Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Keperawatan Cikini e-ISSN 2686-1984

Vol. 3, No. 1, Januari 2022, pp. 14-19 14

Model Primordilal Precaution Toksemia Gravidarum Berbasis


Faktor Resiko pada Remaja Putri (Pra Nikah) di Kabupaten
Bondowoso
Syaiful Bachri a,1,*, Sutrisno a,2, Jenie Palupi a,3
a
Poltekkes Kemenkes Malang Prodi Kebidanan Jember, Jln. Srikoyo No. 106 Patrang, Jember 68111, Indonesia
1
bachrisyaiful501@yahoo.com*; 2 sutrisno_skep@poltekkes-malang.ac.id; 3 jeniepalupi@gmail.com

INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK

Kabupaten Bondowoso angka kesakitan dan kematian maternal termasuk


Riwayat Artikel
Diterima : 01 Januari 2022 kelima kabupaten tertinggi di Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan data
Direvisi : 05 Januari 2022 pada tahun 2018 salah satu penyebab kematian maternal yang paling
Disetujui terbit : 29 Januari 2022
tinggi adalah akibat toksemia gravidarim. Upaya mengatasi kesakitan
akibat toksemia gravidarum selama ini masih sebatas melalui pencegahan
sekunder, belum ada upaya pencegahan primordial atau pencegahan awal
Kata Kunci :
Primordial Precaution Toksemia
sebelum faktor resiko toksemia gravidarum tersebut muncul. Tujuan pada
Gravidarum penelitian adalah intervensi model primordial precaution berbasis faktor
resiko di Kabupaten Bondowoso. Desain penelitian menggunakan kuasi
eksperimen dengan populasi 3320 remaja putri dan jumlah sampel 360
remaja putri. Teknik sampling random sampling dengan analisa data
menggunakan analisa univariate dan analisa bivariate dengan uji t. hasil
penelitian sebagian besar remaja putri di Kabupaten Bondowoso ada
resiko toksemia gravidarum. Analisa pada variabel pengetahuan, attitude
dan intention primordial precaution toksemi gravidarum ketiganya
diperoleh hasil 0.000 yang artinya ada perbedaan sebelum dan sesudah
intervensi model primordial precaution toksemia gravidarum pada
remaja putri di Kabupaten Bondowoso. Bidan khususnya penanggung
jawab wilayah dinas kesehatan Kabupaten Bondowoso perlu memberikan
edukasi tentang primordial precaution toksemia gravidarum pada remaja
putri. Demikian juga dengan institusi sekolah khususnya SMA dan SMK
perlu memberikan support pentingnya melakukan primordial precaution
pada siswinya.

Toksemia gravidarum adalah penyakit


1. Pendahuluan yang ditandai dengan kumpulan gejala
Salah satu indikator derajat kesehatan dalam kehamilan yang merupakan trias
dan kesejahteraan masyarakat dapat dilihar gejala yaitu hipertensi, proteinuria dan
dari angka kematian ibu. Angka kematian edema (Obstetri Pathologi Unpad, 1984).
ibu (AKI) masih menjadi perhatian dalam Toksemia gravidarum dalam perjalanannya
bidang kesehatan. Dalam penurunan AKI diklasifikasikan menjadi tiga yaitu pre
diperlukan perhatian serius di dalam eklamsi, kemudian pre eklamsi berat dan
mengatasi masalah komplikasi pada saat dalam perjalanan terakhir yaitu eklamsi. Pre
kehamilan yang dapat diprediksi eklamsi adalah sekumpulan gejala yang
(Kuswenda, 2013). Salah satu komplikasi timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas
yang sering terjadi pada ibu hamil dan yang terdiri dari hipertensi, edema,
sering mengakibatkan kematian maternal proteinuria yang muncul pada kehamilan 20
adalah toksemia gravidarum. minggu sampai akhir minggu pertama
setelah persalinan (Icesmi, 2014).

https://jurnal.akperrscikini.ac.id/index.php/JKC jurnal@akperrscikini.ac.id
15 Jurnal Keperawatan Cikini e-ISSN 2686-1984
Vol. 3, No. 1, Januari 2022, pp. 14-19

