Dosen Pengajar:
Hesti Atasasih, SP, MKM
Penyusun:
1. Halida Nurazda Sofhiany (P032213411016)
2. Harum Lailatul Husna (P032213411017)
3. Imelda Febriana (P032213411018)
4. Johan Adi Saputra Sirait (P032213411019)
5. Khoirotunisa (P032213411020)
6. Lailatur Rahmah Br Dalimunthe (P032213411021)
7. Meylina Indah Yafi (P032213411022)
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI……………………...…………………...……………………………..…...ii
BAB I.................................................................................................................................1
1.1 Latar belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah...............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
2.1 Pengertian Dan Karakteristik Air.......................................................................3
2.2 Pengertian Dan Karakteristik Elektrolit.............................................................4
2.3 Keseimbangan Cairan Dan Asam Basa..............................................................6
2.4 Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit.....................................................................10
2.5 Dampak Kelebihan Dan Kekurangan Air Dan Asam Basa Dalam Tubuh........12
2.6 Metabolisme Cairan Dalam Tubuh...................................................................13
BAB III...........................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan......................................................................................................14
3.2 Saran................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Elektrolit adalah suatu zat yang larut atau terurai ke dalam bentuk ion-ion
dan selanjutnya larutan menjadi konduktor elektrik, ion-ion merupakan atom-
atom bermuatan elektrik. Elektrolit bisa berupa air, asam, basa atau berupa
senyawa kimia lainnya. Elektrolit umumnya berbentuk asam, basa atau garam.
Beberapa gas tertentu dapat berfungsi sebagai elektrolit pada kondisi tertentu
misalnya pada suhu tinggi atau tekanan rendah. Elektrolit kuat identik
dengan asam, basa, dan garam kuat. Elektrolit merupakan senyawa yang
berikatan ion dan kovalen polar. Sebagian besar senyawa yang berikatan ion
merupakan elektrolit sebagai contoh ikatan ion NaCl yang merupakan salah
satu jenis garam yakni garam dapur. NaCl dapat menjadi elektrolit dalm
bentuk larutan dan lelehan. atau bentuk liquid dan aqueous. sedangkan dalam
bentuk solid atau padatan senyawa ion tidak dapat berfungsi sebagai elektrolit.
Larutan elektrolit normalnya terbentuk ketika garam dilarutkan dengan
sebuah zat pelarut (contohnya air). Komponen individual dari garam
kemudian terdisosiasi akibat proses interaksi termodinamis antara molekul
pelarut dan terlarut yang disebut "solvasi". Salah satu contoh solvasi adalah
ketika garam NaCl dilarutkan dalam air, kemudian garam yang berwujud
padat akan larut dan mengalami disosiasi:
NaCl(s) → Na+(aq) + Cl−(aq)
Zat lain juga dapat bereaksi dengan air dan menghasilkan ion,
contohnya karbondioksida. Apabila gas karbondioksida dilarutkan dalam air,
maka akan terbentuk sebuah larutan yang mengandung
ion hidronium, karbonat, dan asam karbonat.Garam cair juga dapat menjadi
elektrolit. Contohnya, ketika garam NaCl dilelehkan, bentuk cairnya dapat
menghantarkan listrik. Cairan ionik yang berupa garam cair dengan titik leleh
di bawah 100 °C, merupakan elektrolit nonakueous kuat yang sering
diaplikasikan dalam baterai dan sel bahan bakar. Apabila sebagian besar zat
terlarut terdisosiasi menjadi ion bebas, maka elektrolit tersebut merupakan
elektrolit kuat. Sebaliknya, apabila sebagian besar zat terlarut tidak
terdisosiasi menjadi ion, maka elektrolit tersebut merupakan elektrolit lemah.
Sifat dari elektrolit biasa dimanfaatkan dalam proses elektrolisis untuk
mendapatkan unsur atau campuran tertentu pada sebuah larutan.
