PEMBELAJARAN BILANGAN SD
PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PADA PECAHAN
DAN SIFAT-SIFATNYA
Dosen Pengampu :
Nurul Kami Sani. S.Pd., M.Pd
Disusun oleh:
Kelompok 2
1. Farid Abdul Latif : A401 20 359
2. Anisa Muhtar : A401 18 394
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kehadirat-
Nya, yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
1. Nurul Kami Sani. S.pd., M.Pd selaku dosen pengampu Mata Kuliah
makalah ini.
karena itu, saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................1
DAFTAR ISI..................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................1
1.3 Tujuan..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................3
2.1 Bilangan Pecahan................................................................................3
2.2 Lambang Bilangan Pecahan................................................................3
2.3 Penjumlahan Bilangan Pecahan...........................................................6
2.3.1 Pecahan dengan Penyebut Sama....................................................6
2.3.2 Pecahan dengan Penyebut Berbeda................................................9
2.3.3 Pecahan Campuran.......................................................................10
2.4 Sifat-Sifat Penjumlahan Pecahan.......................................................11
2.5 Pengurangan Bilangan Pecahan.........................................................13
2.5.1 Pecahan dengan Penyebut Sama..................................................13
2.5.2 Pecahan dengan Penyebut Berbeda..............................................14
2.5.3 Pecahan Campuran.......................................................................16
BAB III PENUTUP......................................................................................17
3.1 Kesimpulan........................................................................................17
3.2 Saran..................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................18
2
BAB I
PENDAHULUAN
Pecahan merupakan salah satu kajian inti dari materi matematika yang
campuran .
operasi merupakan konsep yang penting untuk dikuasai oleh siswa. Akan tetapi
yaitu memberikan aturan secara langsung untuk dihafal, diingat dan diterapkan.”
proses belajar siswa karena matematika disajikan terpisah dari konteks yang bisa
dipahami siswa pada awal pembelajaran. Sehingga konsep matematika akan cepat
dilupakan oleh siswa dan siswa pun akan sulit menerapkan konsep tersebut.
1
3. Bagaimana penjumlahan pada bilangan pecahan?
1.3 Tujuan
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
Kata pecahan yang berasal dari bahasa Latin fractio yang berarti memecah
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil atau bagian dari keseluruhan. Bilangan
pecahan adalah bilangan yang menyatakan sebagai bilangan pecahan dari suatu
pecahan. Bilangan pecahan memiliki pembilang dan juga penyebut. Pada bentuk
bilangan ini, pembilang dibaca terlebih dahulu baru disusul dengan penyebut
(Sukayati, 2014).
1 11
Contoh dan, 1/2, 1/3, 1/4. Ketika menyebutkan suatu
2 34
3
disisipkan kata "per". Misalkan untuk bilangan maka dapat
5
1
disebut dengan "tiga per lima" begitu juga dengan bilangan
4
2014).
3
4
1
atau “setengah” yang diberi lambang “ ” dan dibaca “satu per dua” atau
2
2. Sebuah bujur sangkar dibagi menjadi bagian yang sama luasnya, maka
1
atau “seperempat” yang diberi lambang “ ” dan dibaca “satu per empat”
4
atau “seperempat”.
3. Sebuah bujur sangkar dibagi menjadi 4 bagian yang sama luasnya, maka
4
5
2
atau “dua per empat” yang diberi lambang “ ”. Terlihat bahwa nilai 4
4
2 1
bilangan sama dengan setengah. Maka dan merupakan dua bilangan
4 2
Jadi dua pecahan yang ekuivalen adalah dua pecahan yang lambangnya
berbeda tetapi mempunyai nilai pecahan yang sama. Secara umum pecahan
a
dilambangkan sebagai dengan a dan b bilangan bulat dan b ≠ 0.
b
1. Pecahan sederhana
2 4 11
Contoh : , ,
3 9 15
2. Pecahan murni
penyebut.
5
6
1 1 1
Contoh : , , , dst.
2 3 4
Pecahan tidak murni adalah pecahan yang pembilangnya lebih besar dari
pada penyebut.
7 12 4
Contoh : , , , dst.
5 10 3
4. Pecahan mesir
1 1 1 2
Contoh : , , , , dst
2 3 4 5
5. Pecahan campuran
Pecahan campuran ialah suatu bilangan yang terbentuk atas bilangan acah
alat peraga yang lebih canggih dari pada alat peraga yang
6
7
1 1 1+1 2
terjadi pada penjumlahan berikut : + = =
2 3 2+ 3 5
rendah, diawali dengan pecahan-pecahan yang penyebutnya sama dan dengan alat
1 1
Contohnya dalam mencari + dilakukan dengan kartu bilangan
3 3
1
dengan 1 daerah terbayang-bayang yang berlabel dan 2 daerah lainnya
3
1
b. Mengambil 1 potongan daerah yang lepas sebagai penambah
3
7
8
kemudian letakkan pada kartu yang pertama tadi di daerah yang masih
kosong
2
c. Terlihat bahwa kartu bilangan pecahan menunjukkan
3
1 1 1+1 2
d. Jadi, + = =
3 3 ❑ 3
1
label . Daerah bayang-bayang sebagai tertambah
3
penambah.
