Metopen Penciptaan
Metopen Penciptaan
Di susun oleh:
Dosen Pembimbing
B. Manfaat
1. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat luas,
pembaca, ataupun pengamat tentang eksistensi semu api
maupun pengetahuan tentang karya seni keramik.
2. Sebagai tolok ukur dari perkembangan pemikiran pribadi
saat ini dan memberikan pembelajaran bagi diri sendiri.
Penciptaan dalam hal ini adalah proses untu menjadi barang yang
belum ada menjadi ada ,dan proses ini dilakukan secara bertahap.
Dalam penciptaan karya ini ada beberapa metode yang digunakan
,diantaranya adalah sebagai berikut:
A. Metode penciptaan
Menurut Gustami, melahirkan sebuah karya seni
khususnya seni kriya secara metodologis melalui tiga tahapan
utama , yaitu eksplorasi 2 (pencarian sumber ide, konsep, dan
landasan penciptaan), perancangan (rancangan desain karya),
dan perwujudan (pembuatan karya) (2004:29 32).
Tahap eksplorasi meliputi langkah pengembaraan jiwa
dan penjelajahan dalam menggali sumber ide. Langkah-
langkah tersebut meliputi penggalian sumber penciptaan yang
diperoleh melalui pengumpulan data referensi mengenai
tulisan-tulisan dan gambar yang berhubungan dengan karya.
Dari kegiatan ini akan ditemukan tema dan berbagai persoalan.
Langkah kedua adalah menggali landasan teori, sumber dan
referensi serta acuan visualuntuk memperoleh konsep
pemecahan masalah secara teoritis, yang dipakai nanti sebagai
tahap perancangan.
B. Metode pendekatan
1. Estetis
Pendekatan ini berisikan dan berdasarkan uraian- uraian
estetis yang selanjutnya divisualisasikan dalam bentuk karya.
Menurut Darsono, ada tiga ciri yang menjadi sifat-sifat
membuat indah dari benda-benda estetis, adalah :
A. Sumber penciptaan
Semut api merujuk kepada semut yang bewarna merah dan
mampu mengigit makhluk hidup lain. Tubuh semut api terdiri
atas tiga bagian, yaitu kepala, mesosoma (dada), dan metasoma
(perut). Morfologi semut api cukup jelas dibandingkan dengan
serangga lain yang juga memiliki antena, kelenjar metapleural,
dan bagian perut yang berhubungan ke tangkai semut
membentuk pinggang sempit (pedunkel) di antara mesosoma
(bagian rongga dada dan daerah perut) dan metasoma (perut
yang kurang abdominal segmen dalam petiole). Petiole yang
dapat dibentuk oleh satu atau dua node (hanya yang kedua,
atau yang kedua dan ketiga abdominal segmen ini bisa
terwujud). Tubuh semut api memiliki eksoskeleton atau
kerangka luar yang memberikan perlindungan dan juga sebagai
tempat menempelnya otot. Menurut Tarumingkeng (2001)
bahwa, semut api memiliki lubang- lubang pernapasan di
bagian dada bernama spirakel untuk sirkulasi udara dalam
sistem respirasi mereka. Pada kepala semut api terdapat banyak
organ sensor. Semut api memiliki mata majemuk yang terdiri
dari kumpulan lensa mata yang lebih kecil dan tergabung untuk
mendeteksi gerakan dengan sangat baik. Mereka juga punya
tiga oselus di bagian puncak kepalanya untuk mendeteksi
perubahan cahaya dan polarisasi. Semut api umumnya
memiliki penglihatan yang buruk, bahkan ada yang buta. Pada
kepalanya juga terdapat sepasang antena yang membantu
semut api mendeteksi rangsangan kimiawi. Antena ini juga
digunakan untuk berkomunikasi satu sama lain dan mendeteksi
feromon yang dikeluarkan. Selain itu, antena semut api juga
berguna sebagai alat peraba untuk mendeteksi segala sesuatu
yang berada di depannya. Pada bagian depan kepala juga
terdapat sepasang rahang atau mandibula yang digunakan
untuk membawa makanan, memanipulasi objek, membangun
sarang, dan untuk pertahanan
Semut api biasa hidup di tanah (baik dataran rendah
maupun dataran tinggi/gunung) yang memiliki suhu sedang.
Semut api dikatakan sebagai pekerja keras. Mereka dapat
membangun bukit setinggi 30 cm dan selebar 60 cm, atau
menggali terowongan labirin hingga sedalam 1,5 m di bawah
tanah. Di wilayah-wilayah tertentu, semut api membangun
bukit-bukit kecil hingga lebih dari 350 buah.
