Anda di halaman 1dari 20

ARSITEKTUR TROPIS

NEW SCREEN & LOUVER KITSCH PARADIGM


DOSEN : 1. Dr – Eng. Putreri Fitriaty., ST., MT.
2. Moch. Rachmat Syahrullah, ST., M. Sc.

DISUSUN OLEH :

SEPTIAN NUR CAHYO NIM : F 221 15 042


SUDARMIN NIM : F 221 16 069
ANDI ARMAN NIM : F 221 18 043
FADHEL MOHAMMAD ASRI NIM : F 221 18 065
MUH. HABIB MAULANA NIM : F 221 18 075
MUH. RIZKY B. POIYO NIM : F 221 18 076
BAYU FEBRIAN NIM : F 221 18 102
HILDA VIONA NIM : F 221 18 163
MUVIDA M. WARMIN NIM : F 221 18 114

JURUSAN TEKNIK
ARSITEKTUR UNIVERSITAS
TADULAKO 2019/2020

Alamat : Jl. Soekarno Hatta Km. 9 Palu-Sulawesi Tengah


Telp. : 0451-422611-422355; Fax : 0451-422844
WEBSITE : untad.ac.id; EMAIL : untad[at]untad.ac.id
SULAWESI TENGAH
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG.........................................................................................................1
1.2 PERMASALAHAN.............................................................................................................1
1.3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN.......................................................................1
1.3.1 TUJUAN PENELITIAN...........................................................................................1
1.3.2 MANFAAT PENELITIAN.......................................................................................2
BAB II KAJIAN PUSTAKA...........................................................................................................3
2.1 IKLIM TROPIS...................................................................................................................3
2.2 ARSITEKTUR TROPIS......................................................................................................3
2.3 PARADIGMA DESAIN TROPIS.......................................................................................4
BAB III METODE PENELITIAN..................................................................................................7
3.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN............................................................................7
3.2 METODE PENELITIAN.....................................................................................................7
3.3 SUMBER DATA.................................................................................................................8
3.4 TEKNIK PENGUMPULAN DATA...................................................................................9
3.5 TEKNIK ANALISA DATA..............................................................................................10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................................12
4.1 PARADIGMA DESAIN ARSITEKTUR TROPIS...............................................................12
4.2 IDENTIFIKASI PARADIKMA............................................................................................12
BAB V PENUTUP........................................................................................................................17
5.1 KESIMPULAN........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Timbulnya bangunan bergaya arsitektur tropis dipengaruhi oleh kebutuhan akan


bangunan bangunan yang sesuai dengan iklim tropis, terutama pada negara Indonesia
yang merupakan tergolong dalam iklim tropis lembab.
Bentuk arsitektur tropis, tidak mengacu pada bentuk yang berdasarkan estetika,
namun pada bentuk yang berdasarkan adaptasi/ penanganan iklim tropis. Meskipun
demikian bentukan bangunan oleh arsitek/desainer yang baik akan memberikan
kualitas arsitektur yang estetis, hal ini karena selain memperhatikan bagaimana
menangani iklim tropis, juga memperhatikan bagaimana kesan estetika eksterior dan
interior dari bangunan tersebut.
Suhu udara yang hangat bisa diantisipasi lewat desain dengan bukaan jendela dan
pintu yang besar atau lebar. Ada kaitan antara ruangan yang membebaskan sirkulasi
angin di dalamnya,. Sementara itu plafondnya dirancang cukup tinggi untuk
pertukaran udara dingin dan panas.
Bukaan yang lebar dimaksimalkan dengan menerapkan teras disekeliling
bangunan untuk menghindari curah air hujan mengenai jendela dengan langsung.
Atap bangunan di desain untuk mengantisipasi curah hujan yang tinggi. Saat musim
hujan datang, volume air yang jatuh ke atap bangunan cukuplah banyak. Atap harus
bisa mengalirkan air dengan lancar dan cepat ke bawah.

