Anda di halaman 1dari 7

IMPLEMENTASI MODEL NURSING THEORI VIRGINIA

HENDERSON DAN SISTER CALLISTA ROY DI RUANG


PENYAKIT DALAM RS ”X’’
KABUPATEN PURWAKARTA

Disusun Oleh :
CECEP SUDRAJAT
NPM. 215121207

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
TAHUN 2021
Dalam rancangan riset tesis, peneliti berfokus pada Asuhan Keperawatan

pasien yang mengalami cidera pada sistem musculoskeletal di ruang penyakit

dalam RS ”X” Kabupaten Purwakarta. Hal yang melatar belakangi rancangan riset

tesis ini karena adanya fenomena bahwa satu dari empat orang Amerika

mengalami gangguan muskuloskeletal dan sekitar 40% gangguan muskuloskeletal

ini penyebab penurunan kemampuan fisik. Selanjutnya, lama periode

penyembuhan gangguan muskuloskeletal menimbulkan dampak psikologi, sosial,

dan spiritual. Sejumlah masalah psikologis yang ditemui pada pemasangan fiksasi

eksternal yaitu depresi, citra tubuh, dan kesulitan emosional. Bekas luka juga

menjadi masalah setelah pelepasan alat. Terdapat gangguan psikologi dengan

beberapa ide bunuh diri dan perilaku merusak diri sendiri.

Pendekatan model keperawatan yang dapat digunakan dalam praktik

asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan muskuloskeletal salah

satunya adalah Virginia Henderson yaitu 14 Pemenuhan Kebutuhan Dasar

Manusia yang bertujuan untuk memandirikan pasien. Virginia Henderson juga

mengembangkan sebuah model keperawatan “The Actifities of Living”. Model

tersebut menjelaskan bahwa tugas perawat ialah membantu individu dalam

meningkatkan kemandiriannya secepat mungkin.


Henderson memfokuskan asuhan keperawatan pada kebutuhan pasien.

Baik kebutuhan bio, psiko, sosio maupun spiritual dan memandang pasien sebagai

klien atau konsumen. Henderson merupakan perawat edukator dimana

kesembuhan pasien tidak luput dari peran edukasi perawat. Mayor asumsi dari

teori ini bahwa perawatan pasien itu hingga pasien tidak ketergantungan

perawatan. Henderson mempertahankan kondisi lingkungan yang suportif dimana

merupakan salah satu dari 14 aktifitas yang dilakukan pasien dengan bantuan

perawat hingga bisa dilakukan secara mandiri. Henderson mendefinisikan

lingkungan sebagai seluruh faktor eksternal dan kondisi yang

memengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia. Tahapan implementasi

asuhan keperawatan pada pasien gangguan muskuloskletal dengan pendekatan

teori Virginia Henderson sebagai berikut :

1. Pengkajian

Perawat melakukan penilaian dengan berdasarkan 14 komponen kebutuhan

dasar yang dapat dilakukan pendekatan yang meliputi psikologis, sosial

dan
spritual dengan demikian maka perawat dapat mengenali kebutuhan yang

diperlukan pasien sehingga dapat diterapkan untuk pengkajian dan

persiapan.

2. Observasi

Menganalisis dengan mengunakan indra berupa indra penglihatan,

pendengaran dan peraba setelah itu membandingkan dengan pengetahuan

tentang sehat-sakit.

3. Perencanaan

Tahap dimana dalam pengaplikasianya terlebih dahulu melihat prinsip

fisiologis, usia, latar belakang budaya, keseimbangan emosional,

kemampuan intelektual dan fisik individu.

4. Pelaksanaan

Proses melakukan penyusunan rencana perawatan yang telah disusun yang

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar yang telah disusun dalam

rencana perawatan untuk pemulihan dari kondisi sakit atau meninggal

dengan damai.

