Anda di halaman 1dari 20

Pemahaman Peserta Didik

dan Pembelajarannya
Kelompok 6
Anggota Kelompok :
Rizka Agustina Bellahaq (2201660038)
Isytifa Noor Rahma (2201660060)
Kardiana Pahwani Dewi (2201660062)
Joyo Utomo (2201660064)
TEORI BEHAVIORISTIK
Dalam teori Behavioristik
hubungan antara stimulus
dan respon merupakan
unsur yang sangat penting,
pembentukan individu yang
pasif dengan penataan yang
ketat sehingga terjadi
perubahan yang tampak
pada hasil belajar.
Contoh lain dalam pembelajaran matematika bab
bunga tunggal dan majemuk dengan langkah-
langkah sebagai berikut:

• Guru mengecek • Guru menjelaskan bab


pemahaman siswa dengan bunga tunggal dan • Guru memberikan ucapan
lembar tugas yang akan majemuk beserta contoh selamat da reward kepada
dikerjakan siswa secara latihan, dilanjutkan dengan siswa yang mempunyai
berpasangan, hasil ini akan banyak latihan soal. kesalahan paling sedikit
digunakan untuk • Guru memberikan lembar sebagai penguatan agar
mendeteksi faktor kesulitan kerja, setelah selesai guru siswa mau mengulangi
belajar siswa pada materi meminta siswa untuk kembali prestasinya.
prasyarat. lembar jawab dan meminta • Guru melakukan evaluasi
• Guru menyiapkan diri siswa siswa mengkoreksi jawaban dengan memberi post tes
dengan memberikan teman agar siswa sebagai penguatan.
motivasi dan menjelaskan mengetahui letak kesalahan
tujuan pembelajaran serta sebagai umpan balik dari
apersepsi agar menarik respon yang diberikan.
minat siswa dalam
Sosial Kognitif
Penerapan teori sosial kognitif
dalam pembelajaran matematika di
kelas hendaknya bersifat interaktif,
baik antara siswa dan guru
maupun antar siswa. Interaksi ini
mengarah sampai kepada
terjadinya intersubjektivitas, yakni
kecocokan di kedua belah pihak
yang memungkinkan keduanya
• Memberikan masalah sehari-hari
Pembelajaran di
• Mendorong siswa menyelesaikan
sekolah dengan
masalah
menggunakan
pendekatan yang • Memberikan masalah yang lain dalam

berlandaskan teori konteks sama

sosial kognitif, • Mempertimbangkan cara dan langkah


langkah-langkah penyelesaian masalah
sebagai berikut : • Penugasan siswa
Teori
Konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme adalah
teori belajar yang mengedepankan
kegiatan mencipta serta membangun
dari sesuatuteori
• Penerapan yang telah dipelajari..
kontruktivisme di dalam kelas
yaitu siswa membuktikan suatu konsep
umum yang sudah diterima kebenarannya
• misal menghitung nilai rata-rata. Penggunaan
teori kontruktivismen dalam materi
menghitung nilai rata-rata.
Penggunaan teori kontruktivismen
dalam materi menghitung nilai
rata-rata.
Siswa dibentuk dalam 3-4 orang

Guru memberikan sejumlah kelereng untuk dibagikan secara merata satu per satu sehingga
didapatkan jumlah yang sama pada setiap anggota.

Siswa mendapatkan hasil pembagian kelereng tersebut

Siswa menarik kesimpulan dari hasil diskusi yang telah dipraktekkan mengenai materi mencari nilai
rata-rata

Siswa mendapatkan pemahaman terhadap materi yang diberikan oleh guru sehingga didapatkan
sebuah konsep dan rumus dari hasil penggunaan teori kontruktivisme tersebut.

