Anda di halaman 1dari 3

Membangun Kapal yang kuat; Memilih Nahkoda yang tepat !

Oleh: Dika Moehammad

Kita berkehendak membangun organisasi yang kuat, kokoh dan mampu bergerak
dalam segala situasi. Kita berkeinginan agar organisasi kita bisa besar, banyak cabang
dan mampu berbicara banyak kapada rakyat. Kita berharap organisasi kita bisa
memimpin perubahan dari waktu ke waktu. Namun sering kali enggan bekerja keras
untuk mewujudkan itu. Semuanya hanya berhenti diangan-angan, tanpa ada kehendak
yang kuat untuk membuat jadi nyata.

Kita dalam masa ketika semuanya telah berubah. Zaman kita bukan zaman revolusi
ketika orang mau bergerak tanpa ada komando dan perintah. Zaman revolusi ketika
semua bergerak dengan satu tujuan. Kita berada zaman yang tenang dari pekik
revolusi. Dari pidato-pidato yang menggelar disiarkan oleh radio ke seluruh pelosok
negeri. Dari hiruk pikuk bambu runcing. Kita berada di zaman yang semuanya bisa
diselesaikan lewat layar. Ketika kita terhubung satu dengan yang lain bukan karena
mengenal, tapi oleh sosial media. Kita berada di zaman ketika berita aksi tidak lagi
melalui selebaran yang disebarkan dari pintu ke pintu. Bagaimana kita menyikapinya?
Bagaimana kita menghadapinya?

Sebuah organisasi adalah sebuah kapal lengkap dengan nahkoda dan para
penumpang. Tentu saja yang terpenting dari kapal adalah kapal itu sendiri. Apakah
terbuat dari kayu terbaik bila ia kapal kayu? Apakah berhan besi dan baja terbaik bila itu
kapal besi? Bahan kapal bisa berwujud para kader. Merekalah yang menyusun dinding-
dinding kapal, menyusun rangka hingga tiang-tiang kapal. Oleh karena itu, bila kapal itu
mau kuat maka harus disusun oleh para kader yang berkualitas terbaik. Che Guevara
menjelaskan makna kader:

“Pada titik ini kita dapat mengajukan pertanyaan : apakah itu kader ? kita harus
menyatakan bahwa seorang kader adalah seorang individu yang telah mencapai
perkembangan politik yang cukup mampu menafsirkan petunjuk-petunjuk yang lebih
besar berasal dari kekuasaan pusat menjadikanya sebagai miliknya dan memegangnya
sebagai suatu orientasi ke massa ; seseorang yang pada saat yang sama harus juga
mampu menafsirkan isyarat-isyarat yang dimunculkan oleh massa mengenai keinginan-
keinginan dan motivasi mereka yang paling dalam.”

Apa yang dimaksud kader dengan kualitas terbaik?

Pertama, kader tersebut telah tertempa di medan perjuangan, baik kegiatan


pengoorganisiran maupun aksi-aksi perlawanan. Dengan kata lain, mereka telah
memiliki militansi dalam perjuangan. Tentu untuk mendapatkan atau membuat kader
semacam itu tidak mudah. Perlu proses kaderesasi yang berjenjang dari bawah sampai
atas. Bukan kader yang tiba-tiba muncul sehari dua hari.
Kedua, kader terbaik bisa diperoleh apabila telah melalui proses pendidikan. Baik itu
pendidikan ideologi, politik maupun organisasi. Militansi tidak hanya diperlukan dalam
kerja-kerja di lapangan, militansi juga dibutuhkan dalam isi kepala. Tidak ada teori
revolusioner tanpa aksi revolusioner, dan begitu sebaliknya. Mengapa pendidikan?
Proses pendidikan politik ibarat membuka kesadaran seseorang yang selama ini
termanipulasi oleh kapitalisme. Kita tahu kapitalisme membuat jebakan-jebakan pada
kesadaran kita agar tidak melawan walaupun ditindas maupun dihisap. Inilah yang
harus dibongkar agar kesadaran perlawanan itu mencuat kembali sehingga
menimbulkan bara api yang tak kan padam.