Selanjutnya yang dimaksud pre eklamsi primordial precaution. Pencegahan


berat adalah sekumpulan gejala penyakit melalui primordial precaution
sebagaimana pada pre eklamsi di atas atau pencegahan awal yaitu bentuk
ditambah dengan adanya gejala kejang. pencegahan secara sosial kultural atau
Beberapa hasil penelitian secara pencegahan yang dilakukan jauh sebelum
signifikan menyebutkan bahwa faktor yang faktor resiko pre eklamsi timbul. Dari
dapat menunjang terjadinya toksemia pendahuluan di atas dapat disimpulkan
gravidarum pada tingkatan pre eklamsi masalah bagaimana model primordial
berat yaitu primigravida atau multipara precaution toksemi gravidarum berbasis
dengan usia lebih tua, riwayat keluarga faktor resiko pada remaja putri (pra nikah)
dengan pre eklamsia atau eklamsi, pre di Kabupaten Bondowoso?
eklamsi pada kehamilan sebelumnya usia
ibu hamil kurang dari 18 tahun atau lebih 2. Metode
dari 35 tahun wanita dengan gangguan
fungsi organ seperti: diabetes, penyakit Desain penelitian menggunakan kuasi
eksperimen, yaitu eksperimen yang
ginjal dan tekanan darah tinggi. Selain itu
memiliki perlakuan, pengukuran dampak
juga kehamilan kembar dan mola. dan unit-unit eksperimen tanpa
Provinsi Jawa Timur sendiri AKI nya menampakkan secara acak. Pada penelitian
pada tahun 2015 sebesar 93.52/ 100.000 ini melakukan eksperimen model edukasi
kelahiran hidup (Profil Dinas Kesehatan dan model support primordial precaution
Provinsi Jawa Timur, 2014). Berdasarkan toksemia gravidarum pada remaja putri di
data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Kabupaten Bondowoso dengan jumlah
pada tahun 2013 kasus kematian ibu populasi 3320 remaja putri dan jumlah
meningkat dibandingkan tahun 2012 dari sampel 360 remaja putri. Teknik sampling
598 kasus menjadi 642 kasus kematian menggunakan random sampling. Analisa
dengan toksemia gravidarum sebesar 25% data menggunakan analisa univariate dan
(Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, analisa bivariate menggunakan uji t.
2013). Di wilayah Puskesmas Kecamatan Prosedur pada penelitian ini dimulai
Maesan dan Kecamatan Grujugan dari seleksi proposal dan protokol,
Kabupaten Bondowoso pada tahun 2017 melakukan perijinan, assessment awal, pre
dari 2.070 ibu hamil sebanyak 207 ibu test, intervensi model edukasi dan model
hamil mengalami toksemia gravidarum, support, post test, dilanjutkan dengan
sebanyak 94 atau 4,54% mengalami analisis data dan penyusunan laporan
toksemia gravidarum pada tingkatan lanjut penelitian.
atau eklamsi. Selanjutnya pada bulan
November tahun 2018 tercatat toksemia 3. Hasil dan Pembahasan
gravidarum 42 kasus sebanyak 4 kasus atau
5,93% mengalami eklamsi (Dinas Hasil
Kesehatan Kabupaten Bondowoso, 2018). Tabel 1.1 Komparasi Pengetahuan
Upaya untuk menurunkan kejadian Sebelum dan Sesudah Diberikan Model
toksemia gravidarum di wilayah Dinas Edukasi Primordial Precaution Toksemia
Kesehatan Kabupaten Bondowoso melalui Gravidarum pada Remaja Putri yang Ada
upaya pencegahan terutama oleh bidan Resiko dan yang Tidak Ada Resiko
telah dilakukan namun upaya tersebut lebih Toksemia Gravidarum di Wilayah
Kabupaten Bondowoso
ke arah pencegahan pada tingkat sekunder Nilai Pengetahuan
artinya melakukan upaya pencegahan Remaja Sebelum Sesudah
Uji t
Putri Intervensi Intervensi
toksemia gravidarum agar tidak menjadi Mean SD Mean SD
Ada 63.43 12.98 71.14 12.04 0.00
lebih berat. Upaya yang lebih mengarah Resiko
pada pencegahan tingkat primer belum Tidak 58.14 14.70 66.00 14.59 0.00
Ada
banyak dilakukan termasuk upaya Resiko
pencegahan secara primordial atau
Syaiful Bachri dkk (Model Primordial Precaution Toksemia Gravidarum Berbasis Faktor Resiko pd Remaja Putri (Pra
Nikah) di Kabupaten Bondowoso)
e-ISSN 2686-1984 Jurnal Keperawatan Cikini 16
Vol. 3, No. 1, Januari 2022, pp. 14-19

