Anda di halaman 1dari 10

Manajemen Pendidikan Islam Dalam Tinjauan Aksiologis

Kholifatus Zahroh
Institude Agama Negeri Islam Madura
Email : kholiefZahroh99@gmail.com

Abtrak

Tulisan ini akan membahas aspek aksiologis pada konsep Manajemen Pendidikan
Islam. pembahassan mengenai aksiologis Manajemen Pendidikan Islam akan dibahas
Apa kegunaan dan manfaat Manajemen Pendidikan tersebut? Meliputi tujuan yang
ingin dicapai. Dalam hal ini mengapa Manajemen Pendidikan Islam diperlukan ? Apa
manfaatnya ? Pengertian manajemen dari segi bahasa bahwa kata manajemen berasal
dari bahasa Inggris yang merupakan terjemahan langsung dari kata “management”
yang berarti: pengelolaan, ketata laksanaan, atau tata pimpinan. Sementara dalam
kamus Inggris Indonesia, bahwa kata “Management” berasal dari akar kata to
manage yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan, mengelola, dan
memperlakukan.
Kata kunci : Aksiologi, manajemen, pendidikan, Islam.

Abtrac
his paper will discuss the axiological aspects of the concept of Islamic Education
Management. The discussion on the axiology of Islamic Education Management will
be discussed. What are the uses and benefits of the Educational Management?
Includes goals to be achieved. In this case why is Islamic Education Management
needed? What are the benefits? Understanding management in terms of language that
the word management comes from English which is a direct translation of the word
"management" which means: management, management, or leadership. Meanwhile,
in the English-Indonesian dictionary, the word "Management" comes from the root
word to manage which means to manage, regulate, implement, manage, and treat.

Keyord : axiological, Management, Education, Islamic.

Pendahuluan

Perlu kita akui bersama bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang dianugerahi
akal, melalui akal tersebut manusia bisa berpikir tentang banyak hal baik dalam segi cakupan
materi ataupun immateri. Semuanya tidak luput menjadi hal yang dipikirkan. serta serta
dengan berpikir pula manusia bisa mengidentifikasi dan mengidentifikasikan semua objek
materi yang ada di sekitarnya. Di sana manusia mampu menghimpun semua kebutuhannya,
mengenal dan memahami betul akan identitas kemanusiaannya sampai pada tahap mengenal
Tuhan sebagai sang pencipta atas kehadirannya.

Dengan dianugerahi akal tersebut lantas tidak sekedar cukup bangga sehingga
berdiam membatasi diri dengan objek lain yang ada di sekitarnya. kreativitas dalam
mengolah mempertajam dan mengidentifikasi kadar kapasitasnya sebagai anugerah adalah
jalan untuk menumpas bahan realitas yang tak bertepi. Melalui akal pula seseorang bisa
mengasumsi bahwa memahami dan mengenali diri pribadi manusia berarti ia memahami
alam semesta. Mencermati setiap kualitas eksistensi sekitar menjadi ilmu pengetahuan, ilmu
pengetahuan yang menjadi asas akan adanya pengenalan khusus terhadap suatu objek tertentu
hingga menghasilkan suatu definisi yang merupakan kesimpulan logis dari yang nampak.
Padahal kita butuh penjelasan yang kompleks dan totalitas mengenai pembahasan ini
mengenai pembahasan nilai. Terlebih lagi bila kita mengingat bahwa semua aktivitas sehari-
hari secara pasti terdapat nilai yang bisa kita ambil. Terutama kita secara sadar telah berada di
ruang lingkup pendidikan yang di mana kita dituntut untuk perlu memahami akan suatu
aksiologi atau nilai dalam ilmu Manajemen pendidikan Islam.

Atas dasar demikian dampaknya di sini kita membutuhkan pemahaman yang lebih
jelas mengenai persoalan aksiologi mulai dari yang mendasar yakni pengertian dan lain-lain
sampai dengan pengaplikasian aksiologi dalam ilmu pengetahuan manajemen pendidikan
Islam.

