OLEH :
OLIVIANA LEONI
M1B119040
ILMU LINGKUNGAN B
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha ESA atas segala rahmatNya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami
berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan
sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Rumusan..............................................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Definisi Perubahan Iklim dan Pemanasan Global.........................4
2.2. Penyebab Perubahan Iklim..............................................................9
2.3. Dampak Perubahan Iklim...............................................................11
2.4. Upaya Yang Dapat Dilakukan Untuk Menanggulanggi Perubahan
Iklim...................................................................................................15
2.5. Strategi Adaptasi dan Mitigasi Terhadap Perubahan Iklim.......17
2.6. Penyebab Pemanasan Global.........................................................22
2.7. Mengatasi Pemanasan Global........................................................29
2.8. Mengukur Pemanasan Global........................................................31
2.9. Model Iklim.......................................................................................33
2.10. Dampak Yang Dimbulkan Dari Pemanasan Global.................35
2.11. Perdebatan Tentang Pemanasan Global....................................39
2.12. Pengendalian Pemanasan Global...............................................40
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................45
3.2 Saran.................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
sudah menjadi pengetahuan umum sedangkan pemanasan global diisukan sebagai
akibat dari bertambahnya gas rumah kaca. Pemanasan global secara umum
diartikan sebagai peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi yang disebabkan
oleh peningkatan jumlah gas rumah kaca yang terdapat di atmosfer bumi. Gas
rumah kaca yang utama ada di bumi adalah karbon dioksida, metana, dan nitrat
oksida. Gas karbondioksida adalah penyumbang terbesar gas rumah kaca
dibandingkan gas lainya. Sumber gas CO2 adalah dari pembakaran bahan bakar,
pernafasan makhluk hidup, tumpukan sampah, letusan gunung berapi, kebakaran
hutan, kebakaran lahan gambut, pabrik dan lain-lain. Sektor industri merupakan
salah satu penyumbang emisi gas CO2 Langkah- langkah yang dapat diambil
untuk menanggulangi dan mencegah dampak pemanasan global yaitu penggunaan
biofuel menggantikan bahan bakar konvensional seperti batu bara dimana gas
buang pabrik yang menggunakan batu bara mengandung CO2 jauh lebih tinggi
dibandingkan yang menggunakan biofuel. Penyerapan gas CO2 mengunakan
bahan kimia dan tanaman , serta penghematan bahan bakar minyak sehingga
konsumsi energi menurun yang akhirnya mengurangi laju produksi bahan bakar.
2
1.3. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui definisi perubahan iklim dan pemanasan global!
2. Untuk mengetahui apan yang menjadi penyebab pemanasan global!
3. Untuk mengetahui seperti apa dampak yang dimbulkan dari pemasalah
global!
4. Untuk mengetahui bagaimana upaya yang dapat di lakukan untuk
menanggulangi perubahan iklim!
5. Untuk mengetahui strategi dan mitigasi terhadap perubahan iklim!
6. Untuk mengetahui penyebab pemanasan global!
7. Untuk mengetahui cara mengatai pemanasan global!
8. Mengukur pemanasan global!
9. Untuk mengetahui apa saja model iklim!
10. Untuk mengetahui apa dampak yang ditimbulkan dari pemanasan global!
11. Untuk mengetahui bagaimana perdebatan tentang pemanasan global!
12. Untuk mengetahui bagaimana pengendalian pemanasan global!
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Contoh grafik data suhu rata-rata tahunan selama 30-tahun
(periode 1981-2010). Variasi naik turun suhu setiap tahun menunjukkan
adanya
variabilitas tahunan suhu. Variabilitas data tersebut mengalami penyimpangan
yang ekstrim dari nilai rata-rata berupa
5
menerus disebabkan karena interaksi antara komponen-komponennya dan juga
faktor eksternal seperti erupsi vulkanik, variasi sinar matahari, dan faktor-fator
yang dipengaruhi manusia seperti perubahan atmosfer dan perubahan lahan.
b. Variabilitas Iklim
Variabilitas iklim adalah variasi iklim, dalam keadaan rata-rata atau
statistik lain, pada semua skala temporan dan spasial pada satu periode waktu
tertentu (seperti: satu bulan, musim atau tahun), dibandingkan dengan statistik
jangka panjang untuk periode kalender yang sama. Variabilitas Iklim diukur oleh
deviasi ini, yang biasanya disebut anomali. Variabilitas mungkin disebabkan oleh
proses internal alami didalam sistem iklim (variabilitas internal), atau oleh variasi
dalam faktor-faktor alami atau faktor luar atropogenik (variabilitas eksternal).
Figure 1: Contoh grafik data suhu rata-rata tahunan selama 30-tahun (periode
1981-2010). Variasi naik turun suhu setiap tahun menunjukkan adanya
variabilitas tahunan suhu. Variabilitas data tersebut mengalami penyimpangan
yang ekstrim dari nilai rata-rata berupa Perubahan Iklim.