Dari hasil percobaan yang dilakukan oleh siswa, siswa belajar dengan cara menghubungkan informasi,
konsep dan rumus yang didapatkan dari sekolah dengan kehidupan nyata mereka.
Macam Macam Model Pembelajaran Yang
Terbentuk Pada Prinsip Konstruktivisme

• Model Pembelajaran discovery learning


• Model Pembelajaran kooperatif
• Model Pembelajaran Kontekstual
• Model Pembelajaran Inquiry
• Model Pembelajaran Berbasis Masalah

• Model pembelajaran berbasis proyek


H a s i l d i s ku s i re n c a n a u n t u k m e n i n g k a t k a n
m o t i v a s i p a r a s i s w a y a n g a d a d i ke l a s
Tania, 7 tahun, memiliki kemampuan rendah
dan keinginan yang rendah untuk sukses

Cara meningkatkan motivasi Tania dengan kemampuan


dan keinginan yang rendah untuk sukses :

• Guru mecari tahu dengan melakukan pengamatan dan wawancara dengan Tania,
supaya mengetahui faktor apa yang membuat Tania memiliki keinginan yang
rendah untuk sukses
• Guru membangkitkan kepercayaan kepada Tania bahwa Tania memiliki
kemampuan, bakat dan potensi yang besar dan harus dimunculkan serta
dikembangkan
• Guru memberikan contoh-contoh orang sukses untuk memantik dan
membangkitkan semangat keinginan Tania untuk sukses.
• Guru memberikan apresiasi terhadap peningkatan kemampuan dan keinginan
sukses Tania, walaupun hanya sedikit tetap harus diberikan apresiasi
Samuel, 10 tahun, yang bekerja keras untuk menjaga harga dirinya
pada tingkat tinggi, tetapi memiliki rasa takut akan gagal yang kuat.
• Mengidentifikasi perkembangan anak usia 10 tahun. Anak usia 10 tahun mengalami
perkembangan fisik dan stamina yang lebih kuat sehingga anak pada usia tersebut memiliki
semangat bermain dengan teman. Memasuki usia 10 tahun, anak akan terus mengalami
perkembangan kognitif seiring dengan otak yang terus berkembang.
• Guru perlu melakukan pendekatan kepada Samuel dan menanyakan alasan dia memiliki rasa
takut akan gagal yang kuat. Dengan memiliki rasa harga diri pada tingkat seharusnya Samuel
memiliki motivasi mencapai keberhasilan melakukan sesuatu.
• Guru sebaiknya memberikan bimbingan dan arahan ketika Samuel melakukan sesuatu hal yang baik
ataupun mengerjakan soal yang diberikan.
• Tumbuhkan rasa motivasi dengan memotivasi awal ketika Samuel belum melakukan sesuatu hal maka
tanamkan kepercayaan diri bahwa dia mampu pekerjaan sesuai dengan baik. Dampingi dia saat
melakukan sesuatu hal tersebut atau mengerjakan soal.
• Berikan rasa nyaman saat dia melakukan pekerjaan ataupun mengerjakan soal. Ketika Samuel mampu
menyelesaikan hal tersebut berikan dia apresiasi terhadap semangatnya melakukan pekerjaan tersebut
atau mengerjakan soal tersebut.
• Berikan penekanan bahwa dia mampu menyelesaikan hal tersebut dengan kemampuan yang dia
dimiliki tanpa bantuan orang lain, sehingga hal tersebut menimbulkan rasa kepercayaan diri terhadap
melakukan sesuatu segingga Samuel tidak perlu merasa takut untuk gagal.
Sandra, 13 tahun, yang tenang di kelas dan
meremehkan keterampilan mereka.
• Sandra merupakan individu yang tenang dikelas sehingga perlu
diajak interaksi agar diketahui dan dipahami karakter sandra,
• Bila diperlukan guru menjalin komunikasi lebih secara individu.
• Guru juga perlu memberikan apresiasi sehingga memberikan
efek positif, dan merasa lebih semangat untuk melakukan hal
lebih baik karena lebih merasa diperhatikan.
• Guru menjalin kerjasama dengan orang tua, peran orang tua
dalam pendidikan siswa sangat penting untuk membantu
potensi anak.
• kerjasama dapat dilakukan dari guru yang menjelaskan pada
orang tua siswa bahwa mereka mempunyai peran sangat
penting, dan menjelaskan kondisi siswa dari pandangan guru.
Robert, 16 tahun, yang menunjukkan sedikit minat di sekolah
dan saat ini tinggal bersama dengan bibinya
Cara meningkatkan motivasi robert yang menunjukan sedikit minat di sekolah
• guru perlu mencari informasi kepada wali kelas serta guru BK terkait dengan bagaimana
kondisi keluarga robert. karena pada dasarnya robert menunjukan sedikit minat di sekolah ini
tidak hanya di sebabkan karena lingkungan sekolah saja bisa jadi di sebabkan oleh lingkungan
rumah yang kurang mendukung.
• guru perlu melakukan kunjungan kerumah robert, melihat kondisi secara langsung
bagaimana kondisi lingkungan yang di bangun di dalam lingkungan keluarga walaupun robert
ini tinggal bersama bibinya. selain kita bisa melihat kondisi secara langsung kita juga bisa
mengetahui langkah apa yang bisa kita ambil untuk memotivasi robert. banyak kemungkinan
serta faktor yang dapat mendorong robert agar dapat meningkatkan minatnya di sekolah.
• guru melakukan pendekatan secara emosional melalui wawancara dan survei langsung
hal yang selanjutnya dilakukan memotivasi anak tersebut dengan teknik DOTALIRA
(Dorong, Tarik, Libatkan dan Rangsang)
• Setelah semua upaya telah dilakukan maka kemudian kembali lagi kepada siswanya
untuk pengambilan keputusan yang adapada hidupnya.
Pemahaman Peserta Didik dan Pembelajarannya
Tugas Topik 1

