Anda di halaman 1dari 14

Dampak Revolusi Hijau Dan Industri Terhadap Perubahan Sosial

Ekonomi Di Pedesaan Dan Perkotaan

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 7

Bunga Hidayati (3193121017)

Rida Fadilah (3193121010)

DOSEN PENGAMPU

Mhd. Ihsan Syahaf Nasution S.Pd, M.Pd

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

Oktober 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dimana atas
berkat dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah untuk mata kuliah
Sejarah Indonesia Masa Orde Baru Sampai Reformasi yang berjudul “Peralihan
Masa Pemerintahan Orde Lama Ke Pemerintahan Orde Baru”. Kami juga
berterima kasih kepada Bapak dosen yang telah memberikan arahan dalam
pengerjaan makalah ini.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan oleh
karena itu kami memohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan kami juga
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan makalah
ini. Akhir kata kami ucapkan terimakasih semoga dapat bermanfaaat dan bisa
menambah pengetahuan bagi pembaca.

Medan, Oktober 2022

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Pembahasan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

A. Pengertian Revolusi Hijau 3


B. Sejarah Lahirnya Revolusi Hijau 5
C. Pelaksanaan Penerapan Revolusi Hijau 7
D. Dampak Revolusi Hijau terhadap Perubahan Sosial Ekonomi di
Pedesaan dan Perkotaan Pada Masa Orde Baru 8

BAB III PENUTUP 10

A. Kesimpulan 10
B. Saran 10

DAFTAR PUSTAKA 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Revolusi hijau masuk ke Indonesia pada masa orde baru dalam program
pembangunan pedesaan (Restiyanto & Yusroni, 2006). Program pembangunan
berorientasi pada sektor pertanian, dimana cara pertanian telah berubah dari
yang tradisional ke pertanian modern. Modernisasi di bidang pertanian ini
membawa perubahan besar pada sektor pertanian, baik dari segi peralatan
pertanian, maupun sikap dan budaya masyarakat pedesaan. Pertanian modern
ini ditandai dengan penggunaan alat-alat pertanian yang sudah termodernisasi,
seperti penggunaan bibit unggul, penggunaan irigasi, penggunaan mesin-
mesin, penggunaan pupuk maupun penggunaan obat pemberantas hama.
Karena telah menggunakan teknologi pertanian modern tersebut, masyarakat
pedasaan juga mengalami perubahan dalam kehidupannya, baik sosial dan
budayanya. Perubahan pada aspek ekonomi ini akan merubah aspek-aspek di
luar ekonomi yang tidak dapat dihindarkan. Seperti yang dijelaskan oleh
Soekanto (2017), perubahan dalam satu kemasyarakatan akan mengakibatkan
perubahan-perubahan di dalam lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya. Hal
tersebut karena adanya proses hubungan timbal balik yang saling
mempengaruhi. Perubahan-perubahan tersebut tidak semata-mata membawa
pada kemajuan, melainkan bisa berarti kemunduran.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diketahui rumusan masalahnya


adalah sebagai berikut:

1. Apa Yang Dimaksud Dengan Revolusi Hijau?


2. Bagaimana Sejarah Lahirnya Revolusi Hijau?
3. Bagaimana Pelaksanaan Penerapan Revolusi Hijau?

1
4. Apa Saja Dampak Revolusi Hijau terhadap Perubahan Sosial Ekonomi di
Pedesaan dan Perkotaan Pada Masa Orde Baru?
C. TUJUAN PEMBAHASAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat diketahui tujuan


pembahasannya adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan memahami Pengertian Revolusi Hijau


2. Untuk mengetahui dan memahami Sejarah Lahirnya Revolusi Hijau
3. Untuk mengetahui dan memahami Pelaksanaan Penerapan Revolusi Hijau
4. Untuk mengetahui dan memahami Dampak Revolusi Hijau terhadap
Perubahan Sosial Ekonomi di Pedesaan dan Perkotaan Pada Masa Orde
Baru