6
on Climate Change –Konvensi Perubahan Iklim) mendefinisikan "Perubahan
Iklim" sebagai perubahan dari iklim yang disebabkan baik secara langsung atau
tidak langsung oleh aktivitas manusia sehingga mengubah kompoisi dari atmosfer
global dan variabilitas iklim alami pada perioda waktu yang dapat
diperbandingkan. Perbedaan antara variabilitas iklim dan perubahan iklim terlihat
pada jangka waktu perubahan yang terjadi. Variabilitas iklim terlihat pada
perubahan yang terjadi didalam kerangka waktu yang pendek, seperti satu bulan,
satu musim atau satu tahun. Sedangkan,perubahan iklim terjadi pada periode
waktu yang lebih lama, yaitu pada periode dekade atau lebih lama lagi. Perbedaan
utama antara keduanya adalah dalam keberadaan kondisi "anomali", ketika
kejadian yang dulu biasanya jarang terjadi menjadi lebih sering terjadi, atau
sebaliknya. Perubahan Iklim merujuk kepada satu perubahan keadaan rata-rata
iklim atau variabilitasnya secara signifikan dalam satu periode yang panjang
(dekade atau lebih lama lagi). Perubahan Iklim mungkin disebabkan oleh proses
internal alami atau faktor eksternal seperti perubahan terus menerus pada atmosfer
atau perubahan penggunaan lahan.. Secara statistik, kurva distribusi frekuensi
yang merepresentasikan probabilitas dari perubahan kejadian meteorologi secara
spesifik. Kurva ini mungkin berubah baik pada amplitudonya, bergeser rata-
7
tahun 1990 dan 2100.Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan
skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca pada masa
mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun
sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan
kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu
tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil.Ini mencerminkan
besarnya kapasitas kalor lautan.
Anomali suhu permukaan rata-rata selama periode 1995 sampai 2004 dengan
dibandingkan pada suhu rata-rata dari 1940 sampai 1980.
8
membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap
konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara
di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah
pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.
2. Peningkatan Emisi
Penyebab perubahan iklim yang kedua berasal dari peningkatan emisi
yang diakibatkan oleh ulah manusia, misalnya saja pada Pembakaran minyak,
batu bara, dan gas yang akan menghasilkan dinitrogen oksida dan karbon dioksida.
Ha ini juga disebabkan oleh deforestasi atau penebangan hutan. Pohon sendiri
membantu mengatur iklim dengan menyerap CO2 dari atmosfer. Karenanya saat
terjadi penebangan, efek menguntungkan kemudian hilang dan karbon yang
tersimpan di pohon akan dilepaskan ke atmosfer, dan menambah efek rumah kaca
di bumi. Selain itu peningkatan emisi juga disebabkan oleh meningkatnya jumlah
peternakan, khususnya pada Sapi dan domba, dimana keduanya menghasilkan
9
metana dalam jumlah besar saat mencerna makanan. Tak hanya itu pupuk yang
mengandung nitrogen juga menghasilkan emisi nitro oksida, Gas-gas ini
berfluorinasi hingga kemudian menghasilkan efek pemanasan yang sangat kuat,
yaitu hingga 23.000 kali lebih besar dibanding CO2.
3. Pemanasan Global
Penyebab perubahan iklim lainnya berasal dari aktivitas pemanasan global.
Pembangkit listrik dan instalasi industri lainnya ialah penghasil CO2 utama. Suhu
rata-rata global saat ini sendiri adalah 0,85ºC lebih tinggi jika dibandingkan
dengan akhir abad ke-19. Masing-masing dari tiga dekade terakhir ini sendiri telah
lebih hangat dibandingkan dekade sebelumnya sejak pencatatan mulai dilakukan
yaitu pada tahun 1850an. Para ilmuwan iklim terkemuka mengemukakan
pendapatnya mengenai penyebab pemanasan global adalah aktivitas manusia. Hal
ini sendiri telah diamati sejak pertengahan abad ke-20. Peningkatan 2°C
dibanding suhu pada masa pra-industri ini dinilai para ilmuwan sebagai ambang
batas. Di mana kemudian terdapat risiko yang jauh lebih tinggi bahwa perubahan
yang berbahaya serta berbagai bencana di lingkungan global kemungkinan akan
terjadi. Karenanya hingga saat ini banyak diantara negara lain telah menanamkan
kepada warganya tentang pentingnya menjaga pemanasan dibawah 2°C.
10
bergerak lebih dekat dan jauh dari matahari saat mengorbit. Saat Bumi lebih dekat
ke matahari sendiri, iklim kemudian akan menjadi lebih hangat.
11
4. Dampak dari peningkatan kejadian iklim dan cuaca ekstrim
Dampak terjadinya cuaca ekstrim bisa beragam, bisa terjadi secara spontan
dan memakan banyak korban dalam jumlah besar (bencana), tetapi juga bisa
berdampak tidak langsung yaitu melalui hilangnya beberapa jasa lingkungan di
lingkup sektor pertanian, perikanan dan kelautan serta kesehatan. Dalam sektor
pertanian antara lain berkurangnya populasi hewan penyerbuk tanaman (polinator)
dan penebar biji seperti burung, serta berkurangnya populasi musuh alami dari
hama dan penyakit tanaman.