1.2 PERMASALAHAN

a. Apa itu new screen and louver kitsch?


b. Bagaimana regional expression pada bangunan PIP2B?
c. Bagaimana performance pada bangunan PIP2B?
d. Bagaimana material pada bangunan PIP2B?
1.1 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1.3.1. TUJUAN PENELITIAN
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui paradigma arsitektur topis
pada bangunan PIP2B.
2. Penelitian ini diharpkan dapat mengetahui performance pada bangunan
PIP2B.
3. Penelitian ini bertjuan untuk mengetahui material pada bangunan
PIP2B.

1.3.2. MANFAAT PENELITIAN

1. Memberikan kontribusi untuk ilmu pengetahuan khususnya arsitektur


tropis.
2. Memberikan pemahaman paradigma arsitektur tropis, khususnya new
screen and louver kitsch paradigm.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 IKLIM TROPIS

Climate (iklim) berasal dari bahasa Yunani, klima yang berdasarkan kamus Oxford
berarti region (daerah) dengan kondisi tertentu dari suhu dryness (kekeringan), angin,
cahaya dan sebagainya. Dalam pengertian ilmiah, iklim adalah integrasi pada suatu
waktu (integration in time) dari kondisi fisik lingkungan atmosfir, yang menjadi
karakteristik kondisi geografis kawasan tertentu”. Sedangkan cuaca adalah “kondisi
sementara lingkungan atmosfer pada suatu kawasan tertentu”. Secara keseluruhan,
iklim diartikan sebagai “integrasi dalam suatu waktu mengenai keadaan cuaca”
(Koenigsberger, 1975:3).Kata tropis berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu
kata tropikos yang berarti garis balik, kini pengertian ini berlaku untuk daerah antara
kedua garis balik ini

Indonesia merupakan negara yang terletak di 95° BT – 141°BT garis khatulistiwa.


Hal ini menyebabkan Indonesia memiliki iklim tropis, sehingga indonesia hanya
memiliki 2 musim, yaitu musim hujan dan musim panas. Cuaca tersebut
mempengaruhi gaya hidup sehari-hari masyarakat Indonesia termasuk dalam
mendesain tempat tinggal mereka dengan penyesuaian dari waktu-kewaktu membuat
pendudukIndonesia sadar bahwa penerapan arsitektur tropis lah yang paling tepat di
terapkan pada rumah mereka.

2.2 ARSITEKTUR TROPIS

Arsitektur tropis merupakan arsitektur yang berada di daerah tropis dan telah
beradaptasi dengan iklim tropis. Indonesia sebagai daerah beriklim tropis
memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap bentuk bangunan rumah
tinggal, dalam hal ini khususnya rumah tradisional. Kondisi iklim seperti temperatur
udara, radiasi matahari, angin, kelembaban, serta curah hujan, mempengaruhi desain
dari rumah-rumah tradisional. Masyarakat pada zaman dahulu dalam membangun
rumahnya berusaha untuk menyesuaikan kondisi iklim yang ada guna mendapatkan
desain rumah yang nyaman dan aman.

Arsitektur tropis adalah jenis arsitektur yang memberikan jawaban/ adaptasi bentuk
bangunan terhadap pengaruh iklim tropis, dimana iklim tropis memiliki karakter
tertentu yang disebabkan oleh panas matahari, kelembapan yang cukup tinggi, curah
hujan, pergerakan angin, dan sebagainya. mencakup pada penggunaan material yang
memberikan ciri karakter material lokal (daerah tropis) yang lebih sesuai daripada
material impor.

Sementara iklim tropis lembab sendiri dicirikan oleh beberapa factor iklim sebagai
berikut:

1. Curah hujan tinggi sekitar 2000-3000 mm/tahun


2. Radiasi matahari relatif tinggi sekitar 1500 hingga 2500 kWh/m2/tahun
3. Suhu udara relatif tinggi untuk kota dan kawasan pantai atau dataran rendah.
Untuk kota dan

kawasan di dataran tinggi rendah, sekitar 18o hingga 28o atau lebih rendah.

4. Kelembaban tinggi (Jakarta antara 60 hingga 95%)


5. Kecepatan angina relatif rendah.

2.3 PARADIGMA DESAIN TROPIS

Paradigma desain arsitektur tropis merupakan pandangan dalam upaya mencapai


karakter-karakter arsitektur yang dapat diidentifikasi sebagai karakter yang dimiliki
daerah tropis sehingga dapat membedakannya dengan arsitektur di daerah yang
beriklim lain.

