Anda di halaman 1dari 15

Kata Pengantar

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berkat rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah
kami yang berjudul periode empat.
Dalam makalah ini kami menjelaskan mengenai unsur-unsur
transisi periode empat secara umum. Adapun tujuan kami membuat
makalah ini yang utama untuk memenuhi tugas dari guru pembimbing
kami dalam mata pelajaran KIMIA. Di sisi lain, kami membuat makalah
untuk mengetahui lebih rinci mengenai unsur – unsur transisi periode
empat.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab
itu, diharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah
kami untuk ke depannya. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua terutama bagi siswa/siswi yang mau mempelajari lebih
luas tentang unsur – unsur transisi periode empat.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki elektron valensi pada subkulit
3d yang belum terisi penuh (kecuali unsur Seng (Zn) pada Golongan IIB). Hal ini
menyebabkan unsur transisi periode keempat memiliki beberapa sifat khas yang tidak
dimiliki oleh unsur-unsur  golongan utama, seperti sifat magnetik, warna ion, aktivitas
katalitik, serta kemampuan membentuk senyawa kompleks. Unsur transisi periode
keempat terdiri dari sepuluh unsur, yaitu Skandium (Sc), Titanium (Ti),
Vanadium (V), Kromium (Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni),
Tembaga (Cu), dan Seng (Zn).
Dalam satu periode dari kiri (Sc) ke kanan (Zn), keelektronegatifan unsur hampir
sama, tidak meningkat maupun menurun secara signifikan. Selain itu, ukuran atom
(jari-jari unsur) serta energi ionisasi juga tidak mengalami perubahan signifikan. Oleh
sebab itu, dapat disimpulkan bahwa semua unsur transisi periode keempat memiliki
sifat kimia dan sifat fisika yang serupa. Hal ini berbeda dengan unsur utama yang
mengalami perubahan sifat yang sangat signifikan dalam satu periode.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

1.2.1        Untuk mengetahui unsur apa saja yang terdapat pada unsur transisi periode
keempat
1.2.2        Manfaat dan kegunaan dari unsur transisi periode keempat
1.2.3        Untuk menjelaskan sifat fisis dan sifat kimia unsur-unsur periode ke empat.

1.3 Metode

Metode yang kami gunakan pada penulisan makalah ini adalah metode deskriptif.
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1  Pengertian Unsur Transisi Periode Keempat dan Logam Transisi Periode
Keempat
Unsur transisi adalah unsur yang dapat menggunakan elektron pada kulit terluar dan
kulit pertama terluar untuk berikatan dengan unsur-unsur yang lain.
Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki elektron valensi pada subkulit 3d
yang belum terisi penuh (kecuali unsur Seng (Zn) pada Golongan IIB). Hal ini
menyebabkan unsur transisi periode keempat memiliki beberapa sifat khas yang tidak
dimiliki oleh unsur-unsur  golongan utama, seperti sifat magnetik, warna ion, aktivitas
katalitik, serta kemampuan membentuk senyawa kompleks. Unsur transisi periode
keempat terdiri dari sepuluh unsur, yaitu Skandium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium
(V), Kromium (Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni), Tembaga (Cu),
dan Seng (Zn).

1. Skandium (Sc) skandium ditemukan dalam berbagai bijih logam, tetapi


keberadaannya di alam jarang ditemukan. Keberadaannya di alam diperkirakan antara
5 ppm hingga 30 ppm. Contoh senyawa yang mengandung skandium adalah Sc(OH) 3
dan Na3ScF6.

2. Titanium (Ti) merupakan logam ke sembilan terbanyak 0,6 persen kerak bumi.
Titanium di alam dapat ditemukan dalam mineral rutil (TiO 2) dan ilmenit (FeTiO3).
Contohnya senyawa yang mengandung unsur Titanium TiCl4.

