Anda di halaman 1dari 33

Kata Pengantar

Assalammualaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini berisi tentang Pelaksanaan Pelayanan atau Acuiting Pada
Pelayanan: Manajemen Logistik kami melengkapinya dengan buku atau google
book yang telah kami pilih agar sesuai dengan standart kurikulum yang sudah di
terapkan sebelumnya.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Wassalammualaikum Wr.Wb

Penyusun

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Banyak hal yang mempengaruhi keberhasilan organisasi diantaranya adalah
faktor Man, Money, Machine, Methode, dan Material. Pengelolaan yang
seimbang dan baik dari kelima faktor tersebut akan memberikan kepuasan
kepadacustomer baik internal maupun eksternal. Rumah sakit yang telah
terakreditasi seharusnya memiliki pengelolaan yang baik dan terstandar termasuk
lima faktor tersebut. Pada kesempatan ini kami akan membahas secara khusus
tentang logistik rumah sakit.
Keberhasilan pengelolaan logistik rumah sakit tergantung pada kompetensi
dari manajer logistik rumah sakit. Manajer berfungsi untuk mengelola logistik
melalui fungsi antara lain mengidentifikasi, merencanakan pengadaan,
pendistribusian alat hingga mengembangkan sistem pengelolaan logistik yang
efektif dan efisien. Pengadaan alat yang tepat dan berfungsi dengan baik akan
memperlancar kegiatan pelayanan pasien sehingga berdampak bagi peningkatan
mutu pelayanan secara umum.
Manajer logistik juga harus mampu mengantisipasi kejadian darurat, membuat
skala prioritas serta melakukan perubahan yang dibutuhkan untuk pencapaian
tujuan umum rumah sakit. Manajer logistik juga harus mencapai efisiensi dan
efektivitas. Manajer logistik memiliki kemampuan untuk mencegah atau
meminimalkan pemborosan, kerusakan, kadaluarsa, kehilangan alat  yang akan
memiliki dampak kepada pengeluaran ataupun biaya operasional rumah sakit.
Menurut pemanfaatannya, bahan atau alat yang harus disediakan rumah sakit
dikelompokkan menjadi persediaan farmasi (obat, bahan kimia, gas medik,
peralatan kesehatan), persediaan makanan, persediaan logistik umum dan teknik

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah sebagai berikut
1. Apa definisi Manajemen Logistik?
2. Siapa yang menggerakkan suatu upaya Manajemen Logistik?
3. Bagaimana aplikasi pada Manajemen Logistik?

2
4. Mengapa Manajemen Logistik harus dilakukan?
5. Tujuan apa sajakah dalam Manajemen Logistik?
6. Apakah Manajemen Logistik mempunyai suatu fungsi?
7. Seperti apa manfaat sebuah Manajemen Logistik?
8. Bagaimana peran peran Manajemen Logistik dalam Rumah Sakit?

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep dan aplikasi dalam Manajemen Keperawatan:
Manajemen Logistik, kemudian mengaplikasikannya secara sistematik untuk
mempertahankan dan menetapkan standar prestasi kinerja.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk menganalisis perbedaan – perbedaan suatu pengertian teori.
2. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan kami (para kelompok) sehingga
kami selalu merasa ingin tahu.
3. Untuk memberi pengetahuan bagi para pembaca sehingga kami (para
kelompok) lebih merasa tertantang akan adanya hal tersebut.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Manajemen Logistik
Logistik Rumah Sakit mempunyai ciri yang penting untuk dilihat dan
diperhitungkan antara lain:
1. Spesifik, berarti terkait dengan pelanggan dan profesi tertentu seperti obat,
film rontgen, dll;
2. Harga yang variatif dari yang sangat murah sampai yang sangat mahal,
seperti lampu CT Scan, sampai kasa steril;
3. Jumlah item yang sangat banyak, maka sering dikelola secara
departemental sesuai pelayanan dan profesi
Melihat hal di atas seringkali akan sulit diukur efisiensi, dan biasanya terdesak
kebutuhan, akhirnya asal terpenuhi, yang penting pelayanan jalan tidak terganggu.
Kondisi minimal ini tak terasa terus menerus berlanjut, sehingga tak jelas lagi
perbaikan mulai dari mana, apalagi telah terjebak utang dan penimbunan barang
yang memboroskan. Bila Sistem Bantu Keputusan walaupun bukan satu –
satunya dan bukan yang utama. Tetapi penting sebagai alat bantu yang bersifat:
1. Mempermudah;
2. Mempercepat;
3. Memperjelas;
Proses pengambilan keputusan para manajer logistik, merupakan alat vital
karena manajer (60-70%) berperan penting, hal ini akan membantu kondisi. Pada
umumnya manajer Rumah Sakit telah dilatih baik di dalam disiplin klinis tertentu
maupun administrasi umum, tapi para manajer ini jarang mendapat latihan
mengenal teknik manajemen bahan, akibatnya manajer bahan merupakan sumber
yang berharga untuk menjamin bahwa pasokan, perlengkapan dan jasa yang
dibeli. Digunakan dengan cara efektif biata di seluruh organisasi.
Tentunya dengan upaya perubahan terus menerus penyesuaian di lapangan
perangkat lunak akan lebih banyak mencapai keadaan yang.

4
2.1 Pengertian Manajemen Logistik
Manajemen Logistik adalah manajemen dan pengendalian barang – barang.
Layanana dan perlengkapan mulai dari akuisisi sampai disposisi”. Dan ada elemen
penting yaitu.

1. Strategi terbaru untuk menjamin bahwa bahan barang, jasa dan


perlengkapan di beli dengan biaya total yang terendah
2. Strategi terkait untuk menjamin bahwa persediaan dan biaya simpan di
pantau dan di kendalikan secara agresif.

Departemen A Departemen Perusahaan


pembelian lain

Departemen
Daftar akunting
persediaan pembayaran

Departemen
inventaris/distribusi
Dalam menjalankan suatu perusahaan atau organisasi tidak dapat melepaskan
peran logistik. Dua alasan utama mengapa logistik diperlukan dalam menjalankan
usaha:
1. Barang dan jasa sangat dibutuhkan oleh unit-unit operasional untuk
mendukung kegiatan operasionalnya, yang dapat diwujudkan melalui
kegiatan logistik.
2. Logistik memberikan multiplier effect bagi efisiensi dan efektivitas
dalam rangka
pencapaian tujuan perusahaan. Kegiatan logistik mempengaruhi efesiensi kegiatan
unit tertentu dalam lembaga usaha dan efesiensi perusahaan dan akhirnya
akan menentukan sejauh mana kemampuan perusahaan untuk mendapatkan
keuntungan.

