Anda di halaman 1dari 8

INDONESIA BUDGET CENTER

RUU DKJ;
Tinjauan Anggaran dan Partisipasi Publik

Bahan untuk Diskusi Gusdurian Jakarta


22 Maret 2023

Kronologi RUU DKJ1 2 3 4 5:


 September 2023: Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengungkapkan bahwa pemerintah akan
mengubah status Jakarta dari Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta menjadi Daerah Khusus
Jakarta (DKJ). Hal ini disebabkan oleh perpindahan ibu kota negara ke Ibu Kota Negara (IKN)
Nusantara di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.
 Oktober 2023: Badan Legislasi (Baleg) memasukkan RUU DKJ sebagai salah satu program
legislasi nasional 2023.
 November 2023: RUU ini menjadi sorotan karena Panitia Kerja (Panja) Baleg DPR mengubah
mekanisme penetuan Gubernur dan Wakil Gubernur DKJ dari proses pemilihan menjadi
penunjukkan langsung oleh Presiden.
 5 Desember 2023: Delapan fraksi menyetujui RUU DKJ menjadi usul inisiatif DPR melalui Rapat
Paripurna.
 15 Februari 2024: Jakarta kehilangan status Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) dan menjadi Daerah
Khusus Jakarta.
 Maret 2024: RUU mulai dibahas oleh Badan Legislasi (Baleg) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
 18 Maret 2024: Pemerintah dan Badan Legislasi (Baleg) DPR sepakat RUU DKJ akan dibawa ke
sidang paripurna DPR untuk disahkan menjadi Undang-Undang.
 5 April 2024: DPR menargetkan RUU DKJ disahkan menjadi Undang-Undang dalam sidang
paripurna

RUU DKJ terdiri dari 12 bab dan 72 pasal yang mengatur berbagai hal seperti kepegawaian,
penanaman modal, perhubungan, lingkungan hidup, perdagangan, perindustrian, pengendalian
penduduk, administrasi kependudukan, dan ketenagakerjaan. Dalam dokumen terakhir RUU tersebut,
Gubernur DKJ akan tetap dipilih melalui pemilihan kepala daerah (Pilkada).

Hanya Dibahas Empat Hari, RUU Daerah Khusus Jakarta Sudah Siap Disahkan

No. Poin Penting Catatan Kritis Rekomendasi


1. Durasi Pembahasan RUU Durasi yang singkat ini dikhawatirkan tidak cukup
yang Singkat untuk membahas secara mendalam dan
komprehensif seluruh aspek RUU yang kompleks
dan memiliki dampak signifikan bagi Jakarta dan
Indonesia

Menimbulkan pertanyaan tentang partisipasi publik


dan transparansi proses legislasi. Apakah waktu
yang singkat tersebut cukup untuk menampung
aspirasi dan masukan dari berbagai pihak yang
berkepentingan?

1
https://nasional.kompas.com/read/2024/03/13/11311091/perjalanan-dan-kontroversi-ruu-dkj-yang-mulai-dibahas-di-dpr?page=all
2
https://nasional.kompas.com/read/2023/12/05/14091591/8-fraksi-sepakat-ruu-daerah-khusus-jakarta-jadi-usul-inisiatif-dpr-hanya-pks
3
https://www.viva.co.id/berita/nasional/1664574-isi-draft-ruu-daerah-khusus-jakarta-yang-gubernur-dan-wagub-ditunjuk-presiden
4
https://nasional.tempo.co/read/1837692/ikn-dikebut-jakarta-jadi-dkj-asal-usul-nama-dkj-dan-poin-poin-penting-ruu-dkj
5
https://www.kompas.com/tren/read/2024/03/19/173000665/7-poin-penting-isi-ruu-dkj-gubernur-jakarta-tetap-dipilih-rakyat
2. Mekanisme Pemilihan Mekanisme pemilihan gubernur dan wakil gubernur Perlu dikaji lebih lanjut
Gubernur dan Wakil DKI Jakarta yang masih belum final agar dapat menghasilkan
Gubernur DKI Jakarta pemimpin yang berkualitas
dan akuntabel kepada
rakyat
3. Minimnya Partisipasi Minimnya partisipasi publik dalam proses
Publik pembahasan RUU DKJ akan berdampak langsung
pada kehidupan masyarakat Jakarta.

Kurangnya keterlibatan publik dapat


mengakibatkan RUU tersebut tidak mencerminkan
kebutuhan dan aspirasi masyarakat
4. Potensi Konflik Beberapa pasal dalam RUU DKJ, seperti Perlu dikaji lebih lanjut
Kepentingan pembentukan Dewan Kawasan Aglomerasi, agar RUU DKJ tidak justru
dikhawatirkan dapat membuka peluang bagi menghambat pembangunan
kepentingan politik dan ekonomi tertentu. di daerah lain dan menjadi
alat bagi kelompok tertentu
untuk keuntungan pribadi.

