Anda di halaman 1dari 53

BUKU PEDOMAN GURU

TAHUN PELAJARAN 2022/2023

Nama Guru : AGUNG EKA PUTRA


Mata Pelajaran : Teknik Pemanenan Ikan
Kelas : Perikanan 001

KEMENTERIAN PENDIDIKAN
KEBUDAYAAN RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI GURU
TAHUN 2022
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MAPEL
TEKNIK PEMANENAN IKAN DAN PASCA PANEN
TAHUN PELAJARAN 2022 / 2023

Sekolah : SMK NEGERI 5 JEMBER


Kompetensi : KEMARITIMAN
Program Keahlian : PERIKANAN
Kompetensi Keahlian : AGRIBISNIS PERIKANAN AIR TAWAR
Mata Pelajaran : TEKNIK PEMANENAN IKAN DAN PASCA PANEN
Kelas / Semester : XII /GASAL
Materi pokok : TEKNIK PENANGANAN PASCA PANEN
Alokasi Waktu : 4 JP @ 45 Menit ( 2 X Pertemuan )

A. Kompetensi Inti :

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.


2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan
menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang pengetahuan
faktual, konseptual, operasional dasar, dan metakognitif sesuai dengan bidang dan lingkup
kerja Agribisnis Perikanan Air Tawar pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks,
berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam
konteks pengembangan potensi diri sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia kerja,
warga masyarakat nasional, regional, dan internasional.
4. Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan prosedur kerja
yang lazim dilakukan serta memecahkan masalah sesuai dengan bidang kerja Agribisnis
Perikanan Air Tawar. Menampilkan kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan
kuantitas yang terukur sesuai dengan standar kompetensi kerja.

Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif, kreatif,


produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu
melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.

Menunjukkan keterampilan mempersepsi, kesiapan, meniru, membiasakan, gerak


mahir, menjadikan gerak alami dalam ranah konkret terkait dengan pengembangan dari
yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah
pengawasan langsung.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator


No Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.7 Menerapkan teknik 1. Menentukan teknik pembiusan yang efisien (C)
pengemasan/packing ikan (C3) 2. Menerapkan teknik pembiusan pada ikan hidup
(C)

4.7 Melakukan pengemasan/packing ikan 1. Melakukan pembiusan pada ikan hidup (P2)
(P2)
2. Mengkombinasikan teknik pembiusan pada
ikan hidup
C. Tujuan Pembelajaran

Melalui pembelajaran metode tutor sebaya dengan model Problem Based Learning
peserta didik dapat:
1. Menentukan teknik pembiusan yang efisien pada pengemasan ikan secara bertanggung
jawab.
2. Menerapkan SOP pembiusan untuk pengemasan ikan secara mandiri dan cermat
dengan bertanggung jawab
3. Melakukan pembiusan pada pengemasan ikan secara mandiri dan bertanggung jawab

4. Mengkombinasikan teknik pembiusan pada pengemasan ikan secara bertanggung


jawab

D. Materi Pembelajaran
1. Teknik Penanganan Pasca Panen sub materi Teknik pembiusan ikan hidup

E. P endekatan, Model, dan Metode Pembelajaran


1. Pendekatan : Saintifik.
2. Model : Problem Based Learning (PBL)
3. Metode : Diskusi kelompok, Tanya jawab, dan penugasan

F. Media, Alat , dan Sumber Belajar


1. Media:
a. Modul Pembelajaran Panen dan Pasca Panen Komodiitas Perikanan Air Tawar
b. Video teknik pengemasan secara tertutup
c. LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik).
d. Koneksi Internet/Intranet Sekolah.

2. Alat:
a. Laptop
b. LCD
c. Hp
d. White Board
e. Proyektor

G. Sumber Belajar
a. Buku Budidaya Ikan Jilid 2
b. Modul Pembelajaran Panen dan Pasca Panen Komoditas Perikanan Air Tawar
c. https://www.pustakamadani.com/2019/08/pengemasan-produk-ikan-konsumsi-metode.html
d. https://agribiznetwork.com/pengangkutan-benih-ikan-sistem-basah-tertutup-2/
H. Langkah- Langkah Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dengan Model Problem Based Learning (PBL)

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi


Pendahuluan 1. Guru membuka kegiatan dengan salam pembuka Waktu
15 menit
dan menanyakan kondisi peserta didik.
2. Guru meminta salah seorang peserta didik untuk memimpin
do’a sebelum kegiatan pembelajaran dimulai.
3. Guru menanyakan kesiapan peserta didik untuk belajar.
4. Guru melakukan absensi peserta didik.
5. Guru mengulang materi yang dipelajari minggu lalu agar
peserta didik bisa mengingatnya kembali.
6. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
7. Guru membagi peserta didik ke dalam 3 kelompok
diskusi.
Inti Mengamati 55 menit
Sintak 1 : Orientasi peserta didik pada masalah
1. Guru menyampaikan masalah yang akan
dipecahkan secara berkelompok
2. Masing-masing kelompok mengamati dan memahami
masalah yang disampaikan guru atau yang diperoleh dari
bahan bacaan yang disarankan
Menanya
Sintak 2: Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
1. Guru memastikan setiap anggota kelompok memahami
tugas masing- masing
2. Guru mengarahkan peserta didik untuk bertanya terkait
dengan masalah yang ada di slide PPT
3. Peserta didik membuat pertanyaan terkait materi tersebut.
4. Peserta didik berdiskusi dan membagi tugas untuk
mencari data/bahan-bahan/alat yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah
Mengumpulkan informasi
Sintak 3: Membimbing penyelidikan individu
maupun kelompok
1. Guru mendampingi dan membimbing peserta didik
untuk melakukan penyelididkan.
2. Peserta didik melakukan penyelidikan dengan bantuan
pertanyaan dan langkah kerja yang ada didalam LKPD.
3. Peserta didik melakukan diskusi terkait teknik pembiusan
ikan saat trasportasi pengiriman.
4. Peserta didik mencatat hasil penyelidikan dalam LKPD
5. Guru melakukan penilaian terhadap aktifitas yang
dilakukan oleh peserta didik.
Mengasosiasi
Sintak 4 : Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
1. Masing-masing kelompok menyimpulkan hasil diskusi
dan menuliskan pada lembar kertas berdasarkan informasi
yang telah dikumpulkan
2. Perwakilan kelompok siswa menyampaikan hasil kerjanya,
kemudian siswa/kelompok yang lain memberikan tanggapan.
3. Guru memberikan feedback dan apresiasi terhadap siswa
yang berani menyampaikan hasil kerjanya.
Mengkomunikasikan
Sintak 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah
1. Guru mempersilahkan kelompok lain untuk saling
menanggapi hasil presentasi atau memberikan masukan
2. Guru mengevaluasi hasil presentasi
3. Guru dan peseta didik menarik kesimpulan secara bersama-
sama dengan cara memberikan pertanyaan tentang
materi yang telah dipelajari dan didiskusikan
Akhir/Penutup 1. Peserta didik melakukan refleksi terkait materi yang 20 menit
sudah dipahami dengan yang belum dipahami
2. Guru menyampaikan rencana materi pembelajaran
pada pertemuan berikutn
3. Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan memberikan
pesan untuk tetap belajar
4. Diakhiri dengan doa dan salam penutup
Pertemuan II
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu
Pendahuluan 1. Guru membuka kegiatan dengan salam 15 menit
pembuka dan menanyakan kondisi peserta didik
2. Guru meminta salah seorang peserta didik untuk
memimpin do’a sebelum kegiatan pembelajaran
dimulai.
3. Guru menanyakan kesiapan peserta didik untuk
belajar.
4. Guru melakukan absensi peserta didik
5. Guru mengulang materi yang dipelajari minggu
lalu agar peserta didik bisa mengingatnya
kembali
6. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

Inti Mengamati 55 menit


Sintak 1 : Orientasi peserta didik pada masalah
1. Guru mengajak untuk melakukan tela’ah materi
pembelajaran teknik pembiusan ikan.
Menanya
Sintak 2: Mengorganisasikan peserta didik untuk
belajar
1. Guru menayangkan video tentang persiapan
media pembiusan ikan.
2. Peserta didik secara berkelompok berdiskusi
membahas tentang media pembiusan.
3. Guru membagi LKPD dan menjelaskan cara
mengerjakan LKPD didalam kelompok
4. Peserta didik mengerjakan LKPD
Mengumpulkan informasi
sintak 3: Membimbing penyelidikan individu
maupun kelompok
1. Guru mendampingi dan membimbing peserta
didik untuk melakukan penyelididkan
2. Peserta didik melakukan penyelidikan dengan
bantuan pertanyaan dan langkah kerja yang ada
didalam LKPD
3. Peserta didik mencatat hasil penyelidikan
dalam LKPD
4. Guru melakukan penilaian terhadap aktifitas
yang dilakukan oleh peserta didik.
Mengasosiasi
Sintak 4 : Mengembangkan dan menyajikan
hasil karya
1. Masing-masing kelompok menyimpulkan hasil
diskusi dan menuliskan pada lembar kertas
berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan
2. Perwakilan kelompok siswa menyampaikan hasil
kerjanya, kemudian siswa/kelompok yang lain
memberikan tanggapan
3. Guru memberikan feedback dan apresiasi terhadap
siswa yang berani menyampaikan hasil kerjanya.
Mengkomunikasikan
Sintak 5: Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah
1. Guru mempersilahkan kelompok lain untuk
menanggapi hasil presentasi atau memberikan
masukan
2. Guru mengevaluasi hasil presentasi
3. Guru dan peseta didik menarik kesimpulan secara
bersama-sama dengan cara memberikan
pertanyaan tentang materi yang telah dipelajari
dan didiskusikan
Akhir/Penutup 1. Peserta didik melakukan refleksi terkait materi 20 menit
yang sudah dipahami dengan yang belum
dipahami
2. Guru meminta peserta didik mengerjakan soal post
test aspek kognitif
3. Guru menyampaikan rencana materi pembelajaran
pada pertemuan berikutnya
4. Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan
memberikan pesan untuk tetap belajar
5. Diakhiri dengan doa dan salam penutup.
I. Teknik Penilaian
1) Penilaian Sikap, Pengetahuan dan Keterampilan

