Anda di halaman 1dari 16

BORANG PORTOFOLIO KASUS MEDIK

Topik : Kejang Demam Komplek + Faringitis


Tanggal MRS : 17 Februari 2016
Presenter : dr. Alfa Miftahul Khoir
Tanggal Periksa : 17 Februari 2016
Tanggal Presentasi : 7 Maret 2016 Pendamping : dr. Sentot Priyambodo
Tempat Presentasi : Ruang Pertemuan IGD RSUD Nganjuk
Objektif Presentasi :
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka
□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
□ Deskripsi : Laki-laki, usia 2 tahun 8 bulan, dengan keluhan: kejang, panas dan batuk, pilek
□ Tujuan : Penegakkan diagnosa dan pengobatan yang tepat dan tuntas
Bahan
□ Tinjauan Pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit
Bahasan :
Cara
□ Diskusi □ Presentasi dan Diskusi □ E-mail □ Pos
Membahas :
Nama :An. N, laki-laki, 3 tahun 3
Data Pasien : No. Registrasi : 1612xxxx
bulan, BB : 10 kg,TB : 86 cm
Nama RS : RSUD Nganjuk Telp : Terdaftar sejak :
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis : Pasien anak laki-laki usia 3 tahun 3 bulan datang ke rumah
sakit diantar oleh kedua orang tuanya dengan keluhan utama kejang. Pasien kejang 2 kali
saat dirumah. Kejang pertama berlangsung sekitar ± 5 menit yaitu mata melirik-lirik ke atas
(kejang fokal). Setelah kejang kondisi pasien sadar dan menangis. Kejang kedua berlangsung
+ 2 menit. Keluhan penyerta pasien berupa panas, batuk , dan dan pilek. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan suhu yang meningkat yaitu 39 oC dan pemeriksaan neurologis dalam batas
normal (dBN).
2. Riwayat Pengobatan :Pasien belum pernah dirawat di rumah sakit. Ketika sakit pasien hanya
berobat ke bidan setempat.
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit:Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.
Pasien tidak memiliki riwayat alergi sebelumnya. Pasien juga tidak memiliki riwayat kejang
tanpa demam.

1
4. Riwayat Keluarga :Ayah dan paman pasien memiliki riwayat yang sama seperti pasien saat
ini, riwayat TBC (-), riwayat asma (-), riwayat alergi ; ibu(-), bapak(-), kakak (-).

5. Riwayat Pekerjaan : Pasien belum berkerja.


6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Tidak ada kondisi yang berhubungan dengan penyakit
7. Riwayat Imunisasi :Ibu pasien menyatakan bahwa telah membawa anaknya untuk di
imunisasi sesuai dengan buku KIA.
8. Lain-lain : Hasil labolatorium menunjukkan adanya infeksi terlihat dari peningkatan leukosit,
sedangkan hasil urinalisis, imunologi igM salmonella menunjukkan negatif.
Daftar Pustaka :
1. Children and Infants with Seizures-Acute Management Clinical Guidelines. NSW
Department of Health. 2009.
2. Convulsions in Children. Pediatric Guidelines. 2006. October;1-3
3. Deliana M. Tatalaksana Kejang Demam pada Anak. Sari Pediatri. 2002:2(4);59-62.
4. Febrile Seizures: Guideline for the Neurodiagnostic Evaluation of the Child With a Simple
Febrile Seizure. Pediatrics. 2011 Feb:2(127);390-394
5. Febrile Convulsions in Children. Victoria Departement of Health. December 2010.
6. Guidelines and Protocols Advisory Committe. Febrile Seizure. British Columbia Medical
Association. 2010.
7. Hegar, B. Dkk., Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia, IDAI, 2009
8. Rudolph C, Rudolph A, Lister G, First L, Gershon A. Rudolph’s Pediatrics 22nd Edition. San
Fransisco:McGraw-Hill. 2012.
Hasil Pembelajaran :
1. Kejang Demam
2. Penegakan diagnosis Kejang Demam
3. Tatalaksana Kejang Demam

2
1. LAPORAN PORTOFOLIO

Identitas pasien:

 Nama pasien : An. N

 Usia : 3 tahun 3 bulan

 Tanggal lahir : 23 Desember 2012

 Jenis Kelamin : Laki-laki

 No. RM : 1612xxxx

 Alamat : Ds. Warujayeng Kec. Tanjunganom Kab. Nganjuk.