5
Definisi manajemen logistik beragam menurut berbagai kepustakaan.
Mangemen logistik dapat didefinisikan sebagai Planning ,Organizing, Staffing,
Leading, dan Controlling dalam kegiatan yang terkait dengan pengadaan,
pendistribusian, penggunaan, pemeliharaan dan penghapusan barang dan jasa
untuk mendukung kegiatan fungsi-fungsi utama dalam pencapaian tujuan
organisasi. Batasan pengertian dan ruang lingkup kegiatan manajemen logistik
dapat dirinci sebagai berikut:
1. Kegiatan manajerial: perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan
2. Kegiatan operasional: pengadaan, pencatatan, penggudangan,
pendistribusian, pemeliharaan, dan penghapusan.
3. Objek: logistik, perbekalan, barang, material, peralatan,
perlengkapan, sarana
Prasarana (segala sesuatu/benda yang berwujud dan dapat diperlukan secara fisik,
baik yang dipergunakan untuk kegiatan pokok maupun kegiatan
penunjang/administrasi)
Prosedur penting yang perlu di perhatikan antara lain seperti di bawah ini.
Penggunaan formulir pesanan pembelian yang dapat di terima secara sah, yang
menjamin adanya syarat dan kondisi yang dapat menguntungkan rumah sakit.
1. Metode untuk menetapkan siapa yang diberi wewenangan untuk
melaksanakan pembelian bagi rumah sakit.
2. File tanda tangan persetujuan yang digunakan untuk menjamin bahwa
pembelian hanya dilakukan oleh orang yang diberi wewenang.
3. Proses pembuatan daftar permintaan yang ditetapkan dengan jelas
4. Daftar para penjual yang disetujui yang darinya boleh dilakukan
pembelian.
5. Prosedur yang ditentukan dengan jelas untuk mendapatkan tawaran
bersaing dari para penjual.
6. Metode untuk menelurusi dari mempercepat pesanan pembelian terbuka.
7. Metode untuk menjamin bahwa kredit yang tepat diterima untuk barang –
barang yang dikembalikan kepada penjual.
8. Metode untuk memantau dan mendokumentasikan kinerja penjual.

6
9. Metode untuk memantau ketepatan waktu dan keefektifan kinerja
departemen pembelian.
Prosedur distribusi yang penting diperhatikan adalah seperti di bawah:
1. Rancangan sistem yang ada dan seberapa baik sistem itu berjalan.
2. Jumlah masing – masing departemen dan lokasi penyimpanan.
3. Jumlah dan campuran pasokan di tiap tempat.
4. Simpanan yang ada dan penanganan perlengkapan.
5. Ruang yang tersedia.
6. Hubungan fisik antara departemen.
7. Jalannya lalu lintas.
8. Biaya tenaga kerja untuk tiap – tiap area.
9. Pertimbangan aliran kas.
Terdapat lima komponen penting dalam membetuk sistem logistik yaitu struktur
lokal fasilitas, transportasi, persediaan (inventory), komunikasi dan penanganan
serta penyimpanan.
Secara singkat, logistik adalah bagian dari kegiatan pengadaan yang terkait
dengan fungsi pengendalian, sediaan, penggudangan, transportasi, penjaminan
dan pengendalian mutu. Agar dapat terselenggara dengan baik dan dapat berjalan
dengan efektif dan efisien. Maka logistik harus dikelola dengan baik melalui
managemen logistik.
Ada 15 langkah manajemen logistik yang penting untuk disimak, seperti tabel
berikut ini:

No: Inti Uraian


1. Tingkat Persediaan Menentukan tingkat persediaan yang tersedia di dalam setiap departemen
yang bersangkutan.
2. Identifikasi Identifikasi pasokan/permintaan penggunaan untuk setiap departemen
pengguna selama satu periode 24 jam.
3. Daftar produk Membuat bagan daftar dari semua produk yang akan digunakan oleh
setiap departemen.
4. Frekuwensi Menentukan frekuensi pergantian pasokan, yang bergantung pada jenis
sistem yang dipilih dan target untuk tingkat persediaan yang tersedia dan

7
angka perputaran.
5. Persyaratan Pengidentifikasi persyaratan fungsional dan spesifikasi yang diperlukan
bagi semua kareta bursa, bilamana sistem tersebut digunakan.
6. Lokasi Menentukan lokasi yang layak untuk pasokan di areal penggunaan.

7. Waktu Menentukan waktu peninjauan persediaan, pemesanan dan penyediaan


kembali.
8. Metode Mengidentifikasi dan menentukan metodologi yang dipilih.

9. Sistem Menyusun sistem kerja/penyimpanan catatan yang sesuai.

10. Konfigurasi Menyesuaikan tata letak, konfigurasi dan tingkat persediaan pada sumber
– sumber pasokan untuk mengakomodasi sistem baru.
11. Pelatihan Melaksanakan program – program pendidikan saat layanan bagi semua
personil yang terlibat dan terpengaruh oleh sistem tersebut.
Beberapa masalah yang penting dalam perencanaan dalam hal ini obat di
ambil sebagai contoh, seperti berikut:
1. Kelengkapan dan mutu informasi.
2. Standar penggunaan obat.
3. Terjadinya perubahan atau perkembangan diagnosa selama pasien dirawat
serta kepatuhan terhadap standar terapi.
4. Konfirmasi penggunaan.
5. Cara perhitungan proyeksi kebutuhan obat.
6. Data awal persediaan obat.
7. Ketentuan persediaan obat.
8. Periode pengadaan.
9. Prioritas medis, ekonomi, dan farmakologi.
10. Alokasi anggaran
11. Strategi pengadaan.

Dentifikasi masalah di atas dapat dilakukan dengan upaya pemeriksaan.


Dengan tujuan pemeriksaan pembelian dan pengelolaan barang antara lain adalah:
1. Memperoleh keyakinan bahwa pembelian dilaksanakan secara ekonomis dan
efektif;

8
2. Menilai prosedur pembelian sehingga dapat diperoleh kepastian bahwa
hanya barang yang dibutuhkan saja yang dibeli;
3. Menilai tatalaksana pengolahan barang dan mendeteksi berbagai
kemungkinan kelemahan di dalamnya;
4. Menilai ketaatan para pelaksana pembelian dan pengelola barang terhadap
peraturan dan prosedur yang berlaku;
5. Memberikan saran dan rekomendasi perbaikan yang diperlukan.
Secara lebih luas dapat disampaikan seperti berikut:
No Inti Pertanyan
1. Sistem 1. Apakah Perusahan mempunyai suatu sistem pembelian yang terpusat ?
pembelian 2. Apakah fungsi pembelian terpisah dari fungsi penerimaan ?
3. Apakah untuk setiap pembelian selalu dipergunakan pesanan pemberian ?
4. Apakah bagian pembelian selalu mengusahakan harga dan yang tertarik atas
barang yang diperlukan ?
5. Apakah dalam pembelian jumlah rupiahnya ?
6. Apakah bagian bagian lain selalu memandang bagian pembelai sebagai
sumber informasi dalam memecahkan setiap permasalahan mengenai
barang ?

2. 7. Apakah permintaan pembelan selalu dilayani tepat pada waktunya ?


Persediaan
8. Apakah bagian pembelian selalu berorientasi kepada “pelayanan” ?
9. Apakah persedihan selalu mencukupi? Jika tidak, dalam setahun berapa kali
terjadi kekurangan persediaan ?
10. Apakah persediaan selalu diusahakan dalam jumlah optimal ?
11. Beberapa laju jangka waktu yang diperlukan untuk memproses suatu
permintaan pembelian ?
12. Berapa biaya per oral pembelian atau jumlah jam kerja ?
13. Apakah tersediah catalog-katalog dan daftar harga yang tengah berlalu ?
14. Apakah ada suatu sistem pengendalian persediaan ?
15. Apahak ada suatu komisi evaluasi produk ? apakah petugas pembelian ikut
menjadi anggotanya ?
16. Apakah dana yang tertanam dalam persediaan selalu diketahui setiap saat
sehingga dana tersebut dapat diusahakan tidak terlalu lama terkait ?

