Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PEMBELAJARAN BILANGAN SD
PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PADA PECAHAN
DAN SIFAT-SIFATNYA

Dosen Pengampu :
Nurul Kami Sani. S.Pd., M.Pd

Disusun oleh:

Kelompok 2
1. Farid Abdul Latif : A401 20 359
2. Anisa Muhtar : A401 18 394

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kehadirat-

Nya, yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan”

untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelakajan Bilangan SD.

Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada pihak-pihak yang turut

membantu dan memberi dukungan terhadap kepenulisan makalah ini, terutama:

1. Nurul Kami Sani. S.pd., M.Pd selaku dosen pengampu Mata Kuliah

Pembelajaran Bilangan SD yang telah memberikan bimbingan dalam

kepenulisan makalah ini.

2. Teman-teman kelompok 2 yang telah membantu dalam kepenulisan

makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh

karena itu, saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat

dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini. Sekian, semoga makalah ini

dapat memberikan pengetahuan yang bermanfaat bagi pembaca

Palu, 3 Agustus 2022

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................1
DAFTAR ISI..................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................1
1.3 Tujuan..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................3
2.1 Bilangan Pecahan................................................................................3
2.2 Lambang Bilangan Pecahan................................................................3
2.3 Penjumlahan Bilangan Pecahan...........................................................6
2.3.1 Pecahan dengan Penyebut Sama....................................................6
2.3.2 Pecahan dengan Penyebut Berbeda................................................9
2.3.3 Pecahan Campuran.......................................................................10
2.4 Sifat-Sifat Penjumlahan Pecahan.......................................................11
2.5 Pengurangan Bilangan Pecahan.........................................................13
2.5.1 Pecahan dengan Penyebut Sama..................................................13
2.5.2 Pecahan dengan Penyebut Berbeda..............................................14
2.5.3 Pecahan Campuran.......................................................................16
BAB III PENUTUP......................................................................................17
3.1 Kesimpulan........................................................................................17
3.2 Saran..................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................18

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pecahan merupakan salah satu kajian inti dari materi matematika yang

dipelajari peserta didik di Sekolah Dasar (SD). Pembahasan materinya

menitikberatkan pada pengerjaan (operasi) hitung dasar yaitu penjumlahan,

pengurangan, perkalian, dan pembagian, baik untuk pecahan biasa maupun

campuran .

Pada pembelajaran matematika di Sekolah Dasar, konsep pecahan dan

operasi merupakan konsep yang penting untuk dikuasai oleh siswa. Akan tetapi

menurut Muhsetyo, dkk (2004:3.32) “kenyataan di sekolah dasar menunjukkan

bahwa banyak siswa mengalami kesulitan memahami pecahan dan operasinya,

dan banyak guru Sekolah Dasar menyatakan mengalami kesulitan untuk

mengajarkan pecahan .Para guru cenderung menggunakan cara yang mekanistik,

yaitu memberikan aturan secara langsung untuk dihafal, diingat dan diterapkan.”

Pembelajaran secara mekanistik berdampak pada ketidak bermaknaan

proses belajar siswa karena matematika disajikan terpisah dari konteks yang bisa

dipahami siswa pada awal pembelajaran. Sehingga konsep matematika akan cepat

dilupakan oleh siswa dan siswa pun akan sulit menerapkan konsep tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan bilangan pecahan?

2. Bagaimana lambang bilangan pecahan?

1
3. Bagaimana penjumlahan pada bilangan pecahan?

4. Bagaimana pengurangan pada bilangan pecahan?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari bilangan pecahan

2. Mengetahui lambang bilangan pecahan

3. Mengetahui penjumlahan pada bilangan pecahan

4. Mengetahui pengurangan pada bilangan pecahan.

2
3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Bilangan Pecahan

Kata pecahan yang berasal dari bahasa Latin fractio yang berarti memecah

menjadi bagian-bagian yang lebih kecil atau bagian dari keseluruhan. Bilangan

pecahan adalah bilangan yang menyatakan sebagai bilangan pecahan dari suatu

pecahan. Bilangan pecahan memiliki pembilang dan juga penyebut. Pada bentuk

bilangan ini, pembilang dibaca terlebih dahulu baru disusul dengan penyebut

(Sukayati, 2014).

