoditas) akan
membentuk suatu pola pemasaran dan pola pergerakan yang merupakan salahsatu aspek pembentuk
pola ruang aliran komoditas.
DAFTAR PUSTAKA