Paradigma Desain Tropis terdiri dari :

1. Line, Edge & Shade

2. Tradition-based

3. New Screen & Louver Kitsch

3.1 Line, Edge & Shade

Tay Kheng Soon berpendapat bahwa desain seharusnya berorientasi ke depan Tay
Kheng Soon berpendapat bahwa desain seharusnya berorientasi ke depan non-
nostalgia dan tidak mengkopi gaya terdahulu tetapi berusaha menggunakan non-
nostalgia dan tidak mengkopi gaya terdahulu tetapi berusaha menggunakan prinsip-
pri prinsip-prinsip control lingkungan dari nsip control lingkungan dari desain
tradisional desain tradisional
Paradigma ini memiliki karakteristik sebagai berikut : Paradigma ini memiliki
karakteristik sebagai berikut :

 Aplikasi pada high-rise dan high density.


 Forward looking expression, non nostalgia dan tidak mengkopi gaya - gaya
Forward looking expression, non nostalgia dan tidak mengkopi gaya - gaya
terdahulu terdahulu
 Prinsip control lingkungan seperti desain terbuka dan pembayangan Prinsip
control lingkungan seperti desain terbuka dan pembayangan
 Ekspresi keregionalannya merupakan bahasa dalam iklim tropis yang Ekspresi
keregionalannya merupakan bahasa dalam iklim tropis yang memberikan
kenyamanan memberikan kenyamanan
 Material yang digunakan menggunakan material modern/non tradisional
Material yang digunakan menggunakan material modern/non tradisional
dengan fabrikasi.

3.2 Tradition-based Tradition-based

Tan Hock Beng berpendapat bahwa perlu membangkitkan ketradisionalan Tan Hock
Beng berpendapat bahwa perlu membangkitkan ketradisionalan dalam arsitektur
tropis asia dan mengusulkan desain berbasis tradisi untuk dalam arsitektur tropis asia
dan mengusulkan desain berbasis tradisi untuk menciptakan arsitektur tropis dimana
bentuk tradisional merupakan ekspresi dari menciptakan arsitektur tropis dimana
bentuk tradisional merupakan ekspresi dari inspirasi dan identitas. inspirasi dan
identitas.
Tipe bangunan tradisional tropis antara lain :

 Bentuk atap besar dan luas, cross ventilation, teras, courtyard, material local,
ada unsur air dan landscape.
 Material berupa tradisional, modern atau kombinasi keduanya tergantung
strategi yang digunakan.
 Tipikal bangunan tradisional tropis yang sring digunakan dapat dilihat dari
pembuatan denah yang disusun memungkinkan untuk ventilasi silang,
memiliki teras dan courdyard, material local dan unsur air dan landscape.
 Bangunan yang dibangun dengan paradigma ini bertujuan untuk
menyesuaikan bangunan dengan iklim setempat serta mempertahankan tradisi
dan identitas daerah.
 Kearifan local suatu daerah merupakan hal yang tepat untuk menjadi
pertimbangan dalam membangun bangunan yang telah melalui proses “trial
and error”. Oleh karena itu, bangunan tradisional yang ada saat ini
merupakan penyempurnaan desain yang gagal sebelumnya dan masyarakat
setempat menganggap sebagai bangunan yang paling nyaman. Ekspresi
bangunan yang menggunakan paradigm ini berdasarkan strategi menonjolkan
tradisi.
 Performance bangunan disesuaikan dengan iklim setempat dan berdasarkan
bentuk bangunan tradisional daerah asal dengan menyesuaikan diri dengan
daerah baru. Material yang digunakan bisa tradisional, modern atau gabungan.