Pola cuaca merupakan suatu bagian penting dalam kehidupan yang akan
mempengaruhi tanaman, dan pangan, air yang kita konsumsi, tempat tinggal, serta
berbagai aktivitas dan kesehatan manusia. Karenanya perubahan iklim benar-
benar akan berdampak serius terhadap kehidupan seseorang. Tak seorang pun
yang mengetahui dengan pasti apa yang akan terjadi di masa depan Namun para
ahli kemudian memanfaatkan ilmu pengetahuan untuk memberikan gambaran
tentang bagaimana iklim kemudian akan berubah ke arah yang lebih buruk jika
manusia terus menerus menggunduli hutan, membuang-buang energi serta
menggunakan sistem pertanian yang buruk. Lalu perubahan iklim seperti apa yang
akan terjadi di Indonesia? Musim kemarau berkepanjangan yang lebih panas
termasuk diantaranya gelombang panas, intensitas hujan yang terus berkurang di
musim kemarau, serta kekeringan yang parah. Curah hujan yang berlebih di
musim penghujan sendiri kemudian akan mengakibatkan naiknya air di
permukaan laut. Tentu saja perubahan iklim ini kemudian akan menimbulkan
berbagai dampak negatif. Berikut beberapa diantaranya yang perlu kamu ketahui:
5. Kepunahan Ekosistem
Kemungkinan terjadinya kepunahan ekosistem yaitu pada spesies hewan
dan tumbuhan adalah 20-30 persen hal ini terjadi jika bertambah CO2 di atmosfer
serta kenaikan suhu rata-rata global sebanyak 1,5-2,5 derajat Celcius, yang
kemudian akan turut meningkatkan tingkat keasaman laut. Hal ini kemudian akan
berdampak negatif terhadap para organisme-organisme laut seperti misalnya pada
12
terumbu karang, hingga berbagai spesies yang hidupnya bergantung terhadap
organisme tersebut.
6. Pangan dan Hasil Hutan
Diperkirakan produktivitas pertanian yang berada di daerah tropis akan
mengalami penurunan jika terjadi kenaikan suhu rata-rata global di antara 1-2
derajat Celcius, hingga kemudian meningkatkan resiko bencana kelaparan.
Meningkatnya frekuensi banjir serta kekeringan kemudian akan memberi dampak
buruk terhadap produksi lokal utamanya pada penyediaan pangan pada area tropis
dan subtropis. Jika perubahan iklim kemudian terjadi, maka hasil panen akan turut
menurun pula, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Sebagian tanaman sendiri
sangat mungkin hancur, hingga kian sulit menghasilkan tanaman pangan yang
baik. tingkat kesuburan sebagian tanah yang berkurang juga membuatnya tak
dapat lagi dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Efeknya terhadap petani adalah
kian sulitnya mendapatkan makanan. Sehingga sebagian dari warganya kemudian
terpaksa harus berpindah ke area lain. Petani-petani nantinya menjadi harus
berebut untuk mendapatkan lahan yang subur. Sementara untuk area hutan dimana
sebagian besar wilayah Kalimantan kemudian terdiri dari hutan penghasil kayu,
makanan, serta produk-produk lainnya, sebut saja rotan.
Hutan juga turut membantu dalam mencegah terjadinya polusi air hingga
menghambat terjadinya erosi. Hutan membantu menyimpan pasokan air hal ini
dikarenakan hutan akan menyerap air hujan pada musim penghujan dan
membantu melepaskannya di musim kemarau. Hutan berfungsi sebagai rumah
bagi banyak hewan liar, mulai dari serangga, burung, hingga berbagai tanaman.
Keanekaragaman hayati ini sendiri sangatlah penting bagi sistem alami yang
kemudian akan membuat lingkungan berfungsi dengan baik. Terjadinya
perubahan iklim akan memberi dampak yang buruk pada kondisi hutan, tak hanya
itu jumlah makanan serta produk hutan pun akan terus mengalami penurunan.
Manusia yang menjual hasil hutan menjadi kian merugi. Selain itu Fungsi hutan
dalam hal pengatur sistem hidrologi dan penyaring air akan kian melemah.
Kuantitas air tanah juga akan berkurang dengan kualitas air yang terus menurun.
13
Dengan terus berkurangnya keanekaragaman hayati, sistem alami tak lagi berjalan
secara efektif. Tanaman akan kian menderita hal ini dikarenakan perubahan iklim
yang juga meningkatkan jumlah penyakit dan hama.
14
10. Kesehatan
Penduduk yang kapasitas beradaptasinya rendah akan kian rentan terhadap
berbagai penyakit yang melanda, umumnya adalah gizi buruk, diare, dan
berubahnya pola distribusi pada penyakit-penyakit yang ditularkan dari berbagai
hewan khususnya serangga.
1. Sektor Energi
Pada sektor energi yang bisa dilakukan adalah mengurangi subsidi bahan
bakar fosil, Pajak karbon yang digunakan untuk bahan bakar fosil, serta
menggalakan kebiasaan menggunakan energi terbarukan, tak lupa penetapan
harga listrik bagi energi terbarukan, juga subsidi bagi para produsen.
2. Sektor Transportasi
Pada suatu sektor transportasi adalah dengan menggalakan penggunaan
biofuel, mewajibkan penggunaan bahan bakar dengan standar CO2 untuk alat-alat
transportasi di jalan raya, STNK, Pajak unstuck plebeian endbrain, tarif
penggunaan jalan serta parker. Tak lupa juga merancang suatu kebutuhan
transportasi dengan sebelumnya melalui regulasi penggunaan lahan dan
perencanaan infrastruktur yang baik, terakhir adalah berupaya lebih memilih
menggunakan transportasi tak bermotor serta menggunakan fasilitas angkutan
umum.
3. Sektor Gedung
Menerapkan standar dan label terhadap berbagai peralatan, regulasi
gedung dan sertifikasi termasuk diantaranya dalam percontohan pemerintah pada
pengadaan, insentif yang diberikan kepada perusahan di bidang energi. Apalagi
15
sekitar 70% penggunaan energi, berasal dari konstruksi dan bangunan yang
menyumbang 39% dari emisi karbon dioksida, selain itu dalam kurun waktu 15
tahun mendatang infrastruktur perkotaan ini akan dibangun, seiring dengan
semakin cepatnya proses migrasi dari desa ke kota (atau sebaliknya). Selain itu
yang sama pentingnya adalah memperbaiki bagaimana kualitas bangunan yang
didirikan, meningkatkan standar bangunan, serta memikirkan kembali
perencanaan kota seperti misalnya saja memberikan insentif untuk mini-grid
solutions. Tak hanya itu sama pentingnya mengatasi CF11, emisi metana, dan
nitrooksida yang diinduksi oleh manusia hingga kemudian menemukan solusi
yang lebih cerdas untuk pemanasan, pendinginan, dan pengelolaan limbah.