9
3. Fasilitas 17. Apakah untuk menilai prestasi pembelian dipergunakan analisis harian harga
pembelian ?
4. Sistem 18. Apakah fasilitas fisik departemen cukup memadai ?
informasi 19. Apakah peralatan yang dimiliki dapat mendukung kelancaran tugas ?
20. Apakah bagian pembelian mempunyai hubungan baik dengan departemen-
departemen lainya ?
21. Apakah bagian pembelian selalu berkomunikasi dengan bagian penerimaan
dan bagiaan utang ?
22. Apakah petugas bagian utang selalu dapat memperoleh informasi yang
mereka butuhkan dari bagian pembelian ?
23. Apakah bagian pembelian tahu mengenai anggaran pembelian masing-
5. masing departemen ?
Standar 24. Apakah bagian pembelian memiliki petunjuk atau pedoman kebijakan dan
prosedur ?
25. Apakah perusahaan memiliki standar pembelian yang menyuruh sehingga
setiap departemen mendapat
6. 26. Apakah ada prosedur khusus untuk pembelian peralatan ?
Cara 27. Apakah sebelum dipersiapkan pesanan pemesanan pembelian disyaratkan
perhitungan harus ada permintaan pembelinya ?
28. Apakah ada sesuatu sistem otorasi factor sehingga perbedaan pembelinya
dengan pesanana dapat diketahui ?
29. Apakah ada sesuatu komisi standarisasi untuk mengendalikan proliterasi
produk ?
30. Apakah bagian pembelian menggunakan semacam formula khusus kuantitas
pembelian ekonomi ?
31. Apakah bagian bembelian selalu mencoba untuk membeli produk yang dapat
memenuhi kebutuhan beberapa departemen ketimbang member beberapa
jenis barang yang hamper sama ?
32. Apakah selalu diusahakan untuk memiliki persediaan serendah mungkin
selalu menghentikan kemungkinan kelangkaan barang ?
33. Apakah bagian pembelian perna melaksanakan analisa nilai sehingga dapat
diketahui bahwa barang yang datang benar-benar datang yang digunakan

10
34. Apakah bagian pembelian selalu memanfaatkan diskon ?
35. Apakah bagia pembeli selalu mencoba untuk memuaskan pembelian pasa
persamaan tertentu untuk mendapatkan diskon kuantitas ?
7. 36. Apakah pembelian yang mendesak selalu dihindari ?
37. Apakah bagian pembelian selalu meminta penawaran dari tekanan ?
38. Apakah syarat-syarat penawaran selalu dipertimbangkan dengan saksama
Sistem
seperti misalnya mengenai pengangkutan, diskon dan layananya ?
monitoring
39. Apakah penetapan rekanan selalu didasarkan pada nilai yang optimal ?
dan evaluasi
40. Apakah permintaan penawaran benar-benar dialamatkan kepada beberapa
rekanan yang berbeda-bedah ?
41. Apakah ada prosedur tidak lanjut atas barang-barang yang diterimah tidak
tepat pada waktunya ?
42. Apakah pembelian back-order selalu di monitor ?
43. Apakah pesanan pembelian juga bersihkan harga ?
44. Apakah catatan selalu dapat merekam terutama bilamana harga beli berbeda
dengan harga beli taksiran ?
45. Apakah digunakan suatu jumlah penggunaan rata-rata untuk setiao jenis
barang agar persediaan tetap baik ?
46. Apakah tinggkat kesediaan pengaman untuk masing-masing jenis barang
telah diperhitungkan ?
47. Apakah tingkat persediaan pengsediaan pengaman untuk masing-masing
jenis barang telah diperhitungkan ?
48. Apakah moral karyawan pembelian dan persediaan benar-benar
memuaskan ?
8. 49. Apakah para karyawan memiliki pengetahuan yang cukup memadai
mengenai produk yang mereka tangani ?
50. Apakah para karyawan selalu berusaha untuk memperoleh informasi
Adminitrasi mengenai adanya jenis barang yang baru ?
pembelian 51. Apakah perusahan selalu mengadakan pendidikan dan latihan yang kontinu
untuk karyawan pembelian dan persendiaan ?
52. Bagaimana perputaran karyawan bagian pembelian ?
53. Bagaimana tinggkat absensi karyawan ?

11
54. Apakah ada suatu arsip mengenai prestasi rekanan untuk dijadikan petunjuk
manan yang paling dipercaya dalam situasi yang mendesak ?
55. Apakah para selesman rekanan selalu dicegah untuk berhubungan dengan
pimpinan departemen lainya ?
56. Apakah ada suatu kebijakan mengenai hadiah-hadiah yang diterimah dari
rekanan
57. Apakah daftar rekanan selalu diperbaharui dengan frekuensi yang layak ?
58. Apakah blanko formolir pesanan pembelian dipronornosi ?
59. Apakah ada suatu ruang yang cukup pada setiap formulir (khusunya untuk
pesanan pembelian dan permintaan pembelian) untuk menuliskan semua
informasi yang dibutuhkan
60. Apakah permintaan penawaran dibuatkan formulir tersendiri yang tercetak ?
61. Apakah ruang yang tersediah pada formulir cukup mendukung kemudahan
dan kebenaran pengedikan ?
62. Apakah laporan pembelan dibuat secara bulanan ? apakah ada seorang
pejabat yang selalu mengevaluasinya dengan saksama ?
63. Apakah bagian pembelian membuat suatu buku catatan perlengkapan yang
membuat daftar peralatan modal ?
64. Apakah blanko formolir pembelian selalu dijaga keamanan ?
65. Apakah catatan-catatan diselenggarakan akan secara efesien dan efektif ?
66. Apakah pesanan pembelian dibuat tercetak ?
67. Apakah pesanan pembeliaan (kurang) tanpa alasan ditempat penerimaan ?
68. Apakah pekerjaan-pekerjaan apakah pekerjaan-pekerjaan pabrik selalu siap ?
69. Apakah pergeraian barang selalu sering terjadi ?
70. Apakah ada karyawan pengelola barang yang cukup ahli yang dipekerjakan
pada bagian yang kurang memerlukan keahlianya, dalam arti bahwa terdapat
Biayah tenaga kerja yang tinggi yang dipergunakan dalam bidang pekerjaan
yang tidak memerlukan keahlian ?
71. Apakah barang-barang yang rentan selalu terjaga kebutuhan dalam
pemecahannya ?
72. Apakah daerah produksi terbebas dari ganngguan barang-barang yang akan
dipergunakan pada kegiaatan berikutnya ?

12
73. Apakah barang-barang dibongkar dengan tangan secarah cukup banyak ?
74. Jika tidak, apakah barang-barang dibongkar dengan tangan secarah cukup
layak ?
75. Apakah dipergunakan karton-karton kemasan untuk memudahkan
perhitungan dan pengelolaan barang ?
76. Apakah perusahan selalu merasa berkewajiban untuk memenuhi setiap
penurunan pembelian dan perintah pengiriman ?

No Inti pertanyaan

8. Administrasi 77. Apakah kuantitas barang dicek dengan dokumen pengirimannya?


pembelian 78. Apakah tarip-tarip dicek dengan petunjuk yang ada dan dengan
perintahpengirimannya?

79. Apakah perhitungan-perhitungan maternitas yang ada juga selalu dicek?


80. Apakah tagihan-tagihan yang datang selalu di lunasi dalam jangka waktu yang telah di
tentukan ?
81. Apakah teknik-teknik pengendalian telah diterapkan, seperti misalnya pengendalian
untuk mencegah pembayaran ganda atas tagihan? Berikan uraian mengenai teknik-teknik
9 Perhitungan
pengendalian yang ada?
De murrage
82. Apakah pengendalian atas pembayaran biaya pengangkutan cukup memadai? Jika
tidak, tindakan-tindakan korektif apa yang di perlukan?
83. Apakah laporan mengenai pengangkutan selalu di buat secara teratur?

84. Apakah dalam periode pemeriksaan terjadi de murrage?


85. Tetapkan jumlah de murrage yang harus di bayar?
86. Apa saja yang menjadi penyebab de murrage ?

13
87. Apakah telah di rancang cara-cara khusus untuk memanfaatkan kredit perjanjian de
murrage ?
88. Tindakan korektif apa yang telah di lakukan untuk mengurangi biaya de murrage ?

