Anda di halaman 1dari 6

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

TINDAKAN TERHADAP KELAINAN REFRAKSI PADA ANAK USIA 5-8 TAHUN


DI SD NEGRI 064979 TUBA IV

Diajukan Untuk Sumber Proposal Karya Tulis Ilmiah


Dalam Penyusunan Karya Tulis Ilmiah

INDAH OPTI SAFITRI


NIM : 21114041458

AKADEMIK REFRAKSI OPTISI


YAYASAN BINALITA SUDAMA
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulisan panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini berjudul “Tindakan Terhadap Kelainan
Refraksi Pada Anak Usia 5-8 tahun di SD Negeri 064979 Tuba IV”.

Dalam meneyelesaikam karya tulis ilmiah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan baik isi
maupun teknik penulisannya. Namun berkat bimbingan dan arahan, serta motivasi dari berbagai pihak
baik langsung maupun tidak langsung sehingga penulisan dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah tepat
pada waktunya. Oleh karna itu dapat kesempatan ini penulisan menyampaikan rasa bereterima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Arya Novika N.S.RO,Mpd. Selaku Direktur Akademik Refraksi Optisi Yayasan Binalita
Sudama Medan.
2. Ibu Kristina T K Putri,RO,SKM. Selaku dosen pembimbing yang telah banyak menuangkan
ilmunya dan waktunya serta memberikan masukan bagi penulisan,sehingga penulisan dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
3. Seluruh staf dan dosen pengajar yang telah banyak memberikan ilmu dan saran selama penulis
mengikuti pendidikan di Akademik Refraksi Optisi Yayasan Binalita Sudama Medan.
4. Bapak Jamil Silalahi, S.Pd yang telah memberikan izin kepada penilis melaksanakan penelitian di
SD Negeri 064979 Tuba IV.
5. Kepada orang tua saya Ayahanda H. Rachmat Siregar, dan Ibunda Hj. Desmispen Hrahap yang
senangtiasa memberikan dukungan dan doa.
6. Kepada teman-teman satu bimbingan yang telah bekerja sama dan membantu penulisan.
7. Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini yang tidak bias
disebutkan namanya satu-persatu.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang telah turut membantu
penulisan dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat
dan bias menjadi pedoman bagi kita semua dan bagi yang membacanya. Semoga Allah meneyertai
dan melindungi kita semua. Sekian dan temia kasih.

Medan, 21 September 2022


Penulis

(Indah Opti Safitri)

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…......................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1 Latar belakang........................................................................................1

1.2 Indentifikasi masalah.............................................................................2

1.3 Batasan masalah.....................................................................................2

1.4 Tujuan penelitian....................................................................................2

1.5 Manfaat penelitian..................................................................................2

1.6 Defenisi operasional...............................................................................2

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal yang pentang bagi manusia. Salah satunya adalah kesehatan pada mata.
Mata adalah panca indera yang berfungsi untuk melihat dan sangat penting bagi manusia, melalui
mata manusia menyerap informasi visual yang digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan.
Selama 12 tahun pertama perkembangan anak mendapat informasi sebanyak 80% dari penglihatan.
Semakin usia bertambah, daya kerja mata semakin meningkat. Namun gangguan terhadap penglihatan
banyak terjadi, mulai dari gangguan ringan senggia gangguan berat dapat mengakibatkan kebutaan
(Pusat Data dan Informasi KEMENKES RI, 2004).
Kelaina refraksi merupakan suatu kondisi yang memerlukan perhatian khusus terutama pada anak-
anak usia sekolah. Apabila pada masa-masa ini kelainan refraksi tidak dilakukan koreksi maka dapat
menggaung proses belajar mengajar pada anak dan lebih jauh lagi dapat menyebabkan ambliopia.
Sekitar 80% anak berusia 2-6 tahun memiliki mata hipermetropia,5% miopia, dan 15% emetropia.
Sedangkan prevelensi ambliopia adalah 0.5% dari seluruh mata pada anak (WHO,2011).
Menurut World Health Organization (WHO), penyebab gangguan penglihatan terbanyak diseluruh
dunia adalah kelainan refraksi yang menjadi urutan pertama sebesar 42%, diikuti dengan katarak 33%
dan glukoma 2%. Kelainan refraksi ini juga menjadi penyebab ke-3 kebutaan. Pada tahun 2010,
estimasi jumlah orang dengan gangguan penglihatan di seluruh dunia adalah 285 juta orang, sebesar
39 juta orang menderita kebutaan dan 249 juta oarang mengalami low vision. Data ini menunjukkan
pada usia di bawah 15 tahun terdapat 19 juta anak mengalami gangguan penglihatan, sebesar 12 juta
anak mengalami kelainan refraksi dan i,4 juta anak dengan ireversibel buta sela sisa hidup mereka
(WHO,2014)
Dunia telah memberikan perhatian yang cukup serius mengenai masalah gangguan penglihatan
pada anak karena angka kejadiannya terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia sangat
tinggi. Namun, saat ini masih tampak kurangnya perhatian di beberapa daerah di Indonesia mengenai
masalah gangguan penglihatan terutama pada anak. Hal in terbukti dengan adanya program
pemerikasaan kesehtaan anak sekolah dasar yang lebih difokuskan pada kesehatan gigi dan mulut,
padahal lingkungan sekolah menjadi salah satu pemicu terjadinya penurunan ketajaman penglihatan
pada anak, seperti membca tulisan di papan tulis dengan jarak yang terlalu jauh tanpa didukung oleh
pencahayaan kelas yang memadai, anak membaca buku dengan jarak yang terlalu dekat, dan sarana
dan prasarana sekolah tidak ergonomis saat proses belajar mengajar (Ratanna, Rares, Saerang, 2014)