Berdasarkan tabel 1.1 di atas ternyata attitude pada primordial precaution


pengetahuan pada remaja putri yang ada toksemia gravidarum sebelum diberikan
resiko toksemia gravidarum, sebelum intervensi model primordial precaution
diberikan intervensi model edukasi toksemia gravidarum rerata 20.51 dan
primordial precation toksemi gravidarum meningkat menjadi 22.66 setelah diberikan
rerata 63.43 dan meningkat menjadi 71.14 intervensi support model primordial
setelah diberikan intervensi model edukasi precaution toksemia gravidarum.
primordial precaution toksemia Selanjutnya diuji dengan t test attitude
gravidarum. terhadap primordial precaution toksemia
Demikian juga pad remaja putri yang gravidarum pada remaja putri yang ada
tidak ada resiko toksemia gravidarum resiko dan yang tidak ada resiko masing-
sebelum diberikan intervensi model masing diperoleh hasil 0.000. Dengan
edukasi primordial precaution toksemia demikian ada perbedaan attitude terhadap
gravidarum rerata 58.14 dan meningkat primordial precaution toksemia
menjadi 66.00 setelah diberikan intervensi gravidarum sebelum dan sesudah
model edukasi primordial precaution diberikan model support.
toksemia gravidarum.
Selanjutnya diuji dengan t test pada Tabel 1.3 Komparasi Intention Behaviour
remaha putri yang ada resiko maupun tidak Sebelum dan Sesudah Diberikan Model
ada resiko toksemia gravidarum diperoleh Edukasi dan Support Primordial
hasil 0.000 dengan demikian ada Precaution Toksemia Gravidarum pada
perbedaan pengetahuan primordial Remaja Putri yang Ada Resiko dan yang
precaution toksemia gravidarum sebelum Tidak Ada Resiko Primordial Precaution
dan sesudah diberikan model edukasi pada Toksemia Gravidarum di Wilayah
remaja putri di wilayah Kabupaten Kabupaten Bondowoso.
Bondowoso. Intention Behaviour
Remaja Sebelum Sesudah
Uji t
Putri Intervensi Intervensi
Tabel 1.2 Komparasi Attitude pada Mean SD Mean SD
Ada 61.78 6.03 63.83 6.26 0.00
Primordial Precaution Toksemia Resiko
Tidak Ada 59.74 5.90 61.89 72.9 0.00
Gravidarum Sebelum dan Sesudah Resiko
Diberikan Support Model Primordial
Precaution Toksemia Gravidarum pada Berdasarkan tabel 1.3 di atas ternyata
Remaja Putri yang Ada Resiko dan yang intention behavior pada remaha putri yang
Tidak Ada Resiko Toksemia Gravidarum di ada resiko toksemia gravidarum, sebelum
Wilayah Kabupaten Bondowoso diberikan intervensi model primordial
Attitude pada Primordial Precaution
Toksemia Gravidarum precaution toksemia gravidarum rerata
Remaja
Sebelum Sesudah Uji t 61.78 dan meningkat menjadi 63.83
Putri
Intervensi Intervensi
17 Mean SD Mean SD setelah diberikan intervensi model
Ada 21.80 2.73 23.85 3.44 0.00 primordial precaution toksemia
Resiko
Tidak 20.51 2.50 22.66 3.53 0.00 gravidarum.
Ada
Resiko
Demikian juga pada remaja pdutri
yang tidak ada resiko toksemia gravidarum
Berdasarkan tabel 1.2 di atas ternyata sebelum diberikan intervensi model
attitude pada primordial precaution primordial precaution toksemia
toksemia gravidarum remaja putri yang gravidarum rerata 59.74 dan meningkat
ada resiko toksemia gravidarum, sebelum 17 menjadi 61.89 setelah diberikan intention
diberikan intervensi support model behavior model primordial precaution
primordial precaution toksemia toksemia gravidarum.
gravidarum rerata 21.80 dan meningkat Selanjutnya diuji dengan t test
menjadi 23.85 setelah diberikan intervensi intention behavior primordial precaution
model support primordial precaution toksemia gravidarum pada remaja putri
toksemia gravidarum. yang ada resiko dan yang tidak ada resiko
Demikian juga pada remaja putri yang masing-masing diperoleh hasil 0.000.
tidak ada resiko toksemia gravidarum Dengan demikian ada perbedaan intention
primordial precaution toksemia
Syaiful Bachri dkk (Model Primordial Precaution Toksemia Gravidarum Berbasis Faktor Resiko pd Remaja Putri (Pra
Nikah) di Kabupaten Bondowoso)
15 Jurnal Keperawatan Cikini e-ISSN 2686-1984
Vol. 3, No. 1, Januari 2022, pp. 14-19