Pembahasan
Pengertian Aksiologi
Secara simplikasi term Aksiologi memiliki makna menunjukkan kata sifat, artinya
bersifat Aksiologi. Menurut etimologi axiologi adalah berasal dari bahasa yunani kuno yakni
aksios dan logos, aksios arinya nilai sedangkan logos memiliki arti teori, sehingga aksiologi
diartikan teori yang mempelajari nilai yang merupakan cabang dari filsafat.1

Sedangkan dalam buku loren, suriasumantri menjelaskan bahwa aksiologi ialah teori
nilai yang ada kaitannya untuk sebuah manfaat dari pengetahuan yang di dapat. Dalam
perspektif Lorens Bagus terminologi Aksiologi ditegaskan berasal dari kata yunani, yakni
axios yang berarti layak, pantas dan logos yang bermakna ilmu, studi mengenai dari akar kata
ini terfokus menjadi tiga definitif yang signifikan. Pertama, Aksiologi diartikan sebagai

1
Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2007), 36
analisis nilai-nilai. Dalam artian melelui analisis ini bertujuan membatasi arti, ciri-ciri asal
tipe kriteria dan status epistemiologi dari nilai-nilai tersebut. Kedua Aksiologi memiliki arti
sebagai suatu studi yang menyangkut segala yang bernilai atau studi yang menyangkut teori
umum tentang nilai sementara. dalam pengertian yang Ketiga Aksiologi merupakan studi
filosofis mengetahui mengenai hakikat nilai-nilai2

Aksiologi diartikan sebagai analisis nilai-nilai. Dalam artian melelui analisis ini
bertujuan membatasi arti, ciri-ciri asal tipe kriteria dan status epistemiologi dari nilai-nilai
tersebut. Kedua Aksiologi memiliki arti sebagai suatu studi yang menyangkut segala yang
bernilai atau studi yang menyangkut teori umum tentang nilai sementara dalam pengertian
yang Ketiga Aksiologi merupakan studi filosofis mengetahui mengenai hakikat nilai-nilai.

Tidak jauh berbeda dengan pengertian dalam kamus ilmiah populer yang menegaskan
Aksiologi lebih sarkastik dan universal. Dimana Aksiologi bermakna penyelidikan terhadap
nilai-nilai atau martabat dan tindakan manusia (cabang dari filsafat).3

Louis O. Kattsoff menyatakan bahwa Aksiologi merupakan ilmu pengetahuan yang


menyelidiki hakikat nilai, yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan.4

Dari semua pandangan tersebut setidaknya kita telah mampu mendeskripsikan dan
mengambil benang merah mengenai term Aksiologi. Bahwa Aksiologi merupakan salah satu
cabang filsafat yang memiliki fokus kajian dalam menganalisis hakikat nilai atau segala hal
yang bersangkut paut dengan nilai.

Pengertian manajemen pendidikan Islam

Pendidikan Islam merupakan proses transinternalisasi nilai-nilai Islam kepada peserta


didik sebagai bekal untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat.
Dengan demikian maka yang disebut dengan Manajemen Pendidikan Islam adalah: proses
pemanfaatan semua sumber daya yang dimiliki (ummat Islam, lembaga pendidikan atau
lainnya) baik perangkat keras maupun lunak. Pemanfaatan tersebut dilakukan melalui
kerjasama dengan orang lain secara efektif, efisien, dan produktif untuk mencapai
kebahagiaan dan kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat.

2
Lorens Bagus, Kamus Filsafat. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002), 33
3
Didin Sirojudin Dan Hilyah Ashoumi, Aksiologi Ilmu Pengetahuan Manajemen Pendidikan Islam, , Al-Idaroh:
Jurnal Studi Manajemen Pendidikan Islam, Vol.4, No. 2 September 2020, 184.
4
Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat, terj. Soejono Soemargono, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,2004),319
Pengertian manajemen pendidikan Islam sebagaimana disebutkan di atas, menurut
penulis perlu dilengkapi sebagai berikut: “Bahwa manajemen pendidikan Islam itu adalah
suatu proses ( Planning, Organizing, actuating, dan controling) pemanfaatan yang Islami
seluruh potensi yang ada ( manusia atau bukan manusia, diri sendiri dan orang lain ) secara
totalitas dalam aktivitas (upaya, lembaga, serta produk) pendidikan Islam, dimulai dari niat
secara Islami dan untuk mencapai tujuan yang Islami.5

Hakekat manajemen pendidikan Islam.

Awal mulanya tema manajemen hanya populer dalam dunia perusahaan atau bisnis.
Kemudian tema ini digunakan dalam profesi lainnya, termasuk oleh pendidikan dengan
beberapa modifikasi dan spesifikasi tertentu lantaran terdapat perbedaan objek, Made Pidarta
menegaskan: Manajemen sekolah sangat berbeda dengan manajemen bisnis dan merupakan
bagian dari manajemen Negara.