Paradigma ini memasukkan unsur tradisi didalam arsitektur tropis. Pitch roof,
penghawaan silang, halaman, bukaan tradisional, material tropis, air, lansekap, dan
aplikasi berbagai elemen yang dapat menjamin integrasi alam dengan ekspresi
tradisional. Untuk mencegah keseragaman karena efek globalisasi dan memelihara
kekayaan tradisi local
3.3 New Screen & Louver Kitsch

New Screen & Louver Kitsch adalah meniru gaya tropis modern yang sering
menggunakan sunshading yang diasosiaan sama dengan arsitektur tropis, louver pada
fasade tidak efektif memberikan pembayangan, hanya memberi kesan tropis sekilas
semata.
Designer tidak serius menciptakan kondisi iklim yang dibutuhkan karena mereka
berfikir ikim bukan faktor krusial dan hanya mementingkan image dari public
terhadap gaya arsitekturnya. Peniruan image tropis ini mengahasilan eksploitasi
penggunaan screen dan louver.
Paradigma ini lahir karena adanya beberapa factor, yaitu : Adanya peniruan dari
image tropis modern, misalnya louver pada fasade yang tida membayangi ruang
secara efektif karena kemungkinan masih di korelasikan secara tidak tepat seperti
peralatan shading yang asli dan hanya memberi kesan bahwa elemen tersebut adalah
control iklim tropis. Adanya motivasi untuk mengikuti aliran yang menitikberatkan
pada produk arsitektur yang mempertimbangkan lingkungan seperti yang dilakukan
oleh arsitek arsitek terkenal.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN


3.1.1 TEMPAT PENELITIAN
Lokasi penelitian akan dilaksanakan di Kelurahan Talise, Kecamatan
Mantikulore, Kota Palu, Sulawesi Tengah.

3.1.2 WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada hari Kamis , tanggal 7 Februari 2020


pukul 10.00 wita sampai pukul 14.00 wita.

3.2 METODE PENELITIAN


Untuk dapat mengkaji permasalahan secara rinci, lengkap, dan akurat
diperlukan suatu pendekatan permasalahan lewat pemilihan bentuk yang tepat.
Menurut Aslam Samhudi ( 1986 : 36 ) bahwa “Ketiga bentuk tersebut adalah
pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan kombinasi kualitatif dan kuantitatif. Ketiga
pendekatan tersebut memiliki perbedaan yang mendasar, yakni terletak pada teknik
dan proses pelaksanaannya”.
Sesuai dengan permasalahan dan teori yang telah disusun dalam penelitian ini,
maka team peneliti memakai metode penelitian diskriptif kualitatif, yaitu data yang
dikumpulkan dan dianalisa berupa kata – kata tertulis atau lisan dari informan dan
perilaku yang diamati secara holistik, wawancara, dokumentasi, gambar, pencatatan
lapangan, dan bukan angka – angka.
Menurut Lexy J. Moleong (2006 : 6) bahwa : “ Penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subyek penelitian misalnya : perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan
lain – lain secara holistik, dan dengan cara diskripsi dalam bentuk kata – kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah”.

Senada dengan hal tersebut H.B. Sutopo (1996 : 35) mengungkapkan bahwa “
Riset mengarahkan kegiatan secara dekat pada hal – hal kekinian, kepentingan
pokoknya ditelaah pada peristiwa – peristiwa nyata dalam dunia aslinya bukan
sekedar laporan yang ada”
Di dalam penelitian kualitatif terdapat tiga macam strategi pendekatan, yaitu
akspanatif, aksploratif, dan deskriptif. Dalam penelitian ini, peneliti memakai strategi
pendekatan deskriptif yaitu merupakan penelitian yang bertujuan untuk
menggambarkan data dengan kata atau uraian, gambar dan penjelasan.

3.3 SUMBER DATA

Menurut Burhan Bungin (2005 : 54) mengungkapkan bahwa “Sumber data


kualitatif dapat berupa manusia, peristiwa dan tingkah laku, dokumen dan arsip, serta
berbagai benda lainnya”. Sedangkan Lofland dalam Lexy .J. Moeleong (2001 : 112)
“Sumber data dalam kualitatif, ialah kata – kata dan selebihnya adalah tambahan
seperti dokumen dan lainnya”. Sumber data yang diambil dalam penelitian ini
didapatkan dari berbagai sumber diantaranya :
A. Informan
Informan adalah orang mengetahui permasalahan–permasalahan yang
akan dikaji oleh peneliti dan bersedia memberikan informasi seluas –
luasnya kepada peneliti. Informasi inilah yang akan dikaji oleh peneliti
untuk dijadikan sumber data. Untuk menjadi informan diperlukan syarat
atau harus memenuhi beberapa kriteria yang sesuai dengan syarta dalam
Validitas data. Orang yang bertindak sebagai informan dalam penelitian
adalah bapak TALIB selaku kepala Security

B. Tempat Atau Objek


Tempat atau objek yang dijadikan penelitian Gedung PIP2B yang
berada di Kelurahan Talise, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu, Sulawesi
Tengah.