Fungsi elektrolit potasium adalah untuk membantu menjaga
kesehatan fungsi otot dan saraf, menjaga pertumbuhan tubuh yang normal,
dan mengontrol keseimbangan asam-basa tubuh maupun menjaga kesehatan
jantung.
1
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
b. Karakteristik Air
Air ditemukan dalam tiga bentuk berbeda di Bumi, yaitu gas, padat, dan
cair. Bentuk air tergantung pada suhu. Air di planet kita mengalir sebagai cairan
di sungai, dan samudra dalam bentuk padat seperti es di Kutub Utara dan
Selatan dan merupakan gas (uap) di atmosfer.Air juga berada di bawah tanah
dan di dalam tumbuhan dan hewan. Semua makhluk hidup membutuhkan air
dalam beberapa bentuk untuk bertahan hidup di Bumi. Orang bisa hidup
berminggu-minggu tanpa makanan, tetapi hanya bisa hidup beberapa hari tanpa
air. Molekul air terdiri dari dua atom hidrogen, masing-masing dihubungkan oleh
ikatan kimia tunggal ke atom oksigen. Sebagian besar atom hidrogen memiliki
inti yang hanya terdiri dari proton. Dua bentuk isotop, deuterium dan tritium, di
mana inti atomnya juga mengandung satu dan dua neutron, masing-masing
ditemukan dalam kadar kecil dalam air. Meskipun rumusnya (H2O) tampak
sederhana, air menunjukkan sifat kimia dan fisik yang sangat kompleks.
Misalnya, titik lelehnya, 0 derajat C (32 derajat F), dan titik didihnya, 100 derajat
C (212 derajat F), jauh lebih tinggi daripada yang diharapkan jika dibandingkan
dengan senyawa analog, seperti hidrogen sulfida dan amonia.
c. Fungsi Air
Fungsi air sangat esensial bagi semua kehidupan, meski nampaknya kini
air tersedia di mana-mana, namun air bersih adalah hal yang paling penting
untuk dapat diakses semua makhluk hidup untuk keberlangsungan hidupnya.
Berikut fungsi air meliputi:
1. Minum
2. Menyiram tanaman
3
3. Mencuci dan membersihkan
4. Memasak
5. Pabrik (banyak pabrik menggunakan air dalam jumlah besar untuk
membantu membuat barang-barang yang kita gunakan setiap hari).
d. Sumber Air
Ada dua sumber utama air: air permukaan dan air tanah. Air permukaan
ditemukan di danau, sungai, dan waduk. Air tanah terletak di bawah permukaan
tanah, di mana ia mengalir dan mengisi bukaan di bebatuan. Batuan yang
menyimpan dan menyalurkan air tanah disebut akuifer. Air tanah harus
dipompa dari akuifer ke permukaan bumi untuk digunakan.Konsumen
menerima air dari salah satu dari dua sumber: sumur pribadi, atau sistem air
kota. Sumur rumah tangga memompa air tanah untuk keperluan rumah tangga.
Sumber dari sistem air kota dapat berupa air permukaan atau air tanah.
a. pengertian elektrolit
4
Larutan elektrolit terbagi atas 3 yang mempunyai ciri-ciri tersendiri
seperti yang ada dibawah berikut ini :
Contohnya :
5
Larutan non-elektrolit merupakan larutan yang tidak bisa
menghantarkan arus listrik. Larutan-larutan non-elektrolit terdiri
atas zat-zat yang terlarut dalam air namun tidak terurai menjadi ion
(tidak terionisasi). Dalam larutan, zat not-elektrolit tetap seperti
molekul yang tidak bermuatan listrik. Itulah mengapa larutan ini
tidak dapat menghantarkan arus listrik.
