Anda di halaman 1dari 16

Accelerat ing t he world's research.

MEMAHAMI MATEMATIKA
MELALUI RESOLUSI PARADOKS
Adi Wibawa

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

1-3 kompilasi sejarah


Sint a Siant uri

Art ikel p4t k sejarah mat emat ika


Ahmad Islami

Apakah Mat emat ika Mencerminkan Realit as?


Marsigit Hrd
See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/285581410

MEMAHAMI MATEMATIKA MELALUI RESOLUSI


PARADOKS

Conference Paper · September 2015

READS

41

2 authors, including:

Kadek adi Wibawa


State University of Malang
5 PUBLICATIONS 2 CITATIONS

SEE PROFILE

All in-text references underlined in blue are linked to publications on ResearchGate, Available from: Kadek adi Wibawa
letting you access and read them immediately. Retrieved on: 07 August 2016
MEMAHAMI MATEMATIKA MELALUI RESOLUSI PARADOKS

1)
Kadek Adi Wibawa, 2)Herna
1)
Universitas Mahasaraswati Denpasar, 2)Universitas Sulawesi Barat
adi_math@yahoo.co.id, hernausb@rocketmail.com

Abstrak: Teka-teki otak telah menarik banyak orang untuk menghabiskan


waktu agar bisa memecahkannya. Paradoks merupakan tipe khusus teka-teki
yang bertujuan untuk mengungkapkan dan menekankan inkonsistensi atau
kontradiksi yang dihasilkan dari beberapa eksperimen mental dalam
matematika. Resolusi paradoks mengajarkan kita untuk tetap waspada dan
sadar akan kekurangan yang mungkin terjadi dari berbagai macam kejadian.
Banyak paradoks, seperti dari Zeno dan Borasi yang telah banyak
mempengaruhi perkembangan ilmu matematika. Dimana, matematika bukan
lagi dipandang sebagai sesuatu yang diam atau memiliki aturan-aturan yang
tidak dinamis. Justru dalam paradoks ini, aturan-aturan dalam matematika
akan menjawab bagaimana mereka berperan, dan bagaimana mereka
menunjukkan keindahannya.

Kata Kunci: hakekat matematika, paradoks matematika, resolusi,


pemahaman matematika

Abstract: Puzzle brain has attracted many people to spend time in order to
solve it. Paradox is a special type of puzzle that aims to reveal and emphasize
inconsistencies or contradictions resulting from several mental experiments
in mathematics. Resolution paradox teaches us to remain alert and aware of
the shortcomings that may occur from a variety of events. Many paradoxes,
such as from Zeno and Borasi that have influenced the development of the
mathematical sciences. Where, mathematics is no longer seen as something
that is silent or have rules that are not dynamic. It is precisely within this
paradox, the rules of mathematics will answer how they act, and how they
show their beauty.

Key Words: the nature of mathematics, mathematical paradox, resolution,


understanding of mathematics

Pencarian tentang hakekat matematika menjadi satu kajian yang menantang


para filsuf dan matematikawan untuk menyumbangkan pemikirannya membangun
suatu pemahaman. Melalui pencarian ini muncul paham absolutis yang
mengungkapkan bahwa hakekat matematika adalah sesuatu yang absolut atau
memiliki nilai kebenaran yang pasti. Beberapa tokoh yang memegang teguh
paham ini adalah Hempel, Feigl, Selllars, dan A.J. Ayer seperti yang dipaparkan