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Revolusi Hijau


Revolusi hijau masuk ke Indonesia pada masa orde baru dalam program
pembangunan pedesaan (Restiyanto & Yusroni, 2006). Program pembangunan
berorientasi pada sektor pertanian, dimana cara pertanian telah berubah dari
yang tradisional ke pertanian modern. Modernisasi di bidang pertanian ini
membawa perubahan besar pada sektor pertanian, baik dari segi peralatan
pertanian, maupun sikap dan budaya masyarakat pedesaan. Pertanian modern
ini ditandai dengan penggunaan alat-alat pertanian yang sudah termodernisasi,
seperti penggunaan bibit unggul, penggunaan irigasi, penggunaan mesin-
mesin, penggunaan pupuk maupun penggunaan obat pemberantas hama.
Karena telah menggunakan teknologi pertanian modern tersebut, masyarakat
pedasaan juga mengalami perubahan dalam kehidupannya, baik sosial dan
budayanya. Perubahan pada aspek ekonomi ini akan merubah aspek-aspek di
luar ekonomi yang tidak dapat dihindarkan. Seperti yang dijelaskan oleh
Soekanto (2017), perubahan dalam satu kemasyarakatan akan mengakibatkan
perubahan-perubahan di dalam lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya. Hal
tersebut karena adanya proses hubungan timbal balik yang saling
mempengaruhi. Perubahan-perubahan tersebut tidak semata-mata membawa
pada kemajuan, melainkan bisa berarti kemunduran.
Program pembangunan ekonomi pedesaan yang dilakukan pada dasarnya
berusaha membangun perekonomian melalui modernisasi pertanian;
mengurangi angka kemiskinan dan memperkuat ketahanan pangan Indonesia.
Program tersebut yang didasari oleh revolusi hijau nampaknya akan berhasil
mecapai target, mengingat secara geografis Indonesia adalah negara yang
sangat strategis, terlebih Indonesia adalah negara kepulauan dan menjadi
negara agraris. Lahan pertanian di Indonesia cukup luas. Luas daratan
Indonesia sekitar 191,09 juta Ha, dan sebesar 95,90 juta ha (50,19%) memiliki

3
potensi untuk digunakan sebagai pertanian. Dan lahan yang tersedia untuk
pertanian seluas 34,58 juta ha. Lahan pertanian yang sangat luas tersebut
tersebar di 67.439 desa (Ritung, 2015). Penduduk yang tinggal di desa
sebagain besar masih memanfaatkan potensi sumberdaya lahan pertanian
dengan pekerjaan sebagai petani. Petani adalah penduduk yang memiliki lahan
pertanian, sebagai pengelola, dan medapatkan pengasilan dari lahan pertanian
tersebut atau bisanya disebut sebagai tuan tanah. Buruh tani adalah penduk
yang tidak memiliki lahan pertanian, mereka mencari nafkah dengan bekerja
menggarap lahan pertanian orang lain atau tuan tanah. Luas tanah dan potensi
yang ada bagi petani nampaknya sangat menguntungkan dan menjanjikan.
Seharusnya para petani hidup dalam kemakmuran dan kesejahteraan. Namun
pada kenyataannya kondisi semacam itu masih sulit ditemukan di masyarakat
pedesaan, khususnya mereka yang berprofesi sebagai petani.
Program pembangunan ekonomi yang didasarkan pada revolusi hijau
tersebut pada akhirnya tidak terbukti membawa kemajuan. Tidak terbukti
seperti yang dipraktikan oleh negara-negara Eropa Barat, Amerika, dan negara
berkembang lainnya. Angka kemiskinan di Indonesia, khususnya di pedesaan
juga masih sangat tinggi, dan cenderung statis tidak berubah. Badan Pusat
Statistik (BPS) mencatat presentase penduduk miskin di Indonesia pada Maret
2020 sebesar 26,42 juta orang. Jumlah itu merupakan akumulasi dari
penduduk miskin di perkotaan sebesar 11,16 juta orang dan di pedesaan
sebesar 15,26 juta orang (BPS, 2020). Pembangunan ekonomi. Selain
menciptakan ketergantungan dan kemiskinan bagi petani, revolusi hijau juga
menggeser pertanian ekologis yang didasarkan kepada prinsip-prinsip
keberlanjutan, yakni keanekaragaman varietas, kekhasan ekologis lokal dan
keseimbangan ekosistem. Pertanian yang seimbang dengan hama dan
predatorm, siklus air, siklus hara, kesuburan tanah, seimbang dengan siklus
pembenihan, penanaman, pemanenan, dan bertani yang bukan hanya sekedar
memelihara pembaharuan ekosistem. Hal ini menciptakan ketidakmandirian
para masyarakat petani, sebab mereka sangat bergantung pada pertanian
modern. Melihat para petani sangat bergantung pada pupuk kimia, dimana itu