 Agama : Islam

 Suku : Jawa

 Warga Negara : Warga Negara Indonesia (WNI)

 Bahasa Ibu : Jawa, Indonesia

 Pekerjaan : Belum Bekerja

 Status pernikahan : Belum Menikah

Identitas Orang tua:

 Nama Ayah : Tn. S

 Usia : 40 tahun

 Pekerjaan : Buruh Tani

 Nama Ibu : Ny. S

 Usia : 35 tahun

 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Subjective:

3
 Keluhan Utama: Kejang

 RPS: Pasien anak laki-laki usia 3 tahun 3 bulan datang ke rumah sakit diantar oleh

kedua orang tuanya dengan keluhan utama kejang. Menurut keterangan ibu

pasien, pasien kejang 2 kali saat dirumah. Kejang pertama sekitar pukul 13.00

wib, kejang berlangsung sekitar ± 5 menit yaitu mata melirik-lirik ke atas (kejang

fokal). Setelah kejang kondisi pasien sadar dan menangis. Kejang kedua sekitar

pukul 14.00 wib, kejang berlangsung + 2 menit dengan tipe kejang yang sama saat

kejang pertama yaitu mata melirik-lirik ke atas (kejang fokal). Setelah kejang

kedua pasien tetap sadar. Selain kejang, pasien juga panas. Panas mulai tadi pagi

sekitar habis subuh, semakin siang panas bertambah tinggi. Dua hari sebelum

masuk rumah sakit, pasien batuk dan pilek. Batuk tidak terlalu sering, dahak tidak

bisa keluar. Pasien tidak muntah, BAK dan BAB pasien menurut keterangan ibu

pasien tidak ada kelainan. Namun, semenjak batuk pilek nafsu makan pasien

berkurang dibanding hari biasanya. Keluhan batuk pilek ataupun demam belum

diperiksakan atau diobati oleh orang tua.

 RPD: riwayat sakit seperti ini (-), riwayat kejang tanpa demam (-), riwayat asma

(-)

 Riwayat alergi :

o Bahan injektan : disangkal

o Bahan kontaktan : disangkal

o Bahan ingestan : disangkal

o Bahan inhalan : disangkal

 Riwayat Penyakit Keluarga: riwayat sakit seperti ini (+) yaitu ayah dan paman

pasien, riwayat TBC (-), riwayat asma (-), riwayat alergi ; ibu(-), bapak(-), kakak

(-).

4
 Riwayat Imunisasi: Lengkap

 Riwayat Pemberian Nutrisi:

o Pasien mendapatkan Asi sejak lahir sampai 2 bulan sebelum masuk rumah

sakit. Sekitar Usia 5 bulan, selain ASI juga diberi makanan tambahan

berupa SUN. Usia 2 tahun sampai sekarang sudah diberi nasi yang

dilembutkan.

 Riwayat Kelahiran Pasien :

o Anak ke-I : Laki-laki 6 tahun, lahir spontan bidan, 2700 gram

o Anak ke-II : Laki-laki 2 tahun 8 bulan, lahir spontan bidan, 3000 gram

(pasien)

 Riwayat Tumbuh Kembang :

o Pasien mulai merangkak saat usia 8 bulan

o Pasien mulai berjalan saat usia 14 bulan

Objective:

PEMERIKSAAN FISIK

 Keadaan Umum: lemah

 BB: 10 kg

 TB: 86 cm

 Status gizi BB/PB : -1 SD ; gizi cukup

 Vital sign

o Nadi: 112x/menit

o RR: 24x/menit

o Temp: 39 ºC

5
 Kepala leher:

o AICD -/-/-/-

o Faring hiperemis (+)

o Coated tongue (-)

o NCH (-)

o pembesaran KGB (-)

 Thorax:

o Pulmo:

 Inspeksi : simetris, retraksi -

 Palpasi : ekspansi dinding dada simetris,

 Perkusi : son/son

 Auskultasi: ves +/+, rh -/-, wh-/-

o Cor:

 Inspeksi: hemithorax bulging –

 Palpasi: fremisment –

 Perkusi: ukuran jantung normal

 Auskultasi: s1 s2 tunggal m- g-

 Abdomen:

o Inspeksi: flat

o Auskultasi: Bu + normal

o Palpasi: soefl, H/L/R ttb, Turgor normal

o Perkusi: tympani, shifting dullness –

 Ekstrimitas : hangat kering merah, CRT<2 detik

6
 Status Neurologis :

GCS : 456

Pupil: Ø 3/3 mm

Meningeal sign : (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Pemeriksaan Laboratorium

o Darah lengkap

 Hb 12,8

 Leukosit 21.590

 PCV 37,6

 Trombosit 324.000

 MCV 80,7

 MCH 27,5

 MCHC 34

 Eosinofil 0

 Basofil 0

 Neutrofil 84

 Limfosit 7

 Monosit 9

o Urin Lengkap

 Ph 7

 Protein Negatif/-

 Reduksi Negatif/-

 Urobilin Negatif/-

7
 Bilirubin Negatif/-

 Spesifik Gravity 1,015

 Blood Negatif/-

 Keton Negatif/-

 Nitrit Negatif/-

 Sedimen Eritrosit Negatif/-

 Sedimen Leukosit Negatif/-

 Sedimen Ephitel Negatif/-

 Sedimen Kristal Negatif/-

 Sedimen Bakteri Negatif/-

 Lain-lain -

o IMUNOLOGI

IgM Salmonela -Negatif -Low positif: 4

-Strong positif>=6

-Strong positif>=8

--Strong positif>=10

Planning:

 Planning therapy:

o MRS

o IVFD D5 1/4NS 1000cc/ 24 jam

o Inj intravena metamizole 3 x 200 mg (kp)

o Inj intravena diazepam 3 mg bolus pelan bila kejang

o Inj cefotaxim 3 x 200 mg

o PO:

8
 Puyer batukcodein/ketricin/heptasan 3x pulv I

o Pengobatan rumatan post MRS : asam valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3

dosis. Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian

dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan.

 Planning monitoring :

o Keluhan subyektif

o Tanda vital

Edukasi: mengenai kondisi terkini pasien, tatalaksana apa yang akan dilakukan, komplikasi

yang mungkin terjadi, dan pencegahan kejang demam pada anak.

9
2. PEMBAHASAN

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu

tubuh (suhu rektal lebih dari 38ºC) akibat suatu proses ekstra kranial.

Setiap serangan kejang pada anak harus mendapat penanganan yang cepat dan

tepat apalagi pada kasus kejang yang berlangsung lama dan berulang. Karena

keterlambatan dan kesalahan prosedur akan mengakibatkan gejala sisa pada anak atau

bahkan menyebabkan kematian.

Di Asia dilaporkan penderita kejang demam lebih tinggi daripada di AS,

Amerika Selatan, dan Eropa Barat. Sekitar 20% diantara jumlah penderita mengalami

kejang demam kompleks yang harus ditangani secara lebih teliti. Bila dilihat jenis

kelamin penderita, kejang demam sedikit lebih banyak menyerang anak laki-laki.

Saing B (1999), menemukan 62,2%, kemungkinan kejang demam berulang

pada 90 anak yang mengalami kejang demam sebelum usia 12 tahun, dan 45% pada

100 anak yang mengalami kejang setelah usia 12 tahun. Kejang demam kompleks dan

khususnya kejang demam fokal merupakan prediksi untuk terjadinya epilepsi.

Sebagian besar peneliti melaporkan angka kejadian epilepsi kemudian hari sekitar 2 –

5 %.

Sedangkan faktor yang mempengaruhi kejang demam adalah :

1. Umur

a. 3% anak berumur di bawah 5 tahun pernah mengalami kejang demam.

b. Insiden tertinggi terjadi pada usia 2 tahun dan menurun setelah 4 tahun,

jarang terjadi pada anak di bawah usia 6 bulan atau lebih dari 5 tahun.

c. Serangan pertama biasanya terjadi dalam 2 tahun pertama dan kemudian

menurun dengan bertambahnya umur.

10
2.Jenis kelamin

Kejang demam lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada perempuan

dengan perbandingan 2 : 1. Hal ini mungkin disebabkan oleh maturasi serebral

yang lebih cepat pada perempuan dibandingkan pada laki-laki.

3. Suhu badan

Kenaikan suhu tubuh adalah syarat mutlak terjadinya kejang demam. Tinggi

suhu tubuh pada saat timbul serangan merupakan nilai ambang kejang.

Ambang kejang berbeda-beda untuk setiap anak, berkisar antara 38,3°C –

41,4°C. Adanya perbedaan ambang kejang ini menerangkan mengapa pada

seorang anak baru timbul kejang setelah suhu tubuhnya meningkat sangat

tinggi sedangkan pada anak yang lain kejang sudah timbul walaupun suhu

meningkat tidak terlalu tinggi. Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa

berulangnya kejang demam akan lebih sering pada anak dengan nilai ambang

kejang yang rendah.