4. Sektor Industri
Memberlakukan standar pada subsidi, pajak untuk kredit juga perjanjian
sukarela. Pada sektor pertanian sendiri sebaiknya diberikan Insentif finansial serta
regulasi-regulasi yang akan memudahkan dalam memperbaiki manajemen lahan,
irigasi yang efisien, penggunaan pupuk serta mempertahankan kandungan karbon
dalam tanah.
5. Sektor Kehutanan
Insentif finansial dalam hal internasional juga nasional memiliki berbagai
tujuan diantaranya mempertahankan lahan hutan, manajemen hutan, memperluas
area kehutanan, hingga mengurangi deforestasi atau penebangan liar yang kerap
terjadi. Regulasi pemanfaatan lahan serta penegakan regulasi tersebut. Melindungi
dan memulihkan hutan tropis. Tanam triliunan pohon untuk meningkatkan
ketahanan pangan, menyelamatkan keanekaragaman hayati, membantu
mengurangi CO2, membuka mata pencaharian serta menolong ekonomi pedesaan.
Dalam melakukan hal ini, sangat perlu peningkatan investasi yang gunanya
mengurangi separuh pembabatan hutan tropis pada tahun 2020, menghentikan
deforestasi secara global pada tahun 2030 serta mengumpulkan sekitar US$ 50
miliar per tahun dalam kebutuhannya mencapai target 350 juta hektar hutan serta
restorasi bentang alam di tahun 2030 sejalan dengan berlangsungnya Bonn
Challenge. Hingga saat ini, 168 juta hektar restorasi kemudian telah dijanjikan
16
oleh 47 negara. Sangat perlu menanam lebih banyak pohon di padang rumput juga
lahan tanah pertanian tak lupa pentingnya pemulihan lahan gambut.
17
tersebut adalah upaya ADAPTASI karena tidak ada upaya mengurangi kecepatan
mobil.
18
Contoh kasus
a. Adaptasi Masyarakat Adat Terhadap Perubahan Iklim
Dampak perubahan iklim terhadap kehidupan telah banyak dilaporkan.
Sebagai contoh di Kalimantan Barat, pada tahun 2006 telah terjadi krisis pangan
di dua desa di Kecamatan Tanjung Lokang. Hal tersebut diduga terjadi karena
produksi pertanian menurun bahkan megalami gagal panen akibat kemarau
panjang. Di laporkan pula bahwa di Kalimantan Barat telah terjadi gagal panen di
pertengahan tahun 2010 akibat cuaca yang selalu berubah-ubah tak menentu,
sehingga produksi beras menurun hingga 70% dari produksi sebelumnya.
Akibatnya, petani lebih berfokus untuk memperbaiki produksi getah pohon
karetnya guna menutup biaya beli beras.Contoh lain adalah dari bumi Papua.
Boissiere et al., (2013) melaporkan hasil kegiatan penelitian yang dilakukan di
Mamberamo, bahwa adanya ketidak-menentuan cuaca yang terjadi akhir-akhir ini
berdampak langsung dan tidak langsung terhadap kehidupan, antara lain yaitu:
1. Bencana banjir dan longsor lebih sering terjadi, selain mengurangi luasan
lahan pertanian juga berdampak mengurangi luasan daerah tangkapan ikan
dan arena berburu hewan liar
2. Kegiatan berburu binatang. Di musim kemarau, jumlah perburuan buaya
semakin meningkat karena binatang tersebut semakin mudah terlihat.
Biasanya, buaya dimanfaatkan daging dan kulitnya. Demikian pula dengan
burung kasuari dan kanguru dahan yang menjadi lebih sering terlihat dekat
dengan sumber air, sehingga hewan tersebut lebih mudah menjadi obyek
perburuan, maka potensi kepunahan dari hewan-hewan liar tersebut akan
meningkat
3. Wabah malaria, diare dan influenza semakin meluas
4. Ketersediaan air sumur semakin terbatas dan bila ada-- air sumur
berkualitas rendah dikarenakan tingkat salinitas yang tinggi. Hal tersebut
terjadi mungkin berhubungan dengan berkurangnya vegetasi di hutan.
19
Buaya sungai lebih mudah terlihat di musim kemarau karena jumlah air
sungai berkurang dan vegetasi di sekitar sungai juga semakin terbuka.
20
sebagainya. Penyediaan air tawar dilakukan dengan jalan mengambil air
dari tempat lain yang letaknya jauh dari tempat tinggal mereka.
3. Adaptasi terhadap suhu tinggi. Masyarakat banyak mengganti atap rumah
dengan atap daun pandan untuk mendapatkan suhu dan ventilasi udara
yang lebih sejuk, atau mereka berpindah ke gubuk-gubuk sementara yang
dibangun di hutan yang lebih tertutup dengan kanopi pohon yang rapat.