1
oleh Ernest (2004) dalam bukunya “The Philosophy of Mathematics Education”.
Pandangan ini didasarkan pada: pertama, pernyataan dasar yang digunakan pada
pembuktian adalah benar. Aksioma matematika diasumsikan benar, untuk tujuan
pengembangan sistem yang sedang dipertimbangkan, definisi matematika adalah
benar sesuai dengan keputusan (true by fiat). Kedua, aturan logis penarikan
kesimpulan mempertahankan kebenaran, kebenaran disimpulkan dari kebenaran.
Berdasarkan kedua fakta tersebut, semua pernyataan pada pembuktian deduktif,
termasuk kesimpulannya adalah benar. Jadi karena semua teorema matematika
diperoleh dari bukti deduktif, maka semuanya adalah benar. Ini merupakan dasar
dari banyak filsuf yang mengkliam bahwa kebenaran matematika adalah
kebenaran yang pasti.
Pandangan absolutisme terhadap pengetahuan matematika menemui masalah
dimulai sejak abad ke-20, ketika sejumlah proposisi mengarah pada suatu
kesimpulan yang tidak logis (antinomies) dan kontradiksi diturunkan dari
matematika. Salah satunya adalah kemunculan Paradoks Russel yang begitu
terkenal dan menyebabkan munculnya paham-paham baru seperti logisisme,
formalisme, dan konstruktivisme (intuisionisme). Paham-paham tersebut muncul
untuk melindungi sifat pengetahuan matematika dan untuk tetap mempertahankan
kepastiannya. Akan tetapi lagi-lagi paradoks merupakan penyebab munculnya
fakta bahwa pengetahuan matematika tidak mutlak benar dan tidak memiliki
validitas mutlak (Ernest, 2004). Pengetahuan matematika dapat diperbaiki dan
selalu terbuka untuk direvisi. Setidaknya itulah gambaran besar dari kemunculan
pandangan Fallibilist yang menentang bahwa kebenaran matematika adalah
mutlak.
Menurut Carson (dalam Kondratieva, 2008) sebuah paradoks dalam arti
luas adalah sebuah kemunculan tiba-tiba yang tidak diharapkan, pernyataan atau
situasi yang tampak luar biasa, salah, atau bertentangan. Kehadirannya
memfasilitasi proses memahami hal-hal dalam upaya untuk memperbaiki
kesalahan dan masuk akal. Sumardyono (2011) menambahkan bahwa paradoks
merupakan pertentangan antara apa yang dipikirkan kebanyakan orang (commond
sense) dengan apa yang sebenarnya terjadi (the truth). Fakta ataupun kebenaran

2
matematis yang melatarbelakangi sebuah masalah paradoks, tidak mudah
dipahami oleh semua karena terjadi kontradiktif. Untuk dapat memahami sebuah
paradoks matematika, dibutuhkan kecermatan dan ketaatan azas pada matematika.
Dengan belajar dari sebuah paradoks matematika, seseorang akan belajar
untuk berpikir secara cermat dan taat azas. Selain itu, dengan memahami sebuah
paradoks matematika, orang akan lebih menghargai kegunaan matematika. Hal
senada juga disampaikan oleh Kondratieva (2008) bahwa dalam resolusi
paradoks, siswa tidak diminta untuk menemukan seluruh teori dari awal,
melainkan penemuan kembali makna dari teori yang sudah ada. Dengan kata lain,
resolusi paradoks akan terlihat berupa tanggapan yang menjelaskan adanya
kesalahan atau pelanggaran yang telah dibuat dan resolusi ini nantinya akan
berguna atau bermanfaat bagi pemahaman siswa mengenai aturan-aturan atau
konsep-konsep yang ada pada matematika. Walle (2006) mengartikan pemahaman
sebagai ukuran kualitas dan kuantitas hubungan suatu ide dengan ide yang ada.
Melalui resolusi paradoks yang dilakukan akan menantang seseorang untuk
menggunakan seluruh pengetahuan yang telah dimilikinya untuk bisa menemukan
kesalahan yang ada dan melakukan perbaikan. Pemahaman seperti itu disebutkan
oleh Skemp (dalam Walle, 2006) sebagai pemahaman relasional, bukan lagi
pemahaman instrumental yang hanya merupakan hubungan ide-ide yang terpisah
tanpa makna.
Dalam makalah ini akan disajikan beberapa paradoks yang sangat berguna
untuk memahami aturan-aturan pada matematika, diantaranya: 1) Paradoks kaki
sapi, 2) Paradoks Borasi, 3) Paradoks Aljabar sederhana, 4) Paradoks Zeno
tentang deret geometri tak hingga, 5) Paradoks 1 dolar ($1), dan 6) Paradoks
geometri.