Kelompok 6
Anggota Kelompok :
1. Rizka Agustina Bellahaq (2201660038)
2. Isytifa Noor Rahma (2201660060)
3. Kardiana Pahwani Dewi (2201660062)
4. Joyo Utomo (2201660064)

1. Berikan penjelasan bagaimana penerapan teori behavioristik, teori sosial kognitif,


dan teori konstruktivisme di dalam kelas!
a. Behavioristik :

Dalam teori Behavioristik hubungan antara stimulus dan respon merupakan


unsur yang sangat penting, pembentukan individu yang pasif dengan
penataan yang ketat sehingga terjadi perubahan yang tampak pada hasil
belajar.

Pada kegiatan pendidikan, teori behavioristik masih sering dilakukan


sampai saat ini dengan pembentukan perilaku pembiasaan disertai
hukuman atau reinforcement. Salah satu contohnya yaitu ketika siswa
melakukan pelanggaran aturan sekolah ada sistem point dengan tujuan
untuk mengurangi pelanggaran yang dilakukan. Dalam kegiatan Pendidikan
hidup bersih dan sehat dapat juga diterapkan pembiasaan membuang
sampah, dengan teladan dan nasihat secara berkala oleh guru.

Contoh lain dalam pembelajaran matematika bab bunga tunggal dan


majemuk dengan langkah-langkah sebagai berikut:

● Guru mengecek pemahaman siswa dengan lembar tugas yang akan


dikerjakan siswa secara berpasangan, hasil ini akan digunakan
untuk mendeteksi faktor kesulitan belajar siswa pada materi
prasyarat yaitu perkalian bilangan bulat
● Guru menyiapkan diri siswa dengan memberikan motivasi dan
menjelaskan tujuan pembelajaran serta apersepsi agar menarik
minat siswa dalam pembelajaran.
● Guru menjelaskan bab bunga tunggal dan majemuk beserta contoh
latihan, dilanjutkan dengan banyak latihan soal.
● Guru memberikan lembar kerja, setelah selesai guru meminta siswa
untuk lembar jawab dan meminta siswa mengkoreksi jawaban
teman agar siswa mengetahui letak kesalahan sebagai umpan balik
dari respon yang diberikan.
● Guru memberikan ucapan selamat da reward kepada siswa yang
mempunyai kesalahan paling sedikit sebagai penguatan agar siswa
mau mengulangi kembali prestasinya.
● Guru melakukan evaluasi dengan memberi post tes sebagai
penguatan.

b. Sosial Kognitif :

Penerapan teori sosial kognitif dalam pembelajaran matematika di kelas


hendaknya bersifat interaktif, baik antara siswa dan guru maupun antar
siswa. Interaksi ini mengarah sampai kepada terjadinya intersubjektivitas,
yakni kecocokan di kedua belah pihak yang memungkinkan keduanya
mampu mengerti, memeriksa, bernegosiasi, dan saling memanfaatkan
sudut pandang pihak lain. Interaksi sosial dalam pembelajaran Matematika
jangan hanya dibatasi dalam bentuk kegiatan interaktif di kelas, tetapi juga
mencakup interaksi siswa dengan konteks sosial budaya yang dekat
dengan kehidupan siswa sehari-hari. Pembelajaran Matematika di kelas
perlu menghadirkan masalah-masalah kontekstual tersebut, karena
kegiatan yang melibatkan masalah-masalah ini menjadi bermakna secara
sosial bagi siswa. Bahkan dalam pendekatan pendidikan Matematika
realistik, masalah kontekstual semacam itu dijadikan titik pangkal (starting
point) bagi proses pembelajaran Matematika.