Upaya lain biasanya adalah masyarakat melakukan upacara adat meminta
hujan.
b. Aksi Mitigasi Emisi Karbon di Papua
Sebagai bagian dari proses pembangunan rendah emisi di Papua (POKJA
Teknis Pembangunan Rendah Emisi, 2015) diawali dengan kegiatan penghitungan
besarnya emisi di tiga Kabupaten pewakil yaitu Jayapura, Jayawijaya dan
Merauke (Tabel 1). Emisi terbesar terjadi di Kabupaten Merauke yang sebagian
besar berasal dari lahan pertanian basah, dengan demikian rencana aksi penurunan
emisi terbesar diajukan oleh Merauke sebesar 20% dari total emisi BAU.
21
cadangan karbon dengan melakukan penanaman berbagai jenis pohon, kecuali
seperti yang ditunjukkan oleh Kabupaten Jayawijaya dan Merauke. Upaya
meningkatkan cadangan karbon melalui penanaman pepohonan akan dilakukan di
area hutan produksi, hutan bakau dan lahan bekas pertambangan atau di area
penggunaan lahan lainnya.
22
global menyebabkan serangkaian perubahan bagi lingkungan.Penyebab terjadinya
pemanasan global salah satunya adalah berbagai aktivitas manusia. Para ilmuwan
sepakat bahwa sejumlah aktivitas manusia berkontribusi terhadap pemanasan
global dengan menambahkan gas rumah kaca dalam jumlah yang berlebihan ke
atmosfer. Pengertian pemanasan global secara umum adalah kondisi di mana bumi
mengalami kenaikan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan. Pemanasan global
mulai meningkat pada pertengahan abad ke-20 karena meningkatnya produksi gas
rumah kaca. Proses pemanasan global ini diawali dengan pancaran atau radiasi
matahari. Ada beberapa gas di atmosfer bumi yang bertugas menahan panas
tersebut. Pada saat pemanasan global terjadi, hal ini justru kembali ke bumi.
23
gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, sulfur dioksida dan metana
yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan
memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya
panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus
menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
24
dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan.
Apakah efek netto-nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung
pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut.
Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena
awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas
komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang
digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat).
Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila
dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah
pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC
ke empat. Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan
memantulkan cahaya (albedo) oleh es. Ketika suhu global meningkat, es yang
berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat.
Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air di bawahnya akan
terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya
lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih
banyak radiasi matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan
lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.
Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku
(permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan.
Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan
umpan balik positif. Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan
berkurang bila ia menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien
pada zona mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada
fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah.
3. Variasi Matahari
Terakhir terdapat hipotesis yang menyatakan bahwa variasi dari matahari,
dengan kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi
kontribusi dalam pemanasan saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini dengan
pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas matahari akan
25
memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer.
Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah diamati sejak tahun 1960,
yang tidak akan terjadi bila aktivitas matahari menjadi kontributor utama
pemanasan saat ini. Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek
pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an.
Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi
mungkin telah memberikan efek pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun
1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950.
26
sebuah tim ilmuwan dari Amerika Serikat, Jerman dan Swiss menyatakan bahwa
mereka tidak menemukan adanya peningkatan tingkat "keterangan" dari matahari
pada seribu tahun terakhir ini. Siklus Matahari hanya memberi peningkatan kecil
sekitar 0,07% dalam tingkat "keterangannya" selama 30 tahun terakhir. Efek ini
terlalu kecil untuk berkontribusi terhadap pemansan global. Sebuah penelitian
oleh Lockwood dan Fröhlich menemukan bahwa tidak ada hubungan antara
pemanasan global dengan variasi matahari sejak tahun 1985, baik melalui variasi
dari output matahari maupun variasi dalam sinar kosmis.
6. Polusi Metana
Gas metana adalah salah satu gas yang menjadi penyebab terjadinya
pemanasan global. Gas ini menempati urutan kedua dalam perusakan lingkungan.
Gas metana berasal dari bahan-bahan organik. Terutama terkait hasil pemecahan
bakteri pada pertanian, perkebunan, dan peternakan. Metana termasuk gas rumah
kaca. Di mana ia dapat memerangkap panas dalam atmosfer. Metana dipancarkan
27
selama kegiatan produksi batu bara, gas alam, dan minyak. Sisa makanan manusia
yang terbuang dan menjadi sampah pun akan menghasilkan metana. Indonesia
termasuk negara nomor dua terbesar di dunia penghasil sampah makanan.
1. Sampah Plastik
Penyebab terjadinya pemanasan global selanjutnya berasal dari hasil
kegiatan manusia, yaitu tumpukan sampah plastik yang tak terkendali. Hal ini
dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Menurut penelitian, plastik
mengeluarkan gas metana dan etilena ketika terkena sinar matahari dan berakibat
merusak. Gas metana alami atau buatan dikatakan sebagai penyebab utama
perubahan iklim. Tentu saja hal ini akan berhubungan dengan peningkatan
pemanasan global.
2. Gas Industri
Gas dari industri pun termasuk penyebab terjadinya pemanasan global.
Gas dari industri akan menyebabkan pencemaran udara. Terutama karena asap
pabriknya yang berlebihan dan tak ditampung dengan benar. Ada gas
karbondioksida, karbon monoksida, gas metana, dan lain sebagainya.
28
3. CFC Tidak Terkontrol
CFC merupakan Cloro Four Carbon. CFC ini termasuk penyebab
terjadinya pemanasan global yang sulit dihindarkan. CFC merupakan bahan kimia
yang digabungkan menjadi alat rumah tangga. Peralatan ini memang bermanfaat
untuk menunjang kehidupan, tetapi jika berlebihan juga tak direkomendasikan.
CFC biasanya terdapat pada kulkas dan AC. Penggunaan yang berlebihan dan tak
sesuai aturan akan berdampak buruk bagi lingkungan, seperti pemanasan global.