1. Teknik : Pengamatan, tes tertulis (soal objektif), penugasan (praktikum)


2. Bentuk :
a. Penilaian Sikap, indikatornya :
1) Disiplin
2) Tanggung jawab
3) Aktif
4) Mandiri
5) Santun

b. Penilaian Pengetahuan : Tes tulis (soal objektif)

c. Penilaian Keterampilan : Unjuk Kerja (Praktikum)

 Instrumen Penilaian terlampir

DISUSUN OLEH :

Jember, 24 November 2022


Mengetahui:
Kepala Sekolah SMKN 5 Jember Guru Pengajar

Dra. Hj Kumudawati. M.Pd Agung Eka Putra, S.Pi


NIP. 19630915 198903 2 004
Lampiran 1

PENILAIAN SIKAP SPIRITUAL

Nama Sekolah :
Kelas/Semester :
Tahun pelajaran :
Nama Wali Kelas :

No Waktu Nama Siswa Catatan Perilaku Butir Sikap


PENILAIAN SIKAP SOSIAL

Nama Sekolah :
Kelas/Semester :
Tahun pelajaran :
Nama Wali Kelas :

No Waktu Nama Siswa Catatan Perilaku Butir Sikap


LEMBAR PANDUAN OBSERVASI

Nama :
Kelas :
Mata Pelajaran :

No Nama Peserta Didik Sikap Deskripsi


Kerjasama Disiplin Tanggungjawab
1
2
3
4
5
dst

Penilaian Observasi :
1. 4 (sangat baik),
2. 3 (baik),
3. 2 (cukup) dan
4. 1 (kurang).
RUBRIK PENGSKORAN

1. Kerjasama
No Indikator Kerjasama Penilaian Kerjasama
1 Terlibat aktif dalam bekerja kelompok Skor 1 jika 1 atau tidak ada indicator yang konsisten ditunjukkan
peserta didik
2 Kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan Skor 2 jika 2 indikator konsisten ditunjukkan peserta didik
3 Bersedia membantu orang lain dalam satu kelompok Skor 3 jika 3 indikator konsisten ditunjukkan peserta didik
yang mengalami kesulitan
4 Rela berkorban untuk teman lain Skor 4 jika 4 indikator konsisten ditunjukkan peserta didik

2. Disiplin
No Indikator Disiplin Penilaian Disiplin
1 Sama sekali tidak bersikap disiplin selama proses pembelaran Kurang (1)
2 Menunjukkan ada sedikit usaha untuk bersikap disiplin selama proses pembelajaran Cuukup (2)
tetapi masih belum konsisten
3 Menunjukkan sudah ada usaha untuk bersikap disiplin selama proses pembelajaran Baik (3)
tetapi masih belum konsisten
4 Menunjukkan sudah ada usaha untuk bersikap disiplin selama proses pembelajaran Sangat baik (4)
secara konsisten

3. Tanggungjawab
No Indikator Tanggung jawan Penilaian Tanggung jawan
1 Melaksanakan tugas individu dengan baik Skor 1 jika 1 atau tidak ada indicator yang konsisten ditunjukkan peserta didik
2 Menerima resiko dari tindakan yang dilakukan Skor 2 jika 2 indikator konsisten ditunjukkan peserta didik
3 Mengembalikan barang yang dipinjam Skor 3 jika 3 indikator konsisten ditunjukkan peserta didik
4 Meminta maaf atas kesalah yang dilakukan Skor 4 jika 4 indikator konsisten ditunjukkan peserta didik
Lampiran 2

LEMBAR PENILAIAN KOGNITIF (PENGETAHUAN)

Penilaian Presentasi
Keterlibatan Ʃ NA
No Nama Siswa Ketepatan
anggota Hasil diskusi
waktu
kelompok
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1.
2.
3.
4.
5.
dst
Jumlah Skor Maksimal (Nilai Kognitif) : 12

Jumlah skor yang diperoleh


Penilaian Psikomotorik = × 100 %
Jumlah skor maksimal
Rubrik untuk Diskusi Kelompok

No Kategori 4 3 2 1
1 Keterlibatan Semua anggota Sebagian besar Sebagian kecil terlibat Semua anggota tidak
anggota kelompok terlibat dalam anggota terlibat dalam diskusi dan menunjukkan niat dan
diskusi dalam diskusi dan sebagian besar tidak usaha untuk berdiskusi
sebagian kecil tidak

2 Hasil diskusi Menjawab semua Menjawab sebagian Menjawab sebagian Sama sekali tidak
pertanyaan yang besar pertanyaan kecil pertanyaan yang menjawab pertanyaan
diberikan dengan yang diberikan diberikan dan yang diberikan secara
tepat denga tepat dan sebagian besar tidak tepat
sebagian kecil tidak tepat
tepat

3 Ketepatan waktu Selesai merumuskan 5 menit terlambat 10 menit terlambat 15 menit terlambat
dan mengirimkan merumuskan dan merumuskan dan merumuskan dan
hasil diskusi tepat mengirimkan hasil mengrimkan hasil mengirimkan hasil
ada waktunya atau diskusi diskusi diskusi
lebih awal
LEMBAR PENILAIAN KOGNITIF (PENGETAHUAN)

Nama Butir – butir pertanyaan


No Ʃ NA
Siswa Soal no. 1 Soal no. 2 Soal no. 3 Soal no. 4 Soal no. 5
0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3
1.
2.
3.
4.
dst
Jumlah Skor Maksimal (Nilai Kognitif) : 20

Jumlah skor yang diperoleh


Penilaian Kognitif = × 100 %
Jumlah skor maksimal

Rubrik Penilaian Uraian


1. Isi benar, lengkap : 3
2. Isi benar, kurang lengkap : 2
3. Isi kurang benar : 1
4. Tidak menjawab : 0
Lampiran 3
LEMBAR PENILAIAN PSIKOMOTORIK (KETERAMPILAN)
Contoh penilaian presentasi Pembiusan ikan :

Penilaian Presentasi
Kelengkapan Penulisan Kemampuan Ʃ NA
No Nama Siswa
Materi Materi Presentasi
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1.
2.
3.
4.
5.
dst
Jumlah Skor Maksimal (Nilai Psikomotorik) : 12

Jumlah skor yang diperoleh


Penilaian Psikomotorik = × 100 %
Jumlah skor maksimal
Rubrik Penilian Psikomotorik
No Aspek Skor Kriteria Skor
1 Kelengkapan Materi 4 - Power point terdiri dari judul, isi materi dan daftar pustaka
- Power point disusun sistematis sesuai materi
- Terdapat dartar pustaka
- Dilengkapi dengan gambar/animasi yang menarik dan sesuai dengan materi
3 Terdapat 3 kriteria kelengkapan materi dari skor 4 terpenuhi
2 Terdapat 2 kriteria kelengkapan materi dari skor 4 terpenuhi
1 Terdapat 1 kriteria kelengkapan materi dari skor 4 terpenuhi
2 Penulisan Materi 4 a. Materi dibuat dalam bentuk power point
b. Setiap slide dapat terbaca dengan jelas
c. Isi materi dibuat ringkas dan berbobot
d. Bahasa yang digunakan sesuai materi
3 Terdapat 3 kriteria kelengkapan materi dari skor 4 terpenuhi
2 Terdapat 2 kriteria kelengkapan materi dari skor 4 terpenuhi
1 Terdapat 1 kriteria kelengkapan materi dari skor 4 terpenuhi
3 Kemampuan 4 1. Dipresentasikan dengan percaya diri dan Bahasa yang lantang
Presentasi 2. Seluruh anggota kelompok berpartisipasi
3. Dapat mengemukaan ide dan berargumen dengan baik
4. Memanajemen waktu presentasi dengan baik
3 Terdapat 3 kriteria kelengkapan materi dari skor 4 terpenuhi
2 Terdapat 2 kriteria kelengkapan materi dari skor 4 terpenuhi
1 Terdapat 1 kriteria kelengkapan materi dari skor 4 terpenuhi
PANEN DAN PASCAPANEN KOMODITAS
PERIKANAN AIR TAWAR

BAHAN AJAR
AGRIBISBIS PERIKANAN AIRTAWAR

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena atas berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusunan perangkat
pembelajaran dan semua kelengkapannya dapat terealisasikan.
Pada dasarnya materi yang diterapkan lebih ditekankan pada kompetensi
keahlian peserta didik sehingga mempunyai bekal hidup ketika bermasyarakat. Proses
kegiatan saat ini lebih ditekankan pada praktek secara langsung sehingga peserta didik
lebih mudah memahami konsep yang dipelajari dan dapat memahami materi secara
terpadu.
Akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan ini memiliki banyak kekurangan
dan keterbatasan, oleh karenanya dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan
saran dan kritik dari pembaca demi penyempurnaannya. Penulis tak lupa
menyampaikan terima kasih bagi semua pihak yang sudah membantu hingga
terselesainya penulisan ini.

Jember, November 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................