Sebagai contoh dalam pembelajaran di sekolah dengan menggunakan


pendekatan matematika realistik yang berlandaskan teori sosial kognitif,
dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Memberikan masalah sehari-hari

Saat mempelajari sistem persamaan linier dua variabel, guru


menugaskan siswa untuk membeli 2 bolpoin dan 1 buku dan
membayarnya dengan toal Rp10.000,00.

2) Mendorong siswa menyelesaikan masalah

Guru mendorong siswa untuk memberikan kesempatan siswa untuk


mencari tahu berapa harga masing-masing bolpoin dan buku.
Terdapat siswa yang menebak dengan satu bolpoin seharga
Rp2.500,00 dan satu buku seharga Rp5.000,00. Ada juga siswa yang
menebak satu bolpoin seharga Rp2.000,00 dan satu buku seharga
Rp6.000,00. Dan beberapa pendapat lain. Siswa akan dibuat dengan
pendapatnya masing-masing.

3) Memberikan masalah yang lain dalam konteks sama


Dengan beragam pendapat siswa, semua merasa bahwa jawaban
masing-masing adalah benar. Maka guru kembali menugaskan agar
siswa membeli 1 bolpoin dan 2 buku dengan total harga
Rp11.000,00 di toko yang sama.

4) Mempertimbangkan cara dan langkah penyelesaian masalah

Siswa akan berfikir kembali dengan pendapat awal mereka. Jika


dengan pendapat awal satu bolpoin seharga Rp2.500,00 dan satu
buku seharga Rp5.000,00, maka total harga tidak sama dengan
pembelian kedua. Sehingga guru bisa menggiring siswa untuk
menyelesaikan dengan menggunakan cara eliminasi dan substitusi.

5) Penugasan siswa

Siswa diberikan sebuah permasalahan baru terkait sistem


persamaan linier dua variabel agar siswa dapat mempelajari dan
memahami lebih dalam.

c. Konstruktivisme :

Teori belajar konstruktivisme adalah teori belajar yang mengedepankan


kegiatan mencipta serta membangun dari sesuatu yang telah dipelajari..
Penerapan teori kontruktivisme di dalam kelas yaitu siswa membuktikan
suatu konsep umum yang sudah diterima kebenarannya, misal menghitung
nilai rata-rata. Penggunaan teori kontruktivismen dalam materi menghitung
nilai rata-rata.

● Siswa dibentuk dalam 3-4 orang


● Guru memberikan sejumlah kelereng untuk dibagikan secara merata
satu per satu sehingga didapatkan jumlah yang sama pada setiap
anggota.
● Siswa mendapatkan hasil pembagian kelereng tersebut
● Siswa menarik kesimpulan dari hasil diskusi yang telah dipraktekkan
mengenai materi mencari nilai rata-rata
● Siswa mendapatkan pemahaman terhadap materi yang diberikan
oleh guru sehingga didapatkan sebuah konsep dan rumus dari hasil
penggunaan teori kontruktivisme tersebut.

Dari hasil percobaan yang dilakukan oleh siswa, siswa belajar


dengan cara menghubungkan informasi, konsep dan rumus yang
didapatkan dari sekolah dengan kehidupan nyata mereka.
2. Berikan penjelasan model-model pembelajaran apa saja yang terbentuk
berdasarkan prinsip konstruktivisme!

macam macam model pembelajaran yang terbentuk pada prinsip konstruktivisme


:

● Model Pembelajaran discovery learning


Discovery learning membentuk siswa mampu belajar melalui penelusuran,
penelitian, penemuan, dan pembuktian secara mandiri.

● Model Pembelajaran kooperatif


Dengan model pembelajaran ini, siswa akan belajar secara berkelompok untuk
mencapai tujuan dari sebuah pembelajaran tertentu. Peserta didik
berkelompok kecil dengan tugas yang sama saling bekerjasama dan
membantu untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Robert Slavin (1991)
teknik cooperative learning terdapat empat teknik yaitu TGT, TAI, dan CIRC.