C. Studi Pustaka
Disamping data yang diperoleh dari hasil wawancara, diambil juga
data dari hasil studi ilmiah yang berhubungan dengan obyek penelitian.
Penelitian ini juga mencari data dengan menggunakan studi observasi dan
literatur. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan pengertian awal serta
gambaran permasalahan yang lebih khusus. Identifikasi segala
permasalahan dan pemecahannya dengan mencari berbagai informasi yang
berhubungan dengan obyek penelitian melalui internet.

3.4 TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Sutrisno Hadi (1979 : 104) mengemukakan “Baik buruknya suatu hasil


penelitian sebagian tergantung pada teknik pengumpulan datanya, akurat dan reliable
pekerjaan research mempergunakan teknik–teknik, prosedur – prosedur, alat–alat
serta kegiatan yang dapat diandalkan”. Untuk memperoleh data hasil penelitian yang
akurat, maka sumber data yang telah didapatkan dalam penelitian ini teknik
pengumpulan data dilakukan dengan :

A. Wawancara
Wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu mengenai
sesuatu dalam merekontruksi kejadian, organisasi, motivasi, kepedulian
dan lain sebagainya dalam suatu kebulatan yang dialami pada masa lalu,
dan memproyeksikannya untuk dialami pada masa yang akan datang.
Menurut H.B. Sutopo ( 1996 : 24 ) bahwa “ Dengan wawancara maka
akan dapat menggali tentang informasi secara mendalam atau disebut
indeep interviewing”.
Wawancara bersifat terbuka yaitu wawancara yang menggunakan
seperangkat pertanyaan baku dan dipakai untuk menangkap data
( informasi ) baik secara aksplisit maupun tacit. Eksplisit adalah realitas
yang diungkapkan informan melalui bahasa, sedangkan tacit adalah
informan mengetahui realitasnya.

B. Observasi
Observasi adalah melakukan pengamatan pada obyek penelitian secara
mendetail dan mencermati segala sesuatu pada obyek yang sekiranya
dapat menunjang penelitian kemudian mencatat perilaku dan kejadian
sebagaimana terjadi pada keadaan yang sesungguhnya. Sesuai dngan
pendapat Suharsimi Arikunto ( 1993 :” 128 ) bahwa “ Kegiatan observasi
meliputi kegiatan pemusatan terhadap obyek yang menggunakan seluruh
aspek indera”. Pengamatan pada obyek penelitian sangat mengoptimalkan
kemampuan peneliti dari segi motif,
kepercayaan, perhatian dan kemampuan peneliti. Pengamatan
memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh
subyek sehingga juga memungkinkan pula untuk peneliti menjadi sumber
data.

3.5 TEKNIK ANALISA DATA

Analisis data dan penafsiran merupakan rangkaian dan satu kesatuan sehingga
harus dilakukan secara bersama – sama. Menurut Burhan Bungin (2005 : 66) bahwa
“Analisis data ialah proses mengatur data, mengorganisasikan data ke dalam suatu
pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Analisis data dalam penelitian kualitatif
dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data atau dilakukan di lapangan.
Teknik analisis data yang digunakan dalm penelitian adalah analisis antar kasus
(cross-site analisys).
Mattews B. Miles & M. Hubberman (1992 : 16) mengemukakan bahwa
“Kami anggap bahwa analisis terdiri dari tiga jalur kegiatan yang terdiri secara
bersamaan yiatu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan / verifikasi”.
Penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi dilakukan dalam bentuk
interaktif dalam bentuk siklus. Dalam analisa data peneliti tetap bergerak dengan
empat komponen, yaitu proses pengumpulan data, reduksi data, penyajian data,
sampai penarikan kesimpulan atau verifikasi. Langkah – langkah analisa data dapat
diuraikan sebagai berikut :