89. Lakukan pengujian-pengujian atas tuntutan akibat kerusakan barang dan kerugian-
kerugian lainnya, dan cobalah untuk melihat apakah kerusakan dan kerugian itu memiliki
pola tertentu. Jika ya apakah dapat segera di tanggulangi ?
90. Apakah tuntutan-tuntutan selalu di selesaikan dengan cepat ?
91. Apakah ada perbedaan antara data pada dokumen angkut dengan data pada faktur?
Jika ya apakah hal itu di sebabkan oleh penerapan tarif yang salah ? Ataukah karena
pedoman rounting yang keliru? Apakah pelanggan di bebani jumlah biaya pengangkutan
yang benar ?

92. Apakah pengelolaan barang merupakan suatu aktivitas khusus atau suatu unit dalam
perusahaan, dimana sedikitnya ada satu orang yang bekerja secara penuh untuk
menangani aktivitas tersebut ?
93. Jika ya, apakah pengarahan dan kualitas jasa pengelolaan barang tanggung jawabnya
10. berada di tangan satu orang ?
Kerugian dan
94. Apakah perencanaan produksi dapat di pergunakan oleh petugas penyimpanan barang
tuntutan
sebagai pemberitahuan tentang barang-barang yang akan di butuhkan?
95. Apakah petugas gudang atau penyimpanan barang selalu di beritahu sebelumnya bila
mana terjadi perubahan-perubahan rencana persediaan ?
96. Apakah ada indikasi bahwa perusahaan menggunakan berbagai macam barang
sehingga memerlukan standarisasi ?
97. Jika ya, apakah perusahaan mwnwrapkan teknik penilaian tertentu ?
98. Apakah terdapat timbunan barang yang tengah menunggu reparasi, pengerjaan
kembali, atau retur ke rekanan ?
99. Apakah catatan persediaan cukup dapat di andalkan misalnya, dapat di gunakan
sebagai dasar pembelian barang atau untuk menyusun jadwal produksi ?
100. Apakah ada seseorang yang diserahi tugas untuk menerapkan metode baru
pengelolaan barang ?
101. Apakah persediaan merupakan komponen penting dalam investasi perusahaan ?

14
102. Apakah kualitas manajemen persediaan banyak mempengaruhi pendapatan
perusahaan? Jika jawaban pertanyaan 102 dan 104 ini adalah tidak, maka pertanyaan-
pertanyaan berikutnya tidak perlu di perhatikan lagi.

11.
Pembagian
tugas 103. Apakah semua barang yang di beli di simpan di gudang pusat, dan tidak di serahkan
langsung ke unti produksi ?
104. Jika ya, apakah gudang memiliki sistem pencatatan yang di kerjakan oleh karyawan-
karyawan yang secara fungsional independen terhadap para petugas gudang ?
105. Apakah ada pihak yang bertanggung jawab langsung atas pengelolaan persediaan ?
106. Jika ya, apakah ada pihak lain yang bertanggung jawab atas persediaan verifikasi
persediaan?
107. Apakah tingkat perputaran persediaan selalu diketahui dengan muda ?
108. Apakah tingkat perputaran persediaan selalu diketahui dengan muda ?
109. Jika ya, apakah cukup layak bila di bandingkan dengan standar industri yang ada,
tingkat perputaran di masa lalu, dan lain-lainnya ?
110. Apakah untuk setiap jenis persediaan di selenggarakan pencatatan secara perpetual?
111. Jika tidak, apakah di perlukan pencatatan secara perpetual?
112. Apakah pada tiap-tiap kantung atau lokasi barang selalu di buat catatan-catatan yang
perlu di tentukan ?
113. Jika tidak, apakah memang seharusnya demikian ?
114. Jika ya, sapakah memang yang benar-benar di perlukan ?
115. Apakah setiap unsur persediaan di pesan, di simpan, di keluarkan,dan di kendalikan,
dengan cara yang sama ?
116. Jika ya, apakah nampak adanya barang yang sebenarnya tidak mahal tapi mendapat
perlakuan pencatatan dan pengelolaan yang berlebihan ?
117. Apakah ukuran atau alat pengaman untuk mencegah kecurangan telah di tetapkan
dalam pengelolaan persediaan ?

118. Apakah unsur-unsur persediaan telah diidentifikasi menurut nomor-nomor barang ?

15
119. Apakah hasil perhitungan rekanan di cek kembali oleh bagian penerimaan ?
120. Apakah catatan persediaan selalu di cek dengan jumlah fisik nya sedikitnya sekali
setahun ?
121. Jika ya, apakah penyesuaian-penyesuaian atas catatan di lakukan dengan cepat ?
122. Jika pertanyaan 121 jawabanya ya, apakah penghitungan fisik itu di lakukan oleh
karyawan yang bertanggung jawab atas pencatatan persediaan ?
123. Apakah untuk penyesuaian catatan persediaan fisik itu di perlikan persetujuan tertulis
oleh pihak yang bertanggung jawab ? Berapa kali penyesuaian berakhir di lakukan ? Lantas
apa yang di lakukan setelah penyesuaian itu ? Berikan catatan seperlunya,
124. Apakah sistem yang ada mengharuskan di susunya laporan secara periodik mengenai
barang-barang yang memiliki gerakan lambat, barang-barang usang, dan barang yang
berlebihan, kepada orang yang bertanggung jawab atasnya ? Berikan catatan mengenai
tindakan yang di ambil dalam enam bulan terakhir.
125. Apakah kelompok-kelompok barang berikut ini cukup mendapat porsi pengendalian
akuntansi :
A) Konsinyasi
B) Barang yang berada di tangan pensuplai dan lain-lainnya.
12. Pergudangan
C) Barang yang dikirim dengan memorandum
dan
D) Konsinyasi masuk
persediaan
126. Apakah barang yang bukan milik perusahaan(barang pelanggan,konsinyasi masuk, dan
lain-lain) secara fisik di pisahkan, di beri tanda dengan jelas, dan memperoleh
pengendalian akuntansi yang layak ?
127. Apakah perusahaan memiliki instruksi tertulis sebagai pedoman bagi karyawan yang
melaksanakan penghitungan fisik akhir tahun ?
128. Apakah prosedur penghitungan prsediaan itu sendiri sudah cukup dapat di andalkan.

Klasifikasi Logistik Rumah Sakit

16
Klasifikasi Jenis Logistik
Perangkat Lunak Perangkat Keras
Admisnistrasi - Peraturan per UU-an - Alat Tulis Kantor (ATK)
- Tata Hubungan Kerja - Mebelair ( BIK )
Org - Kendaraan Operasional (BIK)
- Perangkat kebijakan - Gedung (BIK)
- Pola Tarif/ Setoran - Komputer (BIK)
ke KN - Alat Komunikasi (BIK)
- Dil yang berkaitan - Dil yang berkaitan dengan Adm
dengan Adm
Pelayanan - Buku Petunjuk Alat - Obat – obatan (BHP)
Medik/ Medis - Bahan Linen (BHP)
Kesehatan - Perangkat Kebijakan - BAHAN Farmasi (BHP)
Tertulis - Tempat Tidur Pasien (BIK)
- Tata Hubungan Kerja - Peralatan Medik (BIK)
- Peraturan per UU-an - Peralatan Radiologi (BIK)
- SOP Medik - Gas Medik (BHP)
- Pola Tarif - Oksigen (BHP)
- Protap Pelayanan - Baju Operasi (BIK)
Kesehatan - Kursi Roda (BIK)
- Dil yang berkaitan - Keperluan Yankes lainnya (BIK/BHP)
dengan Yan Med - Dilyang berkaitan dengan Yan Medik
Laboratotium - Kebijakan Tertulis - Peralatan Lab (BIK)
- Pola Tarif - Reagen (BHP)
- SOP Lab - Baju/ Jas Lab (BIK)
- Buku Petunjuk Alat - Dil yang berkaitan dengan Lab
Lab
- Dil yang berkaitan
dengan Lab
Kebidanan - Kebijakan Tertulis - Bidan Kit (BIK)
- Opla Tarif - Peralatan Kebidanan Lengkap (BIK)
- SOP - Incubator (BIK)
- Buku Petunjuk Alat - Tempat Tidur Pasien (BIK)
Kebidanan - Oksigen (BHP)
- Dil yang berkaitan - Peralatan Partus (BIK)
dengan Kebidanan - Dil yang berkaitan dengan Kebidanan
Pasien Rawat - Kebijakan Tertulis - Bahan makanan kering (BHP)
Inap - Pola Tertarif - Bahan makanan basah (BHP)
- SOP - Bahan makanan khusu (BHP)
- Indeks - Dil yang berkaitan dengan Rawat Inap
biaya/hari/pasien
- Dil yang berkaitan
dengan Rawat Inap
Keterangan :
BIK : Barang Inventaris Kantor
BHP : Bahan Habis Pakai