3. Vanadium (V) adalah logam abu-abu yang keras dan tersebar luas dikulit bumi sekitar
0,02 % massa. Vanadium ditemukan dalam mineral vanadit (Pb3(VO4)2), patronit
(V2S5), dan karnotit (K2(UO2)2(VO4)3H2O). Contoh senyawa yang mengandung unsur
vanadium adalah V2O5 yang digunakan untuk katalis pada pembuatan asam sulfat.

4.      Kromium (Cr), terletak pada golongan VI B periode keempat dan merupakan salah
satu logam yang penting ditemukan sekitar 122 ppm dalam kerak bumi. Kromonium
ditemukan dalam mineral kromit (FeCr2O4).
5.      Mangan (Mn), ditemukan dalam mineral pirolusit (MnO 2). Contoh senyawa yang
mengandung unsur mangan adalah KMnO4, yang banyak digunakan sebagai zat
pengoksidasi dalam analisi di labolatorium.
6.      Besi (Fe) adalah unsur yang cukup melimpah di kerak bumi (sekitar 6,2% massa
kerak bumi). Besi jarang ditemukan dalam keadaan bebas di alam. Besi umumnya
ditemukan dalam bentuk mineral (bijih besi), seperti hematite (Fe 2O3), siderite
(FeCO3), dan magnetite (Fe3O4). Logam Besi bereaksi dengan larutan asam klorida
menghasilkan gas hidrogen. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Fe(s) +  2 H+(aq) ——>  Fe2+(aq) +  H2(g)
Larutan asam sulfat pekat dapat mengoksidasi logam Besi menjadi ion Fe3+.
Sementara larutan asam nitrat pekat akan membentuk lapisan oksida Fe3O4 yang
dapat menghambat reaksi lebih lanjut. Umumnya, Besi dijumpai dalam bentuk
senyawa dengan tingkat oksidasi +2 dan +3. Beberapa contoh senyawa Besi (II)
antara lain FeO (hitam), FeSO4. 7H2O (hijau), FeCl2 (kuning), dan FeS (hitam). Ion
Fe2+ dapat dengan mudah teroksidasi menjadi ion Fe3+ bila terdapat gas oksigen yang
cukup dalam larutan Fe2+. Sementara itu, senyawa yang mengandung ion Besi (III)
adalah Fe2O3 (coklat-merah) dan FeCl3 (coklat).

7.      Kobalt (Co) di alam diperoleh sebagai bijih smaltit (CoAs 2) dan kobaltit (CoAsS)
yang biasanya berasosiasi dengan Ni dan Cu.

8.      Bijih nikel (Ni) di alam banyak ditemukan dalam mineral petlantdit [(Fe,Ni) 9S8) dan
gernarit(H2(NiMg)SiO4-. 2H2O).

9.      Tembaga (Cu) merupakan unsur yang jarang ditemukan di alam (precious metal).
Tembaga umumnya ditemukan dalam bentuk senyawanya, yaitu bijih mineral, seperti
Pirit tembaga (kalkopirit) CuFeS2, bornit (Cu3FeS3), kuprit (Cu2O), melakonit (CuO),
malasit (CuCO3.Cu(OH)2). Semua senyawa Tembaga (I) bersifat diamagnetik dan
tidak berwarna (kecuali Cu2O yang berwarna merah), sedangkan semua senyawa
Tembaga (II) bersifat paramagnetik dan berwarna. Senyawa hidrat yang mengandung
ion Cu2+ berwarna biru. Beberapa contoh senyawa yang mengandung Tembaga (II)
adalah CuO (hitam), CuSO4.5H2O (biru), dan CuS (hitam).

10.  Seng (Zn) terdapat di alam sebagai senyawa sulfida seperti seng blende (ZnS), dan
calamine (ZnCO3), dan senyawa silikat seperti hemimorfit (ZnO.ZnSiO3.H2O).
 