1. Urea = CO (NH2)2
2. Glukosa = C6H12O6
3. Sukrosa = C12H22O11
4. Etanol = C2H2OH
5. Contoh reaksi larutan non-elektrolit
6. C6H12O6 (s) C6H12O6 (aq)
6
b. Memperhatikan keseimbangan garam seperti halnya keseimbangan air,
keseimbangan garam pula perlu dipertahankan sebagai akibatnya asupan garam
sama menggunakan keluarannya. Permasalahannya adalah seseorang hampir
tidak pernah memperhatikan jumlah garam yang beliau konsumsi sehingga
sinkron dengan kebutuhannya. tetapi, seorang mengkonsumsi garam sinkron
dengan seleranya serta cenderung lebih berasal kebutuhan.Kelebihan garam yang
dikonsumsi wajib diekskresikan dalam urin buat mempertahankan ekuilibrium
garam.
Ginjal mengontrol jumlah garam yg diekskresi menggunakan cara:
2. Mengontrol jumlah garam (natrium) yg difiltrasi dengan pengaturan Laju Filtrasi
Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate(GFR).
3. Mengontrol jumlah yg direabsorbsi di tubulus ginjal
Jumlah Na+ yang direabsorbsi jua bergantung pada sistem yang berperan
mengontrol tekanan darah. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur
reabsorbsi Na+ dan retensi Na+ di tubulus distal serta collecting. Retensi Na+
menaikkan retensi air sehingga menaikkan volume plasma dan menyebabkan
peningkatan tekanan darah arteri . Selain sistem renin-angiotensin-aldosteron,
Atrial Natriuretic Peptide (ANP) atau hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi
natrium serta air. Hormon ini disekresi oleh sel atrium jantung Jika mengalami
distensi dampak peningkatan volume plasma. Penurunan reabsorbsi natrium dan
air di tubulus ginjal menaikkan eksresi urin sehingga mengembalikan volume
darah pulang normal.
a. Pengaturan Osmolaritas Cairan Ekstrasel
Osmolaritas cairan artinya berukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut)
dalam suatu larutan. meningkat osmolaritas, meningkat konsentrasi solute atau
semakin rendah konsentrasi air pada larutan tersebut. Air akan berpindah dengan
cara osmosis berasal area yang konsentrasi solutnya lebih rendah (konsentrasi air
lebih tinggi) ke area yang konsentrasi solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih
rendah). Osmosis hanya terjadi Jika terjadi disparitas konsentrasi solut yang tidak
bisa menembus membran plasma di intrasel serta ekstrasel. Ion natrium ialah
solut yang banyak ditemukan di cairan ekstrasel, dan ion primer yg berperan
krusial dalam menentukan kegiatan osmotik cairan ekstrasel. Sedangkan pada
pada cairan intrasel, ion kalium bertanggung jawab pada menentukan aktivitas
osmotik cairan intrasel. Distribusi yg tidak merata dari ion natrium dan kalium
ini mengakibatkan perubahan kadar kedua ion ini bertanggung jawab pada
memilih aktivitas osmotik pada ke 2 kompartmen ini. Pengaturan osmolaritas
cairan ekstrasel sang tubuh dilakukan melalui:
b. Perubahan Osmolaritas Pada Nefron
pada sepanjang tubulus yg membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan
osmolaritas yg di akhirnya akan membuat urin yg sinkron menggunakan keadaan
cairan tubuh secara holistik pada duktus koligen. Glomerulus membentuk cairan
yang isosmotik di tubulus proksimal (± 300 mOsm). Dinding tubulus ansa Henle
7
pars desending sangat permeable terhadap air,sehingga pada bagian ini terjadi
reabsorbsi cairan ke kapiler peritubular atau vasa recta. Hal ini mengakibatkan
cairan pada pada lumen tubulus menjadi hiperosmotik. Dinding tubulus ansa
henle pars asenden tidak permeable terhadap air serta secara aktif memindahkan
NaCl keluar tubulus. Hal ini menyebabkan reabsorbsi garam tanpa osmosis air.
sebagai akibatnya cairan yang sampai ke tubulus distal dan duktus koligen
menjadi hipoosmotik. Permeabilitas dinding tubulus distal serta duktus koligen
bervariasi bergantung pada terdapat tidaknya vasopresin (ADH). sebagai
akibatnya urin yang dibuat pada duktus koligen serta akhirnya di keluarkan ke
pelvis ginjal dan ureter pula bergantung di ada tidaknya vasopresin/ ADH.