5. Evaluasi

Dalam kesinambungan tahap-tahap tersebut antara pengkajian, observasi,

perencanaan, implementasi, inteverensi dan yang terakhir adalah evaluasi

yaitu catatan akhir yang berupa perkembangan dalam kriteria yang

diharapkan, dalam pencapaian kemandirian pasien dalam melakukan

aktivitasnya sehari-hari berdasarkan 14 kebutuhan dasar tersebut.

Selanjutnya, penerapan asuhan keperawatan holistik yang memfasilitasi


adaptasi pasien dapat menggunakan bantuan model adaptasi Roy. Tujuan

model adaptasi Roy adalah mempertahankan dan meningkatkan

kemampuan proses adaptasi pasien terhadap stimulus ke arah koping yang

lebih positif. Menurut Roy, respons yang menyebabkan penurunan

integritas tubuh menimbulkan sejumlah kebutuhan bagi individu. Respon

atau perilaku adaptasi seseorang bergantung pada stimulus yang masuk dan

tingkat/kemampuan adaptasi orang tersebut tingkat atau kemampuan

adaptasi seseorang ditentukan oleh tiga hal yaitu masukan (input), control

dan keluaran (output). Berikut skema model konseptual Sister Callista Roy:

Model adaptasi Roy bertujuan untuk menggali konsep diri dan indentitas

kelompok dalam integritas sosial. Level adaptasi Roy berubah secara konstan,

berasal dari ucapan, kontekstual dan stimuli residual. Secara teori sistem, sistem

adaptasi manusia merupakan pandangan interaksi merupakan aksi dari suatu unit

untuk mencapai tujuan. Roy’s model berfokus pada konsep adaptasi melalui
perawat, sehat, manusia dan lingkungan. Respon adaptasi yang dihasilkan yaitu

mencapai integritas dan menolong manusia untuk mampu beradaptasi,

tumbuh, reproduksi dan transformasi lingkungan. Konsep mayor yang

membangun kerangka konseptual Model Adaptasi Roy adalah : sistem, derajat

adaptasi, problem adaptasi, stimulus fokal, stimulus konstekstual, stimulus

residual, proses regulator, proses kognator, model efektor adaptif, respon adaptif,

fisiologis, konsep diri, penampilan peran dan interdependensi. Kesiapan

meningkatkan koping diwujudkan dalam tekad untuk sembuh. Kesiapan

meningkatkan pengambilan keputusan, dinyatakan semua pasien dalam bentuk

tekad untuk sembuh dan kemampuan dalam mengatasi kekhawatirannya. Kesiapan

meningkatkan koping keluarga dinyatakan oleh pasien tentang perhatian dan

dukungan yang diberikan keluarga kepada partisipan selama menjalani program

pengobatan. Hasil ini sesuai dengan hasil pengkajian stimulus fokal, konstekstual

dan residual sebelumnya. Hal ini menggambarkan bahwa kemampuan koping

individu dipengaruhi oleh ketiga stimulus sebelumnya sebagai input dalam teori

adaptasi Roy. Bentuk implementasi perawat pada pasien cidera sistem

muskuloskletal berdasarkan teori Adaptasi Roy

1. Memberikan motivasi citra tubuh yang positif.

2. Membantu kemampuan pasien dalam menetapkan ideal diri yang positif.

3. Mempertahankan harga diri pasien yang positif.

4. Meningkatkan konsep diri dan harapan pasien.


DAFTAR PUSTAKA

Briones, D. Impact of Ilizarov External Fixators, 2013.

Herdman H, Kamitsuru S. Nursing Diagnoses Definitions and Classification. New


York; Thieme Publishers New York, 2018.

Paterson, M. Impact of Ekxternal Fixation on Adolescent: an integrative research


review. National Association of Orthopaedic Nurses, 2006.

Tomey, A., & Alligood, M. Nursing Theorist and Their Work. St. Louis Mo.:
Mosby/Elsevier, 2006.

WHO, Global Status Report on Road Safety, 2015.

Anda mungkin juga menyukai