bilangan pecahan yang berbeda siswa memahaminya tanpa alat peraga, dan siswa
sama, yakni:
a c a+ c
+ =
b d b
8
9
mengacu pada hukum yang menyatakan bahwa sebuah pecahan tetap ekuivalen
bila pembilang dan penyebut dikalikan dengan bilangan yang sama. Jadi langkah
1 1 1× 3 1 ×2 3 2 3+ 2 5
+ = + = + = =
2 3 2× 3 3 ×2 6 6 6 6
Jika kedua pecahan mempunyai penyebut yang tidak sama dan kedua
penyebut tersebut tidak koprim (FPB kedua penyebut tersebut 1), maka kedua
5 7
+ =…
18 24
18=2× 32
24=2 ×3 × 4
9
10
5 7 5 × 4 7 ×3 20 21 20+21 41
Jadi, + = + = + = =
18 24 18 × 4 24 ×3 74 74 74 74
(pengelompokan)
23
5
18
7
+31 = 23+
24
5
18 (
+ 31+
7
24 )( )
¿ ( 23+31 ) + ( 185 + 247 )
¿ 54+ ( 185 + 247 )
¿ 54+ ( 20+21
72 )
41
¿ 54+
72
41
¿ 54
72
lebih besar dari penyebut), seyogyanya diubah menjadi pecahan campuran, agar
7 7 7
+ + =…
8 10 12
3
8=2
10=2× 5
10
11
2
12=2 ×3
7 7 7 105 84 70 259
+ + = + + =
8 10 12 120 120 120 120
259 240+19
¿ =
120 120
240 19
¿ +
120 120
19
¿ 2+
120
19
¿2
120
1. Sifat Tertutup
pecahan akan selalu menghasilkan bilangan pecahan juga. Hal ini dapat
Contoh :
11
12
3 1 5
2. + = Komutatif
4 4 4
Hal ini dapat dituliskan bahwa “untuk setiap bilangan pecahan a dan b,
Contoh :
3 1 1 3
+ = +
4 2 2 4
3. Asosiatif
Contoh :
3 1
4 2 ( )
3 1
4 2
3 1
2 + = 2+ + =2+ +
4 2 ( )
4. Unsur Identitas
bilangan pecahan itu sendiri. Hal ini dapat dituliskan bahwa “Untuk
Contoh :
1 1 1
+0=0+ =
2 2 2
12
13
5. Invers
bilangan pecahan a. Dengan kata lain, untuk setiap bilangan pecahan selain
a = 0.
Contoh :
1 −1
2
+ ( )( )
2
=
−1 1
2
+ =0
2
1 1
Contoh lainnya yatu mencari − =…dilakukan peragaan dengan kartu
3 4
bilangan pecahan
1. Mengambil kartu bilangan pecahan yang terbagi atas 4 bagian yang sama
1
besar dengan 3 daerah terbayang-bayang yang masing-masing daerah
4
1
2. Mengambil 1 potong daerah yang lepas dan berwarna putih sebagai
4
13
14
yang sudah ada baying-bayangnya, tepat pada satu daerah bayang bayang.
3 1 2
4. Jadi − =
4 4 4
Catatan :
bilangan pecahan yang berbeda siswa memahaminya tanpa alat peraga, dan siswa
sama, yakni:
a c a−c
− =
b d b
memahami konsep. Bila siswa telah emahami, maka guru tidak perlu lagi
dahulu. Yaitu dengan mengacu pada hukum yang menyatakan bahwa sebuah
pecahan tetap ekuivalen bila pembilang dan penyebut dikalikan denga bilangan
7 3 7 × 5 3 × 8 35 24 11
− = − = − =
8 5 8× 5 5 × 8 40 40 40
Jika kedua pecahan mempunyai penyebut yang tidak sama dan kedua
14
15
penyebut tersebut tidak koprim (FPB kedua penyebut tersebut 1), maka kedua
7 5
− =…
24 18
18 = 2x32
24 = 2x3x4
Jadi
7 5 21 20 21−20 1
− = − = =
24 18 74 74 74 74
15
2.5.3 Pecahan Campuran
(pengelompokan).
1 3
( )( )
1
5 −2 = 5+ + 2
2 4 2
3
4
¿ ( 5−2 )+ ( 12 − 34 )
1 3
¿ 3+ −
2 4
1 3
¿ 2+1+ −
2 4
4 3 1
¿ 2+ − +
4 4 2
1 1
¿ 2+ −
4 2
1 2
¿ 2+ +
4 4
3
¿2
4
16
BAB III
PENUTUTUP
3.1 Kesimpulan
pecahan dari suatu pecahan. Bilangan pecahan memiliki pembilang dan juga
penyebut. Pada bentuk bilangan ini, pembilang dibaca terlebih dahulu baru disusul
dan penyebut yang dipisahkan oleh garis lurus (–) dan bukan garisMiring (/).
1 1 1
Contoh , , dan seterusnya, bukan 1/2, 1/3, 1/4. Ketika menyebutkan suatu
2 3 4
bilangan pecahan, diantara pembilang dan penyebut harus disisipkan kata "per".
3
Misalkan untuk bilangan maka dapat disebut dengan "tiga per lima" begitu juga
5
1
dengan bilangan dapat disebut "satu per empat" atau "seperempat".
4
3.2 Saran
memahami setiap materi yang kelak akan diajarkan di sekolah dasar termasuk
menggunakan alat peraga yang dapat memahamkan konsep pecahan dengan benar
kepada siswa.
17
DAFTAR PUSTAKA
Kamsiyati, Siti. 2012. Pembelajaran Matematika I untuk Guru SD dan Calon Guru
18