A. Paradoks, Resolusi dan Pemahaman matematika


1. Paradoks kaki sapi
Paradoks ini berasal dari guyonan sehari-hari yang dilakukan banyak
kalangan di negeri ini.

3
Paradoksnya adalah “banyak kaki sapi adalah 8”
Pernyataan tersebut tentu menimbulkan reaksi yang kontra dari semua
pembaca. Karena itulah pernyataan di atas disebut paradoks, yang dimana
memiliki sifat yang masih bisa dipertentangkan.
Saya membuat paradoks bahwa kaki sapi berjumlah 8, karena saya
menghitung kaki sapi tersebut dari sudut pandang posisi atau letak kaki sapi di
atas tanah. Jumlah kaki sapi yang terletak di kiri ada “2”, di kanan “2”, di depan
“2, dan di belakang “2”, jadi jika dijumlahkan kaki sapi tersebut
akan berjumlah “8”. Bagaimana menurut Anda? Setujukah Anda dengan cara
perhitungan yang saya lakukan?” menurut saya jawaban itu logis, bagaimana
menurut jawaban Anda?
Resolusinya tentu sangat mudah ditemukan karena paradoks ini
berhubungan dengan benda yang nyata (konkret) yaitu sapi. Kesalahan yang
dilakukan adalah perhitungan jumlah benda yang berulang, dimana pada paradoks
ini yang dimaksud adalah kaki sapi itu sendiri. Seharusnya perhitungannya cukup
dari dua sisi saja yaitu dari sisi kanan dan kiri atau dari depan dan belakang.
Kesalahan ini tentu membawa sebuah paradoks yang mengakibatkan adanya
pertentangan dengan kehidupan sehari-hari.
Pemahaman matematika yang dapat diperoleh dari paradoks ini adalah
sudut pandang. Dalam menyelesaikan masalah matematika sudut pandang yang
kita gunakan harus tepat sehingga memperoleh jawaban yang tepat pula. Seperti
misalnya soal aritmatika Doni yang bernampilan rapi dan
menggunakan kacamata menjawabnya 10 (dibaca satu nol) dan sebagian orang
akan menyalahkan jawaban yang diberikan Doni. Orang yang memahami bahwa
ini tergantung sudut pandang, akan berpikir bahwa mungkin saja jawaban yang
diberikan oleh Doni benar. Dan tentu saja, Doni adalah orang yang suka
mengotak-atik komputer sehingga dia mengenal yang namanya bilangan biner
(bilangan basis dua) dan Doni menggunakan sudut pandang bilangan biner untuk
menjawabnya. Hal ini menunjukkan bahwa “sudut pandang” yang kita gunakan
sangat penting dalam menentukan proses dan pengambilan keputusan. WW
Sawyer (2007) mengungkapkan bahwa ketika sebuah fakta alam terlihat aneh bagi

4
kita, hal itu berarti kita melihatnya dari sudut pandang yang keliru. Sama halnya
dengan yang dilakukan oleh sebagian orang apabila melihat Doni menuliskan
bahwa 1+1=10.

2. Paradoks Borasi
Paradoks ini cukup sederhana. Berawal dari hal yang biasa kita lakukan
ketika menyelesaikan perhitungan pecahan ataupun memanipulasi aljabar menjadi
bentuk yang lebih sederhana. Yaitu sistem “mencoret” atau membagi kedua ruas
atau sisi (pembilang dan penyebut) dengan bilangan yang sama.