2.2 Lambang Bilangan Pecahan

Penulisan lambang pecahan meliputi 2 bagian yaitu

pembilang dan penyebut yang dipisahkan oleh garis lurus (–)

dan bukan garis miring (/).

1 11
Contoh dan, 1/2, 1/3, 1/4. Ketika menyebutkan suatu
2 34

bilangan pecahan, diantara pembilang dan penyebut harus

3
disisipkan kata "per". Misalkan untuk bilangan maka dapat
5

1
disebut dengan "tiga per lima" begitu juga dengan bilangan
4

dapat disebut "satu per empat" atau "seperempat" (Sukayati,

2014).

1. Sebuah lingkaran dibagi menjadi 2 bagian yang sama luasnya, maka

3
4

daerah yang diberi bayang-bayang menyatakan 1 bagian dari 2 bagian

1
atau “setengah” yang diberi lambang “ ” dan dibaca “satu per dua” atau
2

“sepe dua” atau “setengah”

2. Sebuah bujur sangkar dibagi menjadi bagian yang sama luasnya, maka

daerah yang diberi bayang-bayang menyatakan 1 bagian dari 4 bagian

1
atau “seperempat” yang diberi lambang “ ” dan dibaca “satu per empat”
4

atau “seperempat”.

3. Sebuah bujur sangkar dibagi menjadi 4 bagian yang sama luasnya, maka

daerah yang diberi bayang-bayang menyatakan 2 bagian dari 4 bagian

4
5

2
atau “dua per empat” yang diberi lambang “ ”. Terlihat bahwa nilai 4
4

2 1
bilangan sama dengan setengah. Maka dan merupakan dua bilangan
4 2

yang ekuivalen atau seharga.

Jadi dua pecahan yang ekuivalen adalah dua pecahan yang lambangnya

berbeda tetapi mempunyai nilai pecahan yang sama. Secara umum pecahan

a
dilambangkan sebagai dengan a dan b bilangan bulat dan b ≠ 0.
b

Bilangan pecahan memiliki beberapa macam jenis, diantaranya :

1. Pecahan sederhana

Pecahan sederhana yaitu pecahan yang pembilang dan penyebutnya

merupakan bilangan - bilangan bulat.

2 4 11
Contoh : , ,
3 9 15

2. Pecahan murni

Pecahan murni adalah pecahan yang pembilangnya lebih kecil dari

penyebut.

5
6

1 1 1
Contoh : , , , dst.
2 3 4

3. Pecahan tidak murni

Pecahan tidak murni adalah pecahan yang pembilangnya lebih besar dari

pada penyebut.

7 12 4
Contoh : , , , dst.
5 10 3

4. Pecahan mesir

Pecahan mesir adalah pecahan yang memiliki pembilang “1”.

1 1 1 2
Contoh : , , , , dst
2 3 4 5

5. Pecahan campuran

Pecahan campuran ialah suatu bilangan yang terbentuk atas bilangan acah

dan pecahan biasa. Contoh: 4 12 ,7 13 , 914 ,dst. (Siti Kamsiyati, 2012)

2.3 Penjumlahan Bilangan Pecahan

Penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan memerlukan

alat peraga yang lebih canggih dari pada alat peraga yang

digunakan untuk bilangan cacah, sebab dalam hal ini

berhubungan dengan pasangan bilangan, penamaan kembali

sehingga penyebutnya sama dan penjumlahan hanya pada

pembilangnya. Pengajaran perlu sama dan penjumlahan

hanya pada pembilangnya. Pengajaran perlu hati-hati untuk

menghindarkan murid dari kesalahpahaman, seperti yang

6
7

1 1 1+1 2
terjadi pada penjumlahan berikut : + = =
2 3 2+ 3 5

Pembelajaran penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan di kelas

rendah, diawali dengan pecahan-pecahan yang penyebutnya sama dan dengan alat

peraga daerah pecahan seperti yang telah diuraikan di muka.