A. Pengumpulan Data
Dalam langkah pengumpulan data sesuai dengan teknik pengumpulan
data yang telah diuraikan diatas yaitu terdiri dari wawancara dan
observasi,. Pengumpulan data dilakukan selama data tersebut belum dapat
memenuhi dan mencukupi serta dihentikan apabila data yang diperlukan
telah memadahi untuk diambil kesimpulan.

B. Reduksi data
Matthews B. Miles (1982 : 16) mengungkapkan bahwa “Reduksi data
diartikan sebagai proses pengolahan, perumusan perhatian dan
penyederhanaan, pengabsahan, dan transformasi data kasar yang muncul dari
catatan data di lapangan”. Dalam reduksi data terdapat pengelompokan data
berdasarkan kategori datanya.

C. Penyajian data
Salah satu usaha untuk menyusun sekumpulan informasi yang
diperoleh di lapangan. Penyajian data biasanya dilakukan dalam bentuk
catatan diskritif dan sistematis. Hal ini dilakukan untuk mempermudah
peneliti dalam pengambilan kesimpulan. Penyajian data akan membantu
peneliti dalam memahami dan menginterpretasikan apa yang terjadi dan apa
yang seharusnya dilakukan dengan teori yang relevan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Paradigma Desain Arsitektur Tropis


Paradigma desain arsitektur tropis merupakan pandangan dalam upaya mencapai
karakter-karakter arsitektur yang dapat diidentifikasi sebagai karakter yang dimiliki
daerah tropis sehingga dapat membedakannya dengan arsitektur di daerah yang
beriklim lain. Adapun paradigma desain tropis terdiri dari tiga paradigma yaitu:
1) Line, edge, & shade
2) Tradition base
3) New screen & Louver Kitsch

Ketiga paradigma tersebut masing-masing memiliki ciri. Untuk paradigma line,


edge & shade adalah paradigma yang desainnya beriorientasi kedepan tanpa
memperdulikan desain yang masanya sudah berlalu. Tradition Based adalah
paradigma yang mempertahankan kebudayaan sekitar atau kearifan lokal tanpa
melupakan prinsip desain arsitektur tropis itu sendiri. Sedangkan New screen &
Louver Kitsch adalah paradigma yang hanya memberi kesan desain tropis atau gaya
desainnya yang hampir mirip dengan desain tropis namun sebenarnya bukan desain
tropis.
4.2 Identifikasi Paradigma Pada New screen & Louver Kitsch Bangunan PIP2B
Provinsi Sulawesi Tengah
Gambar 4.1 Gedung PIP2B Jl.Soekarno Hatta Kota Palu
Gedung PIP2B ini menggunakan paradigma New screen & Louver. Bangunan
ini sekilas menampilkan beberapa ciri dari desain tropis diantaranya adalah bukaan
yang lebar dengan jumlah yang sangat banyak. Sangat tidak baik pencahayaan di
dalam gedung ini, khususnya untuk pencahayaan alami. Bangunan ini lebih
cenderung gelap pada waktu-waktu tertentu jika tidak menggunakan pencahyaan
buatan dikarenakan orientasi bangunan terhadap arah matahari.

Gedung ini menampilkan sekilas dari desain tropis yaitu pencahayaan yang
baik dengan adanya sun shading di beberapa bagian. Akan tetapi sun-shading
tersebut tidak sepenuhnya dapat menghalangi dari cahaya matahari mengingat
orientasi bangunan ini menghadap ke arah barat yang apabila sore hari akan terpapar
langsung sinar matahari dan terasa sangat panas. Sun shading tersebut hanyalah
sebagai penambah estetika sekaligus pelengkap fasad.