c. Mekanisme Haus Serta Peranan Vasopresin (Anti Diuretic Hormone/ ADH)
Peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (> 280 mOsm) akan merangsang
osmoreseptor di hypothalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron
hypothalamus yg menyintesis vasopressin. Vasopresin akan dilepaskan oleh
hipofisis posterior ke dalam darah serta akan berikatan dengan reseptornya pada
duktus koligen. Ikatan vasopressin dengan resptornya pada duktus koligen
memicu terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air pada membrane bagian apeks
duktus koligen. Pembentukan aquaporin ini memungkinkan terjadinya reabsorbsi
cairan ke vasa recta. Hal ini menyebabkan urin yang terbentuk pada duktus
koligen menjadi sedikit dan hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan pada pada
tubuh permanen bisa dipertahankan. Selain itu, rangsangan di osmoreseptor pada
hypothalamus dampak peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel juga akan
dihantarkan ke sentra haus pada hypothalamus sebagai akibatnya terbentuk sikap
buat mengatasi haus, dan cairan pada dalam tubuh pulang normal.
Pengaturan Neuroendokrin dalam keseimbangan Cairan dan Elektrolit
menjadi kesimpulan, pengaturan ekuilibrium cairan serta elektrolit diperankan
sang system saraf serta sistem endokrin. Sistem saraf mendapat berita adanya
perubahan keseimbangan cairan serta elektrolit melali baroreseptor pada arkus
aorta dan sinus karotiikus, osmoreseptor pada hypothalamus, dan
volumereseptor atau reseptor regang pada atrium. Sedangkan dalam sistem
endokrin, hormon-hormon yang berperan waktu tubuh mengalami kekurangan
cairan ialah Angiotensin II, Aldosteron, serta Vasopresin/ ADH menggunakan
mempertinggi reabsorbsi natrium serta air. ad interim, Jika terjadi peningkatan
volume cairan tubuh, maka hormone atripeptin (ANP) akan menaikkan ekskresi
volume natrium serta air . Perubahan volume dan osmolaritas cairan dapat terjadi
di beberapa keadaan. sebagai contoh Faktor-faktor lain yang mensugesti
ekuilibrium cairan serta elektrolit diantaranya ialah umur, suhu lingkungan, diet,
tertekan, serta penyakit.
d. Keseimbangan Asam Basa
Ekuilibrium asam-basa terkait dengan pengaturan pengaturan konsentrasi
ion H bebas dalam cairan tubuh. pH rata-homogen darah artinya 7,4, pH darah
arteri 7,45 dan darah vena 7,35. Bila pH darah < 7,35 dikatakan asidosis, dan jika
pH darah > 7,45 dikatakan alkalosis. Ion H terutama diperoleh dari aktivitas
8
metabolik dalam tubuh. Ion H secara normal dan kontinyuakan ditambahkan ke
cairan tubuh asal tiga asal, yaitu:
1. pembentukan asam karbonat serta sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H dan
bikarbonat
2. katabolisme zat organik
3. disosiasi asam organic di metabolisme intermedia, contohnya di metabolisme
lemak terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian asam ini akan
berdisosiasi melepaskan ion H.
Fluktuasi konsentrasi ion h pada tubuh akan mensugesti fungsi normal sel,
diantaranya:
a. perubahan eksitabilitas saraf serta otot; pada asidosis terjadi depresi susunan saraf
pusat, sebalikny di alkalosis terjadi hipereksitabilitas.
b. menghipnotis enzim-enzim pada tubuh.
c. mensugesti konsentrasi ion KJika terjadi perubahan konsentrasi ion H maka
tubuh berusaha mempertahankan ion H mirip
nilai semula dengan cara:
2. mengaktifkan sistem dapar kimia
3. mekanisme pengontrolan pH oleh sistem pernapasan
4. prosedur pengontrolan pH sang sistem perkemihan
terdapat 4 sistem dapar kimia, yaitu:
Dapar bikarbonat; artinya sistem dapar pada cairan ekstrasel teutama
buatperubahan yg ditimbulkan sang non-bikarbonat.