2.1  Konfigurasi Elektron Unsur Transisi Periode Keempat

Orbital
Nomor Konfigurasi
Unsur
Atom Elektron
3d 4s

Skandium (Sc) 21 (Ar) 3d1 4s2  


Titanium (Ti) 22 (Ar) 3d2 4s2 


Vanadium (V) 23 (Ar) 3d3 4s2 

 
Krom (Cr) 24 (Ar) 3d5 4s1


Mangan (Mn) 25 (Ar) 3d5 4s2 

 
Besi (Fe) 26 (Ar) 3d6 4s2    
 

  
Kobalt (Co) 27 (Ar) 3d7 4s2   
  

   
Nikel (Ni) 28 (Ar) 3d8 4s2  
   

     
Tembaga (Cu) 29 (Ar) 3d10 4s1     

     
Seng (Zn) 30 (Ar) 3d10 4s2      

Konfigurasi elektron Cr bukan (Ar) 3d4 4s2 tetapi (Ar) 3d5 4s1. Demikian halnya
dengan konfigurasi elektron Cu bukan (Ar) 3d 9 4s2 tetapi (Ar) 3d10 4s1. Hal ini
berkenaan dengan kestabilan orbitalnya, yaitu orbital-orbital d dan s stabil jika terisi
penuh, bahkan 1/2 penuh pun lebih stabil daripada orbital lain.

2.1  Sifat Logam

Sifat Sc Ti V Cr Mn Fe Co Ni Cu Zn
Jari-jari atom 1.44 1.32 1.22 1.18 1.17 1.17 1.16 1.15 1.17 1.25
Jari-jari ion X2+ - 1.00 0.93 0.87 0.81 0.75 0.79 0.83 0.87 0.88
Titik lebur (oC) 1.541 1.660 1.890 1.857 1.224 1.535 1.495 1.455 1.083 420
Titik didih (oC) 2.831 3.287 3.380 2.672 1.962 2.750 2.870 2.732 2.567 907
Massa jenis (g cm-3) 3 4.5 6 7.2 7.2 7.9 8.9 8.9 8.9 7.1
Kekerasan (skala Mohs) - - - 9 5 4.5 - - 3 2.5
Energi ionisasi (kJ mol-1) 631 658 650 652 717 759 758 737 745 906
Keelektronegatifan 1.3 1.5 1.6 1.6 1.5 1.5 1.8 1.8 1.9 1.6
E0 red X2+(aq) (volt) - - -1.2 -0.91 -1.19 -0.44 -0.28 -0.25 +0.34 -0.76
E0 red X3+(aq) (volt) -2.1 -1.2 -0.86 -0.74 -0.28 -0.4 - - - -
Semua unsur transisi periode keempat bersifat logam. Sifat itu disebabkan semua
unsur transisi memiliki energi ionisasi yang rendah, yaitu kurang dari 1.000 kJ mol -1
dan keelektronegatifannya rendah, yaitu kurang dari 2.
2.1  Sifat Magnet
Adanya elektron-elektron yang tidak berpasangan pada sub kulit d menyebabkan
unsur-unsur transisi bersifat paramagnetik (sedikit ditarik ke dalam medan magnet).
Makin banyak elektron yang tidak berpasangan, maka makin kuat pula sifat
paramagnetknya. Pada seng dimana orbital pada sub kulit d terisi penuh, maka
bersifat diamagnetik (sedikit ditolak keluar medan magnet).

2.2  Membentuk senyawa-senyawa Berwarna


Senyawa unsur transisi (kecuali skandium dan seng), memberikan bermacam
warna baik padatan maupun larutannya. Warna senyawa dari unsur transisi juga
berkaitan dengan adanya orbital sub kulit d yang terisi tidak penuh. Peralihan electron
yang terjadi pada pengisian subkulit d (sehingga terjadi perubahan bilangan oksidasi)
menyebabkan terjadinya warna pada senyawa logam transisi.
Senyawa dari Sc3+ dan Ti4+ tidak berwarna karena subkulit 3d-nya kosong, serta
senyawa dari Zn2+ tidak berwarna karena subkulit 3d-nya terisi penuh, sehingga tidak
terjadi peralihan elektron.