PENDAHULUAN
A. Masalah Yang Dihadapi ....................................................................... 1
B. Deskripsi ............................................................................................ 1
C. Relevansi............................................................................................ 1
D. Panduan Belajar ................................................................................. 1
INTI
A. Capaian Pembelajaran .......................................................................... 5
B. Pokok-Pokok Materi .......................................................................... 5
C. Uraian Materi ..................................................................................... 5
D. Forum Diskusi ................................................................................... 15
E. Rangkuman ........................................................................................ 15
F. Test Sumatif ......................................................................................... 16
GLOSARI ........................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 19

3
BAHAN AJAR AGRIBISNIS PERIKANAN AIR TAWAR

KB 4. PANEN DAN PASCA PANEN KOMODITAS PERIKANAN AIR TAWAR

PENDAHULUAN

A. Masalah Yang Dihadapi Saat Pemanenan Dan Pasca Panen


Pada musim pandemi sekarang ini kebutuhan Oksigen murni untuk kesehatan
sangat tinggi, tentu saja ini akan berpengaruh pada stock oksigen murni di tingkat
produsen. Hal ini secara langsung memiliki dampak pada kegiatan budidaya ikan
terutama pada kegiatan pengemasan dan pengangkutan ikan hidup saat pemanenan.
Masalah ini dapat mengakibatkan terkendalanya kegiatan budidaya sehingga dapat
menyebabkan kerugian pada pelaku usaha budidaya ikan.
Saat panen ikan, adakalanya ikan yang kita panen memiliki ukuran yang
beragam. Sedangkan permintaan konsumen ukuran ikan haruslah seragam, hal ini
akan memberikan nilai tambah bagi produsen apabila bisa menyediakan ikan hasil
panen dengan ukuran yang seragam.
Dalam kegiatan budidaya ikan, keberlangsungan hidup ikan sangatlah penting,
sehingga pengambilan keputusan panen bisa juga didasari oleh kondisi ikan saat itu.
Oleh karena itu, pembudidaya ikan harus dapat mengambil keputusan tepat terkait
kapan pelaksanaan panen sesuai kondisi saat itu.

B. Deskripsi
Potensi perikanan di Indonesia sangatlah besar di sektor perikanan darat
maupun laut. Penangan ikan yang baik saat panen sangat berpengaruh pada kualitas
ikan yang akan dipasarkan. Sehingga perlu pemahaman pengetahuan tentang para
pemanenan yang baik, waktu pemanenan dan pengiriman yang tepat serta cara
pengemasan ikan yang benar.

C. Relevansi
Hasil produksi perikanan yang tinggi harus juga didukung oleh kemampuan
penanganan hasil panen yang baik, sehingga kwalitas ikan hasil panen dapat
memenuhi standart pasar yang berlaku.

4
Kemampuan siswa SMK dalam pemanenan ikan perlu ditingkatkan agar
kemampuannya bisa mengikuti perkembangan saat ini.

D. Panduan Belajar
Siswa dapat mempelajari materi ini secara berurutan agar mempermudah
siswa dalam memahami dan menyerap materi ini. Jika siswa mengalami kesulitan
dengan materi yang dipelajari, maka siswa bisa berdiskusi dengan teman atau guru
bidang studi masing-masing.

INTI

A. Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini siswa mampu :
1. Menjelaskan teknik pemanenan benih
2. Memanen ikan ukuran konsumsi pada kolam dan KJA
3. Melakukan panen dan pasca panen ikan air tawar

B. Pokok – Pokok Materi


1. Pemanenan benih ikan air tawar
2. Pemanenan ikan air tawar siap konsumsi
3. Pengemasan ikan hidup
4. Pengangkutan ikan

C. Uraian Materi
1. Pemanenan Benih Ikan
Penentuan waktu panen sangat penting dilakukan khususnya berhubungan
dengan ukuran ikan, harga ikan, dan cuaca. Ukuran ikan baik benih ikan atau
ikan ukuran konsumsi sangat bervariasi sesuai permintaan pasar. Sebelum
melakukan kegiatan pemanenan, mari kita mengenal ukuran benih yang siap
dipanen.

5
a. Sortasi dan grading
Pembudidaya melakukan proses sortasi terhadap benih yang dipanen.
Sortasi benih adalah pemisahan benih ikan berdasarkan jenis dan kondisi
benih. Sortasi dilakukan untuk memilih ikan yang telah layak/ memenuhi
standar untuk dipasarkan yang dapat diilihat dari ukuran dan kesehatan benih
ikan. Tujuan dari sortasi dapat menyeleksi ikan yang mati, terkena penyakit,
atau cacat. Agar lebih memudahkan kegiatan pemanenan, biasaya kegiatan
sortasi juga dilakukan bersamaan dengan grading.
Grading berasal dari kata grade yang berarti tingkat/kelas. Yang dimaksud
dengan grading dalam istilah perikanan merupakan suatu upaya
pengelompokan ikan/hasil ikan menjadi beberapa tingkat/kelas (grade)
sehingga masing-masing kelas memiliki kualitas mutu yang seragam.
Umumnya pengkelasan pembenihan ikan konsumsi ini dilakukan berdasarkan
ukuran benih. Komoditas benih ikan air tawar lain yang biasanya dilakukan
grading adalah komoditas ikan hias karena setiap benih dari induk yang sama
memiliki kualitas warna dan bentuk tubuh berbeda yang telah dapat diketahui
pada ukuran benih. Gambar 1 adalah contoh alat grading yang digunakan.

Gambar 1. Ember grading benih ikan


Sumber: http://shopee.co.id

6
Ikan dikelaskan berdasarkan ukuran terdiri atas ikan kecil, sedang, dan
besar. Hal ini karena pembeli lebih senang bila ikan yang dibeli telah seragam
ukurannya untuk kebutuhan pembesaran. Keuntungan dari proses grading
antara lain sebagai berikut.

1. Penawaran harga lebih jelas sesuai dengan ukuran ikan.


2. Untuk ikan hidup, pada waktu dilakukan pengangkutan mengurangi terjadi
persaingan yang berarti dalam memanfaatkan media hidup antara sesame ikan.
3. Menguntungkan bagi pembeli benih dengan adanya keseragaman ukran
karena ikan akan dibudidayakan lagi.
Salah satu contoh panen berdasarkan ukuran ikan adalah panen ikan lele.
Berikut Tabel 1. standar ukuran benih yang siap panen dan ditebar pada wadah
pemijahan berdasarkan SNI 6484.4:2014.

Tabel 1. Proses produksi benih ikan lele dumbo pada setiap tingkatan
pemeliharaan
Ukuran ikan yang akan dipanen sangat beragam, dari ukuran larva sampai
ikan yang siap dikonsumsi bisa dipanen tergantung pada permintaan pasar atau
pembeli. Setiap daerah memiliki ukuran yang berbeda dalam pemasaran ikan
baik ikan konsumsi maupun benih ikan. Contoh untuk ukuran ikan/benih dan
jenis ikan yang dapat dipanen :
- Ikan Mas : larva umur 3 hari, benih (ukuran 0,5-1 cm, 3-5 cm),
- Ikan Nila : larva umur 3 hari, benih (ukuran 0,5-1 cm, 3-5 cm),
- Ikan bawal : larva umur 8 hari, benih (ukuran 1 – 3 inci),
- Ikan patin : larva umur 1 hari, benih (ukuran 0,5 – 3 inci),
- Ikan gurame : larva umur 1 hari, benih (ukuran 0,5 – 5 inci),

7
b. Teknik pemanenan
Pemanenan larva didahului dengan melakukan pemberokan ikan.
Pemberokan merupakan suatu proses untuk mengeluarkan kotoran dari perut
ikan atau benih. Caranya adalah dengan menghentikan pemberian pakan
pada benih selama 1-2 hari.pada selang waktu tersebut, diharapkan sebagian
besar kotoran dalam perut ikan akan kosong.selain untuk mengeluarkan
kotoran di dalam perut, pemberokan juga berfungsi untuk mengurangi stres
pada benih akibat penangkapan dan saat proses pengangkutan. Bak
pemberokan dapat dibuat dengan ukuran 1 m x 1 m atau 2 m x 0,5 m.
Dengan ukuran tersebut, bak pemberokan dapat menampung benih ikan mas
sejumlah 5000–6000 ekor dengan ukuran 3-5 cm. Jumlah benih dalam
pemberokan harus disesuaikan dengan ukuran benihnya.
Sebelum dilakukan pemanenan benih ikan, terlebih dahulu dipersiapkan
alat-alat tangkap dan sarana perlengkapannya. Beberapa alat tangkap dan
sarana yang disiapkan di antaranya keramba, ember biasa, ember lebar, seser
halus sebagai alat tangkap benih, jarring atau hapa sebagai penyimpanan
benih sementara, saringan yang digunakan untuk mengeluarkan air dari
kolam agar benih ikan tidak terbawa arus, dan bak-bak penampungan yang
berisi air bersih untuk penyimpanan benih hasil panen.
Panen benih ikan dimulai pagi-pagi, yaitu antara jam 04.00–05.00 pagi
dan sebaiknya berakhir tidak lebih dari jam 09.00 pagi. Hal ini dimaksudkan
untuk menghindari terik matahari yang dapat mengganggu benih ikan
kesehatan tersebut. Benih dapat dipanen setelah dipelihara selama 21 hari.

Panenan yang dapat diperoleh dapat mencapai 70-80% dengan ukuran benih
antara 8-12 cm. Adapun prosedur pemanenan larva, yaitu:
1. Pemanenan dilakukan mula-mula dengan menyurutkan air. Menutup
saluran pemasukan air dan membuka outlet kolam pendederan sekitar
pukul 04.00 atau 05.00 pagi secara perlahan-lahan agar ikan tidak stres
akibat tekanan air yang berubah secara mendadak.
2. Pada pipa outlet dipasang seser halus untuk menampung benih atau juga
dapat dilakukan penangkapan benih setelah air surut dengan seser halus
atau jaring dan ditampung dalam ember atau keramba. Selama kegiatan
pemanenan perlu adanya perlakuan tertentu pada ikan yang tidak bersisik

8
karena sangat mudah mengalami luka seperti ikan lele yang tubuhnya
tubuhnya juga berlendir. Lecet atau luka pada ikan lele dan ikan patin
dapat disebabkan oleh penggunaan peralatan yang sembarangan, cara
panen yang kurang baik dan waktu panen yang kurang tepat.
3. Larva diangkat atau dipindahkan dengan seser ke dalam baskom
penampungan yang telah dipisahkan berdasarkan ukuran ikan.

c. Pengemasan
Pada proses pengemasan ikan hidup memerlukan keahlian dan
perhitungan yang matang, terutama pada pengamasan ikan hidup dengan
sistem tertutup. Cara pengamasan ikan hidup mempunyai dua cara yakni
sistem terbuka dan system tertutup.