2.3.1 Pecahan dengan Penyebut Sama

1 1
Contohnya dalam mencari + dilakukan dengan kartu bilangan
3 3

pecahan bentuk persegi panjang (atau juring lingkaran) sebagai berikut :

a. Mengambil kartu bilangan pecahan yang terbagi atas 3 bagian besar

1
dengan 1 daerah terbayang-bayang yang berlabel dan 2 daerah lainnya
3

kosong (putih) sebagai bilangan pecah tertambah

1
b. Mengambil 1 potongan daerah yang lepas sebagai penambah
3

7
8

kemudian letakkan pada kartu yang pertama tadi di daerah yang masih

kosong

2
c. Terlihat bahwa kartu bilangan pecahan menunjukkan
3

1 1 1+1 2
d. Jadi, + = =
3 3 ❑ 3

Cara diatas dapat juga dikerjakan dengan cara menggambar daerah

pecahan berupa persegi panjang.

a. Menggambar daerah persegi panjang dan membagi menjadi 3 bagian

yang sama besar

b. Memberikan bayang-bayang pada 1 daerah pertiga dan menuliskan

1
label . Daerah bayang-bayang sebagai tertambah
3

c. Memberi bayang-bayang lagi pada 1 daerah pertiga dengan warna yang

berbeda dari yang pertama. Daerah bayang-bayang yang kedua sebagai

penambah.

d. Hasil terakhir menyatakan jumlah yakni

Cara menerangkan tersebut dilakukan beberapa kali dengan bilangan-

bilangan pecahan yang berbeda siswa memahaminya tanpa alat peraga, dan siswa

mengetahui algoritma penjumlahan bilangan pecahan yang mempunyai algoritma

sama, yakni:

a c a+ c
+ =
b d b

8
9

Penggunaan alat peraga sifatnya hanya menghantarkan siswa untuk


memahami konsep. Bila siswa telah emahami, maka guru tidak perlu lagi
menggunakan alat peraga

2.3.2 Pecahan dengan Penyebut Berbeda


1 1
Untuk mencari + dilakukan dengan mengarahkan kepada siswa untuk
2 3
1 1
mencari lebih dahulu pecahan-pecahan yang ekuivalen dengan dan yang
2 3
keduanya mempunyai penyebut yang sama. Kemudian siswa disuruh
mengerjakannya seperti contoh-contoh yang telah diberikannya.
1 1 3 2 3+2 5
Jadi, + = + = =
2 3 6 6 6 6

Untuk lebih memahami algoritma, langkahnya dapat diperpanjang dengan

mengacu pada hukum yang menyatakan bahwa sebuah pecahan tetap ekuivalen

bila pembilang dan penyebut dikalikan dengan bilangan yang sama. Jadi langkah

yang akan panjang sebagai berikut :

1 1 1× 3 1 ×2 3 2 3+ 2 5
+ = + = + = =
2 3 2× 3 3 ×2 6 6 6 6

Jika kedua pecahan mempunyai penyebut yang tidak sama dan kedua

penyebut tersebut tidak koprim (FPB kedua penyebut tersebut 1), maka kedua

pecahan dijadikan menjadi pecahan-pecahan yang ekuivalen dengan penyebut

KPK dan kedua penyebut

5 7
+ =…
18 24

18=2× 32

24=2 ×3 × 4

KPK (18 dan 24) ¿ 2 ×32 ×4=74

9
10

5 7 5 × 4 7 ×3 20 21 20+21 41
Jadi, + = + = + = =
18 24 18 × 4 24 ×3 74 74 74 74

2.3.3 Pecahan Campuran

Bila kedua pecahan merupakan pecahan-pecahan campuran maka

penyelesaiannya digunakan hukum komutatif (pertukaran) dan hukum asosiatif

(pengelompokan)

23
5
18
7
+31 = 23+
24
5
18 (
+ 31+
7
24 )( )
¿ ( 23+31 ) + ( 185 + 247 )
¿ 54+ ( 185 + 247 )
¿ 54+ ( 20+21
72 )

41
¿ 54+
72

41
¿ 54
72

Pada penjumlahan yang hasilnya suatu pecahan tidak murni (pembilang

lebih besar dari penyebut), seyogyanya diubah menjadi pecahan campuran, agar

siswa terbiasa menyerdehanakan bentuk pecahan.