Paradoksnya adalah “ “

Pertentangan pada paradoks di atas bukan berasal dari jawaban yang


dihasilkan akan tetapi proses “mencoret” yang dilakukan sehingga menemukan
jawaban yang “benar”. Proses ini jika dilakukan dengan menggunakan konsep
yang benar yaitu membagi kedua sisi (pembilang dan penyebut) dengan bilangan
yang sama, dimana pada hal ini membagi dengan bilangan 16, maka diperoleh
. Jawaban yang sama dan sungguh “suatu kebetulan” yang
mempesona. Dimana tidak, kejadian yang sama juga dihasilkan dari paradoks ini
yaitu

Bagaimana pendapat Anda? Masihkah menganggap ini “suatu kebetulan”?


atau sebuah fenomena yang sangat menakjubkan karena bisa di terapkan di
sekolah?

Hal diluar dugaan, bertentangan, dan tentu proses yang digunakan “salah”
yaitu tidak menggunakan aturan-aturan matematika yang diaksiomakan. Resolusi
dari paradoks ini adalah ketidak konsistenannya cara yang digunakan untuk
menyederhanakan suatu pecahan (kata kunci: konsisten), dimana jika kita ambil
sebarang bilangan bulat yang lain misalnya .

5
Pemahaman matematika yang dapat kita peroleh adalah 1) karateristik
matematika, yaitu “konsisten pada semestanya” , matematika adalah salah satu
cabang ilmu pengetahuan yang sangat mengedepankan kekonsistenan, 2) cara
mencoret yang digunakan bukan sekedar mencoret, paradoks ini memberikan
pemahaman bahwa “mencoret” dua atau lebih bilangan pun ada aturan yang harus
digunakan, jadi bukan asal mencoret. Penelitian yang dilakukan Wibawa, Subanji,
& Chandra (2013) mengenai proses berpikir pseudo menunjukkan satu kesalahan

siswa dalam memberikan justifikasi ketika melakukan perhitungan

. Siswa memberikan penjelasan bahwa “karena

angka yang sama (yang dimaksud ) antara pembilang dan penyebut sehingga
bisa dicoret/disederhanakan”. Siswa tidak memahami dengan baik proses
“mencoret” yang dilakukan, yang penting bentuknya bisa sederhana sehingga
memudahkan untuk melakukan perhitungan selanjutnya.

3. Paradoks Aljabar sederhana


Paradoks ini sudah sangat terkenal di kalangan para penggemar matematika,
dan sangat diyakini bahwa paradoks ini sangat berguna untuk pemahaman
matematika terutama aturan-aturan yang sangat mendasar yang berlaku pada
konsep-konsep matematika.

Paradoksnya adalah “ ”

Paradoks tersebut diperoleh melalui proses di bawah ini


Misalkan
Maka (kedua ruas dikalikan )
(kedua ruas dikurangi )

(kedua ruas dibagi )


Karena maka dengan kata lain
Sehingga diperoleh

6
Coba perhatikan dengan seksama proses penyelesaian yang dilakukan.
Logiskah? Apakah sudah menggunakan kaidah-kaidah atau aturan-aturan yang
berlaku? Jika menurut Anda “sudah”, berarti Anda setuju dengan pernyataan
bahwa , sementara pernyataan ini bertentangan dengan kenyataan atau
pandangan umum yang berlaku bahwa .
Resolusinya adalah pada proses penyelesaian yang dilakukan terdapat
aturan yang dilarang dalam manipulasi aljabar, aturan tersebut adalah pembagian
dengan 0, dimana dalam hal ini membagi dengan , karena sebelumnya
sudah diketahui bahwa maka sehingga . Jadi, jelas bahwa
ada aturan yang dilanggar dan tentu hal ini menghasilkan kesimpulan yang salah.
Pemahaman matematika yang diperoleh adalah aturan atau pembagian
dengan 0 “dilarang” (sebaiknya dihindari) karena hal ini berdampak pada
pemahaman konsep-konsep yang lain seperti misalnya konsep limit, mengapa kita
harus menghindari limit yang pembaginya 0, konsep pecahan, dan konsep-konsep
yang lain.
Mengapa dihindari dalam dunia matematika? Dalam Wikipedia