Berkaitan dengan pendidikan pandangan Sukantno, ketua Pemuda Rakyat patut kita
renungkan:

“Pekerjaan di lapangan pendidikan pemuda untuk mempertinggi tingkat politiknya dan


kebudayaannya adalah sangat penting. Tidaklah cukup secara sederhana saja
menjelaskan Sosialisme hanya di dalam hal hapusnya hak milik perseorangan atas
alat-alat produksi dan menggantinya dengan hak milik sosialis, tanpa mendidik pemuda
untuk mengetahui tentang peranan perjuangan kelas di samping mendidik mereka
mencintai ilmu dan memiiki ilmu yang bisa membangkitkan semua sumber kekayaan
alam Indonesia.”

Inilah mengapa proses pendidikan politik harus dilakukan secara berjenjang dan terus-
menerus agar disamping memahami perlawanan terhadap kapitalisme, juga para kader
mencintai ilmu pengetahuan. Lewat penguasaan terhadap ilmu dan pengetahuan akan
semakin membuka wawasan para kader tentang pentingnya perjuangan. Lebih lanjut
Sukantno menyatakan:

“mendidik mereka supaya jangan mengasingkan diri dari perjuangan politik untuk
kemerdekaan nasional yang penuh, dan bersamaan dengan itu berusaha untuk
menjadikan mereka pemuda Indonesia yang berilmu, berbadan sehat dan berjiwa
gembira. Dengan semboyan menari dan menyanyi, semangat belajar yang baik dan
persatuan harus ditanamkan di dalam dada pemuda-pemuda pelajar kita, untuk menjadi
milik yang paling berharga dan masa depan tanah air dan Rakyat Indonesia yang maju
dan makmur.”

Kalimat “mengasingkan diri dari perjuangan politik” perlu digarisbawahi karena selama
ini rakyat didorong agar tidak berpolitik. Kapitalisme hanya mengajarkan bahwa rakyat
berpolitik kalau ada Pilpres/Pilkada/Pileg, di luar itu rakyat tidak perlu berpolitik.
Padahal politik adalah bagian dari kehidupan untuk menuntut, melawan dan
menyingkirkan penindasan serta pengisapan kapitalisme. Upaya pengasingan dari
politik ini harus kita lawan karena menyesatkan. Rakyat harus ditarik kembali dalam
politik agar mereka tahu apa yang harus dilawan dan bagaimana cara melawannya.
Oleh karena itu, pendidikan politik sangat dibutuhkan.

Setelah kapal mampu dibangun dengan kokoh, maka selanjutnya adalah memilih
nahkoda yang tepat. Nahkoda yang akan memimpin perjalanan sebuah kapal dari satu
pelabuhan ke pelabuhan lain. Nahkoda pula yang akan memimpin ketika di tengah
samudera kapal harus menghadapi badai yang ganas. Tanpa memilih nanhkoda yang
tepat, sekuat apapun kapal akan bisa karam. Setiap kader harus siap menjadi nahkoda.
Sebagaimana dikatakan Che Guevara: “Karenanya, kader adalah seorang pencipta, 
seorang pemimpin yang berpendirian kukuh,  seorang teknisi dengan tingkat politik
yang baik,  yang memegang prinsip dialektika untuk memajukan sektor produksinya,
atau mengembangkan massa dari posisi kepemimpinan politiknya.”

Mari kita bersama-sama membangun organisasi yang kokoh dengan nahkoda yang
tepat. Tinggalkan masa lalu sebagai pengalaman-pengalaman. Hadapi hari ini demi
masa depan perjuangan rakyat melawan kapitalisme.***

Anda mungkin juga menyukai