4
akan merusak kesuburan tanah. Belum lagi buruh tani yang harus ‘kehilangan
pekerjaannya’ sebab tuan tanah menggunakan traktor, mesin penggiling, dan
peralatan lainnya agar penanaman dan pemanenan lebih cepat.
B. Sejarah Lahirnya Revolusi Hijau
Munculnya beberapa teknik pertanian pada abad ke-17 dan abad ke-18
dapat dilacakdari jenis tanaman baru dan beberapa perubahan ekonomi. Pada
masa sekarang ini dinegara yang maju dan sedang berkembang terjadi
perbedaan makin besar dalam tarafhidup masyarakatnya. Hal ini disebabkan
perbedaan antara efisiensi teknologipertanian dan kenaikan jumlah penduduk.
Perubahan-perubahan di bidang pertanian sebenarnya telah berkali-kali
terjadi dalamsejarah kehidupan manusia yang biasa dikenal dengan istilah
revolusi. Perubahandalam bidang pertanian itu dapat berupa peralatan
pertanian, perubahan rotasitanaman, dan perubahan sistem pengairan. Usaha
ini ada yang cepat dan lambat.
Usaha yang cepat inilah disebut revolusi, yaitu peru-bahan secara cepat
menyangkutmasalah pembaruan teknologi pertanian dan peningkatan produksi
pertanian, baiksecara kuantitatif maupun kualitatif.
Revolusi Hijau merupakan bagian dari perubahan-perubahan yang terjadi
dalam sistempertanian pada abad sekarang ini. Revolusi Hijau pada dasarnya
adalah suatuperubahan cara bercocok tanam dari cara tradisional ke cara
modern. Revolusi Hijauditandai dengan makin berkurangnya ketergantungan
petani pada cuaca dan alam, digantikan dengan peran ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam upaya meningkatkanproduksi pangan. Revolusi Hijau sering
disebut juga Revolusi Agraria. Pengertianagraria meliputi bidang pertanian,
perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan.
Lahirnya Revolusi Hijau melalui proses panjang dan akhirnya meluas ke
wilayah Asiadan Afrika. Revolusi Hijau mulai mendapat perhatian
setelahThomas Robert Malthus (1766 – 1834) mulai melakukan penelitian dan
me-maparkanhasilnya. Malthus menyatakan bahwa kemiskinan adalah masalah
yang tidak bisadihindari oleh manusia. Kemiskinan terjadi karena pertumbuhan
penduduk danpeningkatan produksi pangan yang tidak seimbang. Pertumbuhan

5
penduduk lebih cepat dibandingkan dengan peningkatan hasil pertanian
(pangan). Malthus berpendapatbahwa pertumbuhan penduduk mengikuti deret
ukur (1, 2, 4, 8, 16, 31, 64, danseterusnya), sedangkan hasil pertanian
mengikuti deret hitung (1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, dan seterusnya). Hasil
penelitian Malthus itu menimbulkan kegemparan di Eropa
danAmerika.Akibatnya, muncul berbagai gerakan pengendalian pertumbuhan
penduduk dan usahapenelitian pencarian bibit unggul dalam bidang pertanian.
Revolusi Hijau menjadiproyek penelitian untuk meningkatkan produksi pangan
di berbagai negara di dunia.
Sejumlah varietas padi-padian baru yang unggul, khususnya gandum, padi,
dan jagungdikembangkan dalam upaya melipat-gandakan hasil pertanian.
Pelaksanaan penelitianpertanian disponsori oleh lembaga Ford and Rockefeller
Foundation. Penelitian itudilakukan di negara Meksiko, Filipina, India, dan
Pakistan. Di Meksiko pada tahun 1944didirikan sebuah pusat penelitian benih
jagung dan gandum. Pusat penelitian inimendapat bimbingan langsung dari
Rockefeller Foundation. Hanya dalam beberapatahun, para peneliti di lembaga
tersebut berhasil menemukan beberapa varietas baruyang hasilnya jauh di atas
rata-rata hasil varietas lokal Meksiko. Diilhami olehkesuksesan hasil penelitian
di Meksiko, pada tahun 1962 Rockefeller Foundation bekerja sama dengan
Ford. Foundation mendirikan sebuah badan penelitianuntuk tanaman padi di
Filipina. Badan penelitian ini dinamakan International RiceResearch Institute
(IRRI) yang bertempat di Los Banos, Filipina. Pusat penelitian initernyata juga
menghasilkan suatu varietas padi baru yang hasilnya jauh melebihi rata-rata
hasil varietas lokal di Asia. Varietas baru tersebut merupakan hasil
persilangangenetik antara varietas padi kerdil dari Taiwan yang bernama Dee-
Geowoogendanvarietas padi jangkung dari Indonesia yang bernama Peta. Hasil
dari persilangantersebut diberi nama IR 8-288-3atau biasa dikenal dengan IR-8
dan di Indonesiadikenal dengan sebutan padi PB-8. Setelah penemuan padi PB-
8, disusul olehpenemuan varietas-varietas baru yang lain. Jenis-jenis bibit dari
IRRI ini di Indonesiadisebut padi unggul baru (PUB). Pada tahun 1966, IR-8
mulai disebarkan ke Asia diikutioleh penyebaran IR-5 pada tahun 1967.