Dapar protein; merupakan sistem dapar pada cairan ekstrasel dan intrasel.
Dapar hemoglobin; merupakan sistem dapar di dalam eritrosit buat perubahan
asam karbonat.
Dapar fosfat; adalah sistem dapar pada sistem perkemihan dan cairan intrasel.
Sistem dapar kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa
sementera. Jika menggunakan dapar kimia tidak cukup memperbaiki
ketidakseimbangan, maka pengontrolan pH akan dilanjutkan oleh paru-paru yg
berespons secara cepat terhadap perubahan kadar ion H pada darah dampak
rangsangan di kemoreseptor serta sentra pernapasan, lalu mempertahankan
kadarnya hingga ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut. Ginjal
mampu meregulasi ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan
mensekresikan ion H serta menambahkan bikarbonat baru ke pada darah karena
memiliki dapar fosfat dan ammonia.
9
2.4 Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit
a. Kebutuhan Cairan
Air merupakan bagian terbesar pada tubuh manusia, persentasenya dapat
berubah tergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas seseorang.
Pada bayi usia < 1 tahun cairan tubuh adalah sekitar 80-85% berat badan dan
pada bayi usia > 1 tahun mengandung air sebanyak 70-75 %. Seiring dengan
pertumbuhan seseorang persentase jumlah cairan terhadap berat badan berangsur-
angsur turun yaitu pada laki-laki dewasa 50-60% berat badan, sedangkan pada
wanita dewasa 50 % berat badan Tubuh manusia tersusun sebagian besar oleh
cairan. Hampir 60% berat badan orang dewasa terdiri dari cairan. Jumlah cairan
tubuh total pada masingmasing individu dapat bervariasi menurut umur, berat
badan, jenis kelamin serta jumlah lemak tubuh. Perubahan jumlah dan komposisi
cairan tubuh, yang dapat terjadi pada perdarahan, luka bakar, dehidrasi, muntah,
diare, dan puasa preoperatif maupun perioperatif, dapat menyebabkan gangguan
fisiologis yang berat. Jika gangguan tersebut tidak dikoreksi secara adekuat
sebelum tindakan anestesi dan bedah, maka resiko penderita menjadi lebih besar.
Makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh dengan cara oral dapat
menjadi asupan cairan dan elektrolit dalam keadaan normal. Total air tubuh juga
dipengaruhi oleh proses metabolisme yang berlangsung. Normalnya, keluaran
cairan tubuh dapat terjadi melalui urin, insensibel water loss, dan juga melalui
saluran cerna. Sedangkan dari keadaan patologis seperti muntah, diare, trauma,
ataupun perdarahan aktif, merupakan beberapa cara yang menyebabkan tubuh
dapat kehilangan cairan. Kebutuhan cairan setiap harinya dapat ditentukan
dengan rumus Holiday Segar. Kebutuhan Cairan per Hari berdasarkan berat
badan, yaitu: 10 kg pertama, kebutuhan cairan perhari 100 ml/kg, kebutuhan
cairan per Jam 4 ml/kg. 10 kg kedua, kebutuhan cairan per Hari 50 ml/kg,
kebutuhan cairan per Jam 2 ml/kg. Berat badan selebihnya, kebutuhan cairan per
Hari 20 ml/kg, kebutuhan cairan per Jam 1 ml/kg.Untuk mengetahui
keseimbangan cairan tubuh dapat dilakukan dengan mengurangi total cairan
masuk dan cairan keluar. Balans cairan sebaiknya tidak melebihi dari 200-400 ml
per harinya. Insensibel water loss yang termasuk kedalam cairan keluar, dihitung
dengan perkiraan 15 ml/kgBB/hari. Kehilangan akibat peningkatan suhu tubuh