7 7 7
+ + =…
8 10 12
3
8=2

10=2× 5

10
11

2
12=2 ×3

KPK [ 8,10,12 ] =12 O

7 7 7 105 84 70 259
+ + = + + =
8 10 12 120 120 120 120

259 240+19
¿ =
120 120

240 19
¿ +
120 120

19
¿ 2+
120

19
¿2
120

2.4 Sifat-Sifat Penjumlahan Pecahan

Sifat-sifat penjumlahan bilangan pecahan sama dengan sifat-sifat

penjumlahan pada bilangan bulat, yaitu

1. Sifat Tertutup

Sifat tertutup maksudnya bahwa pada penjumlahan dan pengurangan

pecahan akan selalu menghasilkan bilangan pecahan juga. Hal ini dapat

dituliskan bahwa “untuk setiap bilangan pecahan a dan b, berlaku a + b = c

dengan c juga bilangan pecahan”

Contoh :

11
12

3 1 5
2. + = Komutatif
4 4 4

Penjumlahan dan pengurangan dua bilangan pecahan selalu diperoleh hasil

yang sama walaupun kedua bilangan tersebut dipertukarkan tempatnya.

Hal ini dapat dituliskan bahwa “untuk setiap bilangan pecahan a dan b,

selalu berlaku a + b = b + a”.

Contoh :

3 1 1 3
+ = +
4 2 2 4

3. Asosiatif

Sifat asosiatif (pengelompokan) pada penjumlahan dan pengurangan pada

bilangan pecahan menyatakan bahwa “untuk setiap bilangan pecahan a, b,

dan c, berlaku (a + b) + c = a + (b + c).

Contoh :

3 1
4 2 ( )
3 1
4 2
3 1
2 + = 2+ + =2+ +
4 2 ( )
4. Unsur Identitas

Bilangan 0 (nol) merupakan unsur identitas pada penjumlahan dan

pengurangan pada bilangan bulat maupun pecahan. Artinya, untuk

sebarang bilangan pecahan apabila ditambah 0 (nol), hasilnya adalah

bilangan pecahan itu sendiri. Hal ini dapat dituliskan bahwa “Untuk

sebarang bilangan pecahan a, selalu berlaku a + 0 = 0 + a = a.

Contoh :

1 1 1
+0=0+ =
2 2 2

12
13

5. Invers

Invers suatu bilangan pecahan artinya lawan dari bilangan pecahan

tersebut. Suatu bilangan dikatakan mempunyai invers jumlah, apabila hasil

penjumlahan bilangan tersebut dengan inversnya (lawannya) merupakan

unsur identitas yaitu 0 (nol). Invers dari bilangan pecahan a adalah

bilangan pecahan –a, sedangkan invers dari bilangan pecahan –a adalah

bilangan pecahan a. Dengan kata lain, untuk setiap bilangan pecahan selain

nol pasti mempunyai invers, sedemikian sehingga berlaku a + (–a) = (–a) +

a = 0.

Contoh :

1 −1
2
+ ( )( )
2
=
−1 1
2
+ =0
2

2.5 Pengurangan Bilangan Pecahan

2.5.1 Pecahan dengan Penyebut Sama

1 1
Contoh lainnya yatu mencari − =…dilakukan peragaan dengan kartu
3 4

bilangan pecahan

1. Mengambil kartu bilangan pecahan yang terbagi atas 4 bagian yang sama

1
besar dengan 3 daerah terbayang-bayang yang masing-masing daerah
4

sebagai bilangan pecahan terkurang (yang dikurangi).

1
2. Mengambil 1 potong daerah yang lepas dan berwarna putih sebagai
4

13
14

pengurang, kemudian meletakkan pada kartu yang pertama tadi di daerah

yang sudah ada baying-bayangnya, tepat pada satu daerah bayang bayang.