Namun, manajemen sekolah tidak persis sama dengan manajemen Negara. Kalau
manajemen Negara mengejar kesuksesan program baik rutin maupun pembangunan, maka
manajemen sekolah mengejar kesuskesan perkembangan anak manusia melalui pelayanan-
pelayanan pendidikan yang memadai. Dengan demikian, manajemen bisnis maupun
manajemen Negara tidak dapat diterapkan begitu saja dalam dunia pendidikan.

Ternyata baik dalam dunia bisnis, Negara, maupun pendidikan, manajemen memiliki
peran penting untuk mengantarkan kemajuan organisasi. Menurut nanang fatah, teori
manajemen mempunyai peran atau membantu menjelaskan perilaku organisasi yang
berkaitan dengan motivasi, produktivitas, dan kepuasan ( satisfaction) Sehingga dalam hal ini
kalau dikaitkan dengan pendidikan Islam, maka manajemen ini mempunyai peran atau
membantu menjelaskan perilaku lembaga pendidikan Islam yang berkaitan dengan motivasi,
produktivitas dan kepuasan dalam mengatur lembaga pendidikan Islam. Sedangkan Proses
atau fungsi manajemen sekolah atau lembaga pendidikan pada dasarnya tidak berbeda dengan
fungsi-fungsi manajemen pada umumnya, kalaupun ada perbedaan itu tidak terletak pada
substansinya, tetapi pada praktek pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut karena dipenga ruhi oleh
jenis, tipe, dan karateristik organisasi serta manajer dan anggota (karyawan organisasi)

5
Septuri, Konsep Manajemen Pendidikan Islam: Sebuah Analisis Aspek Ontologi. Epistemologi, dan Aksiologi
Konsep Manajemen Pendidikan Islam, 2016, https://dx.doi.org/10.24042/alidarah.v6i1.790
Oleh karenanya bila dikaitkan dengan pendidikan Islam, maka manajemen pendidikan
secara umum dengan pendidikan Islam hampir sama orientasinya hanya yang membedakan
kalau dalam pendidikan Islam lebih menekankan nilai-nilai ajaran Islam.6

Aksikologi Ilmu Pengetahuan Manajemen Pendidikan Islam

Sementara diskursus aksologi ilmu pengetahuan dalam manajemen pendidikan islam


selalu merasakan pada implikasi tujuan dan manfaat dari adanya kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan penilaian dalam suatu mencapai efektivitas
dalam suatu pendidikan Islam.7

Atas dasar Pendefinisian tersebut dapat dipahami bahwa nilai dalam ilmu
pengetahuan manajemen pendidikan islam memiliki dua kecenderungan yakni, nilai secara
teoritis ilmu pengetahuan dan nilai secara praktis.

Pertama nilai secara teoritis, Di satu sisi manajemen pendidikan islam sebagai ilmu
pengetahuan mampu menghadirkan kaidah-kaidah tertentu yang membentuk keindahan teori.
Teori pembelajaran yang membuat pola-pola perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
pengawasan dan upaya penilaian yang bersifat khusus dan sistematis ilmu pengetahuan yang
berasaskan pada teori etika estetika dan moral karakter Islam. seperti halnya konsep etika
islam (Akhlak) yang digagas oleh ibnu miskawai, yang dijadikan landasan umum dalam
adanya tarbiyah al akhlak dalam pendidikan islam, selanjutnya ketiga unsur tersebut (etika,
estetika dan moral) dielaborasi ke dalam konsep sistem dan metodologi dalam pembelajaran
manajemen pendidikan islam yang kemudian menuntutnya untuk diimplementasikan dalam
wujud praktis.

Sementara kedua, nilai secara praktis dalam artian tindakan yang bersifat subjektif.
melibatkan peran subjek dalam mengkostruk hadirnya satu pendidikan islam seperti halnya
yang kita ketahui bahwa dalam pendidikan sendiri pada umumnya deterministik menguji dan
mengintegrasikan semua nilai, mulai dari tindakan moral, nilai ekspresi keindahan, estetika
dan nilai sosial politik dalam kehidupan manusia dan termasuk mengeja wanita akan menjadi
kepribadian anak. Atau dapat pula secara sederhana kita katakan bahwa tujuan pendidikan
adalah internallisasi nilai-nilai budaya islam ke dalam jiwa anak didik, Meskipun demikian,