dihitung kurang lebih 10% dari kebutuhan cairan per hari.Pengaturan cairan dan
elektrolit pada anak adalah keahlian penting bagi tenaga medis. Terapi cairan
dibagi menjadi terapi rumatan, defisit, dan pengganti. Persamaan Holliday dan
Segar menjadi metode standar untuk menghitung kebutuhan cairan. Holliday dan
Segar menyajikan perhitungan untuk kebutuhan cairan rumatan intravena pada
tahun 1957. Dengan mengintegrasikan aspek fisiologi yang diketahui pada saat
itu, Holliday dan Segar berpendapat bahwa “insensible water loss dan urinary
water loss berhubungan dengan metabolisme energi dan tdak dengan berat
badan”. Pada pasien anak yang dirawat di rumah sakit dan mendapat terapi cairan
rumatan dengan menggunakan metode Holliday dan Segar, ditemukan terjadinya
10
hiponatremi dan bahkan hingga kematian. Penggunaan cairan saline 0,18%
intravena juga berkaitan dengan terjadinya edema cerebri.Holliday dan Segar
menyajikan perhitungan untuk kebutuhan cairan rumatan dalam terapi parenteral
pada tahun 1957. Dengan mengintegrasikan fisiologi yang diketahui pada saat itu,
Holliday Segar mengamati bahwa “insensible water loss dan urinary water loss
berhubungan dengan metabolisme energi dan tidak berhubungan dengan berat
badan”. Meski demikian, karena penggunaan cairan parallel dengan metabolisme
energi, metabolisme energi mengikuti luas permukaan tubuh, dan luas permukaan
tubuh mengikuti berat badan, dapat diperkirakan kebutuhan air berhubungan
dengan berat badan.
b. Kebutuhan elektrolit
1. Natrium
Natrium dibutuhkan tubuh untuk menjaga keseimbangan elektrolit,
mengendalikan cairan dalam tubuh, dan mengatur kontraksi otot serta fungsi
saraf. Normalnya, kadar natrium di dalam darah berkisar antara 135–145
milimol/liter (mmol/L).Masalah kesehatan tertentu bisa menyebabkan tubuh
kelebihan atau kekurangan natrium. Kelebihan natrium (hipernatremia)
biasanya terjadi akibat dehidrasi berat, misalnya kurang minum air, diet
ekstrem, atau diare kronis.Sementara itu, kekurangan sodium (hiponatremia)
bisa disebabkan oleh konsumsi air yang terlalu banyak, gangguan fungsi
ginjal atau hati, gagal jantung, atau kelainan pada hormon antidiuretik yang
bertugas untuk mengatur jumlah cairan tubuh.
2. Kalium
Elektrolit yang satu ini berfungsi untuk mengatur irama dan pompa
jantung, menjaga tekanan darah tetap stabil, mendukung aktivitas listrik
saraf, mengatur kontraksi otot dan metabolisme sel, serta menjaga kesehatan
tulang dan keseimbangan elektrolit.Dalam darah, jumlah kalium normal
berada di kisaran 3,5–5 milimol/liter (mmol/L). Kekurangan kalium
(hipokalemia) dapat disebabkan oleh diare, dehidrasi, dan efek samping obat
diuretik.Sementara itu, kelebihan kalium (hiperkalemia) biasanya
disebabkan oleh dehidrasi parah, gagal ginjal, asidosis, atau rendahnya
jumlah hormon kortisol dalam tubuh, misalnya karena penyakit Addison.
3. Klorida
Klorida dalam tubuh berfungsi untuk menjaga pH atau tingkat keasaman
darah, jumlah cairan tubuh, dan aktivitas saluran pencernaan. Normalnya,
kadar klorida dalam tubuh adalah 96–106 mmol/L.Kekurangan klorida
(hipokloremia) dapat terjadi karena gagal ginjal akut, keringat berlebih,
gangguan makan, gangguan fungsi kelenjar adrenal, dan fibrosis kistik.