dipaparkan bahwa hasil dari ekspresi adalah tidak terdefinisi (undefined). Yang

mana bisa sama dengan 0, 1, 2, dst. hingga . Apa yang terjadi apabila hal ini
kita terima sebagai suatu kebenaran? Hal yang terjadi adalah sistem yang sudah
kita pahami sebelumnya akan menjadi kacau. Artinya kita “dipaksa” untuk
memahami bawah , atau , dst. Sehingga kita menjadi tidak bisa
membedakan antara satu bilangan dengan bilangan yang lain secara analitis.

4. Paradoks Zeno tentang deret geometri tak hingga


Paradoks yang dikembangkan oleh Zeno lahir di abad ke 5 SM, dimana
paradoks ini sangat memberikan kontribusi bagi dunia matematika saat itu,
terutama pada penemuan konsep-konsep kalkulus oleh Newton dan Leibnitz
(Kondratieva, 2011). Paradoks yang di kembangkan adalah paradoks yang terkait
dengan konsep jumlah tak terbatas (deret geometri tak terbatas).

7
Paradoksnya adalah “seorang pelari dalam suatu perlombaan tidak akan
pernah sampai pada garis finish (tujuan). Atau dalam matematika Zeno
berpendapat bahwa tidak akan pernah sama dengan 1.”

Zeno menjelaskan bahwa seseorang yang berlari dalam suatu perlombaan


dia terlebih dahulu harus melewati setengah dari perjalanannya, kemudian
seperempat tambahan, kemudian tambahan seperdelapan, dan seterusnya. Hingga
selalu tersisa jarak singkat dari tujuannya. Jika di tinjau dari pernyataan di berikan
Zeno terlihat sangat logis namun hal itu tentu bertentangan dengan kenyataan
yang terjadi.
Resolusinya justru datang dari Aristoteles, ia mengungkapkan bahwa
“pendapat Zeno membuat asumsi yang salah ketika menyatakan bahwa tidak
mungkin untuk melintasi jumlah tak terbatas dari posisi semula dalam waktu yang
terbatas”. Berdasarkan penuturan dari Aristoteles dapat diartikan bahwa Zeno
hanya berpendapat Si pelari melakukan kompetisinya tanpa adanya batas waktu
sehingga tidak akan mungkin sampai pada tujuan, seperti pada deret geometri
yang diberikan yaitu Jika deret tersebut tidak diberikan suatu
batasan kapan deret bilangan tersebut berhenti maka tidak akan pernah memiliki
hasil, sekalipun hasilnya suatu pendekatan.
Pemahaman matematika Konsep batas yang disampaikan Zeno dan
perbaikan yang dilakukan Aristoteles telah berhasil digunakan oleh Archimedes
untuk menghitung luas lingkaran melalui urutan poligon beraturan.

5. Paradoks 1 dolar ($1)


Paradoks ini sebenarnya telah dikembangkan oleh beberapa penggemar
matematika dari dalam negeri yang tentunya menggunakan nominal rupiah. Akan
tetapi saya akan menjelaskan bahwa asal dari semua paradoks yang dibuat adalah
berasal dari paradoks 1 dolar.

8
Paradoksnya adalah “Tiga pedagang keliling terjatuh dan terpaksa bermalam
di sebuah penginapan kota kecil. Mereka masuk dan pemilik penginapan
mengatakan kepada mereka, "sewa kamar $30". Setiap orang membayar $10
dan mereka pergi ke ruangan. Istri dari pemilik penginapan berkata
kepadanya, "Apa bapak meminta mereka membayar penuh? Mengapa tidak
memberi mereka lima dolar kembali karena mobil mereka rusak dan mereka
tidak merencanakan untuk tinggal di sini" Dia kemudian memberikan $5
pada tiga orang yang menginap dan setiap orang mengambil $1 sedangkan
sisanya $2 diletakkan di atas meja.
Awalnya setiap orang membayar sepuluh dolar (10 * 3 = 30), sekarang
setiap orang telah membayar sembilan dolar (9 * 3 = 27) dan ada $2 berada
di atas meja (27 +2 = 29). Dolar terakhir telah menghilang.