17
Dari tabel tersebut diatas, apabila divisualisasikan ke dalam sebuah Bowchart,
maka akan terlihat sebagai berikut:

Klasifikasi dari Jenis Logistik Rumah Sakit

Perangkat Lunak

elayanan Medik Laboratorium Kebidanan Rawat Inap Pelayanan Kesehatan berkualitas

Perangkat Keras

A. Siklus Logistik Rumah Sakit


Logistik ini dijalankan berdasarkan suatu siklus yang terus menerus dan
berkesinambungan. Siklus ini dinamakan siklus logistik.dimaksud dengan siklus
logistik adalah suatu perputaran, daro seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan
dengan logistik dari sebuah rumah sakit. Dari klasifikasi dan jenis logistik yang
telah diuraikan diatas, naka masing – masing jenis dan masing – masing
klasifikasi melakukan siklusnya sendir – sendiri, sesuai dengan tahapannya
masing – masing.

Dari gambat tersebut diatas tentang Siklus Logistik, maka dapat dijelaskan hal –
hal sebagai berikut :

18
1. Siklus logistik ini disusun berdasarkan adanya suatu tahapan dari mulai
perencanaan yang berdasarkan kebutuhan, sampai dengan tahapan terakhir
yakni penghapusan
2. Siklus ini ternyata juga tidak hanya berlaku bagi kepentingan Logistik di
Rumah Sakit, namun juga dapat digunakan bagi kepentingan Logistik
dibeberapa unit organisasi
3. Berbagai versi tentang Siklus Logistik atau disebut pula dengan siklus
Perlengkapan, sebenarnya secara substantif adalah sama, yakni suatu
putaran dari tahapan-tahapan kegiatan perencanaan, pengadaan,
penggunaan sampai kepada permusuhan dari Logistik atau perlengkapan
4. Siklus Logistik yang dibahas disini adalah terdiri dari delapan simpul,
yang masing-masing simpul secara sendiri-sendiri akan dibahas secara
rinci, sehingga Flowchart dari Siklus ini hanya sebatas gambaran dari
tahapan kegiatan dari Logistik Rumah Sakit.
B. Perencanaan Manajemen Logistik Di Rumah Sakit
1. Sifat perencanaan logistik

Dalam setiap pelaksanaan suatu kegiatan, dengan berbagai macam ragam dan
jenisnya, maka apa yang dinamakan “RENCANA KERJA“, selalu saja akan
dibaut dan disusun, sebelum pekerjaannya dimulai. Hampir dapat dipastikan di
dalam setiap pekerjaan apapun bentuk dan jenisnya, apakah dalam ruanglingkup
yang besar, sedang atau kecil, maka rencana kerja tersebut selalu saja ada. Sadar
atau tidak selalu saja dipikirkan apa yang akan diperbuat nanti. Oleh karena itu
dalam setiap literatur, dari mana saja definis tentang maanjemen itu berasal, maka
selalu saja ada rencana atau perencanaan atau disebut juga planning. Dan memang
pada akhirnya planning ini ditempatkan sebagai suatu fungsi dari manajemen.

Demikian pula dengan kegiatan yang berkaitan dengan apa yang dinamakan
logistik, maka salah satunya adalah membuat perencanaan logistik. Perencanaan
ini tidak akan datang secara tiba – tiba dan kemudian kita akan melakukannnya.
Namun dengan perkembangan dan kemajuan pola pikir manusia, maka tentu harus
ada pertimbangan – pertimbangan tertentu dalam melakukan suatu perencanaan
dari sebuah kegiatan. Pertimbangan – pertimbangan mana tentu juga harus

19
mendasarkan pada sesuatu fakta yang diyakini akan kebenarannya, sehingga tanpa
ragu – ragu perencanaan dapat disusun dan dilaksanakan sesuai dengan kehendak
dan tujuan dari pekerjaan itu sendiri. Maka berdasarkan suatu analisa yang matang
sebuah perencanaan ini harus dapat mendasar :

1. Kenyataan akan adanya data dan informasi konkrit


2. Tidak berpegang pada “ bagaimana maunya kita, keinginan kita dsb “
3. Perencanaan adalah suatu pekerjaan mental yang memerlukan pemikiran,
imajinasi dan kemampuan untuk melihat ke depan
4. Perencanaan yang baik harus dapat membuat antisipasi ke depan, apabila
yang dilakukan terbentur adanya suatu rintangan yang muncul tiba- tiba,
atau kesulitan lain yang menggangu pelaksanaannya.

Jadi seseorang yang membuat perencanaan adalah seseorang yang sama


pentingnya dengan fungsi orang yang melaksanakan rencana tersebut. Sering kita
dengan istilah “ faktor intelektual “ dalam beberapa kasus kejahatan. Ternyata
faktor di belakang layar yang membuat rencana tersebut sama pentingnya dengan
orang yang melakukan kejahatan. Dalam konteks perencanaan dari suatu
pekerjaan yang baik, peran tersebut identik. Artinya fungsi orang yang bergerak di
belakang layar dalam mebuat perencanaan, akan sama pentingnya dengan orang
yang melaksanakannya.

Namun terkadang orang awam tidak akan pernah melihat siapa yang berperan
di belakang layar tsb. Ia hanya melihat keberhasilan dari orang yang
melaksanakan tsb. Sebuah perencanaan yang baik ibarat kata adalah sebuah
design dari sautu pekerjaan yang akan dilakukan oleh seseorang. Perencanaan,
sebut saja demikian bagi yang bekerja membuat rencana, akan memikirkan
seluruh aspek yang terkait dengan pelaksanaannya, tidak hanya sekedar menyebut
angka atau jumlah tertentu, jika kita menginginkan suatu barang. Demikian pula
jika sebuah rumah sakit memerlukan logistik dalam rangkah menjalankan
operasinya untuk memberikan pelayanan kesehatan, maka seorang perencana akan
memikirkannya dari semua segi hal – hal yang berhubungan logistik rumah sakit
tsb, apa jenisnya, bagaimana bentuk dan designnya, berapa jumlah yang
dibutuhkan, belinya dimana dan bagaimana sertaberapa harganya dsb. Dari

20
perencanaan yang baik pula inilah maka akan dapat menekan suatu biaya ( cost )
dalam operasional sebuah rumah sakit. Jadi sebuah perencanaan sedemikian
pentingnya bagi sebuah organisasi dalam menentukan langkah ke depan guna
mencapai tujuan. Oleh karena itu perencanaan sangat erat sekali hubungannya
dengan aspek – aspek lain yang ada dalam lingkungan sebuah organisasi. Aspek –
aspek yang sangat berperan dalam membuat suatu perencanaan adalah :