2.3  Tingkat Oksidasi


Unsur transisi periode keempat memiliki beberapa tingkat oksidasi. Misalnya, Mn
dapat memiliki tingkat oksidasi +2 (terdapat pada MnSO 4), +4 (terdapat pada MnO2),
+6 (terdapat pada K2MnO4), dan +7 (terdapat pada KMnO4).
Unsur Tingkat Oksidasi Tingkat Oksidasi yang stabil
Sc +3 +3
Ti +2,+3,+4 +4
V +2,+3,+4,+5 +5
Cr +2,+3,+4,+5,+6 +3,+6
Mn +2,+3,+4,+6,+7 +2,+4,+7
Fe +2,+3 +2,+3
Co +2,+3 +2,+3
Ni +2 +2
Cu +1,+2 +1,+2
Zn +2 +2
Keberagaman tingkat oksidasi unsur transisi periode ke empat disebabkan elektron
valensinya menempati subkulit 3d dan 4s. Tingkat energi ke 2 subkulit itu sangat
berdekatan sehingga unsur transisi periode keempat dapat menggunakan elektron
pada sub kulit 3d dan 4s untuk membentuk ikatan. Misalnya, besi (Fe) dapat memiliki
tingkat oksidasi +2 dan +3. Tingkat oksidasi +2 terjadi karena besi melepaskan 2
elektron pada subkulit 4s. Serta tingkat oksidasi +3 terjadi karena besi melepaskan 2
elektron pada subkulit 4s dan 1 elektron pada subkulit 3d.
26Fe : [Ar] 3d , 4s 26Fe : [Ar] 3d
6 2 2+ 6

26Fe : [Ar] 3d
3+ 5

Skandium (Sc) dan Seng (Zn) hanya memiliki satu tingkat oksidasi. Sc dengan
konfigurasi 21Sc: [Ar] 3d1,4s2 cenderung melepaskan semua elektron valensinya
sehingga memiliki konfigurasi sama dengan argon. Zn dengan konfigurasi 30Zn: [Ar]
3d10,4s2 cenderung melepaskan elektron pada subkulit 4s sehingga memiliki
konfigurasi elektron argon ditambah dengan subkulit d yang penuh. Konfigurasi itu
disebut pseudo gas mulia.
21Sc: [Ar] 3d ,4s 30Zn: [Ar] 3d ,4s
1 2 10 2

21Sc : [Ar] 30Zn : [Ar] 3d10


3+ 2+

2.1  Ion Kompleks


Ion kompleks adalah ion yang berbentuk dari suatu kation (biasanya ion logam
transisi) yang mengikat beberapa anion atau molekul netral. Selanjutnya, kation itu
disebut ion pusat dan anion atau molekul netral yang terikat pada ion pusat disebut
ligan. Pada ion kompleks [Cu(CN)4]2- dan [Fe(H2O)6]2+, Cu2+ dan Fe2+ adalah ion
pusat, sedangkan CN- dan H2O adalah ligan.

2.1.1        Bilangan Koordinasi


Bilangan koordinasi menyatakan jumlah ligan atau jumlah atom donor yang terkait
pada ion pusat. Bilangan koordinasi ion Cu2+ pada [Cu(CN)4]2- adalah 4 dan bilangan
koordinasi ion Fe2+ pada [Fe(H2O)6]2+ adalah 6. Biasanya, bilangan koordinasi suatu
ion pusat sama dengan 2 kali bilangan oksidasinya.
Ion pusat Bilangan koordinasi Ion pusat Bilangan koordinasi
Cu2+ 2,4 Zn2+ 4,6
Ag+ 2 Al3+ 4,6
Au+ 2,4 Sc3+ 6
Cr2+ 6 Cr3+ 6
Fe2+ 6 Fe3+ 6
Co2+ 4,6 Co3+ 6
Ni2+ 4,6 Au3+ 4
Cu2+ 4,6