Sistem Terbuka
Sistem terbuka yaitu ikan yang diangkut dengan wadah atau tempat yang
media airnyaa masih berhubungan dengan udara bebas. pengangkutan
sistem ini biasanya digunakan untuk jarak dekat dan membutuhkan
waktu tidak lama. Pada sistem pengamasan ini mempunyai kelebihan dan
kelemahan. Kelebihannya yaitu difusi oksigen melalui udara ke media air

Sistem Tetutup
Sistem tertutup yaitu pengemasan ikan hidup yang dilakukan
mengunakan wadah tertutup, udara dari luar tidak bisa masuk ke dalam
media tersebut. Pengemasan dengan cara ini dapat dilakukan pada jarak
yang jauh. Pada system pengemasan tertutup harus cermat dalam
perhitungan kebutuhan oksigen dengan lama waktu perjalanan, dan juga
penambahan bahan dalam media sistem ini juga diperhatikan.
Penambahan bahan pada media pengemasan tergantung pada jenis
ikan tertentu yang akan dikemas. Kelebihannya yaitu media air tahan
terhadap goncangan selama pengangkutan; dapat dikirim.

Alat-alat yang digunakan dalam pengemasan benih adalah:


- Alat penghitung benih ikan

9
- Jerigen pengangkut benih (untuk pengangkutan terbuka)
- Tabung oksigen

Bahan yang digunakan dalam pengemasan benih adalah:


- Kantong plastik jenis Polyethylene ( PE) dengan ketebalan 0,06 mm - 0,10
mm ukuran 60 cm x 40 cm;
- air bersih;
- garam 300 mg per liter air;
- es batu dalam kemasan plastik ukuran 3,5 cm x 10 cm setara dengan 200
g - 300 g;
- oksigen: gas oksigen murni dalam tabung;
- karet gelang: jenis karet yang bening elastisitas tinggi;
- kotak styrofoam dengan ukuran dan kekuatan sesuai SNI 01-4855-2006;
- lakban: lebar minimal 5 cm

Pengemasan di lokasi
Ikan yang telah dikelompokkan berdasarkan ukuran dimasukkan ke
dalam kantong plastik berukuran 40 cm x 60 cm dua rangkap dan telah
diisi air sebanyak (4 – 6) liter (1/3 volume kemasan), kemudian diberi
oksigen sebanyak 2/3 dan diikat dengan menggunakan karet gelang.
Kepadatan larva per kantong tergantung jarak pengangkutan atau
permintaan dari pembeli. Tapi biasanya berkisar antara (15.000 – 30.000)
ekor larva dalam setiap kantong. Kantong plastik yang telah berisi benih
dimasukkan ke dalam kotak Styrofoam. Kotak styrofoam dan isinya
ditimbang maksimal 19 kg. Setelah packing, benih siap dikirim ke tempat
yang dituju.

10
.
Gambar . Benih siap didistribusikan
Sumber: https://zahrafish.com

Pengemasan di bandara
- Pembungkusan ulang di bandara dilakukan dengan penggantian oksigen
dan atau air jika diperlukan.
- Kantong plastik yang telah berisi benih dimasukkan ke dalam kotak
styrofoam;
- Kotak styrofoam ditutup dan direkat dengan lakban.
- Kotak styrofoam dibungkus dengan kantong plastik besar selanjutnya
direkatkan dengan menggunakan lakbanpada kedua sisinya.
- Kotak yang sudah tertutup diberi label.

Syarat pelabelan
Setiap kemasan harus diberi label dengan benar dan mudah dibaca, yang
memberi keterangan antara lain:
- jenis produk;
- jumlah benih dalam kemasan;
- bandara asal dan bandara tujuan;
- bila ada bahan tambahan lain harus diberi keterangan bahan tersebut;
- nama, alamat pengirim dan penerima;

11
- jam, tanggal, bulan, tahun saat produk tersebut dikirim (diterbangkan).
Pemberian label harus dibuat dengan jelas dan terbaca sampai ditempat
tujuan.

d. Pengangkutan
Cara sistem terbuka dilakukan untuk mengangkut benih dalam jarak
dekat atau tidak membutuhkan waktu lama. Wadah yang digunakan
bervariasi, mulai dari yang sederhana atau bekas pengemasan bahan
kimia, seperti ember, jeriken plastik, drum/tong plastik hingga yang
didesain khusus untuk pengangkutan, seperti kemplung dan bak fiber
glass. Sifat wadah ini umumnya kokoh dan kuat. Pada pengangkutan ini,
sumber oksigen untuk pernafasan ikan sebagian besar adalah oksigen
yang terlarut dalam air, yang lainnya hasil diffusi dari udara pada tekanan
udara yang normal. Pada sistem ini perbandingan volume air dengan
berat ikan relatif lebih besar dibanding sistem tertutup. Untuk
pengangkutan ikan selama 5 jam, paling tidak 5 liter air diperlukan untuk
mengangkut 1 kg ikan. Makin lama waktu angkut makin tinggi
perbandingan volume air dengan berat ikan. Pengakutan ini biasanya
hanya melalui darat dengan sarana transportasi mobil dengan jarak
kurang dari 8 jam.
Cara sistem tertutup dilakukan untuk pengangkutan benih jarak jauh yang
memerlukan waktu lebih dari 8 atau 9 jam. Prosedur untuk pengangkutan
melalui udara tentu saja harus memenuhi persyaratan pengankutan hewan
yang telah berlaku. Syarat pengemasan juga harus memenuhi standar
keamanan transportasi udara dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kepadatan benih nila hitam (ekor/liter air) pada transportasi
udara berdasarkan ukuran benih dan lama pengangkutan

12
Kepadatan benihmaksimal
Sumber: SNI 7584: 2010.

2. Pemanenan Ikan Ukuran Konsumsi


A. Cara Panen di Kolam
Pemanenan di kolam untuk ukan air tawar diberikan contoh
pemanenan pada ikan patin. Panen ikan patin di kolam dilakukan setelah
pemeliharaan 3 – 4 bulan dan ukuran ikan telah mencapai 20 - 25 cm
dengan bobot 300 - 400 g/ekor. Panen ikan di kolam dapat dilakukan
secara bertahap jika ukuran ikan tidak seragam. Jika ukuran ikan relatif
seragam, pemanenan dapat dilakukan secara total. Sebelum panen
dilaksanakan, segala peralatan dan sarana penunjang harus
dipersiapkan terlebih dahulu untuk menghindari penurunan mutu ikan.
Panen ikan di kolam sebaiknya dilakukan pada pagi hari sekitar pukul
6.00-7.00 supaya ikan tetap segar dan tenaga kerjanya pun masih kuat
sehingga panen dapat selesai sebelum hari panas. Panen dilakukan
dengan terlebih dahulu membuang air kolam. Jika konstruksi kolam baik,
panen dapat dilakukan di dekat pintu air. Sebaliknya, jika konstruksi
kolam sederhana dan berlumpur, panen sebaiknya dilakukan dengan
menelusuri seluruh bagian kolam dengan menggunakan jaring atau
menggunakan tangan langsung karena ikan patin senang membenamkan
diri di dalam lumpur.

Langkah-langkah dalam memanen ikan yaitu:


- Menyiapkan peralatan panen

13
- Memasang saringan pada pintu pembuangan agar ikan tidak keluar
- Mengeringkan air kolam dengan cara membuka pintu saluran pembuangan
- Sambil menunggu air kolam surut, ikan sedikit demi sedikit ditangkap
dengan waring/jarring
- Memasukkan ikan yang telah ditangkap ke dalam bak/hapa penampungan
- Biarkan ikan di dalam bak/hapa penampungan selama 1-2 hari tanpa diberi
pakan agar bau tanah dan kotoran ikan hilang

Gambar . Penen ikan patin dalam kolam beton


Sumber: https://virtuco.co.id/

Jika menginginkan ikan hidup sampai pada konsumen, pada waktu panen
sebaiknya disisipkan hapa yang diikat dekat pintu air agar ikan yang
dipanen tertampung terlebih dahulu di hapa. Kemudian, ikan diangkut
dengan wadah yang berisi air, misalnya tong plastik atau jerigen yang
dipotong tengahnya.