gravidarum sebelum dan sesudah pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi


diberikan model. oleh intensitas perhatian dan persepsi
terhadap obyek. Sebagian besar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui
Pembahasan indera pendengaran yaitu telinga dan
Sebagaimana hasil penelitian di atas, indera penglihatan yaitu mata
hampir keseluruhan remaja putri (Notoatmodjo, 2012).
mempunyai resiko toksemia gravidarum. Selanjutnya menurut Notoatmodjo
Resiko tersebut sebagian besar berasal dari (2012) proses terjadinya pengetahuan
orang tua, yaitu orang tua yang memiliki mengungkapkan bahwa sebelum orang
riwayat toksemia gravidarum, memiliki mengadopsi perilaku baru di dalam dirinya
anak kembar, memiliki penyakit hipertensi orang tersebut terjadi proses sebagai
dan diabetes mellitus (DM). Selebihnya berikut 1) kesadaran (awareness) dimana
resiko toksemia gravidarum tersebut orang tersebut menyadari dalam arti
berasal dari diri sendiri berupa obesitas, mengetahui terlebih dahulu terhadap
adanya rencana setelah menikah nanti stimulasi (obyek), 2) merasa (interest)
merencanakan hamil di usia yang terlalu tertarik terhadap stimulasi atau obyek
muda, merencanakan hamil diusia terlalu tersebut, disini sikap terhadap obyek mulai
yang muda, merencanakan jarak timbul, 3) Menimbang nimbang atau
kehamilan terlalu dekat, serta evaluasi terhadap baik tidaknya stimulus
merencanakan memiliki anak lebih dari tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap
dua. responden sudah lebih baik, 4) Mencoba
Banyaknya remaja putri di wilayah (trial) dimana subyek mulai mencoba
Bondowoso yang memiliki resiko melakukan sesuatu sesuai yang
toksemia gravidarum khususnya resiko dikehendaki, 5) Adoption dimana subyek
yang berasal dari diri sendiri di atas. Hal telah berperilaku baru sesuai dengan
tersebut karena remaja putri tidak pengetahuan, kesadaran, dan sikap
melakukan upaya primordial precaution terhadap stimulus.
atau melakukan upaya pencegahan awal. Adanya perbedaan pengetahuan
Penyebab remaja putri tidak melakukan remaja putri sebelum dan sesudah
uaya primordial precaution toksemia diberikan model primordial precaution
gravidarum dikarenakan kurangnya toksemia gravidarum. Hal ini terjadi
pengetahuan tentang primordial karena dengan pemberian model edukasi
precaution toksemia gravidarum. remaja putri akan mendapat cukup
Kurangnya pengetahuan tersebut terjadi informasi sekaligus akan tahu dan
karena kurangnya mendapat informasi, hal memahami tentang primordial precaution
tersebut didasarkan fakta pada pre test toksemia gravidarum. Hal tersebut
sebelum diberikan intervensi model didasarkan fakta adanya peningkatan
edukasi dengan rerata 63.43 dengan SD pengetahuan remaja putri yang ada resiko
sebesar 14.70. dan tidak ada resiko sebelum dan sesudah
Sebagaimana hasil uji t test pada intervensi model edukasi.
remaja putri yang ada resiko maupun tidak Sebagaimana hasil penelitian pada
ada resiko toksemia gravidarum masing- tabel 1.3 hasil uji t test attitude terhadap
masing diperoleh hasi 0.000 dengan primordial precaution toksemia
demikian ada perbedaan pengetahuan gravidarum pada remaha putri yang ada
tentang primordial precaution toksemia resiko dan yang tidak ada resiko masing-
gravidarum sebelum dan sesudah masin diperoleh hasil 0.000. Dengan
diberikan model edukasi pada remaja putri demikian ada perbedaan attitude terhadap
di Kabupaten Bondowoso. primordial precaution toksemia
Pengetahuan adalah hasil gravidarum sebelum dan sesudah
penginderaan manusia atau hasil tahu diberikan model support pada remaja putri
seseorang terhadap obyek melalui indera di Kabupaten Bondowoso.
yang dimiliki (mata, hidung, telinga dan Attitude merupakan suatu faktor
sebagainya). Dengan sendirinya waktu dalam diri seseorang yang dipelajari untuk
penginderaan sampai menghasilkan memberikan respon positif atau negatif
Syaiful Bachri dkk (Model Primordial Precaution Toksemia Gravidarum Berbasis Faktor Resiko pd Remaja Putri (Pra
Nikah) di Kabupaten Bondowoso)
e-ISSN 2686-1984 Jurnal Keperawatan Cikini 16
Vol. 3, No. 1, Januari 2022, pp. 14-19

