Iqbal rizky
NIM : 210104110085
Kelas : C
Judul jurnal : Pengaruh Model Pembelajaran Arias Berbantuan Media Karikatur terhadap
Pemahaman Konsep IPA.
1. Isi :
Model Pembelajaran Arias sangat cocok digunakan untk memaksimalkan penanaman pemahaman
konsep IPA kelas IV SD. Model pembelajaran Arias merupakan model pembelajaran sederhana,
sistematik, bermakna, dan dapat digunakan oleh para guru sebagai dasar untuk melaksanakan
kegiatan pembelajaran dengan baik. Untuk menunjang pembelajaran Arias, diperlukan suatu media
pembelajaran yaitu media karikatur. Media karikatur adalah salah satu jenis media pembelajaran
visual karena dapat dilihat, dipandang, diperhatikan dan disimak oleh siswa tentunya akan disenangi
peserta didik. Penggunaan media ini karena siswa lebih menyukai gambar daripada tulisan, sehingga
menambah semangat siswa. Media karikatur yang digunakan dalam proses pembelajaran contohnya
berkaitan tentang gambar makhluk hidup atau gambar alam yang dijadikan sebagai objek. Gambar
tersebut menyiratkan sebuah pesan mendalam tentang makhluk hidup dan lingkungannya.
Arias singkatan dari (siswa tidak akan malu lagi dalam menyampaikan pengetahuan yang telah
mereka miliki (assurance), mengembangkan daya nalar (relevance), menyampaikan ide melalui
kegiatan diskusi kelompok, membangkitkan minat siswa selama pembelajaran berlangsung
(interest), memberikan kesempatan untuk melakukan presentasi, mengemukakan pendapat. Setelah
proses tersebut diberikan tes (assessment), siswa diberikan penghargaan untuk dapat
menumbuhkan rasa bangga pada siswa terhadap hasil yang telah dicapai (satisfaction).
2. Hasil
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas IV di Gugus X Kecamatan Mengwi. Kecamatan
tersebut terdistribusi dalam empat sekolah yaitu SD No. 1 Penarungan, SD No. 2 Penarungan, SD No.
3 Penarungan, dan SD No. 4 Penarungan. Dari rata-rata pemahaman konsep IPA, diketahui kelompok
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Arias berbantuan media karikatur
lebih tinggi dari kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran
konvensional.
3. Kelebihan
Siswa dapat menemukan dan menkonstruksikan pengetahuannya sendiri, dapat menanamkan rasa
percaya diri pada siswa serta menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya pada materi tertentu,
adanya hubungan antara materi pembelajaran dengan kehidupan siswa, membuat mereka merasa
apa yang mereka pelajari berguna dan bermanfaat bagi kehidupannya, mencegah kebosanan.
4. Kelemahan:
Memerlukan waktu yang cukup banyak, membutuhkan bahan dan fasilitas yang lengkap sehingga
memerlukan biaya yang sangat mahal, guru masih belum dapat mengembangkan kreativitas yang
dimilikinya.
5. Saran:
Agar siswa selalu semangat dalam pembelajaran, guru harus memberikan suatu model dalam proses
belajar yang inovatif dan kreatif salah satunya adalah model Arias. Namun, guru juga diharapkan
dapat mengatur waktu menggunakan model tersebut semaksimal mungkin untuk meminimalisir
siswa dalam kebosanan, selain itu bahan atau fasilitas juga harus tetap ekonomis, selain murah,
bahan yang dibuat juga bervariasi (seperti menggunakan kertas karton warna, barang-barang bekas).
Secara otomatis guru didorong untuk selalu mengembangkan imajinasi dan kreativitasnya dan siswa
juga dituntut untuk tetap kritis, mandiri, dan bersungguh-sungguh selama mengikuti pelajaran.
Analisis Artikel
KOLOM : PENDIDIKAN
PENERBIT : OKEZONE
ANALISIS
Dalam penerapan kurikulum 2013 yang paling penting adalah implementasi kurikulum.