Sementara itu, kelebihan klorida (hiperkloremia) terjadi akibat dehidrasi
parah, gangguan kelenjar paratiroid, gagal ginjal, atau efek samping cuci
darah.
4. Kalsium
11
Kalsium merupakan mineral dan elektrolit penting yang berperan untuk
menstabilkan tekanan darah, mengendalikan kontraksi otot dan aktivitas
listrik saraf, menguatkan tulang dan gigi, serta menunjang proses pembekuan
darah.Kelebihan kalsium (hiperkalsemia) dapat disebabkan oleh
hiperparatiroidisme, penyakit ginjal, gangguan paru-paru, kanker, atau
kelebihan asupan vitamin D dan kalsium.Sebaliknya, kekurangan kalsium
dapat disebabkan oleh gagal ginjal, hipoparatiroidisme, kekurangan vitamin
D, pankreatitis, kekurangan albumin, dan kanker prostat.
5. Magnesium
Magnesium berperan penting dalam proses pembentukan sel dan
jaringan tubuh, menjaga irama jantung, serta mendukung fungsi saraf dan
kontraksi otot. Mencukupi kebutuhan magnesium juga bermanfaat untu
memperbaiki kualitas tidur pada penderita insomnia.Normalnya, kadar
magnesium dalam tubuh ialah 1,4–2,6 mg/dL. Kelebihan magnesium
(hipermagnesemia) bisa disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti penyakit
Addison atau gagal ginjal berat.Sementara itu, kekurangan magnesium
(hipomagnesemia) bisa disebabkan oleh gagal jantung, diare kronis,
kecanduan alkohol, atau efek samping obat-obatan, misalnya diuretik dan
antibiotik.
6. Fosfat
Fosfat berfungsi untuk memperkuat tulang dan gigi, menghasilkan
energi, serta mendukung pertumbuhan dan perbaikan jaringan tubuh.
Kekurangan fosfat (hipofosfatemia) biasanya disebabkan oleh kelenjar
paratiroid yang terlalu aktif, kekurangan vitamin D, luka bakar parah, dan
kecanduan alkohol.Sementara itu, kelebihan fosfat (hiperfosfatemia)
biasanya disebabkan oleh cedera parah, kelenjar paratiroid kurang aktif,
gagal napas, penyakit ginjal kronis, kadar kalsium rendah, atau efek samping
obat-obatan, misalnya kemoterapi dan obat pencahar yang mengandung
fosfat.
7. Bikarbonat
Jenis elektrolit ini berfungsi untuk menjaga pH darah tetap normal,
menyeimbangkan kadar cairan tubuh, dan mengatur fungsi jantung.
Normalnya, kadar bikarbonat dalam tubuh berkisar antara 22–30
mmol/L.Jumlah bikarbonat dalam darah yang tidak normal dapat disebabkan
oleh gangguan pernapasan, gagal ginjal, asidosis dan alkalosis, serta
penyakit metabolik.Setiap jenis elektrolit di atas memiliki peran penting
dalam tubuh. Namun, jumlah elektrolit terkadang bisa terganggu akibat
berbagai faktor, seperti dehidrasi atau penyakit tertentu.
2.5 Dampak Kelebihan Dan Kekurangan Air Dan Asam Basa Dalam Tubuh
Volume cairan tubuh manusia bervariasi tergantung usia serta jenis kelamin.
Kekurangan cairan pada tubuh biasa dikenal menggunakan dehidrasi.
12
- Kekurangan
Parlin mengungkapkan, dehidrasi 1 persen dari berat badan, bisa
menyebabkan gangguan kognitif. Kekurangan cairan sebanyak 2 persen atau
lebih, dapat membentuk Anda merasa lelah, sulit berkonsentrasi, dan mengalami
gangguan visual.
Kekurangan yg cukup berat, yaitu pada atas 10 % berasal berat badan.