B. Cara Panen di Keramba


Ikan mas yang dipelihara di karamba jaring apung umumnya dipanen
pada ukuran 3-5 ekor/kg. Ukuran ini merupakan ukuran yang banyak
diminati oleh konsumen. Untuk mencapai ukuran panen tersebut, benih
ikan yang berukuran 10-15 gram per ekor umumnya memerlukan masa
pemeliharaan sekitar 3-4 bulan.
Pemanenan ikan mas di KJA pada dasarnya diarahkan untuk
mendapatkan ikan hasil panen dalam keadaan hidup dengan tingkat
kerusakan fisik sesedikit mungkin. sehubungan dengan ini ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan, yaitu menetapkan saat panen yang tepat,

14
mempersiapkan bahan dan peralatan yang dibutuhkan, cara melaksanakan
pemanenan panen yang baik.
Pertumbuhan ikan mas pada satu tempat bisa berbeda dengan tempat
lain bergantung pada kualitas benih dan pakan serta lingkungannya. Oleh
karena itu saat panen yang tepat, sebaiknya ditetapkan setelah diketahui
ukuran yang dikehendaki tercapai. Untuk itu sebelum panen perlu
dilakukan pemantauan pertumbuhan ikan mas dengan melakukan
pengecekan ukuran/beratnya. Caranya adalah pada saat mendekati waktu
panen, sejumlah ikan tertentu, misalnya 20 ekor, ditangkap dengan
menggunakan serokan, di beberapa tempat. Kemudian ditimbang dan
dihitung berat rata-ratanya. Jika berat rata-ratanya sudah sesuai dengan
ukuran yang diinginkan maka pemanenan sudah bisa dilaksanakan, tetapi
jika tidak maka masa pemeliharaan harus ditambah.
Waktu pelaksanaan panen ikan mas yang tepat adalah pagi atau sore
hari di kala suhu air di dalam tambak rendah sehingga ikan mas tidak
stress. Sebelum ikan dipanen ikan dalam KJA dipuasakan terlebih dahulu
selama satu hari agar dalam pengangkutan nantinya ikan tidak banyak
mengeluarkan kotoran. Sesaat menjelang pemanenan peralatan yang
diperlukan selama pemanenan dan selamam penanganan hasil juga
disiapkan. Peralatan tersebut mencakup peralatan untuk menangkap ikan,
menampung sementara dan menimbang ikan.
Pemanenan ikan dilakukan secara serentak. Dalam pemanenan ada dua
kegiatan, yaitu mengumpulkan ikan pada daerah di salah satu tepi/sisi
petakan dan melakukan penangkapan ikan. Untuk mengumpulkan ikan
digunakan alat bantu bambu. Bambu tersebut diselipkan di bawah kantung
jaring dan digerakan mengarah ke salah satu sisi petakan. Akhirnya ikan
akan terkumpul di daerah sisi ini. Setelah ikan terkumpul ikan ditangkap
dan ditimbang.
Penangkapan ikan perlu hati-hati, karena penangkapan yang kasar
menyebabkan kerusakan fisik yang akan mengganggu kesehatan dan
penampilan ikan, seperti sisik terlepas, sirip terkikis, luka pada bagian
kepala dan mulut. Jika ikan terluka maka biasanya ikan tidak tahan
diangkut dalam waktu relatif lama. Beberapa ukuran ikan air tawar yang
telah sipa panen disajikan pada Tabel 3. berikut.

15
Tabel 3. Contoh masa pemanenan ikan berdasarkan bobot awal benih

D. Forum Diskusi
Diskusikan dengan kelompokmu bagaimana cara mengatasi hal ini bila kita akan
mengirimkan benih ikan gurami ke tempat lain yang membutuhkan waktu 10 jam
perjalanan, tetapi kita tidak punya stock oksigen murni untuk pengemasan ikan
secara hidup ?
1. Siswa dibentuk kelompok yang beranggotakan 6 orang.
2. Anggota kelompok ditentukan oleh Guru pengampu.
3. Waktu diskusi 4 jam pelajaran, dilanjutkan dengan presentasi oleh masing-
masing kelompok.

E. Rangkuman

Sortasi adalah pemisahan benih ikan berdasarkan jenis dan kondisi benih.
Sortasi dilakukan untuk memilih ikan yang telah layak/ memenuhi standar untuk dipasarkan
yang dapat diilihat dari ukuran dan kesehatan benih ikan. Tujuan dari
sortasi dapat menyeleksi ikan yang mati, terkena penyakit, atau cacat. dengan grading dalam
istilah perikanan merupakan suatu upaya pengelompokan ikan/hasil ikan menjadi beberapa
tingkat/kelas (grade) sehingga masing-masing kelas memiliki kualitas mutu yang seragam.

Keuntungan dari proses grading antara lain sebagai berikut:

- Penawaran harga lebih jelas sesuai dengan ukuran ikan.


- Untuk ikan hidup, pada waktu dilakukan pengangkutan mengurangi terjadi
persaingan yang berarti dalam memanfaatkan media hidup antara sesama
ikan.
- Menguntungkan bagi pembeli benih dengan adanya keseragaman ukran
karena ikan akan dibudidayakan lagi.

16
Pemanenan larva didahului dengan melakukan pemberokan ikan. Pemberokan
merupakan suatu proses untuk mengeluarkan kotoran dari perut ikan atau benih. Waktu
pelaksanaan panen ikan yang tepat adalah pagi atau sore hari. Cara pengamasan ikan hidup
mempunyai dua cara yakni sistem terbuka dan sistem tertutup. Sistem terbuka yaitu ikan yang
diangkut dengan wadah atau tempat yang media airnyaa masih berhubungan dengan udara
bebas. Sistem tertutup yaitu pengemasan ikan hidup yang dilakukan mengunakan wadah
tertutup, udara dari luar tidak bisa masuk ke dalam media tersebut. Cara sistem terbuka dapat
digunakan untuk pengangkutan kurang dari 8 jam sedangkan cara sistem tertutup dilakukan
untuk pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukan waktu lebih dari 8 atau 9 jam

F. Tes Sumatif
Pilihlah jawaban yang paling tepat !
1. Ikan yang diangkut dengan wadah atau tempat yang media airnyaa masih
berhubungan dengan udara bebas disebut sistem pengangkutan...
a. Terbuka
b. Tertutup
c. Langsung
d. Tidak langsung
e. Jarak dekat
2. Panen ikan patin di kolam dilakukan setelah pemeliharaan .... bulan
a. 1-2
b. 2-3
c. 3-4
d. 4-5
e. 5-6
3. Pengemasan ikan untuk jarak jauh menggunakan sistem....
a. Terbuka
b. Tertutup
c. Jarak jauh
d. Jarak dekat
e. Langsung
4. Ikan gurami yang dipanen untuk ukuran konsumsi memiliki bobot....gr
a. 200-400
b. 300-500

17
c. 400-600
d. 500-700
5. Untuk menghindari terik matahari yang dapat mengganggu benih ikan, sebaiknya
benih dipanen saat....
a. Siang hari
b. Suhu rendah
c. Cuaca panas
d. Jam 3 sore
e. Mendung

18
GLOSARI

: ikan dalam umur, bentuk dan ukuran


tertentu yang belum
Benih
dewasa, termasuk telur, larva, dan biakan
murni alga.
: Suatu upaya pengelompokan ikan/hasil ikan
menjadi
Grading beberapa tingkat/kelas (grade) sehingga
masing-masing
kelas memiliki kualitas mutu yang seragam.
: Jumlah benih dalam satu wadah yang
Kepadatan benih dinyatakan dalam
satuan ekor per liter air
: Kegiatan pengumpulan hasil budidaya ikan
Panen baik berupa
benih atau ikan konsumsi
: Kegiatan mempuasakan ikan antara 20 jam
Pemberokan - 24 jam
sebelum proses pengemasan
: Suatu cara atau metode pembungkusan
dalam kantong
Pengemasan plastik dan pengepakan dalam wadah
styrofoam atau
wadah terbuka lainnya
alat angkut berupa mobil atau kendaraan
Sarana angkutan darat bermotor

Sarana angkutan udara lainnya yang beroperasi di darat


alat angkut berupa pesawat udara
: pemisahan benih ikan berdasarkan jenis dan
Sortasi kondisi
benih.
: waktu yang diperlukan dari mulai
pengepakan benih
Waktu angkut
sampai dengan benih tiba dilokasi
pengiriman

19
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. 2003. Pembesaran ikan


karper di keramba jarring apung. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. 2013. Teknik Pembesaran Ikan. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan. 2013. Teknik pemanenan dan pascapanen ikan 2. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Saparinto, Cahyo dan Rini Susiana. 2013. Sukses pembenihan 6 jenis ikan air
tawar ekonomis. Yogyakarta: Lily Publisher.

SNI 7584: 2010. Pengemasan benih ikan nila hitam (Oreochromis niloticus
Bleeker) pada sarana angkutan udara. Badan Standardisasi Nasional.

20
▪ Jurnal TILAPIA, Vol. 2, No. 1, Januari 2021 : 15-22 ISSN 2721-592X (Online)

Available online at www.jurnal.abulyatama.ac.id/tilapia


ISSN 2721-592X (Online)

Universitas Abulyatama
Jurnal TILAPIA
(Ilmu Perikanan dan Perairan)

Teknik Pembiusan Menggunakan Suhu Rendah Terhadap Ikan


Nila (Oreochromis niloticus)

Muammar*1, Fauzi Syahputra1, Said Muhazzir1


1
Budidaya Perairan Fakultas Perikanan Universitas Abulyatama, Aceh Besar 23372, Indonesia
*Email korespondensi: muammarynf2018@gmail.com

Diterima 29 Desember 2020; Disetujui 20 Januari 2021; Dipublikasi 29 Januari 2021

Abstract: This research was about Nile Tilapia (Oreochromis niloticus) that lived in the dry system
which was used low temperature to be applied in fish transportation in order to make the fish not
die during long journey and to lessen the load of weighty in the more lightweight rather than using
wet transportation system using water. The media that was used to reduce the temperature was ice
cube or ice block. On the anesthetic temperature of 7-8°C there was found the best level of life
continuity because storage during 2 hours where it indicated 88% life continuity level compared to
5-6°C temperature, the life continuity level was only 44%. Then, on the temperature of 9-10°C
showed the continuity level of life attained 77% and on the 11-12°C temperature it indicated 66%
continuity level of life.

Keywords: Nile Tilapia, Low Temperature, Anesthesia.

