Anda di halaman 1dari 3

Endorsment 

merupakan suatu metode pemasaran dalam rangka


mempromosikan produk barang maupun jasa dari sebuah toko online. Konsep
ini menekankan kerjasama antara pengusaha dengan orang yang memiliki
banyak followers di media sosial atau Influencer Online termasuk selegram.

Pada dasaranya penghasilan yang diperoleh dari selebgram lewat aktivitas


endorsement melalui media elektronik sama dengan penghasilan lainnya,
akan tetapi yang membedakan hanyalah media yang dipergunakan untuk
memperoleh penghasilan. Penghasilan yang diperoleh selebgram tersebut
bersifat tidak tetap dan dilakukan lewat media daring, namun tetap dapat
dikenakan pajak penghasilan berdasarkan subjek maupun objek pajak
penghasilan. Kegiatan endorsement yang dilakukan selebgram pada media
sosial dapat dikenakan pajak oleh pemerintah karena merupakan kegiatan
ekonomi yang bisa menghasilkan keuntungan besar.
Sebelumnya pemerintah lewat otoritas DJP pernah memberi ruang sendiri
agar selebgram dipungut pajaknya. Seperti pada tahun 2015 DJP
mengeluarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor SE-06/PJ/2015
tentang Pemotongan dan/atau Pemungutan Pajak Penghasilan Atas Transaksi
ECommerce yang membahas transaksi elektronik untuk menimbulkan
kewajiban PPh yang meliputi online marketplace, classified ads, daily deals
dan online retail.

Jenis pajak yang diberikan bagi para selebgram ialah Pajak Penghasilan yang
didasarkan pada objek pajak yakni penghasilan itu sendiri. Sebagai subjek
pajak orng pribadi pajak penghasilan bagi selebgram dapat ditentukan
karena, selebgram ketika melakukan aktivitas endorsement sebagai pekerja
lepas atau indiviu yang bekerja sehingga, tidak terikat pada perusahaan
tertentu atau pihak lainnya, bersamaan dengan subjek pajak orang pribadi
selebgram pula yang oleh aktivitasnya bertempat tinggal di Indonesia atau di
luar Indonesia. Selebgram lebih bersifat independen dimana mereka bukan
tenaga kerja. Selebgram berdiri sendiri dan tidak ada tanggungjawab
terhadap instansi tertentu.

Pada umumnya uang yang didapatkan oleh selebgram sebagai bagian


dari aktivitas endorsement secara langsung dapat dikatakan sebagai
penghasilan, pernyataan ini seperti yang dikemukan oleh McCaffery dalam
bukunya yang berjudul Income Tax Law: Exploring the Capital-Labor Divide
menyebutkan bahwa :
“Utamanya, suatu penghasilan berasal dari pekerjaan, modal, atau
kombinasi keduanya. Selain itu, penghasilan juga dapat diperoleh dari
kegiatan usaha atau dikenal dengan istilah business income. Namun, tidak
tertutup kemungkinan pula suatu penghasilan diperoleh selain dari
pekerjaan, modal, ataupun kegiatan usaha. Untuk penghasilan yang terakhir
ini sering disebut dengan istilah penghasilan lain-lain.”

Pada dasarnya syarat objek pajak penghasilan sudah dideskripsikan pada


pasal 4 UU PPh yang pokok pemajakan atas penghasilan dalam pengertian
yang luas, yaitu bahwa pajak dikenakan atas setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima dari manapun asalnya yang dapat dipergunakan
untuk konsumsi atau menambah kekayaan, sehubungan dengan itu seorang
selebgram dalam menjalankan jasanya untuk mempromosikan suatu produk
dari toko online ini akan mendapatkan imbalan berupa uang, memang secara
eksplisit uang tidak dicantumkan pada objek pajak penghasilan tetapi, salah
satu objek dari penghasilan yakni upah berupa uang inilah yang dikatakan
sebagai penghasilan karena terjadi adanya penambahan kemampuan
ekonomis yang diperoleh selebgram.

Peraturan perpajakan atas aktivitas endorsement yang dilakukan oleh


Influencer Instagram telah diatur dalam UU PPh dengan pengenaan tarif yang
berbeda berdasarkan latar belakang influencer itu sendiri. Apabila influencer
melakukan aktivitas tersebut secara independent atau tanpa pihak ketiga,
maka akan dikenakan UU PPh Pasal 21.
Jika influencer bernaung dibawah sebuah agensi atau manajemen pengelola
aktivitas endorsement, maka akan dikenakan tarif sesuai Pasal 23 UU PPh.
Direktorat Jenderal Pajak telah menyatakan bahwa influencer baik selebritis
ataupun non-selebritis telah dikategorikan sebagai wajib pajak sebagaimana
tertuang dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan yang mana menurut penelitian ini influencer sebagai pelaku
daripada aktivitas endorsement memperoleh tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima sebagai balas jasa atas promosi (endorse) yang
dilakukan.
Dalam upaya untuk melaksanakan kewajibannya dalam membayar pajak,
seorang influencer Instagram harus terlebih dahulu menjadi wajib pajak yakni
dengan mendaftarkan diri sebagai wajib pajak dan memiliki NPWP. Apabila
telah terdaftar sebagai wajib pajak influencer Instagram kemudian dapat
melaksanakan kewajibannya dalam membayar pajak dengan membayar
sejumlah pajak apabila penghasilan yang diterima/diperolehnya diatas PTKP
sebagaimana Pasal 7 Ayat (1) Undang-Undang PPh.
Influencer Instagram dapat mengacu pada Undang-Undang PPh sebagai acuan
dalam pelaksanaan pemungutan pajak PPh dari hasil endorsement. Dalam hal
PTKP, influencer yang termasuk wajib pajak tetap mendapatkan hak PTKP.
Adapun besaran PTKP berubah-ubah setiap tahunnya, hal tersebut
dikarenakan ketika biaya hidup meningkat maka diperirakan besaran PTKP
juga akan meningkat.

REFERENSI:
BPPM Mahkamah Fakultas Hukum UGM. ENDORSERS: WAJIB PAJAK ATAU SEKADAR
SUBJEK PAJAK? 3 September 2019
https://mahkamahnews.org/2019/09/03/endorsers-wajib-pajak-atau-
sekadar-subjek-pajak/

Darussalam. (2020, Februari 17). apa-saja-yang-menjadi-objek-pajak-


penghasilan18981. Maret 21, 2021. https://news.ddtc.co.id/.

Dintan Falya, Rianda Dirkareshza Urgensi Peraturan Pajak Dalam Aktivitas


Endorsement Yang Dilakukan Oleh Influencer ‘Instagram’ Jurnal USM Law
Review Vol 4 No 2 Tahun 2021

Mutamainah, Muttaqin, and Laina Rafanti, “Implementasi Pengaturan


Pemungutan Pajak Penghasilan Terhadap Selebgram Dari Hasil
Endorsements.” hlm. 1695

Evi Malia and Qoyyimah, “Analisis Kenaikan PTKP Sebagai Upaya Peningkatan
Pertumbuhan Wajib Pajak Dan Penerimaan Pajak Penghasilan Di KPP Pratama
Pamekasan,” Jurnal “PERFORMANCE” Bisnis & Akuntansi VI,

Anda mungkin juga menyukai