Anda di halaman 1dari 3

Meluruskan yang Bengkok

Oleh: Rubon

Dalam sebuah perjuangan, kita harus berani melihat diri kita sendiri. Agar apa? Agar
kita mengetahui sejauh mana perjuangan, melihat hasil, kekurangan, maupun
kelebihan. Sebagai apa? Sebagai bahan evaluasi. Inilah yang kemudian dikenal
sebagai kritik oto kritik (KOK). Artinya, kita bisa melakukan kritik dan bersedia dikritik
atas segala langkah yang telah dilakukan dalam proses perjuangan. Dengan begitu
akan membuat kita semakin matang dalam berjuang bersama kaum miskin.

Ada seorang ketua umum sebuah organisasi, sebut saja namanya BT. Sebagai ketua
umum ia telah banyak melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap organisasi. Maka
terhadap pelanggaran tersebut ia harus bersedia dikritik. Sebagaimana diketahui, kritik
bukan untuk membenci, tapi meluruskan yang bengkok. Maka kritik harus berlandaskan
obyektifitas, bukan subyektifitas. Namun karena ia merasa sebagai ketua umum, maka
ia tidak bersedia dikritik, apalagi yang mengkritik adalah orang yang dalam struktur
organisasi berada di bawahnya. Sikap seperti ini tentu menyalahi prinsip organisasi
perjuangan.Organisasi harus mengambil langkah tegas dalam hal ini.

Ilustrasi di atas merupakan contoh bagaimana mekanisme KOK dilaksakan. Dalam


KBBI, berarti kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan
pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya.

Secara garis besar, kritik bertujuan:

1. Bersifat menanggapi atau mengomentari karya orang lain.


2. Menunjukkan kelebihan dan kekurangan.
3. Memberi saran perbaikan.
4. Bertujuan menjembatani pemahaman pembaca.

Sedangkan jenis-jenis kritik antara lain


:
1. Kritik impresionistik
Kritik impersionistik adalah kritik berupa kesan-kesan pribadi secara subjektif terhadap
sebuah persoalan. Dalam kritik impresionistik selera pribadi amat berperan. Kelemahan
kritik model ini adalah selera pribadi itu berubah-ubah setiap saat sesuai perkembangan
kepribadian orang itu.

2. Kritik penghakiman
Kritik penghakiman adalah kritik yang bekerja secara deduksi dengan berpegang teguh
pada ukuran-ukuran tertentu. Hal itu untuk menetapkan apakah sebuah tindakan itu
baik atau tidak.

3. Kritik teknis
Kritik teknik adalah kritik yang bertujuan menunjukan kelemahan-kelemahan tertentu
dari sebuah tindakan dalam praktek organisasi.
Dari penjelasan di atas, kita harus menghindari KOK yang bersifat impresionistik yang
berlandaskan kehendak subyektif. Kritik harus didasarkan pada ukuran-ukuran yang
telah disepakati bersama. Dalam melakukan KOK kita bisa melakukan penghakiman
yang disandarkan pada obyektifitas. Sebuah organisasi tentu telah menetapkan ukuran-
ukuran tersendiri sebagai bahan evaluasi berdasarkan program maupun target-target
yang hendak dicapai. Dalam melakukan KOK, kita juga bisa melakukan kritik secara
teknis yaitu berdasarkan pencapaian di lapangan terhadap kerja-kerja organisasi.

Selain secara internal, KOK juga harus dilakukan secara eksternal. Artinya sebuah
organisasi harus melibatkan rakyat dalam KOK. Rakyat harus diajak mengkritik
organisasi kita, baik person dalam organisasi maupun program-program organisasi.
Mengapa kita harus melibatkan rakyat dalam KOK. Pertama, ada pepatah gajah di
pelepuk mata tak tampak, kuman di seberang lautan tampak. Artinya, kita sering tidak
melihat persoalan-persoalan dalam organisasi kita karena tidak ada jarak organisasi
kita dengan diri kita. Oleh karena itu, kita harus melibatkan rakyat agar bisa melihat
persoalan secara jernih dan obyektif.

Kedua, perjuangan kita abdikan kepada rakyat. Dengan demikian rakyatlah yang
mengetahui sejauh mana perjuangan tersebut sudah bermanfaat bagi rakyat atau
belum. Rakyatlah yang mengetahui apakah program-program kita sudah tepat dan
maksimal dilakukan. Rakyatlah yang merasakan apakah kader-kader organisasi telah
hadir di tengah-tengah rakyat atau belum. Dengan begitu, pelibatan rakyat dalam KOK
sangatlah penting. Suara rakyat adalah suara organisasi kita.

Tujuan KOK ada beberapa. Pertama, untuk menghapus watak feodalisme dalam
organisasi. Siapapun bisa melakukan kritik. Siapapun bisa dikritik. Inilah karakter
penting dalam organisasi progresif agar tidak terjadi feodalisme. Semua setara
sehingga egaliterisme bisa terwujud dalam organisasi kaum miskin. Kedua, KOK
berguna sebagai tolok ukur untuk melakukan evaluasi secara menyeluruh. Baik
masalah internal maupun eksternal. Dengan adanya evaluasi semacam itu diharapkan
sebuah organisasi bisa merespon secara cepat segala dinamika yang terjadi.

Dalam perjalanan organisasi kita memang akan penuh lika-liku. Apa yang penting
adalah bagaimana berani menghadapi pasang surut gerakan. Di tengah situasi yang
serba tidak menentu, kita harus berani memperbaiki diri agar bisa menjawab persoalan
kaum miskin. Sebuah organisasi yang kuat bukan organisasi yang tidak mempunyai
masalah, tetapi organisasi yang bisa menyelesaikan setiap masalah dengan baik agar
bisa mencapai kemajuan. Peran KOK adalah untuk itu. Keberanian untuk memperbaiki
diri, tidak alergi terhadap semua kritik, menerima kritik sebagai upaya untuk evaluasi
terus-menerus. Inilah mengapa KOK perlu dilakukan secara rutin agar ada kendali yang
mengawasi setiap gerak kita dalam perjuangan.

Kita harus berani meluruskan yang bengkok, sesakit apapun itu. Sebuah organisasi
kaum miskin harus berani melihat dirinya sendiri. Mari kita budayakan kritik otokritik
agar organisasi kita bisa maju. ***

Anda mungkin juga menyukai