4. Hutan Menyempit
Hutan yang semakin sempit pun termasuk penyebab terjadinya pemanasan global.
Maka ketika telah terjadi kebakaran hutan secara besar-besaran, patut diselidiki
pelaku utamanya. Lahan hutan sangat berperan penting untuk makhluk hidup,
hutan merupakan paru-paru dunia yang seharusnya dijaga. Hutan yang menyempit
akan membuat cuaca semakin memburuk. Tanpa hutan, tak ada yang membantu
mengubah karbondioksida menjadi oksigen. Hal ini kemudian akan berdampak
pada pernapasan yang semakin terganggu. Dampaknya, pencemaran udara akan
terjadi.
2. Kurangi penggunaan AC
29
Selagi planet kita memanas, menggunakan dan memproduksi peralatan
pendingin udara memperburuk perubahan iklim. Senyawa organik
Hydrofluorocarbon (HFC) adalah pendingin utama yang digunakan dalam unit
pendingin udara. HFC adalah gas rumah kaca yang jauh lebih kuat daripada
karbon dioksida. Selain itu, unit pendingin udara menggunakan listrik yang
bergantung terutama pada bahan bakar fosil untuk menghasilkan tenaga.
30
penggunaan plastik terlalu sering. Pertimbangkan juga memberi barang-barang
bekas layak pakai yang juga bisa mendukung siklus ekonomi melingkar.
9. Menanam pohon
Tanamlah pohon sebisa mungkin. Kamu bisa menanam pohon di halaman
rumah atau menaruk tanaman-tanaman kecil di teras. Selama fotosintesis, pohon
dan tanaman lain menyerap karbon dioksida dan mengeluarkan oksigen. Tanaman
adalah bagian integral dari siklus pertukaran atmosfer alami. Beberapa tanaman
juga bisa melawan peningkatan karbon dioksida yang disebabkan oleh lalu lintas
mobil, manufaktur, dan aktivitas manusia lainnya. Bagikan informasi tentang daur
ulang dan konservasi energi dengan teman, tetangga, dan rekan kerja. Beri contoh
yang baik untuk pelestarian lingkungan dengan kebiasaan-kebiasaan yang kamu
lakukan. Kamu juga bisa turut serta dalam komunitas pecinta lingkungan.
31
rata-rata global. Hipotesis ini dikonfirmasi tahun 1957 ketika para peneliti yang
bekerja pada program penelitian global yaitu International Geophysical Year,
mengambil sampel atmosfer dari puncak gunung Mauna Loa di Hawai. Hasil
pengukurannya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi karbon dioksida di
atmosfer. Setelah itu, komposisi dari atmosfer terus diukur dengan cermat. Data-
data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa memang terjadi peningkatan
konsentrasi dari gas-gas rumah kaca di atmosfer. Para ilmuwan juga telah lama
menduga bahwa iklim global semakin menghangat, tetapi mereka tidak mampu
memberikan bukti-bukti yang tepat. Suhu terus bervariasi dari waktu ke waktu
dan dari lokasi yang satu ke lokasi lainnya. Perlu bertahun-tahun pengamatan
iklim untuk memperoleh data-data yang menunjukkan suatu kecenderungan (trend)
yang jelas. Catatan pada akhir 1980-an agak memperlihatkan kecenderungan
penghangatan ini, akan tetapi data statistik ini hanya sedikit dan tidak dapat
dipercaya. Stasiun cuaca pada awalnya, terletak dekat dengan daerah perkotaan
sehingga pengukuran suhu akan dipengaruhi oleh panas yang dipancarkan oleh
bangunan dan kendaraan dan juga panas yang disimpan oleh material bangunan
dan jalan. Sejak 1957, data-data diperoleh dari stasiun cuaca yang tepercaya
(terletak jauh dari perkotaan), serta dari satelit.
32
Hasil pengukuran konsentrasi CO2 di Mauna Loa
33
digunakan asumsi-asumsi yang sama terhadap konsentrasi gas rumah kaca pada
masa depan, sensitivitas iklimnya masih akan berada pada suatu rentang tertentu.
Dengan memasukkan unsur-unsur ketidakpastian terhadap konsentrasi gas rumah
kaca dan pemodelan iklim, IPCC memperkirakan pemanasan sekitar 1.1 °C
hingga 6.4 °C (2.0 °F hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100. Model-model
iklim juga digunakan untuk menyelidiki penyebab-penyebab perubahan iklim
yang terjadi saat ini dengan membandingkan perubahan yang teramati dengan
hasil prediksi model terhadap berbagai penyebab, baik alami maupun aktivitas
manusia. Model iklim saat ini menghasilkan kemiripan yang cukup baik dengan
perubahan suhu global hasil pengamatan selama seratus tahun terakhir, tetapi
tidak mensimulasi semua aspek dari iklim. Model-model ini tidak secara pasti
menyatakan bahwa pemanasan yang terjadi antara tahun 1910 hingga 1945
disebabkan oleh proses alami atau aktivitas manusia; akan tetapi; mereka
menunjukkan bahwa pemanasan sejak tahun 1975 didominasi oleh emisi gas-gas
yang dihasilkan manusia.
34
Perhitungan pemanasan global pada tahun 2001 dari beberapa model iklim
berdasarkan scenario SRES A2, yang mengasumsikan tidak ada tindakan yang
dilakukan untuk mengurangi emisi.
35
yakin apakah kelembapan tersebut malah akan meningkatkan atau menurunkan
pemanasan yang lebih jauh lagi.
Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga
keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap
air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga
akan memantulkan cahaya Matahari kembali ke angkasa luar, di mana hal ini akan
menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air). Kelembapan yang tinggi akan
meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat
Fahrenheit pemanasan. Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1
persen dalam seratus tahun terakhir ini.[23] Badai akan menjadi lebih sering.
Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah
akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan
mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh
kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan
pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan
terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrem.
36
melakukan evakuasi dari daerah pantai. Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut
akan sangat memengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan
menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa
baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah
dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dari Everglades,
Florida.
Perubahan tinggi rata-rata muka laut diukur dari daerah dengan lingkungan
yang stabil secara geologi.
4. Gangguan ekologis
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari
efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam
37
pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas
pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah
baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan
manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke
utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian
mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat
berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.
Dengan adanya perubahan iklim ini maka ada beberapa spesies vektor
penyakit (eq aedes aegypti), virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten
terhadap obat tertentu yang target nya adalah organisme tersebut. Selain itu bisa
diprediksi kan bahwa ada beberapa spesies yang secara alamiah akan terseleksi
ataupun punah dikarenakan perbuhan ekosistem yang ekstreem ini. hal ini juga
akan berdampak perubahan iklim (climate change) yang bisa berdampak kepada
peningkatan kasus penyakit tertentu seperti ISPA (kemarau panjang/kebakaran
hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan tidak menentu) Gradasi Lingkungan
yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga berkontribusi pada
38
waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula dengan polusi udara
hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi
terhadap penyakit-penyakit saluran pernapasan seperti asma, alergi,
coccidioidomycosis, penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.
39
membuktikannya. Pada tahun 2000, U.S. National Oceanic and Atmospheric
Administration (NOAA) memberikan hasil analisis baru tentang suhu air yang
diukur oleh para pengamat di seluruh dunia selama 50 tahun terakhir. Hasil
pengukuran tersebut memperlihatkan adanya kecenderungan pemanasan: suhu
laut dunia pada tahun 1998 lebih tinggi 0,2 derajat Celsius (0,3 derajat Fahrenheit)
daripada suhu rata-rata 50 tahun terakhir, ada sedikit perubahan tetapi cukup
berarti. Pertanyaan ketiga masih membingungkan. Satelit mendeteksi lebih sedikit
pemanasan di troposfer dibandingkan prediksi model. Menurut beberapa kritikus,
pembacaan atmosfer tersebut benar, sedangkan pengukuran atmosfer dari
permukaan Bumi tidak dapat dipercaya. Pada bulan Januari 2000, sebuah panel
yang ditunjuk oleh National Academy of Sciences untuk membahas masalah ini
mengakui bahwa pemanasan permukaan Bumi tidak dapat diragukan lagi. Akan
tetapi, pengukuran troposfer yang lebih rendah dari prediksi model tidak dapat
dijelaskan secara jelas.
40
disebut carbon sequestration (menghilangkan karbon). Kedua, mengurangi
produksi gas rumah kaca.
1. Menghilangkan karbon
Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbon dioksida di udara
adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi.
Pohon, terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbon
dioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan
karbon dalam kayunya. Di seluruh dunia, tingkat perambahan hutan telah
mencapai level yang mengkhawatirkan. Di banyak area, tanaman yang tumbuh
kembali sedikit sekali karena tanah kehilangan kesuburannya ketika diubah untuk
kegunaan yang lain, seperti untuk lahan pertanian atau pembangunan rumah
tinggal. Langkah untuk mengatasi hal ini adalah dengan penghutanan kembali
yang berperan dalam mengurangi semakin bertambahnya gas rumah kaca. Gas
karbon dioksida juga dapat dihilangkan secara langsung.Caranya dengan
menyuntikkan (menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak untuk
mendorong agar minyak bumi keluar ke permukaan (lihat Enhanced Oil
Recovery). Injeksi juga bisa dilakukan untuk mengisolasi gas ini di bawah tanah
seperti dalam sumur minyak, lapisan batubara atau aquifer.
Hal ini telah dilakukan di salah satu anjungan pengeboran lepas pantai
Norwegia, di mana karbon dioksida yang terbawa ke permukaan bersama gas
alam ditangkap dan diinjeksikan kembali ke aquifer sehingga tidak dapat kembali
ke permukaan. Salah satu sumber penyumbang karbon dioksida adalah
pembakaran bahan bakar fosil. Penggunaan bahan bakar fosil mulai meningkat
pesat sejak revolusi industri pada abad ke-18. Pada saat itu, batubara menjadi
sumber energi dominan untuk kemudian digantikan oleh minyak bumi pada
pertengahan abad ke-19. Pada abad ke-20, energi gas mulai biasa digunakan di
dunia sebagai sumber energi. Perubahan tren penggunaan bahan bakar fosil ini
sebenarnya secara tidak langsung telah mengurangi jumlah karbon dioksida yang
dilepas ke udara, karena gas melepaskan karbon dioksida lebih sedikit bila
dibandingkan dengan minyak apalagi bila dibandingkan dengan batubara.
41
Walaupun demikian, penggunaan energi terbaharui dan energi nuklir lebih
mengurangi pelepasan karbon dioksida ke udara. Energi nuklir, walaupun
kontroversial karena alasan keselamatan dan limbahnya yang berbahaya, tetapi
tidak melepas karbon dioksida sama sekali.