Apakah dolar terakhir benar-benar telah menghilang? Coba perhatikan


setiap detail cerita yang disajikan, apakah ada yang kurang logis, sehingga
menimbulkan perhitungan yang salah? Atau justru sudah sangat logis, sehingga
dolar terakhir benar-benar telah menghilang?
Resolusi dari paradoks di atas sangat sederhana yaitu: jumlah dolar yang
dikeluarkan oleh ketiga orang yang menginap adalah dan
jumlah dolar yang diterima pemilik penginapan adalah dengan
demikian tidak ada dolar yang hilang.
Pemahaman matematika yang diperoleh adalah Dalam memecahkan
suatu masalah dibutuhkan kejelian dalam melihat situasi dan menterjemahkannya
menggunakan bahasa matematika. Kejelian yang dimaksud adalah operasi apa
yang harus digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah dan bagaimana cara
menyelesaikannya. Paradoks ini tentu memberikan gambaran bahwa penggunaan
bahasa matematika kadang membuat masalah menjadi lain dari masalah yang
disajikan (sebenarnya).

9
6. Paradoks geometri
Paradoks ini dikembangkan oleh Sumardoyo (2011). Konsep luas dan
beberapa unsur geometri yang tersajikan dalam paradoks ini sangat menarik dan
memerlukan penalaran yang sangat tinggi.
Paradoksnya adalah

Gambar 1

Terdapat empat buah bangun geometri: dua segitiga dan dua segienam,
seperti tampak pada gambar di atas. Pada bagian atas, terbentuk sebuah segitiga
siku-siku yang utuh dengan ukuran sisi-sisi penyiku: 5 dan 13 (sehingga luasnya
32,5 satuan luas). Namun jika disusun ulang seperti bagian bawah gambar,
tampak bahwa tetap dapat membentuk sebuah “segitiga” siku-siku dengan sisi-sisi
penyiku: 5 dan 13, namun tidak utuh karena terdapat sebuah luabng berukuran 1
satuan luas.
Mengapa demikian? dengan bentuk yang sama (segitiga) tetapi luas berbeda (ada
yang utuh dan ada yang bolong).
Resolusi dari paradoks ini akan dapat dipecahkan bila kita mencermati
bentuk segitiga yang terjadi. Terlihat bahwa sisi-sisi penyiku kedua segitiga sama
persis, namun bagaimana dengan sisi miringnya? Dengan mencermati secara
seksama, hipotenusa pada kedua segitiga pada gambar di atas tampak “tidak

10
benar-benar” lurus. Jadi, secara visual masalah paradoks di atas dapat
menimbulkan kecurigaan pada asumsi bahwa keduanya merupakan segitiga.
Berangkat dari kecurigaan ini, kita dapat menghitung kemiringan kedua
“potonga” yang membentuk sisi miring. Secara matematis, kemiringan kedua
potongan segitiga berbeda, yaitu dan . Ternyata dapat dipastikan
bahwa kedua bentuk “segitiga” pada gamabar tidak benar-benar sebuah segitiga.
Tampak seperti bangun segitiga, namun sesungguhnya merupakan segiempat.
Pemahaman matematika yang dapat kita peroleh adalah 1) kecermatan
dalam melihat bangun geometri, bangun yang terlihat seperti “segitiga” mungkin
saja “bukan bangun segitiga” sungguhan, seperti pada paradoks ini 2) konsep
kemiringan (gradien) sangat penting untuk melihat apakah bangun itu berada pada
satu garis lurus atau tidak. Dan 3) luas daerah suatu bangun datar merupakan
banyaknya satuan luas yang mengisi penuh suatu bangun datar tersebut.