Abstrak : Penelitian mengenai pembiusan ikan nila (Oreochromis niloticus) hidup sistem kering
dengan menggunakan suhu rendah untuk diaplikasikan pada transpotasi ikan hidup agar ikan tidak
mengalami kematian selama perjalanan jauh dan juga dapat mengurangi berat beban lebih ringan
dibandingkan dengan menggunakan transportasi sistem basah yang menggunakan air. Media yang
digunakan untuk menurunkan suhu ialah es batu. Pada suhu pembiusan 7--8°C didapat tingkat
kelangsungan hidup terbaik karena penyimpanan selama 2 jam tingkat kelangsungan hidupnya
mencapai 88% dibandingkan dengan suhu 5-6°C kelangsugan hidupnya mencapai 44%, suhu 9-
10°C kelangsungan hidupnya mencapai 77% dan suhu 11-12°C kelangsungan hidupnya mencapai
66%.

Kata kunci : Ikan Nila, Suhu Rendah, Pembiusan

Anestesi merupakan kegiatan pembiusan ikan tujuan. Pengangkutan dalam jarak jauh dalam waktu
untuk membuat ikan dalam kondisi tidak sadar. lama sangat diperlukan perlakuan khusus untuk
Kegiatan anestesi pada ikan sering dilakukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup ikan.
mengurangi tingkat kematian saat proses Teknologi transportasi ikan hidup yang biasanya
pengangkutan. Pada prinsipnya pengangkutan atau digunakan oleh masyarakat, pada dasarnya terbagi
transportasi pada ikan hidup untuk mempertahankan dua metode transportasi, yaitu dengan menggunakan
kehidupan ikan selama pengangkutan sampai tempat air sebagai media (sistem basah), dan media tanpa air
Teknik Pembiusan Menggunakan....
(Muammar, Syahputra& Muhazzir, 2021) - 15 -
Jurnal TILAPIA, Vol.2, No. 1, Januari 2021 : 15-22
http://jurnal.abulyatama.ac.id/tilapia

(sistem kering) (Rinto, 2012). Transportasi sistem suhu rendah lebih menguntungkan dibandingkan
basah terbagi menjadi dua yaitu, sistem terbuka dan dengan menggunakan kejut listrik dan bahan pembius
sistem tertutup. Pada sistem terbuka ikan diangkut karena penggunaan suhu rendah biayanya lebih
dalah wadah terbuka atau tertutup tetapi secara terus murah dan cukup aman apabila digunakan karena
menerus diberikan aerasi untuk mencukupi oksigen tidak ada residu kimia yang dapat membahayakan
salama pengangkutan, biasanya pengangkutan konsumen.
metode ini hanya dilakukan transportasi yang dalam Berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa,
waktu tidak lama. Sedangkan sistem tertutup ikan penelitian ini bertujuan untuk mengamati tentang
diangkut dalam wadah tertutup dengan suplai oksigen studi teknik penyimpanan sistem kering dengan
terbatas dan telah diperhitungkan sesuai kebutuhan menggunakan suhu rendah terhadap ikan nila
ikan selama pengangkutan, wadah dapat berupa (Oreochromis niloticus).
kantong plastik atau kemasan lain yang tertutup.
METODE PENELITIAN
Sedangkan pada transportasi sistem kering terbagi
Waktu dan Tempat
menjadi tiga yaitu, penggunaan suhu rendah, bahan
Penelitian ini dimulai dari tanggal 06 Agustus
anestesi dan kejut listrik. Menurut Pratisari (2010), zat
sampai dengan 09 Agustus 2020 dilaksanakan di
anestesi yang digunakan untuk pemingsanan ikan
Laboratorium Terpadu Fakultas Perikanan,
seperti MS-222 (tricaine methane sulphonate), CO2
Universitas Abulyatama Aceh, Jalan Blang Bintang
dan quinaldine serta bahan alami seperti eksrak biji
Lama Km. 8,5 Lampoh Keude, Aceh Besar.
karet dan ekstrak cengkeh).
Pada sistem penggunan suhu rendah ikan Alat dan Bahan
dimasukan dalam air bersuhu rendah sehingga ikan Alat dan bahan yang digunakan dalam
pingsan, kondisi ikan yang pingsan dapat mengurangi penelitian ini adalah toples plastik ukuran 16 liter
stress, biasanya penggunaan sistem suhu rendah sebanyak 3 buah, sterofoam 75x40x32cm sebanyak
memiliki tingkat kematian lebih rendah selama proses 12 buah, timbangan 3 buah, aerator 3 buah,
transportasi. Sedangkan menurut Pratama et al. thermometer digital 3 buah, stopwatch 3 buah, kain
(2017), penggunaan bahan pembius pada seluruh 30x60 sebanyak 12 buah, ikan nila, es batu, dan air.
tubuh ikan akan mengakibatkan ikan kehilangan
kemampuan kesadaran, mempengaruhi sistem syaraf Prosedur Penelitian

dan berakibat overdosis atau kematian, yang Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

disebabkan oleh pengaruh dari bahan pembius yang adalah pengambilan sampel secara acak dengan berat

dimasukkan ke dalam tubuh ikan tersebut. Hal inilah ikan berkisar 200g/ekor. Adapun prosedur kerja

yang menjadikan penggunaan sistem kejut listrik dalam penelitian ini (gambar 2), sebagai berikut:

pada ikan untuk pemingsanan, karena ikan dapat 1. Ikan yang baru dibeli dalam keadaan hidup

mengalami keadaan pingsan lebih cepat dan tingkat dengan kondisi sehat dari kolam

kesadarannya setelah pingsan juga cepat. Menurut dipindahkan pada wadah yang beri aerasi

Arsyad (2014), penggunaan dengan menggunakan untuk dilakukan karantina selama 24 jam.

- 16 -
ISSN 2721-592X (Online)

2. Sebelum ikan dipingsankan, maka (RAL) non faktorial dengan 4 kali perlakuan dan 3
digunakan es batu untuk menurunkan suhu kali ulangan sehingga terdapat 12 wadah penelitian.
air sampai dengan suhu optimum Perlakuan metode pemingsangan yang terdiri
pemingsanan. atas 4 taraf :
3. Setelah itu lakukan proses pemingsanan A : Pemingsanan dengan suhu 5°C-6°C
dengan menggunakan metode: B : Pemingsanaan dengan suhu 7°C-8°C
- Perlakuan A (menggunakan suhu 5°C- C : Pemingsanaan dengan suhu 9°C-10°C
6°C) D : Pemingsanaan dengan suhu 11°C-12°C
- Perlakuan B (menggunakan suhu 7°C- Perlakuan lama penyimpanan selama 2 jam
8°C)
- Perlakuan C (menggunakan suhu 9°C- Parameter Pengamatan
10°C) Waktu Kecepatan Pingsan
- Perlakuan D (menggunakan suhu 11°C- Pengamatan dan pencatatan dilakukan untuk
12°C) menghitung jumlah ikan nila yang pingsan dan
Metode ini dilakukan dengan memasukan ikan kecepatan pingsan ikan diukur menggunakan
secara langsung kedalam media air yang bersuhu stopwatch. Indikator ikan yang pingsan ditandai
o
5°C-6°C, 7 C-8°C, 9°C-10°C, dan 11°C-12°C dengan kondisi benih yang bergerak lambat, ikan
kemudian dilakukan pencatatan waktu pingsan serta berdiam di dasar dan operkulum bergerak lemah.
pengamatan tingkah laku ikan nila selama proses Selanjutnya ikan nila dipindahkan styrofoam untuk
pemingsanan. dilakukan penyimpanan.
Ikan yang telah pingsan dibungkus dengan kain
yang lembab untuk menghidari mulut dan insang ikan Kelangsungan Hidup (SR)

tidak kemasukan media penyimpanan. Kelangsungan hidup ikan nila dihitung dengan

Kotak styrofoam yang akan digunakan sebagai menggunakan rumus menurut (Effendie. 1997) yaitu :
𝐍𝐭
kemasan, pada bagian dasarnya diberi es batu yang SR=𝐍𝐨 x 100%
masing masing berisi 2,2 kg es batu. Keterangan :
SR = Tingkat kelangsungan hidup (%)
Styrofoam yang sudah terisi es batu kemudian
Nt = Jumlah individu pada akhir pemeliharaan (ekor)
diletakkan baskom plastik yang telah diisi ikan yang No = Jumlah individu pada awal pemeliharaan (ekor)
telah dipingsankan agar ikan tidak mengenai es batu
Analisis Data
yang dapat menyebabkan kematian pada ikan.
Data yang diperoleh selama penelitian
Kemudian kotak styrofoam ditutup rapat dan
ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik. Data
diberikan pemberat.
kelangsungan hidup yang diperoleh, selanjutnya
Rancangan Percobaan dianalisis secara perhitungan dengan menggunakan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam Analisis Sidik Ragam (ANOVA) setelah diketahui
penelitian ini berupa Rancangan Acak Lengkap apakah hasil yang di peroleh menolak H₁ atau

Teknik Pembiusan Menggunakan....