2. Persetujuan internasional
Kerja sama internasional diperlukan untuk mensukseskan pengurangan
gas-gas rumah kaca. Pada tahun 1992, pada Earth Summit di Rio de Janeiro,
Brasil, 150 negara berikrar untuk menghadapi masalah gas rumah kaca dan setuju
untuk menterjemahkan maksud ini dalam suatu perjanjian yang mengikat. Pada
tahun 1997 di Jepang, 160 negara merumuskan persetujuan yang lebih kuat yang
dikenal dengan Protokol Kyoto. Perjanjian ini, yang belum diimplementasikan,
menyerukan kepada 38 negara-negara industri yang memegang persentase paling
besar dalam melepaskan gas-gas rumah kaca untuk memotong emisi mereka ke
tingkat 5 persen di bawah emisi tahun 1990. Pengurangan ini harus dapat dicapai
paling lambat tahun 2012. Pada mulanya, Amerika Serikat mengajukan diri untuk
melakukan pemotongan yang lebih ambisius, menjanjikan pengurangan emisi
hingga 7 persen di bawah tingkat 1990; Uni Eropa, yang menginginkan perjanjian
yang lebih keras, berkomitmen 8 persen; dan Jepang 6 persen.
Sisa 122 negara lainnya, sebagian besar negara berkembang, tidak diminta
untuk berkomitmen dalam pengurangan emisi gas. Akan tetapi, pada tahun 2001,
Presiden Amerika Serikat yang baru terpilih, George W. Bush mengumumkan
bahwa perjanjian untuk pengurangan karbon dioksida tersebut menelan biaya
yang sangat besar. Ia juga menyangkal dengan menyatakan bahwa negara-negara
berkembang tidak dibebani dengan persyaratan pengurangan karbon dioksida ini.
Protokol Kyoto tidak berpengaruh apabila negara-negara industri yang
bertanggung jawab menyumbang 55 persen dari emisi gas rumah kaca pada tahun
1990 tidak meratifikasinya. Persyaratan itu berhasil dipenuhi ketika tahun 2004,
Presiden Rusia Vladimir Putin meratifikasi perjanjian ini, memberikan jalan untuk
berlakunya perjanjian ini mulai 16 Februari 2005. Banyak orang mengkritik
Protokol Kyoto terlalu lemah. Bahkan jika perjanjian ini dilaksanakan segera, ia
42
hanya akan sedikit mengurangi bertambahnya konsentrasi gas-gas rumah kaca di
atmosfer. Suatu tindakan yang keras akan diperlukan nanti, terutama karena
negara-negara berkembang yang dikecualikan dari perjanjian ini akan
menghasilkan separuh dari emisi gas rumah kaca pada 2035. Penentang protokol
ini memiliki posisi yang sangat kuat.
43
gas rumah kacanya sangat tinggi. Karena kemudian Rusia berhasil memotong
emisinya lebih dari 5 persen di bawah tingkat 1990, ia berada dalam posisi untuk
menjual kredit emisi ke negara-negara industri lainnya, terutama mereka yang ada
di Uni Eropa.
44
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
45
perubahan iklim benar-benar akan berdampak serius terhadap kehidupan
seseorang.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-
perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya
intensitas fenomena cuaca yang ekstrem,serta perubahan jumlah dan pola
presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah
terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai
jenis hewan.
Pemanasan global telah menjadi permasalahan yang menjadi sorotan umat
manusia. Fenomena ini bukan lain di akibatkan oleh perbuatan manusia
sendiri dan dampaknya di derita oleh manusia itu juga. Untuk mengatasi
pemanasan global diperlukan usaha yang sangat keras karena hamper
mustahil untuk diselesaikan saat ini. Pemansan global memang sangat sulit
diatasi, namun kita bias mngurangi efeknya. Hal ini adalah kesadaran kita
terhadap kehidupan bumi di masa depan apabila kita telah menanamkan
kecintaan terhadap bumi ini maka pemanasan global hanyalah sejarah
kelam yang pernah menimpa bumi ini.
3.2. Saran
Dalam menghadapi perubahan iklim dan setiap cara alam yang terjadi,
diperlukan adanya kesadaran di diri masyarakat untuk menjaga lingkungan
dan melakukan hal-hal yang dapat meminimalisir dampak buruk dari
perubahan iklim atau bahkan pemanasan global.
Kehidupan ini berawal dari kehidupan di bumi jauh sebelum makhluk
hidup ada. Maka dari itu untuk menjaga dan melestarikan bumi ini harus
beberapa dekadekah kita memikirkannya. Sampai pada satu sisi dimana
bumi ini telah tua dan memohon agar kita menjaa serta melestarikannya.
Marilah kita bergotong royong untuk menyelamatkan bumi yang telah
memberikan kita kehidupan yang sempurnaini. Stop global warming.
46
DAFTAR PUSTAKA
https://www.gramedia.com/literasi/perubahan-iklim-global/
http://ditjenppi.menlhk.go.id/kcpi/index.php/info-iklim/perubahan-iklim
https://www.google.com/search?
q=pengertian+perubahan+iklim&oq=PENGERTIAN+PERUBAHAN+IKLIM&a
qs=chrome.0.0i512l9.12699j0j7&sourceid=chrom e&ie=UTF-8
https://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global#Penyebab_pemanasan_global
https://today.line.me/id/v2/article/Gas+Rumah+Kaca+Capai+Rekor+Tertinggi-
MvprMw
https://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global
https://hot.liputan6.com/read/4644077/10-penyebab-terjadinya-pemanasan-
globaldancaramengatasinya#:~:text=Penyebab%20pemanasan%20global
%20secara%20umum, konsentrasi%20O3%20di%20stratosfer%20berkurang
47
48