B. Eksistensi Paradoks dalam Pengetahuan Matematika


Paradoks Russel telah mengubah cara pandang banyak filsuf dan
matematikawan dalam memahami hakekat matematika. Dalam Wikipedia
dipaparkan paradoks Russel terkait dengan Teori Logika dan Himpunan.
Paradoksnya dapat dianalogikan seperti cerita tukang cukur di suatu desa. Suatu
hari, hiduplah tukang cukur yang berjanji bahwa “saya akan mencukur semua
orang di desa ini yang tidak mencukur rambutnya sendiri”. Pertanyaannya adalah
apakah dia akan mencukur rambutnya sendiri? Jika “iya”bahwa Si tukang cukur
mencukur rambutnya sendiri maka dia telah melanggar janjinya yang mengatakan
bahwa dia hanya mencukur orang yang tidak mencukur rambutnya sendiri. Jika
“tidak” berarti dia harus pergi ke tukang cukur, padahal tukang cukurnya adalah
dirinya sendiri. Pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan tertutup yang hanya
memiliki dua jawaban yaitu “iya” dan “tidak”. Tetapi apaun jawaban yang
ditentukan akan menimbulkan kontradiksi atau terjadi inkonsistensi. Hal inilah
yang mendasari bahwa suatu pernyataan “logis” atau tampak masuk akal dengan
memilki dua nilai kebenaran.

11
Selanjutnya, definisikan R sebagai kumpulan semua himpunan yang tidak
memuat dirinya sebagai anggota atau { }. Nah, kontradiksi akan
muncul di sini terkait dengan keanggotaan R dalam himpunan R. Jika R tidak
memuat R sebagai anggota, maka R adalah anggota dari R, tetapi jika R anggota
dari R, maka R harus dikeluarkan dari R berdasarkan syarat keanggotaan R. Ini
berarti jika dan hanya jika . Kita akan salalu mendapatkan
kontradiksi pada setiap jawabannya. Itu berarti Himpunan R Inkonsistensi.
Sejarah popularitas paradoks matematika muncul pada abad ke-20 ketika
paradoks Russel muncul menyanggah paham absolutis yang waktu itu
mempengaruhi banyak filsuf dan ilmuan matematika. Akan tetapi, pada abad ke-5
SM paradoks sudah dikenalkan oleh Zeno. Banyak sudut pandang yang muncul
dari paradoks Zeno, salah satunya yang sudah penulis paparkan di atas. Paradoks
bukan hanya untuk menyanggah suatu paham dan mengedepankan “pencarian
kesalahan” dari pada jawaban benar. Kini, paradoks sudah dimasukkan dalam
pembelajaran matematika. Hal ini dilakukan oleh Kontradieva (2008) yang
meminta respon siswa terhadap paradoks yang diberikan. Tentu ini masih
memungkinkan untuk diterapkan di sekolah sebagai awal pertemuan untuk
membangkitkan semangat belajar siswa atau mengawali membelajarkan konsep
ataupun memperjelas konsep yang telah dipelajari (seperti paradoks aljabar
sederhana dapat diterapkan di awal membelajarkan konsep aljabar atau setelah
belajar aljabar).
Secara teoritis paradoks tampak begitu menarik dan membingungkan,
karena kita diminta untuk menemukan kontradiksi apa yang terjadi. Hal ini lah
yang membuat keberadaan paradoks akan selalu menjadi kajian yang kritis untuk
melihat suatu pernyataan atau proposisi dari sudut pandang yang berbeda.