(Muammar, Syahputra& Muhazzir, 2021) - 17 -
Jurnal TILAPIA, Vol.2, No. 1, Januari 2021 : 15-22
http://jurnal.abulyatama.ac.id/tilapia

menerima H₀, maka perlu diketahui keakuratan hasil Pembahasan


yang telah didapat melalui koefesien keragaman (kk) a. Waktu Kecepatan Pingsan
yang diperoleh. Selanjutnya dilakukan uji lanjutan. Berdasarkan tabel 3 diatas menunjukkan bahwa
waktu kecepatan pingsan pada perlakuan suhu
HASIL DAN PEMBAHASAN
pembiusan 5-6°C ulangan ke 1, ikan pingsan pada
HASIL
menit ke 8,60 menit, pada perlakuan suhu pembiusan
Parameter Pengamatan
5-6°C ulangan ke 2, ikan pingsan pada menit ke 8,75
Proses pembiusan ikan nila menggunakan suhu
menit, dan pada perlakuan suhu pembiusan 5-6°C
rendah; perlakuan A suhu 5°C -6°C, perlakuan B suhu
ulangan ke 3, ikan pingsan pada menit ke 9 menit,
7°C -8°C, perlakuan C suhu 9°C -10°C kemudian
waktu kecepatan pingsan pada perlakuan suhu
ikan disimpan selama 2 jam. Adapun hasil
pembiusan 7-8°C ulangan ke 1, ikan pingsan pada
pengamatan terhadap kecepatan dan kelangsungan
menit ke 11,80 menit, pada perlakuan suhu
hidup ikan nila pada pembiusan ikan nila
pembiusan 7-8°C ulangan ke 2, ikan pingsan pada
menggunakan suhu rendah disajikan pada tabel dan
menit ke 12 menit, dan pada perlakuan suhu
gambar dibawah ini:
pembiusan 7-8°C ulangan ke 3, ikan pingsan pada
Tabel 3. Waktu Kecepatan Pingsan menit ke 11,60 menit, waktu kecepatan pingsan pada
Suhu Ulangan (menit) Rata-rata
pembiusan 1 2 3 perlakuan suhu pembiusan 9-10°C ulangan ke 1, ikan
5-6°C 8,60 8,75 9 8,78 menit
pingsan pada menit ke 15 menit, pada perlakuan suhu
7-8°C 11,80 12 11,60 11,80 menit
pembiusan 9-10°C ulangan ke 2, ikan pingsan pada
9-10°C 15 14,80 14,50 14,76 menit
menit ke 14,80 menit, dan pada perlakuan suhu
11-12°C 22 21,90 22 21,96 menit
pembiusan 9-10°C ulangan ke 3, ikan pingsan pada
Sumber : data olahan, 2020
Tabel 4. Nilai rata-rata kecepatan pingsan
menit ke 14-50 menit, sedangkan waktu kecepatan
Fase pingsan Fase pingsan pingsan pada perlakuan suhu pembiusan 11-12°C
Suhu Fase roboh
ringan berat
5-6°C 2,98 7,90 8,78 menit ulangan ke 1, ikan pingsan pada menit ke 22 menit,
7-8°C 4,83 10,86 11,80 menit pada perlakuan suhu pembiusan 11-12°C ulangan ke
9-10°C 5,95 13,86 14,76 menit 2, ikan pingsan pada menit ke 21,90 menit, dan pada
11-12°C 6,93 20,83 21,96 menit perlakuan suhu pembiusan 11-12°C ulangan ke 3,
Sumber : data olahan, 2020 ikan pingsan pada menit ke 22 menit. Nilai rata-rata
waktu kecepatan pingsan pada perlakuan suhu
10 8 7
8 6 pembiusan 5-6°C yaitu 8,78 menit, pada perlakuan
6 45 3
4 1 2 suhu pembiusan 7-8°C yaitu 11,80 menit, pada
2
Jumlah (ekor)

0 Hidup perlakuan suhu pembiusan 9-10°C yaitu 14,76 menit,


Mati
dan pada perlakuan suhu pembiusan 11-12°C yaitu
21,96 menit.
Suhu Pembiusan
Menurut Achmadi (2005), selama proses
Gambar 4. Grafik kelangsungan hidup pemingsanan, ikan menunjukkan 3 fase respon

- 18 -
ISSN 2721-592X (Online)

tinglah laku, yaiu: fase pingsan ringan, fase pingsan ikan langsung mengalami perubahan suhu
berat dan fase roboh. Fase ringan ditunjukkan oleh lingkungan yang sangat berbeda dengan suhu
reaktivitas terhadap rangsangan luar lambat, gerak lingkungan hidup ikan nila (14-38°C), hal ini karena
operkulum lambat dan gerak renang aktif. Fase ikan sangat sensitif dengan adanya perubahan suhu
pingsan berat ditunjukkan oleh reaktivitas terhadap air (Subasinghe 1997).
rangsangan luar tidak ada, kecuali dengan tekanan Perlakuam A3 dengan suhu 9-10°C, ikan nila
kuat, pergerakan operkulum lambat. Sedangkan fase mengalami fase pingsan awal pada menit ke 5,95
roboh ditunjukkan oleh gerak operkulum tidak ada menit, pada menit ke 13,86 menit ikan mulai
atau sangat lemah, respon terhadap rangsang luar mengalami fase pingsan berat dan fase roboh ikan
tidak ada, gerak renang tidak ada. ditunjukkan pada menit ke 14,76 menit. Hal ini
Berdasarkan tabel diatas ikan nila dipingsankan dikarenakan ikan sudah mulai mendekati dengan
secara bertahap pada perlakuam A1 dengan suhu 5- suhu lingkungan hidup ikan nila yaitu 14-38°C,
6°C, ikan nila mengalami fase pingsan awal pada sehingga waktu roboh yang dibutuhkan ikan nila
menit ke 2,98 menit, pada menit ke 7,90 menit ikan relatif lama yaitu 14,76 menit. Sedangkan pada
mulai mengalami fase pingsan berat dan fase roboh perlakuam A4 dengan suhu 11-12°C, ikan nila
ikan ditunjukkan pada menit ke 8,78 menit. Hal ini mengalami fase pingsan awal pada menit ke 6,93
disebabkan fase panik yang terjadi saat proses menit, pada menit ke 20,83 menit ikan mulai
pemingsanan ikan terhadap adanya perubahan suhu mengalami fase pingsan berat dan fase roboh ikan
air terlalu rendah, sehingga ikan kehilangan ditunjukkan pada menit ke 21,96 menit. Hal ini
keseimbangan tubuhnya. Pada kondisi shock, ikan dikarenakan ikan sudah mulai mendekati dengan
banyak melakukan gerakan yang berlebihan pada saat suhu lingkungan hidup ikan nila yaitu 14-38°C,
proses pembiusan yang menyebabkan ikan cepat sehingga ikan nila masih dapat beradaptasi dengan
mengalami kematian karena mengalami peningkatan suhu rendah yang ditunjukkan oleh lama waktu untuk
asam laktat dalam darah. Asam laktat yang pemingsanan yaitu 21,96 menit.
terakumulasi dalam darah cukup tinggi akan Menurut Maraja (2017), untuk dapat
mempercepat terjadinya proses kematian karena ikan mengetahui ikan yang telah sudah pingsan total dapat
akan kekurangan oksigen (Utomo, 2001). Perlakuam melakukan pemeriksaan dengan memberikan sedikit
A2 dengan suhu 7-8°C, ikan nila mengalami fase rangsangan di bagian perut ikan dan melihat dari
pingsan awal pada menit ke 4,83 menit, pada menit aktivitas operkulum ikan tersebut, bila ikan sudah
ke 10,86 menit ikan mulai mengalami fase pingsan tidak bergerak maka dapat langsung segera
berat dan fase roboh ikan ditunjukkan pada menit ke dibungkus dengan kain lembab sampai menutupi
11,80 menit. Hal ini menunjukkan bahwa suhu 7-8°C setengah badan ikan kemudian disimpan dalam
merupakan suhu yang rendah bagi ikan nila karena wadah styrofoam dengan menggunakan baskom
ikan mengalami shock dan merespon dengan gerakan plastik sebagai alas agar ikan tidak terkena es batu
yang tidak beraturan pada menit 10,86 menit. Kondisi selama penyimpanan. Proses penyimpanan ikan nila
ikan yang dibius pada suhu 5-6°C dan suhu 7-8°C, dalam kemasan styrofoam dilakukan setelah ikan
Teknik Pembiusan Menggunakan....
(Muammar, Syahputra& Muhazzir, 2021) - 19 -
Jurnal TILAPIA, Vol.2, No. 1, Januari 2021 : 15-22
http://jurnal.abulyatama.ac.id/tilapia

dibius dengan suhu rendah secara langsung, yaitu 3 kali ulangan. Pada perlakuan A4 yang
dengan memasukan ikan dalam media air dengan menggunakan suhu 11-12°C dengan suhu
menggunakan suhu 5-6°C, 7-8°C, 9-10°C, 11-12°C, pengemasan 12-14°C dipertahankan selama 2 jam
kemudian ikan disimpan selama 2 jam dengan suhu menghasilkan tingkat kelulusan sebesar 66% dengan
penyimpanan 12-14°C. Berdasarkan analisis sidik 3 kali ulangan.
ragam (ANOVA) didapat bahwa perlakuan waktu
KESIMPULAN DAN SARAN
kecepatan pingsan paling optimum ikan nila yaitu
Kesimpulan
pada perlakuan A1 (suhu 5-6°C).
1. Suhu optimum pembiusan ikan nila adalah pada
suhu 5-6°C karena suhu terlalu dingin
b. Kelangsungan Hidup (SR)
menyebabkan ikan cepat pingsan dibandingkan
Berdasarkan gambar 3 diatas menunjukkan
dengan suhu 7-8°C, 9-10°C, 11-12°C, tetapi suhu
bahwa tingkat kelangsungan hidup (SR) pada
5-6°C tidak bisa dikatakan suhu terbaik untuk
perlakuan A1 suhu 5-6°C dengan suhu pengemasan
pemingsanan karena kelangsungan hidupnya
12-14°C yang dipertahankan selama 2 jam
rendah dibandingkan dengan suhu 7-8°C, 9-10°C,
menghasilkan tingkat kelulusan sebesar 44% dengan
dan 11-12°C.
ulangan 3 kali. Pada kondisi ini, ikan nila tidak
2. Tingkat kelangsungan hidup ikan nila dengan
mampu beradaptasi dengan suhu rendah dibawah
menggunakan suhu 5-6°C ikan yang hidup 4 ekor,
suhu toleransi ikan nila yaitu 14-38°C sehingga
suhu 7-8°C ikan yang hidup 8 ekor, 9-10°C ikan
mengakibatkan terganggunya keseimbangan tubuh
yang hidup 7 ekor, suhu 11-12°C ikan yang hidup
yang disebabkan karena kurangnya oksigen dalam
6 ekor. Suhu terbaik untuk pembiusan
darah. Hal ini juga disebabkan karena penyimpanan
menggunakan suhu rendah terhadap ikan nila
suhu terlalu rendah sehingga ketika suhu tubuh turun,
adalah 7-8°C.
jantung, sistem saraf dan organ lain tidak dapat
berkerja secara normal, akhirnya dapat menyebabkan Saran
gagal total pada jantung dan sistem pernapasan dan Perlu dilakukan penelitian selanjutnya untuk
menyebabkan kematian mengetahui suhu penyimpanan dalam transportasi
Pada perlakuan A2 suhu 7-8°C dengan suhu sistem kering dengan menggunakan suhu pembiusan
pengemasan 12-14°C yang dipertahankan selama 2 yang optimum yang telah dilakukan oleh peneliti.
jam menghasilkan tingkat kelulusan sebesar 88%
dengan 3 kali ulangan. Perlakuan A2 memberikan
DAFTAR PUSTAKA
respon yang cukup baik, hal ini dikarenakan ikan
Arsyad, M., Wenny D., Ariesia, A.G. 2014.
sudah mulai beradaptasi dengan suhu optimum
Pengaruh Pemberian Suhu 8oC terhadap
toleransi ikan nila yaitu 14-38°C. Pada perlakuan A3
Lama Waktu Pingsan Ikan Mas (Cyprinus
yang menggunakan suhu 9-10°C dengan suhu
carpio), ikan patin (Pangasius sp.), Ikan
pengemasan 12-14°C dipertahankan selama 2 jam
Lele (Clarias sp.), dan Ikan Gurame
menghasilkan tingkat kelulusan sebesar 77% dengan
(Osphronemus gourame). Jurnal Ilmiah