● Model Pembelajaran Inquiry


Model pembelajaran ini untuk mendorong siswa untuk menemukan jawaban
dari masalah yang dihadapi. Sehingga dalam proses pembelajaran, siswa
dituntut untuk mau berpikir secara kritis dan analitis.

● Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning)

Model pembelajaran ini menekankan kepada proses keterlibatan siswa


untuk menemukan materi. Artinya, proses belajar diorientasikan pada
proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks ini
tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, tetapi yang
diutamakan adalah proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.
model pembelajaran konekstual

● Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Pada model pembelajaran ini peserta didik di tuntut untuk menggunakan


pendekatan pembelajaran yang berbasis masalah sebagai langkah awal untuk
mendapatkan pengetahuan baru. sintaks model PBL (orientasi siswa pada
masalah, mengorganisasaikan siswa untuk belajar, guru membimbing
penyelidikan individu maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan
hasil karya peserta didik, menganalisa dan mengevaluasi proses pebelajaran)

● Model pembelajaran berbasis proyek

Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) adalah metode


pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media.
Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan
informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.

3. Diskusikan dalam kelompok, buatlah dengan rencana untuk meningkatkan motivasi


para siswa yang ada di kelas gambaran sebagai berikut:
1. Tania, 7 tahun, memiliki kemampuan rendah dan keinginan yang rendah untuk
sukses.
Cara meningkatkan motivasi Tania dengan kemampuan dan keinginan yang
rendah untuk sukses :
a. Guru mecari tahu dengan melakukan pengamatan dan wawancara
dengan Tania, supaya mengetahui faktor apa yang membuat Tania
memiliki keinginan yang rendah untuk sukses
b. Guru membangkitkan kepercayaan kepada Tania bahwa Tania
memiliki kemampuan, bakat dan potensi yang besar dan harus
dimunculkan serta dikembangkan
c. Guru memberikan contoh-contoh orang sukses untuk memantik dan
membangkitkan semangat keinginan Tania untuk sukses.
d. Guru memberikan apresiasi terhadap peningkatan kemampuan dan
keinginan sukses Tania, walaupun hanya sedikit tetap harus diberikan
apresiasi
2. Samuel, 10 tahun, yang bekerja keras untuk menjaga harga dirinya pada
tingkat tinggi, tetapi memiliki rasa takut akan gagal yang kuat.
Rencana untuk meningkatkan motivasi para siswa yang ada di kelas gambaran
Samuel yaitu
● Mengidentifikasi perkembangan anak usia 10 tahun. Anak usia 10
tahun mengalami perkembangan fisik dan stamina yang lebih kuat
sehingga anak pada usia tersebut memiliki semangat bermain dengan
teman. Memasuki usia 10 tahun, anak akan terus mengalami
perkembangan kognitif seiring dengan otak yang terus berkembang.
● Guru perlu melakukan pendekatan kepada Samuel dan menanyakan
alasan dia memiliki rasa takut akan gagal yang kuat. Dengan memiliki
rasa harga diri paada tingkat seharusnya Samuel memiliki motivasi
mencapai keberhasilan melakukan sesuatu. Guru sebaiknya
memberikan bimbingan dan arahan ketika Samuel melakukan sesuatu
hal yang baik ataupun mengerjakan soal yang diberikan. Tumbuhkan
rasa motivasi dengan memotivasi awal ketika Samuel belum
melakukan sesuatu hal maka tanamkan kepercayaan diri bahwa dia
mampu pekerjaan sesuai dengan baik. Dampingi dia saat melakukan
sesuatu hal tersebut atau mengerjakan soal. Berikan rasa nyaman saat
dia melakukan pekerjaan ataupun mengerjakan soal. Ketika Samuel
mampu menyelesaikan hal tersebut berikan dia apresiasi terhadap
semangatnya melakukan pekerjaan tersebut atau mengerjakan soal
tersebut. Berikan penekanan bahwa dia mampu menyelesaikan hal
tersebut dengan kemampuan yang dia dimiliki tanpa bantuan orang
lain, sehingga hal tersebut menimbulkan rasa kepercayaan diri
terhadap melakukan sesuatu segingga Samuel tidak perlu merasa
takut untuk gagal.