Kesimpulan dan saran


Paradoks matematika memberikan satu pemahaman bahwa suatu
pernyataan bisa bernilai benar dan salah sekaligus, tergantung kelogisannya dalam
memberikan argumentasi. Kita disadarkan bahwa paradoks matematika telah

12
melahirkan sudut pandang yang baru dalam mempelajari dan memahami
matematika, bukan melihat dari bagaimana kita mengerjakan akan tetapi
bagaimana kita membuat solusi ulang atau resolusi dari sebuah kejadian, proses,
atau pernyataan. Seidkitnya terdapat dua hal yang menjadi tantangan dalam setiap
paradoks yang ada: 1) kita diminta untuk mencari letak kesalahannya, yang
menandakan bahwa matematika bukan hanya tentang mencari kebenaran
“jawaban yang benar” tetapi mencari kesalahannya juga. 2) kita diminta untuk
mencari manfaat/pelajaran/hikmah dibalik paradoks yang ada.
Ternyata melihat sesuatu yang “sempit” dari sudut pandang pengetahuan
“luas” yang kita miliki lebih sulit dibandingkan melihat sesuatu yang “luas” dari
pengetahuan yang “sempit” yang kita miliki. Hidup dibuat penuh tantangan dan
kejutan oleh kehadiran paradoks, terutama paradoks matematika. Hasil penelitian
yang mendukung pernyataan ini adalah Kontradieva (2008), hasil penelitiannya
menyebutkan bahwa 30% siswa menyatakan tertantang dengan resolusi paradoks,
65% menyatakan tertarik, dan 30% menyatakan emosional ketika membuat
resolusi paradoks. Arti dari semua ini adalah paradoks matematika memiliki
posisi yang sangat bagus dalam memahamkan dan memotivasi siswa untuk dapat
mempelajari matematika dengan menggunakan sudut pandang yang berbeda.
Bagi pembaca yang tertarik untuk mencoba atau mempelajari atau
bilamana perlu mengembangkan jenis-jenis paradoks yang lain akan sangat bagus
dan pasti bermanfaat untuk pembaca sendiri dan orang lain yang akan kita
belajarkan. Paradoks matematika juga menjadi satu bahan yang menarik untuk
bisa diterapkan disekolah, baik untuk meningkatkan motivasi belajar maupun
memahamkan konsep matematika yang sesuai dengan paradoks yang ada.

13
DAFTAR PUSTAKA

Brown, S. dan Walter, M.1993. Problem Posing; Reflection and Applications.


Amerika: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

Dharmawan, E. P. & Alisah, E. 2010. Filsafat Dunia Matematika: Pengantar


untuk Memahami Konsep-konsep Matematika. Malang: Prestasi Pustaka
Raya

Ernest, P. 2004. The Philosophy of Mathematics Education. University of Exeter:


Taylor & Francis e-Library

Knott,Ron. 2010. Harder Fibonacci Puzzle. Dalam


http://www.maths.surrey.ac.uk/hostedsites/R.Knott/Fibonacci/fibpuzzles2.
html diakses 9 Maret 2013

Kondratieva, M. 2008. Understanding Mathematics through Resolution of


Paradoxes. Kanada: University of New Found Land.

Sumardyono. 2011. Sebuah Pengembangan Paradoks Luas Geometri.

Walle. 2006. Pengembangan Pengajaran Matematika Sekolah Dasar dan


Menengah: Jilid 1 Edisi ke-enam. Erlangga

Wibawa, Subanji, & Chandra. 2013. Defragmenting Berpikir Pseudo dalam


Memecahkan Masalah Limit Fungsi. Malang: Prosiding 2 TEQIP 2013 pp
721-729, ISBN:978-602-17187-2-8

Wikipedia.
https://en.wikipedia.org/wiki/Indeterminate_form#Indeterminate_form_0.2
F0. [diakses Minggu, 30 Agustus 2015 pukul 23.15]

Wikipedia. https://en.wikipedia.org/wiki/Russell%27s_paradox.
[diakses Senin, 31 Agustus 2015 pukul 23.45]

14

Anda mungkin juga menyukai