Hal ini bisa mengakibatkan tekanan darah menurun dan gangguan ginjal akut.
- Kelebihan
Asupan air tak boleh berlebihan karena pada keadaan normal, ginjal yang
sehat hanya bisa mengeluarkan 400-600 ml air per jam.
Hiperbola minum air justru mampu menyebabkan hiponatremia atau
kekurangan natrium dalam darah. Akibatnya, kesadaran mampu menurun serta
tubuh terasa lemas.
Bahaya kelebihan air juga bisa terjadi pada seseorang yg melakukan
olahraga berat. menurut Parlin, kondisi ini pun mampu mengakibatkan kematian.
Orang yg melakukan olahraga berat juga disarankan tidak minum hiperbola saat
olahraga. "Jadi jika haus minum. Minumlah air seperlunya," imbuh Parlindungan.
1. Pertama, air yang kita minum masuk ke dalam mulut menuju saluran cerna.
2. Lalu yang kedua, air masuk melalui pembuluh kapiler ke dalam darah yang akan
dialirkan ke seluruh tubuh.
3. Setelah itu, tahap ketiga, air membantu jantung memompa darah ke seluruh
tubuh. Nah, saat air sampai di paru-paru, akan terjadi pertukaran oksigen dan
karbondioksida.
4. Proses selanjutnya, yang kempat, terjadi pada organ hati. Pada tahap ini, air
akan membantu proses metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.
5. Proses yang terakhir, yang kelima, air menuju ginjal. Pada tahap ini, air
membantu ginjal dalam proses penyaringan zat sisa untuk dikeluarkan bersama
air seni (urine).
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Cairan tubuh ialah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) serta zat eksklusif (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang membuat partikel-partikel bermuatan listrik
yg disebut ion Bila berada dalam larutan. Cairan tubuh dibagi pada 2 kelompok besar
yaitu : cairan intraseluler serta cairan ekstraseluler. Total jumlah volume cairan tubuh
(total body water-TBW) kira-kira 60 % dari berat badan pria dan 50 % asal berat
badan perempuan . Jumlah volume ini tergantung di kandungan lemak badan serta
usia. prosedur kerja cairan serta elektrolit pada tubuh melalui 3 proses yaitu difusi,
osmosis, serta transportasi. Cairan tubuh didistribusikan di antara 2 kompartemen
yaitu di intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler kira-kira 2/3 atau 40 %
berasal BB, sedangkan cairan ekstraseluler 20 % asal BB. Pengeluaran cairan terjadi
melalui organ tubuh yaitu ginjal, kulit, paru-paru, serta gastrointestinal.
Ekuilibrium cairan tubuh dan elektrolit normal artinya akibat asal ekuilibrium
dinamis antara kuliner dan minuman yang masuk dengan keseimbangan yg
melibatkan sejumlah besar sistem organ. Cairan tubuh serta elektrolit yg dikonsumsi
lebih poly maka cairan yang dikeluarkan jua lebih poly.
Faktor yg mempengaruhi kebutuhan cairan serta elektrolit pada tubuh terdapat
sembilan faktor yaitu usia, aktivitas, iklim, diet, tertekan, penyakit, tindakan medis,
pengobatan. dan pembedahan. Gangguan keseimbangan cairan serta elektrolit pada
tubuh bisa ditentukan sang 2 faktor yaitu kelebihan dan kekurangan cairan dan
elektrolit.
3.2 Saran
Demikian makalah yang bisa penulis paparkan tentang Cairan serta Elektrolit.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi mahasiswa. Kami
menyadari bahwa dalam makalah ini masih ada kesalahan. oleh karena itu kritik
serta saran dari para pembaca serta dosen yang sangat kami harapkan guna dapat
memperbaikinya untuk makalah selanjutnya.
14
DAFTAR PUSTAKA
Hartanto, W. W. (2007). Terapi cairan dan elektrolit perioperatif. Jurnal Farmasi Sains
Dan Komunitas, 15(4), 1–25.
15