pada penilaian terhadap sesuatu yang Ikatan Widyaiswara Indonesia (IWI)


diberikan. Menurut Assael dalam Manda Provinsi Banten Pandeglang, 3-4
dan Iskandarsyah (2012) sikap merupakan Desember 2015 163 (normative belief),
kecenderungan yang dipelajari untuk yaitu apa yang seseorang piki mengenai
memberikan respon kepada obyek atau keinginan/ harapan orang lain untuk ia
kelas obyek secara konsisten baik dalam lakukan. Komponen yang kedua adalah
rasa suka maupun tidak suka. Sebagai motivasi untuk memenuhi keinginan/
contoh apabila seseorang menganggap harapan tersebut (motivation to comply),
sesuatu bermanfaat bagi dirinya maka dia yaitu seberapa penting bagi seseorang
akan memberikan respon positif untuk melakukan apa yang orang lain
terhadapnya. Sebaliknya jika sesuatu harapkan.
tersebut tidak bermanfaat maka dia akan Theory of Planned Behavior (TPB)
memberikan respon negatif. merupakan perluasan dari Theory of
Adanya perbedaan attitude remaja Reasoned Action (TRA). Dalam TRA
putri sebelum dan sesudah 18 intervensi, dijelaskan bahwa niat seseorang terhadap
disamping karena ada peningkatan perilaku dibentuk oleh dua faktor utama
pengetahuan setelah diberikan model yaitu attitude toward the behavior dan
edukasi. Perbedaan attitude juga karena subjective norms (Fishbein dan Ajzen,
adanya memberikan support yang berasal 1975), sedangkan dalam TPB ditambahkan
dari guru bagian kesiswaan, ini akan satu faktor lagi yaitu perceived behavioral
merubah sikap dari attitude negatif control (Ajzen, 1991).
menjadi attitude yang positif terhadap Adanya perbedaan intention sebelum
primordial precaution pada toksemia dan sesudah intervensi primordial
gravidarum. Guru menurut pandangan precaution sebagaimana hasil penelitian
siswa adalah seseorang yang biasa diatas pada remaja putri yang beresiko
dijadikan panutan, sehingga setiap pesan maupun yang tidak beresiko. Hal ini
yang disampaikannya lebih banyak diikuti. dikarenakan adanya peningkatan
Hasil uji t test intention primordial pemahaman. Melalui edukasi pengetahuan
precaution toksemia gravidarum pada (pemahaman), peningkatan attitude dari
remaja putri ada resiko dan tidak ada support guru akan primordial precaution
resiko diperoleh hasil yang sama yaitu toksemia gravidarum akan peningkatan
0.000. Dengan demikian ada perbedaan attitude yang positif terhadap primordial
intention behavior primordial precaution precaution toksemia gravidarum pada
toksemia gravidarum sebelum dan sesudah remaja putri. Dengan meningkatnya
diberikan model edukasi dan support pengetahuan dan attitude tersebut pada
tentang primordial precaution toksemia gilirannya akan meningkatkan intention
gravidarum pada remaja putri di remaja putri pada primordial precaution.
Kabupaten Bondowoso. Kurang optimalnya intention remaja putri
Model niat berperilaku (behavioral akan primordial precaution toksemia
intention model) secara khusus, model of gravidarum, karena belum ada intervensi
reasoned action yang dikemukakan oleh terhadap faktor pemungkin, yaitu faktor
Fishben dan Ajzen memprediksi bahwa yang memungkinkan untuk melakukan
niat berperilau (behavioral intention) primordial precaution toksemia
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu sikap gravidarum. Termasuk faktor pemungkin
19 tersebut adalah terkait dengan 18
(attitude) dan norma subyektif (subjective sarana
norm) seseorang. Sikap memiliki dua prasarana.
komponen, dimana Fishbein dan Ajzen
menyebutnya evaluasi (evaluation) dan
4. Kesimpulan
kekuatan keyakinan (strength of belief). 19
Komponen kedua yang Berdasarkan hasil dan pembahasan
mempengaruhi niat berperilaku, yaitu dapat disimpulkan sebagai berikut:
norma subyektif, juga memiliki dua a. Hampir keseluruhan remaja putri di
komponen. Yang pertama adalah Kabupaten Bondowoso ada resiko
keyakinan normatif proceeding Pertemuan toksemia gravidarum;
Ilmiah Tahunan (PIT) Nasional ke-2
Syaiful Bachri dkk (Model Primordial Precaution Toksemia Gravidarum Berbasis Faktor Resiko pd Remaja Putri (Pra
Nikah) di Kabupaten Bondowoso)
15 Jurnal Keperawatan Cikini e-ISSN 2686-1984
Vol. 3, No. 1, Januari 2022, pp. 14-19