6
Pada tahun 1968 di India, Pakistan, Sri Lanka, Filipina, Malaysia, Taiwan,
Vietnam, danIndonesia telah dilaksanakan penanaman padi jenis IR atau PUB
secara luas dimasyarakat. Pada tahun 1976 areal sawah di Asia yang ditanami
PUB sudah mencapai24 juta hektar. Revolusi Hijau adalah proses keberhasilan
para teknologi pertaniandalam melakukan persilangan (breeding) antarjenis
tanaman tertentu sehinggamenghasilkan jenis tanaman unggul untuk
meningkatkan produksi bahan pangan. Jenistanaman unggul itu mempunyai
ciri berumur pendek, memberikan hasil produksi berlipat ganda (dibandingkan
dengan jenis tradisional) dan mudah beradaptasi dalamlingkungan apapun, asal
memenuhi syarat, antara lain:
a. tersedia cukup air;
b. pemupukan teratur;
c. tersedia bahan kimia pemberantas hama dan penyakit;
d. tersedia bahan kimia pemberantas rerumputan pengganggu
C. Pelaksanaan Penerapan Revolusi Hijau
1. Pemerintah memberikan penyuluhan dan bimbingan kepada
petani. Kegiatan pemasaran hasil produksi pertanian berjalan lancar sering
perkembangan teknologi dan komunikasi. Tumbuhan yang ditanam
terspesialisasi atau yang dikenal dengan monokultur, yaitu menanami lahan
dengan satu jenis tumbuhan saja. Pengembangan teknik kultur jaringan untuk
memperoleh bibit unggul yang diharapkan yang tahan terhadap serangan
penyakit dan hanya cocok ditanam di lahan tertentu.
2. Petani menggunakan bibit padi hasil pengembagan Institut Penelitian Padi
Internasional (IRRI=International Rice Research Institute) yang bekerjasama
dengan pemerintah, bibit padi unggul tersebut lebih dikenal dengan bibit IR.
‫ بلوجر‬Pola pertanian berubah dari pola subsistensi menjadi pola kapital dan
komersialisasi. Negara membuka investasi melalui pembangunan irigasi
modern dan pembagunan industri pupuk nasional.
3. Pemerintah mendirikan koperasi-koperasi yang dikenal dengan KUD
(Koperasi Unit Desa).