3. Sandra, 13 tahun, yang tenang di kelas dan meremehkan keterampilan


mereka.
Cara meningkatkan motivasi Sandra yang tenang diantaranya adalah sebagai
berikut:
● Sandra merupakan individu yang tenang dikelas sehingga perlu diajak
interaksi agar diketahui dan dipahami karakter sandra,
● Bila diperlukan guru menjalin komunikasi lebih secara individu.
● Guru juga perlu memberikan apresiasi sehingga memberikan efek
positif, dan merasa lebih semangat untuk melakukan hal lebih baik
karena lebih merasa diperhatikan.
● Guru menjalin kerjasama dengan orang tua, peran orang tua dalam
pendidikan siswa sangat penting untuk membantu potensi anak.
● kerjasama dapat dilakukan dari guru yang menjelaskan pada orang tua
siswa bahwa mereka mempunyai peran sangat penting, dan
menjelaskan kondisi siswa dari pandangan guru.

4. Robert, 16 tahun, yang menunjukkan sedikit minat di sekolah dan saat ini
tinggal bersama dengan bibinya (Anda sudah tidak dapat menghubungi
orangtuanya)

Cara meningkatkan motivasi robert yang menunjukan sedikit minat di sekolah


● guru perlu mencari informasi kepada wali kelas serta guru BK terkait
dengan bagaimana kondisi keluarga robert. karena pada dasarnya
robert menunjukan sedikit minat di sekolah ini tidak hanya di sebabkan
karena lingkungan sekolah saja bisa jadi di sebabkan oleh lingkungan
rumah yang kurang mendukung.
● guru perlu melakukan kunjungan kerumah robert, melihat kondisi
secara langsung bagaimana kondisi lingkungan yang di bangun di
dalam lingkungan keluarga walaupun robert ini tinggal bersama
bibinya. selain kita bisa melihat kondisi secara langsung kita juga bisa
mengetahui langkah apa yang bisa kita ambil untuk memotivasi robert.
banyak kemungkinan serta faktor yang dapat mendorong robert agar
dapat meningkatkan minatnya di sekolah.
● guru melakukan pendekatan secara emosional melalui wawancara dan
survei langsung hal yang selanjutnya dilakukan memotivasi anak
tersebut dengan teknik DOTALIRA (Dorong, Tarik, Libatkan dan
Rangsang) teknik ini kami ambil dari Dr. Chodidjah Makarim M.Si.
● Dorongan: guru memberikan dorongan untuk memotivasi agar
tetap memiliki keinginan serta minat yang tinggi untuk
bersekolah. contohnya pada saat pembelajaran guru
mengaitkan pembelajaran kontekstual agar anak memiliki
pandangan tentang apasih tujuan pembelajaran yang akan di
pelajari dan apa keterkaitannya dengan kehidupan. Dari contoh
ini akan meningkatkan keingintahuan anak terhadap materi
tersebut. Selain itu juga menciptkan proses belajar yang
menyenangkan. Menciptakan suasana yang kondusif.
membantu anak pada saat kesulitan materi. Biasakan
memperkenalkan kebutuhan belajar sesuai dengan minat dan
bakat kemudian memfokuskan pada pembelajaran yang
disukai.
● Tarik: pada proses pembelajaan guru harus sering sering
memberikan apresiasi pada siswa baik pujian maupun hadiah.
karena dengan adanya apresiasi dapat meningkatkan
ketertarikan dalam belajar. guru mendampingi dan membimbing
siswa dalam proses pembelajaran.
● Libatkan: pada proses ini guru siap melibatkan siswa, jangan
takut untuk di repotkan takut akan jam belajar tidak cukup.
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
● Rangsang: guru memberikan tugas menantang yang memiliki
tingkat kesulitan tinggi, bagi siswa yang kurang mampu di
berikan bimbingan. guru membuat tugas bervariasi, memberi
nilai kuantitatif (100,90,80 dst), memberikan nilai kualitatif (baik,
sangat baik, dst), sediakan fasilitas belajar sesuai dengan yang
di butuhkan oleh siswa.
● Setelah semua upaya telah dilakukan maka kemudian kembali lagi
kepada siswanya untuk pengambilan keputusan yang adapada
hidupnya.

Anda mungkin juga menyukai