Semut mempunyai peranan yang penting di alam ini,
namun peran itu ada yang bersifat positif dan negatif. Peranan
semut di alam juga tidak dapat secara langsung dirasakan oleh
manusia, namun untuk keberlanjutannya sangat bermanfaat
sekali. Manfaat positif dari peran semut adalah sebagai
predator, menguraikan bahan organik, mengendalikan hama
dan bahkan membantu proses penyerbukan. Semut secara
ekonomi kurang bermanfaat, namun jika di lihat secara ekologi
semut sangat bermanfaat bagi tumbuhan dan hewan, karena
dalam rantai makanan memiliki peran yang sangat penting.
Sangat banyak peranan semut bagi manusia ,tetapi banyak
dari kita tidak mengetahuinya ,keberadaan semut itu sendiri
tidak dianggap bagi manusia ,sehinggah dari konsep diatas
penulis merasa tergugah dan kemudian berkeingan untuk
mencipkan karya tiga dimensi yang terbuat dari keramik .
B. Landasan teori
Menciptakan sebuah karya seni membutuhkan sudut
pandang yang obyektif dan dapat dipertanggung jawabkan,
oleh karena itu perlu penjelasan mengenai permasalahan yang
diangkat. Hal tersebut bertujuan agar terhindar dari meluasnya
pembahasan dan salah penasiran terhadap judul yang diangkat.
Sebuah karya seni tidak hanya sebagai sarana
penyampaian pesan namun juga seharusnya dapat
membangkitkan pengalaman estetis penikmat. Maka didalam
sebuah proses penciptaan perlu adanya sebuah ruang untuk
estetika, namun tidak hanya sekedar keindahan, karena estetika
tidak hanya berarti adanya keindahan pada objek seni
melainkan sebuah kajian tentang proses yang terjadi antara
kreator, karya seni. dan nilai yang ada pada karya seni. Seperti
yang dikatakan Junaedi (2013:30) bahwasanya definisi estetika
adalah kajian tentang proses yang terjadi antara subjek seni,
objek seni, dan nilai terkait dengan parameter, dan properti atas
keindahan maupun kejelekan.
Estetika atau aisthanomal yang secara harafiah dalam
bahasa Yunani berarti memahami melalui pengamatan
inderawi. Kata estetika memiliki akar kata aesthesis yang bisa
diartikan emosi atau persepsi (Junaedi,2013:30). Dengan
memberikan kualitas estetika pada karya sama saja
memberikan suatu ekspresi yang pas dan emosi yang kuat.
VII. PROSES PENCIPTAAN
A. Data Acuan
Gambar 1.
Gambar semut api dalam jarak dekat
Sumber https://pin.it/7EMfBYB
a
m
b
a
r
1
.
Gambar 2.
Gambar semut api dalam jarak dekat
Sumber https://pin.it/34BPG90
B. Rancangan karya
3. Pembakaran Biskuit
Benda keramik yang telah kering dan diamplas
kemudian dibakar biskuit. Pembakaran dilakukan
dengan menggunakan tungku gas . Benda disusun
ke dalam tungku gas, dan mulai pembakaran
sehingga mencapai pada tingkat suhu yang
ditentukan yakni 900o Celcius.
4. Penglasiran
Setelah benda keramik tersebut sudah menjadi
biskuit ,maka tahap selanjutnya yaitu penglasiran
sesuai desain yang di inginkan .
5. Pembakaran glatsir
Dalam tahap ini pembakaran glasir menggunakan
suhu tinggi menekankan pada titik lebur glasir yang
digunakkan, yaitu sekitar 1100 celcius - 1180
celcius,tergantung pada suhu glasir yang
digunakkan.
D. Tahap Perwujudan
IMAJINASI IDE
REFERENSI
SKETSA KONSÙLTASI
PENGERJAAN
PEMBENTUKAN
PENGERINGAN
PEMBAKARAN
GLASIR
PEMBAKARAN 2 FINISHING
VIII. DAFTAR PUSTAKA
A. Latar Belakang
B. Tujuan dan Manfaat
C. Metode Pendekatan dan Penciptaan
A. Data Acuan
B. Analisis data Acuan
C. Rancangan Karya
D. Proses Perwujudan
1. Alat dan Bahan
2. Teknik Pengerjaan
3. Tahap Perwujudan
E. Kulturasi Biaya Pembuatan
1. Tinjauan Umum
2. Tinjauan Khusus
BAB V. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
X. JADWAL PELAKSANAN