2.1.2        Ligan
Ligan adalah spesi yang memiliki atom yang dapat menjadi donor sepasang elektron
pada ion pusat. Ligan merupakan basa Leuwis, sedangkan ion pusat sebagai asam
Leuwis. Ligan dapat berupa ion monoatomik (tapi bukan atom netral), seperti ion
halida ; berupa anion, seperti CN - dan NO2- ,berupa molekul sederhana, seperti NH3
dan H2O ; berupa molekul kompleks ; seperti piridin (C5H5N).
Ion kompleks positif :
[Ag(NH3)2]+ = Diamin Perak (I)
[Cu(NH3)4]2+ = Tetra amin Tembaga (II)
[Zn(NH3)4]2+ = Tetra amin Seng (II)
[Co(NH3)6]3+ = Heksa amin Kobal (III)
[Cu(H2O)4]2+ = Tetra Aquo Tembaga (II)
[Co(H2O)6]3+ = Heksa Aquo Kobal (III)
Contoh : [Cr(NH3)4Cl2]+ → atom pusat : Cr3+
Ligan : NH3 (amina) dan Cl (kloro) bilangan koordinasi : 4 + 2 = 6
Nama ionnya = tetraamin dikloro krom (III)

Ion kompleks negatif :


[Ni(CN)4]2- = Tetra siano Nikelat (II)
[Fe(CN)6]3- = Heksa siano Ferat (III)
[Fe(CN)6]4- = Heksa siano Ferat (II)
[Co(CN)6]4- = Heksa siano Kobaltat (II)
[Co(Cl6]3- = Heksa kloro Kobaltat (III)
Contoh : [Ni(CN)4]2- → atom pusat : Ni2+
Ligan : CN (siano) Bilangan koordinasi : 4
Nama ionnya = tetrasiano nikelat (II)

Aturan penamaan senyawa kompleks menurut IUPAC :


1.      Kation selalu disebutkan terlebih dahulu dari pada anion
2.      Nama ligan disebutkan secara berurut sesuai abjad.
Ligan adalah gugus molekul netral, ion atau atom yang terikat pada suatu atom logam
melalui ikatan koordinasi.
Daftar ligan sesuai abjad.
Amino = NH3 (bermuatan 0)
Akuo = H2O (bermuatan 0)
Bromo = Br- (bermuatan -1)
Hidrokso = OH- (bermuatan -1)
Iodo = I- (bermuatan -1)
Kloro = Cl- (bermuatan -1)
Nitrito = NO2- (bermuatatn-1)
Oksalato = C2O42- (bermuatan -2)
Siano = CN- (bermuatan -1)
Tiosianato = SCN- (bermuatan -1)
Tiosulfato = S2O32- (bermuatan -2)

Unsur Nama Kation Anion


Al Aluminim Aluminium Aluminat
Ag Perak Perak Argentat
Cr Krom Krom Kromat
Co Kobalt Kobal Kobaltat
Cu Tembaga Tembaga Kuprat
Ni Nikel Nikel Nikelat
Zn Seng Seng Zinkat
Fe Besi Besi Ferrat
Mn Mangan Mangan Manganat
Pb Timbale Timbale Plmbat
Au Emas Emas Aurat
Sn Timah Timah Stannat
3.      Bila ligan lebih dari 1 maka dinyatakan dengan awalan di- untuk 2, tri- untuk 3, tetra-
untuk 4, penta- untuk 5 dan seterusnya.

4. Nama ion kompleks bermuatan positif nama usur logamnnya menggunakan bahasa
Indonesia dan diikuti bilangan oksidasi logam tesebut dengan angka romawi dalam
tanda kurung. Sedangkan untuk ion kompleks bermuatan negative nama unsur
logamnya dalam bahasa latin diakhiri –at dan di ikuti bilangan oksidasi logam
tersebut dengan angka romawi dalam tanda kurung.