1. Kebijakan ( policy )
Kebijakan ini biasanya datangnya dari pemimpin organisasi atau direktur
rumah sakit. Kebijakan ini akan menjadi dasar dan pedoman dalam setiap
pemikiran dan tindakan para stafnya. Oleh karenanya dalam membuat
perencanaan diberikan ruang dalam menafsirkan dan mempertimbangkan,
sehingga tidak bertentangan dengan kebijakan yang ada
2. Prosedur
Dalam membuat perencanaan tertentu pada akhirnya akan sampai pada
pemilihan suatu tindakan yang harus diambil kelak. Tahapan kegiatan
secara hierarkis ini dinamakan prosedur, sehingga perencanaan yang akan
dibuat juga harus selalu mempertimbangkan prosedur kerjanya
3. Anggaran
Salah satu ikhtisar yang selalu diharapkan adalah adanya pengeluaran ynag
dialokasikan untuk mencapai hasil yang diharapkan, dan dicatat dalam
bentuk angka dan jumlah. Kepentingan ini dilakukan dalam rangkah
membuat suatu budget atau alokasi anggaran atau biaya yang disediakan
untuk dapat menyelaraskan dengan perencanaan
4. Program
Program ini lahir dari adanya campuran antara sebuah kebijakan dan
prosedur yang akan didukung oleh anggaran, serta dilaksanakan dalam
kurun waktu tertentu. Maka perencanaan selalu saja akan terkait dengan
apa yang namanya program tersebut.

Dari segala uraian diatas maka tentu sebuah perencanaan yang baik akan
sangat meperhitungkan berbagai segi lainnya, seperti waktu, tempat orang dsb.
Untuk menjadikan sebuah rencana yang baik, berdasarkan beberapa literatur

21
manajemen, maka harus memenuhi unsur 5 W + 1H. Dalam konteks untuk
membuat perencanaan yang berkaitan dengan logistik sebuah rumah sakit, maka
pertanyaan dengan rumus tersebut diatas harus dapat dijawab dan dijelaskan, agar
perencanaan logistik dapat disusun dengan sebaik – baiknya. Unsur – unsur
tersebut jika diuraikan akan tampak sebagai berikut:

Persyaratan yang terkait dengan pembuatan rencana

No Unsur Penjelasan
1. W1 ( WHAT ) Logistik macam apa yang dibutuhkan oleh masing
Apa – masing bagian/ instalasi untuk setahun
kedepan ? atau dalan periode tertentu
2. W2 ( WHERE ) Dimana logistik tsb dapat diperoleh ?
Dimana
3. W3 ( WHEN ) Kapan semua logistik tsb harus tersedia ? kapan
Kapan akan digunakan ?
4. W4 ( WHY ) Bagaimana prosedur dan tata cara pengadaannya?
Bagaimana Bagaimana budgetnya
5. W5 ( WHO ) Siapa yang akan menggunakan logistik tsb
Siapa
6. H ( HOW ) Kenapa logistik tsb harus diadakan
Kenapa
2. Perencanaan logistik berbasis prioritas

Sudah menjadi suatu jawaban yang sangat klasik, apabila seorang user ditanya
oleh pimpinan atau petugas begian logistik, mengenai apa yang dibutuhkan untuk
pengadaan tahun depan. Tentu akan dijawab sekomplit mungkin, yang
menggambarkan seakan – akan bahwa tiada hari lagi dan tidak akan ada
kesempatan lagi untuk ditanya hal demikian. Maka jawabnya akan sangat banyak
sekali yang dibutuhkan. Sampai – sampai hal yang sekecil apapun akan
disampaikannya. Lebih celaka lagi sang user ditanya hal yang sama. Jadi
bagaimana caranya untuk dapat mengetahui logistik mana saja yang benar – benar
dibutuhkan dalam rangka pelayanan kesehatan atau penunjangnya. Dari sekian
jenis, katakan lima kebutuhan logistik, kira – kira yang paling penting diantaranya

22
ynag mana. Jika jawabanyya penting semua, maka tentu ada yang lebih penting
suatu dari yang lainnya.

Itulah yang disebut sebagai skala prioritas. Artinya ada hal-hal yang lebih
penting dibanding dengan yang lain. Tentu akan lebih baik kalau saja setiap
kebutuhan yang sudah dirancang sebelumnya diberi nomor urut sesuai dengan
kepentingan atau prioritasnya. Misalnya Incubator akan menjadi lebih penting,
karena jumlah yang ada tidak sebanding dengan jumlah kasusnya. Ini jika
dibandingkan dengan tempat tidur pasien, karena ternyata masih ada tempat tidur
pasien yang bisa digunakan dan berada digudang, tinggal dibersihkan dan
dirapihkan kembali. Inilah sebenarnya perencanaan yang harus dibuat dengan
mendahulukan kebutuhan yang lebih penting. Skala prioritas ini juga tidak dilihat
hanya dari satu sisi saja. Faktor-faktor lainnya tentu akan menjadi bahan
pertimbangan tersendiri.

Ada beberapa hal yang akan menjadi pertimbangan dalam menentukan skala
prioritas dari suatu perencanaan logistik Rumah Sakit. Hal-hal tersebut adalah
seperti terlihat dalam tabel berikut: Aspek yang menjadi pertimbangan dalam
menentukan skalaprioritas pada perencanaan logistik RS

N Pertimbangan Uraian
o

1. Manfaat Perencanaan Logistik yang akan diadakan, harus membawa


manfaat bukan saja bagi user yang bisa, tetapi bagi
perkembangan dan peningkatan pelayanan kesehatan

2. Biaya Apakah Logistik yang dibutuhkan tsb, sesuai dengan


anggaran yang disediakan dan dialokasikan. Karena mungkin
yang akan dimajukan bukan hanya satu jenis logistik saja

3. Efisien Apakah logistik yang akan diadakan tersebut memenuhi


unsur efisien dari segi pembiayaannya

4. Efektif Apakah Logistik tersebut memenuhi unsur efektif jika barang


tersebut sudah diadakan. Efektif dalam arti penggunaannya

23
dapat berdaya guna dan berhasil guna

5. Urutan Apakah pengajuan rencana pengadaan logistik tersebut sudah


Kepentingan memenuhi unsur urutan kegentingan. Dalam arti,
mendahulukan yang lebih penting, dengan memberikan
nomor urut pada jenis logistik yang akan diusulkan. Sehingga
apabila terjadi perubahan dalam kuantitas, maka pencoretan
akan dilakukan dari urutan yang paling bawah tanpa harus
menghubungi sang user (Pengguna) terlebih dahulu

Dari tabel diatas, sebenarnya dalam beberapa versi tentu akan banyak sekali
pendapat yang akan membatasi seseorang untuk melakukan perencanaan
semuanya. Perencanaan lebih diutamakan dengan cara penentuan pada skala
perioritas. Dan ini siapapun tentu akan sangat setuju. Sehingga pertimbangan yang
telah dikemukakan diatas sebenarnya tidaklah bersifat sangat kaku, akan tetapi
bisa saja pihak lain menambahkan beberapa persyaratan, sehingga pada gilirannya
dihasilkan suatu output dari produk perencanaan logistik dengan berbasiskan
skala prioritas.
2.2.2 Tujuan Manajemen Logistik
Kegiatan logistik sangat penting dalam menunjang kegiatan pengadaanbarang
atau jasa dan pihak perusahaan atau organisasi tidak mampu mengoptimalkan
pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki, secara umum kegitan logistik memiliki
tujuan, yaitu:
1. Tujuan operasional: agar tersedia barang serta bahan dalam jumlah yang
tepat dan mutu yang memadai.
2. Tujuan keuangan: dapat melaksanakan tujuan operasional dengan
biaya paling rendah.
3. Tujuan pengamanan: agar persediaan tidak terganggu oleh kerusakan,
pemborosan, penggunaan tanpa hak, pencurian, dan penyusutan yang tidak
wajar lainnya.
2.2.3 Konsep Logistik Terpadu
Terdiri dari 2 usaha yang berkaitan satu sama lainnya:

24
1. Operasional logistik, terkait dengan manajemen pemindahan dan
penyimpanan material dan produk jadi perusahaan yang berawal
dari pengangkutan pertama material atau komponen-komponen dari
sumber perolehannya dan berakhir pada penyerahan produk yang dibuat
atau diolah itu kepada pelanggan
2. Koodinasi logistik, terkait dengan identifikasi kebutuhan pergerakan dan
penetapan rencana untuk memadukan seluruh operasi logistik. Fungsi dari
koordinasi logistik ini adalah memastikan seluruh pergerakan dan
penyimpanan diselesaikan seefektif dan seefisien mungkin.koordinasi
dapat dibagi ke dalam 4 bidang manajerial : peramalan (forecasting) pasar
produk, pengolahan pesanan, perencanan operasi dan procurement atau
perencanaan kebutuhan material.
2.2.4 Fungsi Manajemen Logistik Rumah Sakit
Fungsi-fungsi manajemen logistik merupakan suatu proses yang terdiri dari:
fungsi perencanaa dan penentuan kebutuhan, fungsi penganggaran, fungsi
pengadaan, fungsi penyimpanan dan penyaluran, fungsi pemeliharaan, fungsi
pengendaliaan.
1. Fungsi Perencanaan dan Penentuan Kebutuhan: Fungsi perencanaan
mencakup aktivitas dalam menentukan sasaran-sasaran, pedoman,
pengukuran penyelenggaraan bidang logistik, penentuan kebutuhan
merupakan perincian dari fungsi perencanaan.
2. Fungsi Penganggaran: Fungsi ini merupakan usaha-usaha untuk
merumuskan perincian penentuan kebutuhan dalam suatu skala
standar, yaitu skala mata uang dan jumlah biaya dengan
memperhatikan pengarahan dan pembatasan yang berlaku.
3. Fungsi Pengadaan: Fungsi ini merupakan usaha dan kegiatan untuk
memenuhi kebutuhan operasional yang telah digariskan dalam fungsi
perencanaan dan penentuan kepada instansi – instansi pelaksana.
4. Fungsi Penyimpanan dan Penyaluran: Fungsi ini merupakan penerimaan,
penyimpanan dan penyaluran perlengkapan yang telah diadakan melalui
fungsi-fungsi terdahulu untuk kemudian disalurkan kepada instansi-
instansi pelaksana.

25
5. Fungsi Pemeliharaan: Adalah usaha atau proses kegiatan untuk
mempertahankan kondisi teknis, daya guna dan daya hasil barang
inventaris.
6. Fungsi Penghapusan: Berupa kegiatan dan usaha pembebasan
barang dari pertanggungjawaban yang berlaku. Dengan kata lain,
fungsi penghapusan adalah usaha untuk menghapus kekayaan
karena kerusakan yang tidak dapat diperbaiki lagi, dinyatakan sudah tua
dari segi ekonomis maupun teknis, kelebihan, hilang, susut dan karena hal-
hal lain menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7. Fungsi Pengendalian: Fungsi ini merupakan fungsi inti dari
pengelolaan perlengkapan yang meliputi kegiatan untuk memastikan
bahwa suatu proses produksi atau pelayanan sesuai dengan standar
mutu yang telah ditetapkan.
2.2.6 Peran Manajemen Logistik di Rumah Sakit
Rumah sakit merupakan suatu usaha yang melakukan produksi jasa sehingga
logistik dalam rumah sakit bukan manajemen pendistribusian barang jadi tetapi
hanya menyangkut manajemen persediaan bahan barang serta peralatan yang
dibutuhkan untuk memproduksi jasa tersebut. Logistik dalam rumah sakit bermula
dari perolehan (procurement) dan berakhir dengan sokongan penuh dari usaha-
usaha pembedahan dan pengobatan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa manajemen logistik dalam lingkungan rumah
sakit adalah suatu proses pengolahan secara strategis terhadap pengadaan,
penyimpanan, pendistribusian serta pemantauan persediaan barang (stock,
material, supplies, inventory dll) yang diperlukan bagi produksi jasa rumah sakit.
Menurut bidang pemanfaatannya, barang dan bahan yang harus disediakan di
rumah sakit dapat dikelompokkan menjadi: logistik obat, logistik alat kesehatan,
Logistik Food and Beverages, logitik habis pakai, logistic barang-barang kuasi,
logistic peralatan medis dan non-medis, logistic sarana dan prasarana gedung,
logistic linen. Lingkup kegiatan logistik dalam rumah sakit meliputi:
1. Logistik Obat
a. Meliputi aktivitas logistik yang terkait dengan obat-obatan yang digunakan
dalam proses pelayanan kesehatan di rumahsakit.

26
b. Obat merupakan salah satu komponen utama pendapatan rumah sakit.
c. Tantangan dalam melaksanakan logistik obat di rumah sakit
secara baik tergolong tinggi. Berbagai pihak terlibat dalam logistik obat di
rumah sakit.
2. Logistik alat kesehatan
a. Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan alat-alat kesehatan
yang digunakan dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit.
b. Problem utama yang sering terjadi adalah inventory managemen yang
kurang baik, sehingga mengakibatkan Alkes yang disimpan berlebihan.
3. Logistik Food and Beverages
a. Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan pelayanan gizi, baik untuk
pasien atau untuk karyawan rumah sakit.
b. Problem yang sering muncul adalah barang hilang atau berkurang dan
mutu proses yang bervariasi.
4. Logistik bahan habis pakai
a. Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan bahan-bahan yang
dikategorikan sebagai bahan habis pakai.
b. Problem yang sering dihadapi adalah sediaan bahan habis pakai
yang berlebihan.
5. Logistik barang-barang kuasi
a. Adalah kegiatan logistic yang terkait dengan barang-barang
kelengkapan administrasi rumah sakit.
b. Problem yang sering terjadi adalah sediaan barang-barang kuasi yang
terlalu banyak.
6. Logistik peralatan medis dan non-medis
a. Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan peralatan medis dan non-
medis yang digunakan dalam memberikan pelayanan kesehatan.
b. Problem yang sering dihadapi adalah penyimpanan alat-alat dan
persediaan
suku-cadang.
7. Logistik sarana dan prasarana gedung

27
a. Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan sarana dan prasarana gedung
rumah sakit.
b. Nilai sarana dan prasarana gedung rumah sakit dapat mencapai sekitar
40% dari nilai aset total rumah sakit.
c. Problem yang sering muncul:
Pembangunan sarana dan prasarana yang tidak efisien
Pemeliharaan sarana dan prasarana yang tidak sesuai standar
yang ditetapkan.
8. Logistik linen
a. Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan bahan-bahan kelompok linen.
b. Problem yang dihadapi adalah sediaan yang berlebihan dan proses
yang bervariasi.
Mutu pelayanan logistik dapat dinilai dari 2 hal yaitu prestasi yang dicapai dan
biaya yang dikeluarkan. Penilaian atas prestasi yang dicapai dapat berupa
penyediaan barang, kemampuan waktu pengantaran, konsistensi, dan mutu
dari usaha. Biaya logistik berhubungan langsung dengan kebijakan
prestasi. Makin tinggi biaya logistik yang dikeluarkan, makin tinggi
prestasinya. Kunci untuk mencapai prestasi logistik yang efektif adalah
mengembangkan usaha yang seimbang antara prestasi pelayanan yang
diberikan dengan biaya yang dikeluarkan
2.2.7 Penghapusan Logistik
1. Pengertian penghapusan