- 20 -
ISSN 2721-592X (Online)

Inovasi: 14 (2). Hal. 110-116 Kelestarian dan Keanekaragaman Hayati


Achmadi D. 2005. Pembiusan Ikan Nila Ikan. Jurnal Penyuluhan Pertanian 1(1):
(Oreochromis niloticus) dengan Tegangan 42-47.
Listrik untuk Transportasi Sistem Kering. Junianto. 2003. Teknik penanganan ikan. Penebar
[skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Swadaya. Jakarta.
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Maraja, M.K., Netty S., Jenki, P. 2017.
Anonim. 2002. Statistik Perikanan Budidaya Penanganan Ikan Nila (Oreochromis
Indonesia, Indonesia Aquaculture Statistic. niloticus) Hidup dengan menggunakan Es
No. 04 Star-Pord. Departemen Kelautan sebagai Pengawet. Jurnal Media Teknologi
dan Perikanan, Direktorat Jendral Hasil Perikanan. Manado: Unsrat Manado
Perikanan Budidaya Jakarta 2004, 127 pp. Maskur, M. dan Budiyati. 2019. Modul: Teknik
Arie, U. 2000. Budidaya Bawal Air Tawar Penanganan Hasil Budidaya Perikanan.
Konsumsi dan Hias. Penebar Swadaya: Jakarta: Pusat Pendidikan Kelautan dan
Jakarta. Perikanan (Pusdik KP). Tersedia pada:
Boyd, C.E. 2004. Farm Level Issues in http://www.pusdik.kkp.go.id/elearning/ind
Aquaculture Certification: Tilapia. WWF- ex.php/modul/read/190114-184259uraian-
US Auburn. Alabama. c-materi. [Diakses: 21 November 2020]
Coyle SD, Durborow RM, Tidwell JH. 2004. Panggabean, A. 2009.Budidaya Ikan Nila
Anesthetics in Aquaculture. Southern (Oreochromis niloticus). Sumatra Utara:
Regional Aquaculture Center. Publication Departemen Kehutanan. Fakultas
No 3900. Pertanian.
Effendie,M. 2002. Metode Biologi Perikanan. Pratama A., Dewita B., Sumarto. 2017. Uji
Bogor: Yayasan Dewi Sri. Transportasi Sistem Kering Ikan Jelawat
Hidayah AM. 1998. Studi Penggunaan Gas CO2 (Leptobarbus hoevenii) dengan
sebagai Bahan Pembius untuk Menggunakan Ekstrak Hati Batang Pisang.
Transportasi Ikan Nila Merah Riau: Fakultas Perikanan dan Ilmu
(Oreochromis sp) Kelautan, Universitas Negeri Riau
http://help.lycos.com/newticket.php. [01 Pratisari Dan. 2010. Transportasi Ikan Nila
Januari 2009]. (Oreochromis niloticus) Hidup Sistem
Jailani. 2000. Mempelajari Pengaruh Penggunaan Kering dengan Mengunakan Pembiusan
Pelepah Pisang sebagai Bahan Pengisi Suhu Rendah Secara Langsung [skripsi].
terhadap Tingkat Kelulusan Hidup Ikan Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Mas (Cyprinus carpio)[skripsi]. Bogor: Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Rinto.2012. Transportasi Ikan Hidup.
Institut Pertanian Bogor. http://teknologipascapanen.blogspot.co.id/
Jubaedah I. 2006. Pengelolaan Waduk Bagi 2012/02 transportasi-ikan-hidup.html.
Teknik Pembiusan Menggunakan....
(Muammar, Syahputra& Muhazzir, 2021) - 21 -
Jurnal TILAPIA, Vol.2, No. 1, Januari 2021 : 15-22
http://jurnal.abulyatama.ac.id/tilapia

Diakses 6 November 2020.


Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci
Identifikasi Ikan Jilid I. Bandung: Bina
Cipta.
Setyo, S. 2006. Fisiologi Nila (Oreochromis
niloticus). Jakarta (ID): Kanisius.
Suryaningrum TD, Utomo BSB, Wibowo S.
2004. Teknologi Penanganan dan
Transportasi Krustasea Hidup. Jakarta:
Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial
Ekonomi Kelautan dan Perikanan.
Suryaningrum T. D, Syamdidi dan Ikasari D.
2007. Teknologi Penanganan dan
Transportasi Lobster Air Tawar. Squalen 2
(2) : 37-42.
Wibowo S. 1993. Penerapan Teknologi
Penanganan dan Transportasi Ikan Hidup
di Indonesia. Jakarta: Sub Balai Penelitian
Perikanan Laut, Departemen Kelautan dan
Perikanan.

- 22 -
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)

Pembiusan (anestesi) Ikan Lele

Instruksi Kerja:

•Baca baik-baik Lembar Kerja Pembiusan Ikan Lele


1.
•Lakukan diskusi dengan teman sekelompokmu
2. •Kerjakan setiap soal/perintah yang ada pada LKPD

•Carilah informasi untuk menjawab LKPD melalui e-book atau internet


3. •Catatlah sumber belajar (Daftar Pustaka) yang kalian pelajari

Definisi Pembiusan

Bahan Pembiusan

Alat Pembiusan
Bahan yang digunakan dalam proses pembiusan Ikan Lele dan fungsinya

No. Nama Bahan Jumlah Fungsinya/ Tujuan


Penambahannya

Alat yang digunakan dalam proses Pembiusan dan fungsinya

No. Nama Alat Fungsinya


Tahapan proses pembiusan Ikan Lele

No. TAHAPAN PROSES TUJUAN PERLAKUAN

Kriteria Ikan Lele Sehat


ALUR PROSES Pembiusan Ikan Lele

Buatlah Alur Proses Pembiusan Ikan LELE dalam Bentuk Flow Chart/ Diagram Alir!

Sumber/ Daftar Pustaka: ………………

KELOMPOK : ......….

Nama/No Absen:
SEKARANG AKU
……………..BISA

Menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini !

1. A. Pembiusan pada ikan hidup dapat memberikan manfaat berupa.…


a. Ikan sedikit bergerak dan cenderung lemas
b. Laju metabolisme ikan menurun sehingga konsusmsi oksigen menurun
c. Ikan pingsan sehingga proses pengangkutan akan lebih mudah dan efisien
d. Ikan menjadi sangat penurut dan mudah untuk dikondisikan
2. Apa yang terjadi apabila ikan yang dikemas tidak mengalami proses pembiusan ?
a. Nafsu makan ikan menurun
b. Ikan banyak mengeluarkan feses
c. Ikan hidup normal dan dapat tumbuh dengan cepat
d. Ikan bergerak lincah dan teratur
e. Laju metabolisme ikan tinggi
3. Penggunaan es batu dalam pengemasan ikan hidup bertujuan untuk...
a. Menurunkan suhu air dalam kemasan ikan
b. Menciptakan suasana yang sejuk bagi ikan
c. Menurunkan tingkat keaktifan ikan saat berenang
d. Membuat ikan pingsan dan mudah untuk dikemas
e. Mengurangi dehidrasi pada ikan yang dikemas
4. Apa yang terjadi apabila penurunan suhu dalam pembiusan terlalu rendah ?
a. Ikan pingsan dan dapat dibugarkan kembali
b. Ikan pingsan tapi tidak dapat dibugarkan kembali
c. Ikan kaget dan akan mangalami stress
d. Ikan pingsan dan dapat menyebabkan kematian
e. Ikan akan setress tinggi sampai mati
5. Bagaimana agar suhu pengemasan ikan hidup dapat stabil sesuai suhu yang dikehendaki ?
a. Penambahan air ,dingin setiap beberapa jam perjalanan
b. Menggunakan pendingin porteble yang digunakan selama proses pengangkutan
c. Pemberian sterofoam didalam plastik kemasan ikan agar suhu dapat terjaga
d. Penambahan es batu di sela-sela kemasan ikan yang diangkut
e. Menetapkan suhu sesuai prosedur dalam pengemasan ikan hidup

Nilai : Ttd Guru: Ttd Orang Tua:

Catatan:
KELOMPOK

1.

2.

3.

4.

5.

Anda mungkin juga menyukai