6
Yafrudin, Manajemen Pendidikan Islam Sebagai Disiplin Ilmu, (Sumatra Barat : MITRA CENDEKIA MEDIA,
2022), 8-9.
7
Sri Suminar, Tinjauan Filsafat (Ontologi, Epitimologi, dan Aksiologi dalam Manajemen pembelajaran Berbasis
Teori Sibernetik), Jurnal Edukasi. Vol.6, No.3, Juni,2012, 2.
akan tetapi nilai-nilai kebenaran keindahan, kebaikan dan religiusitas di sini berlaku dalam
ruang lingkup pendidik, peserta didik dan lingkungan sekitar.8

Dapat kita garis bawahi bahwa pada tahapan praktis ini, nilai-nilai yang nampak telah
berubah hasil, dampak dan konsekuensi yang sesuai dengan perencanaan, pengorganisasian,
pengawasan dan penilaian telah diekspektasikan sehingga pada akhirnya akan membentuk
mentalitas sikap dan kesadaran dalam perilaku, baik itu subjek yang berperan sebagai
pendidik yang membuat sistem manajemen tersebut ataupun peserta didik yang berperan
sebagai objek yang terikat sistem kontrol manajemen pendidikan islam tersebut.

Adapun orientasi nilai-nilai yang di ekspektasikan dari implementasi ilmu


pengetahuan manajemen pendidikan islam sendiri ialah membubuhkan nilai-nilai
kepemimpinan, managerial dan organisator kedalam jiwa pribadi yang mantap dinamis
mandiri dan kreatif. Sehingga dalam tindakannya selalu berpijak pada karakter Islami yang
berwujud dalam beberapa nilai sebagai berikut: Nilai ibadah dalam setiap proses bertindak
dan berpikirnya selalu menghadirkan allah. Nilai Ikhsan, tujuan dan dampak dari terus
selenggarakannya manajemen pendidikan islam selalu memperhatikan sisi manfaat
kemanusiaan, maslahat untuk orang lain. Nilai masa depan yang seungguhnya masa depan
manusia adalah akhirat, Nilai kerahmatan atau kasih sayang, Sederhananya nilai-nilai yang
terdapat dalam ilmu pengetahuan manajemen pendidikan islam hendak mengusung Semangat
humanis properti dan analitis.9

Implikasi aksiologi dalam dunia pendidikan adalah menguji dan mengintegrasikan


nilai tersebut dalam kehidupan manusia dan membinakannya dalam kepribadian peserta
didik. Memang untuk menjelaskan apakah yang baik itu, benar, buruk dan jahat bukanlah
sesuatu yang mudah. Apalagi, baik, benar, indah dan buruk, dalam arti mendalam
dimaksudkan untuk membina kepribadian ideal anak, jelas merupakan tugas utama
Pendidikan.

Pendidikan harus memberikan pemahaman/pengertian baik, benar, bagus, buruk dan


sejenisnya kepada peserta didik secara komprehensif dalam arti dilihat dari segi etika,
estetika dan nilai sosial. Dalam masyarakat, nilai-nilai itu terintegrasi dan saling berinteraksi.

8
Didin Sirojudin Dan Hilyah Ashoumi, Aksiologi Ilmu Pengetahuan Manajemen Pendidikan Islam, , Al-Idaroh:
Jurnal Studi Manajemen Pendidikan Islam, Vol.4, No. 2 September 2020, 192.
9
Ibid, 193.
Nilai-nilai di dalam rumah tangga/ keluarga, tetangga, kota, negara adalah nilai-nilai yang tak
mungkin diabaikan dunia pendidikan bahkan sebaliknya harus mendapat perhatian.10

Penerapan Aksiologi Dalam Sitem Pendidikan Nasional.

Dasar Aksiologis Pendidikan adalah Kemanfaatan teori pendidikan tidak hanya perlu sebagai
ilmu yang otonom tetapi juga diperlukan untuk memberikan dasar yang sebaik-baiknya bagi
pendidikan sebagai proses pembudayaan manusia secara beradab. Aksiologi mencoba
merumuskan suatu teori yang konsisten untuk perilaku etis. Ia bertanya seperti apa itu baik
(what is good?). Tatkala yang baik teridentifikasi, maka memungkinkan seseorang untuk
berbicara tentang moralitas, yakni memakai kata-kata atau konsep-konsep semacam
"seharusnya" atau "sepatutnya" (ought/should). Demikianlah aksiologi terdiri dari analisis
tentang kepercayaan, keputusan, dan konsep-konsep moral dalam rangka menciptakan atau
menemukan suatu teori nilai. Penerapan aksiologi sebagai nilai-nilai dalam dunia pendidikan
dapat dikemukakan sebagai berikut:

Pertama, Aliran filsafat progressivisme telah memberikan sumbangan yang besar


terhadap dunia pendidikan karena meletakkan dasar-dasar kemerdekaan, dan kebebasan
kepada anak didik. Oleh karena itu, filsafat ini tidak menyetujui pendidikan yang otoriter.
Sebab pendidikan otoriter akan mematikan potensi pembelajar untuk mengembangkan
potensinya. Untuk itu pendidikan sebagai alat untuk memproses dan merekonstruksi
kebudayaan baru yang memberikan warna dan corak dari kreasi yang dihasilkan dari situasi
yang tercipta secara edukatif. Setiap pebelajar mempunyai akal dan kecerdasan sebagai
potensi yang dimilikinya yang berbeda dengan makhluk-makhluk lain. Potensi tersebut
bersifat kreatif dan dinamis untuk memecahkan problema-problema yang dihadapinya.
Sekolah yang ideal adalah sekolah yang pelaksanaan pendidikannya terintegrasi dengan
lingkungannya. Sekolah adalah bagian dari masyarakat, sehingga harus diupayakan
pelestarian karakteristik lingkungan sekolah atau daerah tempat sekolah itu berada dengan
prinsip learning by doing (belajar dengan berbuat). Tegasnya, sekolah bukan hanya berfungsi
sebagai transfer of knowledge (pemindahan pengetahuan), melainkan juga sebagai transfer of
value (pendidikan nilai-nilai) sehingga anak menjadi terampil dan berintelektual.

Kedua, Aliran essensialisme berpandangan bahwa pendidikan harus berpijak pada


nilai-nilai budaya yang telah ada sejak awal peradaban manusia. Kebudayaan yang
diwariskan kepada kita telah teruji oleh seluruh zaman, kondisi, dan sejarah. Kesalahan
10
Khaidir, teori filsafat manajemen pendidikan islam, (Aceh : Yayaan penerbit muhammad Zaini, 2021), 160.
kebudayaan modern sekarang menurut aliran ini ialah cenderung menyimpang dari nilai-nilai
yang diwariskan itu. Esessialisme memandang bahwa seorang pembelajar memulai proses
pendidikannya dengan memahami dirinya sendiri, kemudian bergerak keluar untuk
memahami dunia objektif. Dari mikrokosmos menuju makrokosmos. Dengan landasan
pemikiran tersebut, maka belajar dapat didefinisikan sebagai jiwa yang berkembang pada
dirinya sendiri.

Ketiga, Aliran perenialisme berpandangan bahwa pendidikan sangat dipengaruhi oleh


pandangan tokoh-tokoh seperti Plato, Aristoteles, dan Thomas Aquinas. Menurut Plato
manusia secara kodrati memiliki tiga potensi yaitu nafsu, kemauan, dan pikiran. Pendidikan
hendaknya berorientasi pada potensi itu dan kepada masyarakat, agar kebutuhan yang ada
pada setiap lapisan masyarakat dapat terpenuhi. Sedangkan Aristoteles lebih menekankan
pada dunia kenyataan. Tujuan pendidikan adalah kebahagian untuk mencapai tujuan itu,
maka aspek jasmani, emosi dan intelektual harus dikembangkan secara seimbang. Menurut
Robert Hutchkins manusia adalah animal rasionale, maka tujuan pendidikan adalah
mengembangkan akal budi agar seseorang dapat hidup penuh kebijaksanaan demi kebaikan
hidup itu sendiri.