2.1.3        Muatan ion Kompleks


Muatan ion kompleks sama dengan muatan ion pusat ditambah muatan ligannya. Ion
kompleks yang terdiri atas ion pusat Al3+, 4 ligan H2O, dan 2 ligan OH- : memiliki
muatan (+3) + (4.0) + (2x-1) = +1 sehingga ion kompleksnya dapat ditulis
[Al(H2O)4(OH)2]+.

2.1.4        Geometri Ion Kompleks


Ikatan yang terjadi antara ion pusat dan ligan adalah ikatan kovalen koordinasi.
Bilangan koordinasi pada suatu ion kompleks menunjukkan jumlah pasangan
elektron. Menurut teori tolakan pasangan elektron valensi (VSEPR), ion kompleks
yang memiliki bilangan koordinasi 2, bentuk molekulnya linier, yang memiliki
bilangan koordinasi 4 bentuk molekulnya tetra hedron (tetra hedral) atau segi empat
dasar bergantung. Pada jenis orbital yang digunakan oleh pusatnya.

2.1.5        Warna senyawa kompleks


Unsur transisi periode keempat membentuk senyawa berwarna karena adanya subkulit
3d yang terisi tidak penuh. Jika tidak ada pengaruh luar, semua orbital pada sub kulit
yang sama memiliki tingkat energi sama. Setelah mengikat ligan, terjadilah
pemisahan tingkat energi pada orbital (splitting). Pada sistem oktahedral (ion
kompleks dengan bilangan koordinasi 6), terjadilah pemisahan tingkat energi dengan
orbital dx2–y2 dan dz2 menjadi lebih tinggi daripada orbital dxy, dyz, dan dxz. Perbedaan
tingkat energi orbital itu sama dengan energi sinar tampak dengan demikian ion pusat
dari ion kompleks yang memiliki sub kulit d yang tidak penuh dapat menyerap radiasi
dari sinar tampak. Jika sinar itu dipancarkan, ion kompleks menjadi tampak berwarna.

Unsur +1 +2 +3 +4 +5 +6 +7
Sc - - Tidak - - - -
berwarna
Ti - Ungu Hijau Tidak - - -
berwarna
V - Ungu Hijau biru Merah - -
Cr - Biru Ungu - - Jingga -
Mn - Merah muda Merah Coklat tua Biru Hijau Ungu
Fe - Hijau Jingga - - - -
Co - Merah muda Biru - - - -
Ni - Hijau Merah - - - -
Cu Tid Biru - - - - -
ak
ber
wa
rna
Zn - Tidak - - -
berwarna
Kecuali Sc dan Zn, unsur-unsur transisi periode keempat mempunyai beberapa tingkat
oksidasi. Bilangan oksidasi yang mungkin bergantung pada bilangan oksidasi yang
dapat dicapai kestabilannya.
Kestabilan senyawa logam transisi diantaranya bergantung pada jenis atom yang
mengikat logam transisi, senyawa berbentuk Kristal atau larutan, PH dalam air.

2.2  Kegunaan
2.8.1 Skandium = SC
Kegunaan :
a.         Untuk menghasilkan cahaya berintesitas tinggi.
b.         Radioaktifnya sebagai perunut pada pemurnian minyak bumi.
c.         Senyawanya sebagai aditif lampu uap-Hg dan transmisi TV warna.

2.8.2        Titanium = Ti
Kegunaan :
a.         Komponen penting logam paduan untuk pesawat, peluru kendali
b.         Karena ketahanannya terhadap air laut maka digunakan juga untuk pembuatan
peralatan kapal yang langsung bersentuhan dengan laut, seperti kipas body kapal dan
sebagainya.

2.8.3        Vanadium = V
Kegunaan :
a.         Reactor nuklir
b.         Pembuatan baja tahan karat, untuk per, serta peralatan kecepatan tinggi
c.         Oksidanya (V2O5) untuk keramik dan katalisator.