b. Ada perbedaan pengetahuan tentang Maharani, R. Noor, M.S. Dan Musafaal. (2012).
primordial precaution toksemia Hubungan Jarak Kehamilan dengan
gravidarum sebelum dan sesudah Kejadian Pre Eklamsia di RSUD Ulin
diberikan intervensi primordial Banjarmasin Periode Maret-Juni Tahun
precaution pada remaja putri yang 2012. Skripsi. Banjarmasin: Universitas
beresiko maupun yang tidak beresiko Lambung Mangkurat.
toksemia gravidarum;
Manuaba. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit
c. Ada perbedaan attitude terhadap
Kandungan dan KB. Jakarta: EGC.
primordial precaution toksemia
gravidarum sebelum dan sesudah Masyhuri. (2007). Modul Pengajaran Menjaga
diberikan intervensi primordial Jarak Kehamilan dan Memilih Alat
precaution pada remaja putri yang Kontraksi yang Tepat. [Internet].
beresiko maupun yang tidak beresiko Bersumber Dari: [dp2m.umm.ac.id].
toksemia gravidarum; [Diakses Tanggal 31 Januari 2016].
d. Ada perbedaan intention terhadap Mochtar, R. (2007). Sinopsis Obstetri. Jakarta:
primordial precaution toksemia EGC.
gravidarum sebelum dan sesudah
diberikan intervensi premordia PERINASIA., 2006. Buku Pandian Resusitasi
precaution pada remaja putri yang Neonatus Perkumpulan Perinatologi
beresiko maupun yang tidak beresiko Indonesia. Bahasa Ind. Et al. Kattwinkel,
toksemia gravidarum. John, ed., Jakarta: American Academy of
Pediatrics and American Heart Association.
Daftar Pustaka
Prawirohardjo. Sarwono. (2009). Llmu
Alwi. (2005). Modul Pengajaran Menjaga Jarak Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Sarwono
Kehamilan Dan Memilih Alat Kontraksi
Prawirohardjo.
yang Tepat. [Internet]. Bersumber Dari:
[dp2m.umm.ac.id]. [DiaksesTanggal31 Rahma, A.S. & Armah, M., Analisis faktor risiko
Januarin 2016]. kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di
rsud syekh yusuf gowa dan rsup dr wahidin
Ambarwati, W.N.& Irdawati., 2009. Hubungan sudirohusodo Makassar tahun 2013. Jurnal
Pre eklamsia dengan Kondisi Bayi yang Kesehatan, VII (1).
Dilahirkan secara Sectio Caesarea di RSUD
dr. Moewardi Surakarta. Berita Ilmu
Keperawatan, 2 (1), pp, 1-6.
Astute, M. (2011). Buku Pintar Kehamilan.
Jakarta; EGC.
Cunnungham, F Gary, dkk. (2006). Obstetri
Williams edisi 1 dan 2. Jakarta: EGC.
Diana. (2007). Modul Pengajaran Menjaga
Jarak Kehamilan dan Memilih Alat
Kontraksi yang Tepat. [Internet].
Bersumber Dari: [dp2m.umm.ac.id].
[Diakses Tanggal 31 Januari 2016].
DinasKesehatan. (2012). Profil Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur. [Internet].
Bersumber Dari:
[http://www.dinkesjatimprov.go.id].
[Diakses Tanggal23 Januari 2016].
Indriani, N. (2012). Analisis Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Preeklamsia/
Ekalmsia pada Ibu Bersalin. Depok: FKM
UI.

Syaiful Bachri dkk (Model Primordial Precaution Toksemia Gravidarum Berbasis Faktor Resiko pd Remaja Putri (Pra
Nikah) di Kabupaten Bondowoso)

Anda mungkin juga menyukai