28
Penghapusan berasal dari kata “hapus”, artinya dihilangkan dengan sengaja.
Namun pengertian penghapusan dalam konteks Logistik ini mempunyai arti tidak
hanya sekedar dihilangkan saja. Penghapusan disini mengandung makna bahwa
Logistik Rumah Sakit dapat dilakukan “penghapusan” manakalah telah memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Pengertian penghapusan sendiri adalah mengahapus catatan jenis logistik yang
bersangkutan dari daftar investaris kantor. Dan ketika penghapusan dinyatakan
selesai, maka untuk jenis logistik yang bersangkutan tidak bisa lagi dilaporkan
sebagai bagian dari kekayaan Rumah Sakit. Laporan yang disampaikan adalah
laporan tentang proses penghapusan disertai dengan dokumen pendukungnya.
Laporan tahunan investaris (LTI) yang antara lain memuat Daftar investaris ini
dibuat secara periodik (minimal setahun sekali), untuk menggambarkan tentang
besarnya aset atau kekayaan rumah sakit ybs. Besarnya aset ini akan terkait pula
dengan alokasi biaya untuk pemeliharaanya. Jadi penghapusan ini harus benar-
benar dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2. Alasan penghapusan

Sebagaimana telah diketahui bahwa logistik (Rumah Sakit) yang digunakan


dalam rangka operasional sebuah kegiatan, pada dasarnya akan mengalami
penyusutan baik secara jumlah maupun nilai, kecuali tanah/lahan. Untuk
tanah/lahan nilai jualnya makin lama akan makin naik, jumlahnya tetap kecuali
ada penambahan. Oleh karena itu untuk barang investaris yang mengalami
penyusutan, secara prinsip dapat dilakukan penghapusan tentunya dengan
memenuhi beberapa persyaratan.
Penyusutan tersebut dapat berupa jumlahnya berkurang karena hilang atau
rusak. Tetapi ada pula yang berkurang karena mengikuti aturan yang ada. Seperti
rumah dinas yang teklah dibeli oleh karyawan.
Berbagai alasan yang mendasari Logistik Rumah Sakit dalam bentuk Barang
Investaris Kantor (BIK) yang dapat dilakukan penghapusan adalah sebagai
berikut:
No Kondisi Uraian Keterangan
Barang

29
1 Rusak 1) Dapat diperbaiki Usul dihapuskan
Ringan (RR) 2) Tidak ada spare part
3) Jenis serupa tidak di
produksi
2 Rusak Berat 1) Tidak dapat Usul dihapuskan
(RB) diperbaiki
2) Dapat diperbaiki
biaya besar
3 Hilang 1) Diganti baru Yang lama usul
(Lost) dihapuskan
4 Umur, BIK 1) Sudah tua Usul dihapuskan
>15th 2) Tidak efisien
(Alkes, Lab 3) Tidak akurat
dll) 4) Ketinggalan generasi
5 Rumah 1) Sudah di ahlikan ke Usul dihapuskan
Dinas Gol II
2) Administrasi sesuai
persyaratan
6 Kendaraan 1) Boros Usul dihapuskan
>15th 2) Sering rusak
3) Perbaikan biaya tinggi
7 Bangunan 1) Sudah tidak layak Bangunan usul
pakai dihapuskan
2) Perawatan biaya
tinggi
3) Tidak efisien
4) Pengembangan
pelayanan
Dari tabel diatas ternyata sangat beragam sekali alasan yang dapat dijadikan
sebagai suatu dasar dan acuan bagi Manajemen untuk dapat melakukan
penghapusan terhadap Barang Investaris Kantor (BIK) tersebut.

3. Prosedur Penghapusan Logistik

30
Setelah persyaratan dalam rangka penghapusan BIK telah dipenuhi maka
pelaksanaanya harus dilakukan sesuai dengan tatacara dan prosedur yang berlaku
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Disebut sebagia suatu prosedur adalah
tidak merupakan suatu tahapan dari sebuah proses kegiatan.
Jadi prosedur penghapusan adalah tahapan – tahapan dari sebuah kegiatan untuk
elakukan penghapusan Logistik. Tahapan – tahapan tersebut dapat dilhat dalam
Tabel berikut:

User/Pengguna IPS-RS Pimpinan RS Depkes RI Tim


1. 2.
4
========== ======= Tidak Setuju

3 6 7
======== ======= =========== ===========
5
Di Proses
Setuju
==========
8
=========== ===========
10 9
11 12

============ ==========
14
x Terbit SK Menkes
======== ==========
13
Dari Tabel tersebut dapat dijelaskan:
1. User/pengguna menginventarisir semua jenis logistik yang masuk dalam
BIK, yang diindikasi harus dihapuskan;
2. Daftar tersebut diserahkan kepada pihak Instalasi Pemeliharaan Sarana
Rumah Sakit (IPS-RS) untuk diproses;
3. IPS-RS melakukan pengecekan fisik terhadap BIK yang diusulkan untuk
dihapuskan, sesuai dengan ketentuan yang ada.
4. IPS-RS membuat usulan kepada Pimpinan;
5. Jika Pimpinan setuju, maka usulan tersebut diteruskan ke DepKes untuk
diproses lebih lanjut;

31
6. DepKes segera membentuk Tim, dan dilakukan pininjauan dan
pengecekan fisik ke lokasi;
7. Apabila semua persyaratan telah terpenuhi, maka SK Menkes diterbitkan;
Proses penghapusan selesai dan periode berikutnya BIK yang telah keluar SK
Penghapusannya, harus dikeluarkan dari Daftar Inventaris Barang atau Laporan
Tahunan Inventaris (LTI).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manajemen logistik adalah suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses
mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan,
penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan material atau alat. (Subagya:
1994), sehingga manajemen logistik mampu menjawab tujuan dan bagaimana cara
mencapai tujuan dengan ketersediaan bahan logistik setiap saat bila dibutuhkan
dan dipergunakan secara efisien dan efektif.
Mutu pelayanan logistik dapat dinilai dari dua hal yaitu prestasi yang dicapai
dan biaya yang dikeluarkan. Penilaian atas prestasi yang dicapai dapat berupa
penyediaan barang, kemampuan waktu pengantaran, konsistensi, dan mutu dari
usaha. Biaya logistik berhubungan langsung dengan kebijakan prestasi. Makin
tinggi biaya logistik yang dikeluarkan, makin tinggi prestasinya. Kunci untuk
mencapai prestasi logistik yang efektif adalah mengembangkan usaha yang
seimbang antara prestasi pelayanan yang diberikan dengan biaya yang
dikeluarkan.
3.2 Saran

Setiap perusahaan pasti mempunyai tujuan yang sama yaitu bagaimana


mendapatkan keuntungan yang tinggi dan membuat setiap pelanggan merasa puas
terhadap setiap produknya. Maka dari itu untuk mencapai tujuan itu diperlukan
planning yang matang baik itu bagaimana mengelola SDA,SDM,manajemen
logistic,manajemen persediaan dan pelayanan pelanggannya,maupun structure

32
organisasinya. Semua aspek itu harus bisa dijalankan dengan prosedur yang sudah
diterapkan sebagai strategi suatu perusahaan itu. Sehingga apa yang menjadi
tujuan utama sebuah perusahaan bisa tercapai dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Sabarguna. 2011 Buku Pegangan Mahasiswa Manajemen Rumah Sakit Jilid 2:


CV Agung Seto –Jakarta.

33

Anda mungkin juga menyukai