Implementasi kurikulum adalah suatu proses penerapan konsep dan kebijakan kurikulum dalam
suatu aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik menguasai seperangkat komponen tertentu,
sebagai hasil interaksi dengan lingkungan secara nyata dalam kehidupan. Model pengembangan
kurikulum di Indonesia dapat menggunakan gabungan dari 4 model pengembangan kurikulum, yaitu
model subjek akademik, humanistis, rekonstruksi sosial dan teknologis. hal ini sesuai dengan
keadaan negara Indonesia dimana masyarakatnya majemuk yang membutuhkan suatu pendidikan
yang lebih mengacu kepada siswa secara subjektif sesuai dengan karakteristik dan latar belakang
sosial budaya siswa tersebut sehingga pendidikan yang diterapkan mampu memberikan proses
pembelajaran yang humanistik sebagai proses mendidik manusia sebagai manusia yang
berlandaskan nilai-nilai kehidupan masyarakat Indonesia dan sesuai nilai-moral Pancasila yang
mampu mencetak output peserta didik yang berbudi pekerti luhur serta mampu menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan. Selain hal tersebut, kurikulum di Indonesia juga sesuai dengan model
rekonstruksi sosial dan teknologis, dimana setiap proses pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia
selalu mengkaitkan dengan sejarah kehidupan di masa lalu dengan kehidupan padan saat ini yang
meliputi semua aspek kehidupan serta berbagai macam teknologi yang telah dikembangkan oleh
manusia dalam menjalani proses kehidupan.
Namun dalam penerapannya, kurikulum 2013 juga memiliki kendala dan hambatan yang cukup
serius. Hambatan-hambatan dalam penerapan kurikulum 2013 adalah sebagai berikut:
Buku itu vital karena menjadi pegangan murid untuk belajar. Bagaimana mungkin murid dapat
mempelajari apa yang dimaui oleh kurikulum baru bila tidak tersedia buku pelajaran? Apalagi para
pejabat Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan sendiri selalu menyatakan bahwa dalam rangka
pelaksanaan kurikulum baru, Pemerintah menyiapkan buku babon sehingga masyarakat tidak perlu
dibebani biaya pembelian buku baru, seperti yang dikeluhkan selama ini bahwa ganti kurikulum
ganti buku baru. Pengadaan buku memerlukan proses panjang: dari penulisan draf naskah,
pembacaan oleh reviewer, koreksi oleh editor bahasa, finalisasi naskah, layout, cetak, hingga
distribusi. Semuanya itu memerlukan waktu minimal dua bulan.
Sampai saat ini masih sangat banyak pendapat pro dan kontra terkait penerapan kurikulum 2013.
Hal ini harus mampu dimanfaatkan dengan baik untuk terus mengevaluasi kurkulum 2013, mana
yang perlu direvisi dan mana yang sudah padu, sehingga pelaksnaannya tidak terkesan dadakan dan
dipaksakan.
Pro dan kontra adalah salah satu hambatan yang perlu menjadi perhatian, karena dari sinilah
tergerak pemikiran solusi untuk memecahkan permasalahan terkait penerapan kurikulum 2013.
penambahan jam pelajaran ini dikhawatirkan akan mengesampingkan kebutuhan siswa untuk
mendapatkan pendidikan di lingkungan keluarga dan sosial sekitarnya. Pertimbangan ini mengingat
siswa harus didorong mengembangkan banyak ragam kecerdasan, mulai dari kecerdasan kognitif,
emosional, sosial, hingga spiritual.
Perubahan Kurikulum 2013 juga tidak didasarkan pada evaluasi dari pelaksanaan kurikulum
sebelumnya (KTSP) 2006 sehingga dapat membingungkan guru dan pemangku pendidikan dalam
pelaksanaannya.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tidak pernah secara langsung melibatkan
guru dalam merumuskan kurikulum 2013. Kemendikbud seolah melihat semua guru dan peserta
didik memiliki kemampuan yang sama.
SOLUSI MASALAH
Dalam pelaksanaannya, kurikulum mempunyai banyak kendala. Salah satu faktornya ialah bisa dari
guru, masyarakat, biaya, kepala sekolah dan birokrasi. Dan daripada itu maka langkah solusinya ialah
; mengetahui tujuan perbaikan, mengenal situasi sekolah, mengetahui kebutuhan siswa dan guru,
mengenal masalah yang dihadapi sekolah, mengenal kompetensi guru, mengetahui gejala sosial dan
mengetahui perkembangan/ aliran dalam kurikulum.