Keempat, Aliran rekonstruksionisme ingin merombak kebudayaan lama dan


membangun kebudayaan baru melalui lembaga dan proses pendidikan. Perubahan ini dapat
terwujud bila melalui usaha kerja sama semua umat manusia atau bangsa-bangsa. Masa
depan umat manusia adalah suatu dunia yang diatur dan diperintah oleh rakyat secara
demokratis, bukan dunia yang dikuasai oleh suatu golongan. Cita-cita demokrasi yang
sebenarnya bukan hanya dalam teori melainkan harus menjadi kenyataan, dan terlaksana
dalam praktik. Hanya dengan demikian dapat pula diwujudkan satu dunia yang dengan
potensi-potensi teknologi mampu meningkatkan kesehatan, kesejahteraan, kemakmuran,
keamanan, dan jaminan hukum bagi masyarakat, tanpa membedakan kepercayaan, dan
agama. warna kulit, nasionalitas, Pendidikan bertujuan untuk mewariskan nilai-nilai yang
dipandang penting untuk pembinaan kepribadian seseorang. Implikasi dan nilai-nilai
(aksiologi) di dalam pendidikan harus diintegrasikan secara utuh dalam kehidupan
pendidikan secara praktis dan tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai yang meliputi
kecerdasan, nilai-nilai ilmiah, nilai moral, dan nilai agama. Hal ini tersimpul di dalam tujuan
dan fungsi Pendidikan.
Fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan berpikir rasional dan
membentuk watak yang luhur sesuai nilai-nilai Pancasila, yaitu nilai-nilai ke-Tuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Tujuan pendidikan nasional adalah
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang mampu berpikir rasional
dan berwatak luhur, yaitu menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran, kebaikan, keindahan, dan
religius, serta secara kreatif dan konstruktif menjadi warga negara yang bertanggung jawab
untuk memajukan bangsa Indonesia dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan perkembangan
masyarakat modern yang demokratis dan berkeadilan.

Penutup

Aksiologi diartikan sebagai analisis nilai-nilai. Dalam artian melelui analisis ini
bertujuan membatasi arti, ciri-ciri asal tipe kriteria dan status epistemiologi dari nilai-nilai
tersebut. Kedua Aksiologi memiliki arti sebagai suatu studi yang menyangkut segala yang
bernilai atau studi yang menyangkut teori umum tentang nilai sementara dalam pengertian
yang Ketiga Aksiologi merupakan studi filosofis mengetahui mengenai hakikat nilai-nilai.

Pengertian manajemen pendidikan Islam sebagaimana disebutkan di atas, menurut


penulis perlu dilengkapi sebagai berikut: “Bahwa manajemen pendidikan Islam itu adalah
suatu proses ( Planning, Organizing, actuating, dan controling) pemanfaatan yang Islami
seluruh potensi yang ada ( manusia atau bukan manusia, diri sendiri dan orang lain ) secara
totalitas dalam aktivitas (upaya, lembaga, serta produk) pendidikan Islam, dimulai dari niat
secara Islami dan untuk mencapai tujuan yang Islami.

Menurut nanang fatah, teori manajemen mempunyai peran atau membantu


menjelaskan perilaku organisasi yang berkaitan dengan motivasi, produktivitas, dan kepuasan
( satisfaction) Sehingga dalam hal ini kalau dikaitkan dengan pendidikan Islam, maka
manajemen ini mempunyai peran atau membantu menjelaskan perilaku lembaga pendidikan
Islam yang berkaitan dengan motivasi, produktivitas dan kepuasan dalam mengatur lembaga
pendidikan Islam. Sedangkan Proses atau fungsi manajemen sekolah atau lembaga
pendidikan pada dasarnya tidak berbeda dengan fungsi-fungsi manajemen pada umumnya.

nilai dalam ilmu pengetahuan manajemen pendidikan islam memiliki dua


kecenderungan yakni, nilai secara teoritis ilmu pengetahuan dan nilai secara praktis.

Penerapan Aksiologi Dalam Sitem Pendidikan Nasional. Yaitu Pertama, Aliran filsafat
progressivisme, Kedua, Aliran essensialisme , Ketiga, Aliran perenialisme,
Daftar Pustaka

Sadulloh Uyoh, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2007)

Bagus Lorens, Kamus Filsafat. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002)
Sirojudin Didin Dan Hilyah Ashoumi, Aksiologi Ilmu Pengetahuan Manajemen Pendidikan
Islam, , Al-Idaroh: Jurnal Studi Manajemen Pendidikan Islam, Vol.4, No. 2
September 2020,
Kattsoff. Louis O, Pengantar Filsafat, terj. Soejono Soemargono, (Yogyakarta: Tiara Wacana
Yogya,2004)
Yafrudin, Manajemen Pendidikan Islam Sebagai Disiplin Ilmu, (Sumatra Barat : MITRA
CENDEKIA MEDIA, 2022)
Suminar sri, Tinjauan Filsafat (Ontologi, Epitimologi, dan Aksiologi dalam Manajemen
pembelajaran Berbasis Teori Sibernetik), Jurnal Edukasi. Vol.6, No.3, Juni,2012.
Khaidir, teori filsafat manajemen pendidikan islam, (Aceh : Yayaan penerbit muhammad
Zaini, 2021)

Anda mungkin juga menyukai