2.8.4        Kromium = Cr
Kegunaan :
a.      Paduan logam untuk pembuatan baja.
b.      Pewarna logam dan gelas
c.       Sebagai katalisator

2.8.5        Mangan = Mn
Kegunaan :
a.      Komponen penting paduan logam, karena sifatnya keras, kuat,dan ketahanannya
tinggi
b.      Memperbesar fungsi Vitamin B dalam tubuh
c.       KMnO4 sebagai oksidator kuat dalam bidang kesehatan.

2.8.6        Besi = Fe
Kegunaan :
a.      Sebagai logam utama pada pembuatan baja
b.      Besi dengan paduannya digunakan untuk pembuatan rel, tulangan beton.
c.       Digunakan untuk berbagai peralatan dalam kehidupan sehari-hari.
2.8.7        Kobal = Co

Kegunaan :
a.      Karena keras, tahan karat dan penampilannya menarik maka sering digunakan untuk
menyepuh logam lain
b.      Pewarna biru pada porselen, kaca, genting
c.       Pewarna sumber sinar gamma dalam bidang kesehatan

2.8.8        Nikel = Ni
Kegunaan :
a.      Paduan logam baja dan logam lain
b.      Pelapis permukaan logam
c.       Sebagai katalisator
d.      Pewarna hijau pada keramik/porselen
e.      Komponen pada baterai
2.8.9        Tembaga = Cu

Kegunaan :
a.      Peralatan kelistrikan, sebagai rangkian dan kawat kabel.
b.      Logam paduan pada kuningan dan perunggu
2.8.10    Seng = Zn

Kegunaan :
a.      Komponen paduan pada huruf mesin cetak
b.      Sebagai logam patri
c.       ZnO untuk industry cat, kosmetik, farmasi, tekstil.
d.      Zns untuk sinar X dan layar TV.
BAB 3
ANALISIS
3.1 Analisis
Dari materi yang telah dibahas dapat di analisis Bahwa Unsur transisi periode
keempat terdiri dari sepuluh unsur, yaitu Skandium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium
(V), Kromium (Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni), Tembaga (Cu),
dan Seng (Zn).
Dari sepuluh unsur tersebut masing – masing unsur memiliki sifat yang berbeda,
tingkat oksidasi yang berbeda, dan kegunaan yang berbeda.

BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1  Kesimpulan
Dari pembahasan Unsur Transisi Periode 4 ini kami dapat menyimpulkan
bahwa di dalam Unsur Transisi Periode 4 memiliki Sifat yang tidak dimiliki Unsur
lainnya. Unsur Transisi Periode 4 memiliki 10 Senyawa yang terdapat diantara
golongan III B dan II B.
Dan kita Unsur Transisi Periode 4 banyak digunakan dalam kehidupan seperti di
bidang Analisis Kimia, Industri, dll.
4.2  Saran
Mengingat banyaknya kegunaan unsur-unsur periode ke empat dalam kehidupan
sehari-hari, maka siswa/siswi harus benar-benar memahami mengenai unsur-unsur
periode ke empat, sehingga menjadi sebuah pengetahuan di masa depan.
Daftar Pustaka
http://chemistry35.blogspot.com/2011/10/kimia-unsur-unsur-transisi-periode-4.html
http://www2.jogjabelajar.org/modul/adaptif/kimia/
22_UNSUR_TRANSISI_PERIODE_KEEMPAT.swf
http://www.google.co.id
http://andykimia03.wordpress.com/2009/10/15/kimia-unsur-golongan-transisi-
periode-keempat/
http://yu-mhi.blogspot.com/2011/12/makalah-kimia-unsur-transisi-periode.html
http://belovediinsblog.blogspot.com/2012/01/makalah-unsur-unsur-transisi-periode-
ke.html
http://www.scribd.com/upload-document?archive_doc=49928932#files

Anda mungkin juga menyukai