Anda di halaman 1dari 5

BAB V

PENENTUAN TITIK NYALA DAN


TITIK BAKAR DENGAN TAG CLOSED TESTER

5.1. TUJUAN PERCOBAAN


Menentukan titik nyala (flash point) dan titik bakar (fire point) dari crude oil
untuk mengantisipasi terbakarnya fluida yang mengalir dalam flowline.

5.2. DASAR TEORI


Flash point atau titik nyala adalah suhu terendah di mana minyak (uap minyak)
dan produknya dalam campuran dengan udara akan menyala apabila terkena percikan
api kemudian mati kembali.
Minyak bumi yang mempunyai flash point terendah akan membahayakan karena
minyak tersebut mudah terbakar apabila minyak tersebut mempunyai titik nyala
tinggi juga kurang baik, karena akan susah mengalami pembakaran, tetapi kalau
ditinjau dari segi keselamatan maka minyak yang baik mempunyai flash point yang
tinggi karena tidak mudah terbakar.
Fire point adalah suhu terendah di mana uap minyak bumi dan produknya akan
menyala dan terbakar secara terus menerus kalau terkena nyala api pada kondisi
tertentu.
Flash point ditentukan dengan jalan memanaskan sampel dengan pemanasan
yang tetap, setelah tercapai suhu tertentu nyala penguji (test flame) diarahkan pada
permukaan sampel. Test flame ini terus diarahkan pada permukaan sampel dengan
berganti – ganti sehingga menyala dengan singkat karena adanya tekanan dan api
yang terdapat pada test flame akan mati. Inilah yang disebut dengan flash point.
Penentuan fire point ini sebagai kelanjutan dari flash point, apabila terbakar /
menyala kurang lebih lima detik maka lihat suhunya sebagai fire point. Penentuan
titik nyala tidak dapat dilakukan pada produk – produk yang volatile seperti gasolin
dan solven – solven ringan, karena mempunyai flash point di bawah temperatur
atmosfer normal.
Flash point (titik nyala) dan fire point (titik bakar) juga berhubungan dengan SG
minyak mentah dan juga oAPI-nya. Semakin tinggi titik nyala (flash point) dan titik
bakar (fire point) dari suatu minyak mentah, maka minyak tersebut tidak mudah
terbakar (unflameable). Jika tidak mudah terbakar, berarti SG minyak tersebut tinggi,
sedangkan oAPI kecil. Sehingga minyak tersebut dapat diklasifikasikan sebagai
minyak berat, karena banyak mengandung fraksi berat (residu atau lilin), dan begitu
juga sebaliknya, jika titik nyala (flash point) dan titik bakar (fire point) rendah, maka
minyak tersebut mudah terbakar (flameable) karena di dalam minyak tersebut
terdapat fraksi ringan (gas).
Semula penentuan flash point dan fire point ini dimaksudkan untuk keamanan di
mana orang masih dapat bekerja dengan tanpa kuatir akan terjadinya kebakaran,
tetapi perkembangannya yaitu dapat mengetahui mudah tidaknya minyak tersebut
menguap.
5.3. ALAT DAN BAHAN
5.3.1. Alat
1. Tag closed tester.
2. Shield ukuran 46 cm2 x 61 cm terbuka di bagian depan.
3. Thermometer.
4. Korek api.
5. Tabung gas.
5.3.2. Bahan
1. Sample minyak (crude oil).
2. Air.
3. Gas LPG
5.3.3. Gambar Alat

3
1

Keterangan :
1. Bath
2. Tag Closed Tester
3. Lid (penutup)
4. Thermometer

Gambar 5.1.
Rangkainan Alat Tag Closed Tester
5.4. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Untuk minyak mentah dengan titik nyala 55 °F atau yang lebih tinggi,
mengisi bath dengan air hingga tumpah, untuk minyak mentah yang
mempunyai titik nyala rendah digunakan cairan yang berupa campuran air
dengan ethylene glycol atau cairan dengan viskositas yang rendah dan
mempunyai titik beku yang rendah juga.
2. Temperatur dari cairan didalam bath harus berada pada temperatur lebih
rendah atau kurang 20 °F di bawah perkiraan titik nyala dari sample.
3. Mengisi mangkok (test cup) dengan sample hingga batas (kira-kira 50 mL).
Membersihkan bila ada sample yang tumpah membasahi dinding mangkok,
memasang penutup (lid) yang telah diberi thermometer ke dalam bath.
4. Menyalakan test flame, mengatur nyala pada test flame sehingga mencapai
ukuran sebesar bead yang terdapat pada penutup, mengatur pula kenaikan
temperatur sebesar 5°F
5. Jika temperatur sample didalam test cup 10 °F dibawah titik nyala yang
diperkirakan, menyulutkan test flame pada mangkok dengan interval
tertentu. Mengulangi cara ini setiap kenaikan 1 °F, sehingga penyulutan
test flame menyebabkan uap mangkok sample menyala dan mencatat
temperatur yang terdapat pada thermometer.
6. Menentukan titik bakar, melanjutkan pemanasan dengan perlahan-lahan
dengan kenaikan kurang lebih 10 °F setiap menit. Melanjutkan penyulutan
dengan test flame tiap-tiap kenaikan 5 °F hingga sample menyala atau
terbakar 5 detik dan mencatat temperaturnya sebagai titik bakar

Anda mungkin juga menyukai