7
Di Indonesia, penggunaan pupuk dan pestisida kimia merupakan bagian dari
Revolusi Hijau, sebuah proyek ambisius Orde Baru untuk memacu hasil
produksi pertanian dengan menggunakan teknologi modern, yang dimulai sejak
tahun 1970-an. Memang Revolusi Hijau telah menjawab satu tantangan
ketersediaan kebutuhan pangan dunia yang terus meningkat. Namun
keberhasilan itu bukan tanpa dampak dan efek samping yang jika tanpa
pengendalian, dalam jangka panjang justru mengancam kehidupan dunia
pertanian.
D. Dampak Revolusi Hijau terhadap Perubahan Sosial Ekonomi di
Pedesaan dan Perkotaan Pada Masa Orde Baru
Dampak negatif munculnya Revolusi Hijau bagi para petani Indonesia,
antara lain sebagai berikut:
a. Sistem bagi hasil mengalami perubahan. Sistem panen secara bersama- sama
pada masa sebelumnya mulai digeser oleh sistem upah. Pembeli memborong
seluruh hasil dan biasanya menggunakan sedikit tenaga kerja. Akibatnya,
kesempatan kerja di pedesaan menjadi berkurang.
b. Pengaruh ekonomi uang di dalam berbagai hubungan sosial di daerah
pedesaan makin kuat.
c. Ketergantungan pada pupuk kimia dan zat kimia pembasmi hama juga
berdampak pada tingginya biaya produksi yang harus ditanggung petani.
Dampak positif munculnya Revolusi Hijau bagi para petani Indonesia,
antara lain sebagai berikut:
a. Revolusi Hijau menyebabkan munculnya tanaman jenis unggul berumur
pendek sehingga intensitas penanaman per tahun menjadi bertambah (dari satu
kali menjadi dua kali atau tiga kali per dua tahun). Akibatnya, tenaga kerja
yang dibutuhkan lebih banyak. Demikian juga keharusan pemupukan,
pemberantasan hama dan penyakit akan menambah kebutuhan tenaga kerja.
b. Revolusi Hijau dapat meningkatkan pendapatan petani. Dengan paket
teknologi, biaya produksi memang bertambah.
c. Revolusi Hijau dapat merangsang kesadaran petani dan masyarakat pada
umumnya akan pentingnya teknologi. Dalam hal ini, terkandung pandangan

8
atau harapan bahwa dengan masuknya petani ke dalam arus utama kehidupan
ekonomi, petani, dan masyarakat pada umumnya akan menjadi sejahtera.
d. Revolusi Hijau merangsang dinamika ekonomi masyarakat karena dengan
hasil melimpah akan melahirkan pertumbuhan ekonomi yang meningkat pula
di masyarakat. Hal ini sudah terjadi di beberapa negara, misalnya di Indonesia.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Revolusi hijau masuk ke Indonesia pada masa orde baru dalam program
pembangunan pedesaan (Restiyanto & Yusroni, 2006). Program pembangunan
berorientasi pada sektor pertanian, dimana cara pertanian telah berubah dari
yang tradisional ke pertanian modern. Modernisasi di bidang pertanian ini
membawa perubahan besar pada sektor pertanian, baik dari segi peralatan
pertanian, maupun sikap dan budaya masyarakat pedesaan. Pertanian modern
ini ditandai dengan penggunaan alat-alat pertanian yang sudah termodernisasi,
seperti penggunaan bibit unggul, penggunaan irigasi, penggunaan mesin-
mesin, penggunaan pupuk maupun penggunaan obat pemberantas hama.
B. SARAN
Setelah melihat uraian materi kami pada bab pembahasan, dapat kiranya
pembaca mengetahui hal-hal yang telah dibahas dan demi kesempurnaan
makalah ini kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan,
agar makalah ini dapat dijadikan suatu pedoman untuk kalangan umum. Kami
sebagai penyusun memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan
dalam penyusunan makalah ini. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

10
DAFTAR PUSTAKA

Gultom, Ferdi., & Sugeng Harianto. 2021. Revolusi Hijau Merubah Sosial-
Ekonomi Masyarakat Petani. Temali: Jurnal Pembangunan Sosial, 4(2).

Restiyanto, D. T., & Yusroni, N. (2006). Kegagalan Pembangunan Ekonomi


Indonesia Akibat Terperangkap Kegagalan Pendekatan Teori Ekonomi
Pembangunan. AKSES: Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 1(2).

Ritung, S. (2015). Sumber daya lahan pertanian Indonesia: luas, penyebaran, dan
potensi ketersediaan. Indonesian Agency for Agricultural Research and
Development Press.

Soekanto, S. (2017). Sosiologi Puatu Pengantar (1st ed.). PT PT Raja Grafindo


Persada.

https://text-id.123dok.com/document/oy8n5045y-dampak-revolusi-hijau-dan-
industrialisasi-terhadap-perubahan-sosial-ekonomi-di-pedesaan-dan-
perkotaan-pada-masa-orde-baru-perkembangan-masyarakat-indonesia-
pada-m-1.html (diakses pada tanggal 17 Oktober 2022, pukul 19.17 WIB)

https://www.academia.edu/8003250/Sejarah_Revolusi_Hijau_di_Indonesia
(diakses pada tanggal 17 Oktober 2022, pukul 19.22 WIB)

11

Anda mungkin juga menyukai