iv
Deteksi kelinan refraksi pada anak-anak biasanya berlangsung dengan melihat perilakunya,
misalnya anak kalau nonton televiai maunya ke depan terus, protes kalau disusruh menjauh. Bisa juga
terlihat anak selalu menyipitkan mata atau memiringkan kepalanya setiap menonton televisi.
Sedangkan pada anak usia sekolah, gejala kelainan refraksi dapat terlihat dari seringnya anak berjalan
mendekati papan tulis atau sering kedapatan salah menyalin. Untuk mengatasinya anak harus
menggunakan lensa buatan berupa kacamata. Dengan alat bantu ini barulah matanya bisa melihat
dengan tajam dan bersih (Sarwanto, Anwar,2007)

1.2 identifikasi masalah


1. kelainan refraksi yang memerlukan perhatian khusus terutama pada anak-anak usia sekolah
2. lingkungan sekolah menjadi salah satu pemicu terjadinya penurunan ketajaman penglihatan
pada anak

1.3 Rumusan masalah


Apakah tindakan terhadapat kelainan refraksi pada anak usia 5-8 tahun di SD Negeri 064979 Tuba
IV ?

1.4 Tujuan penelitian


1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetauhi tingkat tindakan terhadap kelainan refraksi pada
anak.
2. Mengetauhi tingkat pengetauhan tentang kelainan refraksi pada anak.
3. Menjelaskan tingkat pengetauhan dengan tindakan terhadap keliana refraksi pada anak.

1.5 Manfaat penelitian


1. Mendapatkan informasi mengenai tingkat pengetauhan dengan tindakan terhadap keliana
refraksi dapa anak.
2. Sebagai bahan pertimbangan tugas kesehatan untuk mengadakan penyuluhan kesehatan yang
dapat meningkatkan tingkat pengetauhan dan tindakan terhadap kelainan refraksi pada anak
3. Sebagai dasar bagi penelitian selanjutnya

1.6 Definisi operasional


1. Miopia disebut juga rabun jauh. Miopia merupakan suatu kelainan
refraksi dimana cahaya sejajar yang datang dari jarak yang tak terhingga

v
masuk kedalam bola mata terfokuskan di depan retina. Penderita miopia
memiliki pandangan kabur saat melihat objek yang jauh tetapi dapat
melihat dengan jelas jika objek dekat.

2. Progresifitas miopia Seseorang yang terkena miopia pada masa anak-anak lambat launakan
mengalami progresifitas miopia. Miopia dikatakan progresif apabila pertambahan miopia
sebesar 0,35 sampai 0,55 dioptri pertahun atau 0,175 sampai 2,75 dioptri per 6 bulan. Skala
pengukurannya adalah numerik.

3. Anak merupakan seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang
masih dalam kandungan. Dalam penelitian ini anak dalam konteks siswa SD berusia 5 sampai
8 tahun.

vi

Anda mungkin juga menyukai