3. Sisa daerah terbayang-bayang menunjukkan selisihnya (hasil


.
2
pengurangnan) yakni
4

3 1 2
4. Jadi − =
4 4 4

Catatan :

Cara menerangkan tersebut dilakukan beberapa kali dengan bilangan-

bilangan pecahan yang berbeda siswa memahaminya tanpa alat peraga, dan siswa

mengetahui algoritma penguranga bilangan pecahan yang mempunyai algoritma

sama, yakni:

a c a−c
− =
b d b

Penggunaan alat peraga sifatnya hanya menghantarkan siswa untuk

memahami konsep. Bila siswa telah emahami, maka guru tidak perlu lagi

menggunakan alat peraga.

2.5.2 Pecahan dengan Penyebut Berbeda

Bila penyebut tidak sama, maka harus menyamakan penyebutnya terlebih

dahulu. Yaitu dengan mengacu pada hukum yang menyatakan bahwa sebuah

pecahan tetap ekuivalen bila pembilang dan penyebut dikalikan denga bilangan

yang sama. Jadi langkah yang akan panjang sebagai berikut :

7 3 7 × 5 3 × 8 35 24 11
− = − = − =
8 5 8× 5 5 × 8 40 40 40

Jika kedua pecahan mempunyai penyebut yang tidak sama dan kedua

14
15

penyebut tersebut tidak koprim (FPB kedua penyebut tersebut 1), maka kedua

pecahan dijadikan menjadi pecahan-pecahan yang ekuivalen dengan penyebut

KPK dan kedua penyebut

7 5
− =…
24 18

18 = 2x32

24 = 2x3x4

KPK [18,24] = 2x32x4 = 74

Jadi

7 5 21 20 21−20 1
− = − = =
24 18 74 74 74 74

15
2.5.3 Pecahan Campuran

Bila kedua pecahan merupakan pecahan-pecahan campuran maka

penyelesaiannya digunakan hukum komutatif (pertukaran) dan hukum asosiatif

(pengelompokan).

1 3
( )( )
1
5 −2 = 5+ + 2
2 4 2
3
4

¿ ( 5−2 )+ ( 12 − 34 )
1 3
¿ 3+ −
2 4

1 3
¿ 2+1+ −
2 4

4 3 1
¿ 2+ − +
4 4 2

1 1
¿ 2+ −
4 2

1 2
¿ 2+ +
4 4

3
¿2
4

16
BAB III

PENUTUTUP

3.1 Kesimpulan

Bilangan pecahan adalah bilangan yang menyatakan sebagai bilangan

pecahan dari suatu pecahan. Bilangan pecahan memiliki pembilang dan juga

penyebut. Pada bentuk bilangan ini, pembilang dibaca terlebih dahulu baru disusul

dengan penyebut. Penulisan lambang pecahan meliputi 2 bagian yaitu pembilang

dan penyebut yang dipisahkan oleh garis lurus (–) dan bukan garisMiring (/).

1 1 1
Contoh , , dan seterusnya, bukan 1/2, 1/3, 1/4. Ketika menyebutkan suatu
2 3 4

bilangan pecahan, diantara pembilang dan penyebut harus disisipkan kata "per".

3
Misalkan untuk bilangan maka dapat disebut dengan "tiga per lima" begitu juga
5

1
dengan bilangan dapat disebut "satu per empat" atau "seperempat".
4

Penjumlahan dan pengurangan pada pecahan dilakukan pada penjumlahan dengan

penyebut sama, penyebut berbeda, dan operasi campuran.

3.2 Saran

Sebagai seorang calon pendidik hendaknya setiap mahasiswa dapat

memahami setiap materi yang kelak akan diajarkan di sekolah dasar termasuk

materi penjumlahan dan pengurangan pecahan. Mahasiswa juga diharapkan dapat

menggunakan alat peraga yang dapat memahamkan konsep pecahan dengan benar

kepada siswa.

17
DAFTAR PUSTAKA

Kamsiyati, Siti. 2012. Pembelajaran Matematika I untuk Guru SD dan Calon Guru

SD. Surakarta: UNS Press.

Sukayati. 2014. Pembelajaran Konsep Dasar Pecahan. (Diambil dari

www.pondokmatematikasd.com diakses pada 03 Agustus 2022 pukul 19.55 WIB)

18

Anda mungkin juga menyukai