Anda di halaman 1dari 1

Bab 11 Rogers: Teori yang Berpusat Pada Pribadi | 9

Diri dan Aktualisasi Diri


Menurut Rogers (1959), bayi mulai mengembangkan konsep diri yang samar saat sebagian
pengalaman mereka telah dipersonalisasikan dan dibedakan dalam kesadaran pengalaman sebagai
“aku” (“I”) atau “diriku” (“me”). Kemudian, bayi secara bertahap menjadi sadar akan identitasnya
sendiri saat mereka belajar apa yang terasa baik dan apa yang terasa buruk, apa yang terasa
menyenangkan dan apa yang tidak. Mereka selanjutnya mulai untuk mengevaluasi pengalaman
mereka sebagai pengalaman positif dan negatif, menggunakan kecenderungan aktualisasi sebagai
kriteria. Bayi menghargai makanan dan melakukan devaluasi atas dasar lapar karena makanan
merupakan persyaratan dari aktualisasi. Mereka juga menghargai tidur, udara segar, kontak fisik, dan
kesehatan kerana hal-hal tersebut dibutuhkan aktualisasi.

Saat bayi telah membangun struktur diri yang mendasar, kecenderungan mereka untuk
aktualisasi berkembang. Aktualisasi diri (self-actualization) merupakan bagian dari kecenderungan
aktualisasi sehingga tidak sama dengan kecenderungan itu sendiri. Kecenderungan aktualisasi
merujuk pada pengalaman organisme dari individu; sehingga hal tersebut merujuk pada manusia
secara keseluruhan-kesadaran dan ketidaksadaran, fisiologis dan kognitif. Sebaliknya, aktualisasi diri
adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri sebagaimana yang dirasakan dalam kesadaran.
Saat organisme dan diri yang dirasakan selaras kedua kecenderungan aktualisasi hampir identik;
namun apabila pengalaman organisme seseorang tidak selaras dengan pandangan mereka terhadap
diri, perbedaan akan terjadi antara kecenderungan aktualisasi dan kecenderungan aktualisasi diri.
Sebagai contoh, apabila pengalaman organisme seorang pria adalah perasaan marah terhadap istrinya,
dan apabila kemarahan terhadap pasangan bertentangan dengan persepsi dari dirinya, maka
kecenderungan aktualisasi dan kecenderungan aktualisasi dirinya menjadi tidak kongruen sehingga ia
akan mengalami konflik dan ketegangan internal. Rogers (1959) mengajukan dua subsistem, yaitu
konsep diri (self-concept) dan harga diri (self-esteem).

Harga Diri (Self-esteem)


Harga diri (self-esteem) merupakan evaluasi diri yang dibuat oleh setiap individu; sikap
seseorang terhadap diriya sendiri dalam rentang dimensi positif-negatif. Harga diri sering kali akan
meningkat apabila remaja mencoba mengatasi suatu masalah yang dihadapi dan bukan
menghindarinya (Lazarus, 1991). Self-esteem terbagi menjadi dua yaitu self-esteem tinggi dan rendah.
Self-esteem yang tinggi pada umumnya lebih disukai dari pada self-esteem yang rendah. Kebanyakan
orang berusaha mengubah self-esteem mereka kearah evaluasi diri yang lebih positif. Karakteristik
harga diri yang tinggi seperti bertindak mandiri, mudah menerima tanggung jawab, bangga dengan
hasil kerjanya, mampu menghadapi kegagalan, mampu menghargai diri sendiri, aktif dalam diskusi,
percaya diri, serta disenangi banyak orang.

Anda mungkin juga menyukai