4. Faktor keturunan

Faktor keturunan memegang peranan penting untuk terjadinya kejang demam.

Beberapa penulis mendapatkan bahwa 25 – 50% anak yang mengalami kejang

demam memiliki anggota keluarga ( orang tua, saudara kandung ) yang pernah

mengalami kejang demam sekurang-kurangnya sekali.

Hingga kini etiologi kejang demam belum diketahui dengan pasti. Demam

sering disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia,

gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih. Kejang dengan suhu badan yang tinggi

dapat terjadi karena faktor lain, seperti meningitis atau ensefalitis.

11
Kasifikasi

1. Kejang demam sederhana (Simple febrile seizure)

2. Kejang demam kompleks (Complex febrile seizure)

Kejang demam sederhana

Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya akan

berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal.

Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam sederhana merupakan

80% di antara seluruh kejang demam.

Kejang demam kompleks

Kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini:

1. Kejang lama > 15 menit

2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial

3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam

Pemeriksaan laboratorium dilakukan atas indikasi untuk mencari penyebab

atau sumber infeksi, seperti pemeriksaan darah rutin, kadar gula darah dan elektrolit.

Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan

kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya meningitis bakterialis adalah 0,6%-6,7%.

Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis

meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh sebab itu pemeriksaan cairan

serebrospinal diindikasikan pada anak pasien kejang demam berusia kurang dari 2

tahun, karena gejala rangsang selaput otak lebih sulit ditemukan pada kelompok umur

tersebut. Pemeriksaan CT-Scan dilakukan pada anak dengan kejang yang tidak

12
diprovokasi oleh demam dan pertama kali terjadi, terutama jika kejang atau

pemeriksaan post iktal menunjukkan abnormalitas fokal.

Pasien kejang demam dirujuk atau dirawat dirumah sakit apabila :

o Kejang demam kompleks

o Hiperpireksia

o Kejang demam pertama

o Usia dibawah 6 bulan

o Dijumpai kelainan neurologis

Hal yang perlu dalam terapi kejang demam yaitu pengobatan saat kejang,

mencari dan mengobati penyebab, pengobatan rumatan untuk mencegah terjadinya

kejang demam berikutnya dan epilepsi di kemudian hari.

Pemberian Antipiretik

Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali diberikan dalam 4

kali pemberian per hari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen adalah 5-10

mg/kg/kali, 3-4 kali sehari. Asam asetilsalisilat tidak dianjurkan karena kadang dapat

menyebabkan sindrom Reye pada anak kurang dari 18 bulan.

13
Indikasi pemberian obat rumat (salah satu):

1. Kejang lama > 15 menit

2. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya

hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus.

3. Kejang fokal

4. Pengobatan rumat dipertimbangkan bila:

• Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam.

• Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan.

14
• kejang demam > 4 kali per tahun

Pengobatan rumatan

Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam menurunkan

risiko berulangnya. Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan

perilaku dan kesulitan belajar pada 40-50% kasus. Obat pilihan saat ini adalah asam

valproat. Pada sebagian kecil kasus, terutama yang berumur kurang dari 2 tahun asam

valproat dapat menyebabkan gangguan fungsi hati. Dosis asam valproat 15-40

mg/kg/hari dalam 2-3 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg per hari dalam 1-2 dosis.

Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara

bertahap selama 1-2 bulan.

Kemungkinan berulangnya kejang demam

Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko

berulangnya kejang demam adalah :

1. Riwayat kejang demam dalam keluarga

2. Usia kurang dari 12 bulan

3. Temperatur yang rendah saat kejang

4. Cepatnya kejang setelah demam

Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam

adalah 80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya

kejang demam hanya 10%-15%. Kemungkinan berulangnya kejang demam paling

besar pada tahun pertama.

Faktor risiko terjadinya epilepsi

Faktor risiko lain adalah terjadinya epilepsi di kemudian hari.

15
Faktor risiko menjadi epilepsi adalah :

1. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam

pertama.

2. Kejang demam kompleks

3. Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung

Masing-masing faktor risiko meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsi

sampai 4%-6%, kombinasi dari faktor risiko tersebut meningkatkan kemungkinan

epilepsi menjadi 10%-49%. Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat dicegah

dengan pemberian obat rumat pada kejang demam

16

Anda mungkin juga menyukai