A. Regional expression
Regional expression atau ekspresi regional adalah bentuk ekspresi
yang dihasilkan oleh tanggapan terhadap iklim tropis yang telah disesuaikan
dengan ciri-ciri lokal tempat suatu arsitektur dibangun.
Ekspresi yang dirancang pada bangunan PIP2B merupakan abstraksi
rasional dari bangunan tradisional Indonesia khususnya bangunan tradisional
Sulawesi Tengah yaitu Rumah Lobo yang ada di Kabupaten Sigi untuk
menghindari duplikasi yang naif, namun tetap dapat menjawab tantangan
alam dan iklim tropis. Penerapan ide-ide tradisional tidak hanya terbatas pada
ekpresi dan bentukan semata, namun juga disisipkan makna yang melekat
pada bangunan yang dirancang di kota palu, khususnya pada bangunan
PIP2B.

B. Perfomance
Sebagai bangunan tropis, penyikapan terhadap topografi, iklim, dan
pencahayaan matahari menjadi tugas utama sang perancang. Bagaimana
sebuah bangunan dapat beradaptasi terhadap lingkungannya. Aspek-aspek ini
menstimulasi bentuk bangunan yang dapat beradaptasi dengan lingkungan
secara baik. Sehingga tidak memunculkan ornamen-ornamen yang tidak
memberikan kontribusi terhadap bangunan itu sendiri dengan lingkungannya.
Suhu udara yang cukup panas dari kota Palu yang merupakan bagian
dari kawasan beriklim tropis, terletak di bagian tengah Indonesia dengan suhu
rata-rata 33oC. Suhu rata-rata tahunan di kota Palu berkisar antara 29 oC-40oC.
seperti yang telah disebutkan sebelumnya, konsep perancangan gedung PIP2B
tidak terlalu memperhatikan penyikapan iklim tropis dan tidak menciptakan
sebuah bangunan tropis yang sehat baik bagi penggunanya maupun
lingkungannya.

C. Material

Salah satu fitur pendekatan paham “New screen and Lovre kitsch”.yaitu
mengedepankan kejujuran tektonik. Sebuah bangunan harus memiliki kejujuran
pada konstruksi dan pemilihan materialnya yang berakibat pada ekspresi
bentuknya.

Pertimbangan penggunaan material berkaitan dengan iklim yang dihadapi


oleh bangunan ini. Iklim tropis dengan curah hujan tingi dan panas matahari
sepanjang tahun melahirkan pilihan material yang harus kuat serta dengan
perawatan yang mudah dan murah.

Pada fitur Material, Gedung PIP2B lebih berpihak pada material modern,
hal ini sesuai dengan keriteria “New screen and Lovre kitsch”.
Penggunaan material modern pada bangunan PIP2B dapat pada beberapa
bagian bangunan di antaranya :
1. Penutup Atap menggunakan jenis seng multiroof
2. Dinding bangunannya menggunakan material bata merah
3. Penggunaan kaca pada bukaan bangunan
4. Kusen bangunan menggunakan material stenless.
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Dari hasil penelitian pada bangunan PIP2B memenuhi syarat bahwa


bangunan ini mengunakan paradigma new screen and louver kitsch. Ekspresi
yang dirancang pada bangunan PIP2B merupakan abstraksi rasional dari
bangunan tradisional Indonesia khususnya bangunan tradisional Sulawesi Tengah
yaitu Rumah Lobo konsep perancangan gedung PIP2B tidak terlalu
memperhatikan penyikapan iklim tropis dan tidak menciptakan sebuah bangunan
tropis yang sehat baik bagi penggunanya maupun lingkungannya. Pada fitur
Material, Gedung PIP2B lebih berpihak pada material modern, hal ini sesuai
dengan keriteria “New screen and Lovre kitsch”.
DAFTAR PUSTAKA

Dominasi New Screen and Louver Kitsch Paradigm pada bangunan Herbarium
Bogoriense
http://repository.unpar.ac.id/handle/123456789/3706

PARADIGMA DESAIN TROPIS


http:// kupdf.net/download/paradigma-
desain_tropis_5c700e9be2b6f5bb17dac1e3_pdf#

PARADIKMA ARSITEKTUR TROPIS


https://id.scribd.com/document/326660448/Sekilas-Tentang-Paradigma-Desain-
Arsitektur-Tropis/

Anda mungkin juga menyukai