5. Potensi Sentralisasi Pembentukan Dewan Kawasan Jabodetabekpunjur


yang dipimpin oleh Wakil Presiden dikhawatirkan
dapat memicu sentralisasi dan melemahkan otonomi
daerah serta dapat menimbulkan benturan
kepentingan antara pemerintah pusat dan daerah

6. Minimnya Informasi Minimnya informasi detail tentang substansi seperti Masalah ini penting untuk
tentang Substansi RUU kewenangan dan pendanaan yang akan diberikan diketahui agar publik dapat
DKJ kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. menilai secara objektif
apakah RUU DKJ tersebut
bermanfaat bagi Jakarta dan
rakyatnya.

Pembahasan RUU DKJ yang hanya berlangsung selama 4 hari (15 – 18 Maret 2024) patut
dipertanyakan. Durasi yang singkat ini dikhawatirkan tidak cukup untuk membahas secara mendalam
dan komprehensif seluruh aspek RUU yang kompleks dan memiliki dampak signifikan bagi Jakarta
dan Indonesia. Minimnya partisipasi publik dalam proses pembahasan RUU DKJ akan berdampak
langsung pada kehidupan masyarakat Jakarta. Kurangnya keterlibatan publik dapat mengakibatkan
RUU tersebut tidak mencerminkan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Pembentukan Dewan
Kawasan Aglomerasi dikhawatirkan dapat membuka peluang bagi kepentingan politik dan ekonomi
tertentu. Sehingga, perlu dikaji lebih lanjut agar RUU DKJ tidak menjadi alat bagi kelompok tertentu
untuk keuntungan pribadi.

Dampak Potensial RUU DKJ terhadap Masyarakat Jakarta 6 7 8


Dampak pasti dari RUU DKJ akan sangat bergantung pada bagaimana RUU ini diimplementasikan
jika disahkan menjadi Undang-Undang.
1. Dampak Sosial: memberikan dampak besar pada aspek pemukiman, lapangan pekerjaan, dan
akses terhadap layanan publik. Perubahan dalam tata kelola pemerintahan dapat memengaruhi
kehidupan sehari-hari warga Jakarta.
2. Pengaruh terhadap Aspirasi Masyarakat: proses penyusunan undang-undang kurang
melibatkan masyarakat dan tidak mencerminkan aspirasi mereka.
Penting bagi masyarakat untuk terlibat dalam proses pembahasan RUU ini untuk memastikan bahwa
kebijakan yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi mereka.

6
https://katanetizen.kompas.com/read/2023/12/19/121320185/draft-ruu-dkj-dampaknya-terhadap-jakarta-dan-politik-nasional
7
https://www.kompasiana.com/heru14911/65717fe2de948f06973bcf23/dampak-draf-ruu-dkj-terhadap-jakarta-dan-politik-nasional?
page=all
8
https://www.jawapos.com/politik/014397889/ruu-dkj-dinilai-akan-runtuhkan-semangat-demokrasi-dan-aspirasi-masyarakat-jakarta
Aspek Yang Perlu Dikritisi:
1. Cacat Prosedural karena proses pembahasannya yang terburu-buru dan minim partisipasi publik9.
2. Tidak cukup melindungi Aset dan Hak Penduduk Jakarta, serta potensi celah bagi pemodal
untuk mengambil alih aset Jakarta setelah tidak lagi menjadi ibu kota 10.
3. Dampak Sosial: dianggap kurang melibatkan partisipasi masyarakat secara substansial, meskipun
mengajukan Jakarta sebagai pusat ekonomi nasional dan kota global 11.
Tantangan
Pembentukan kawasan aglomerasi Jakarta menghadapi beberapa tantangan utama, di antaranya 12 13 14
15
:
1. Dukungan Anggaran Pusat: Kunci keberhasilan kawasan aglomerasi adalah dukungan anggaran
yang signifikan dari pemerintah pusat. Tanpa dukungan anggaran yang memadai, penyelesaian
masalah transportasi, banjir, dan lingkungan akan terhambat.
2. Koordinasi Antar Pemerintah Daerah: Perlu adanya koordinasi yang efektif antara pemerintah
daerah di kawasan Jabodetabekjur untuk menuntaskan masalah lintas batas wilayah yang selama
ini kurang berjalan efektif.
3. Infrastruktur Transportasi: Pembentukan kawasan aglomerasi akan menjadi deadlock jika
transportasi tidak dibenahi secara progresif, termasuk fasilitas, keterjangkauan, dan teknologi
ramah lingkungan yang berkelanjutan.
4. Pengelolaan Lingkungan: Jakarta akan menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan
lingkungan jika infrastruktur tata kelola air, penanggulangan banjir dalam kota, dan banjir rob
tidak tertangani dengan baik.
5. Sinkronisasi Pembangunan: Perlu adanya sinkronisasi pembangunan antara Jakarta dan wilayah
sekitarnya untuk memastikan keselarasan pembangunan dan pelayanan publik.
6. Keterlibatan Masyarakat: Penting untuk melibatkan masyarakat dalam proses pembentukan
kawasan aglomerasi agar dapat mencerminkan kebutuhan dan aspirasi mereka.
7. Kebijakan Otonomi Khusus: Perlu dipertimbangkan bagaimana kebijakan otonomi khusus akan
diterapkan di kawasan aglomerasi untuk mempercepat pembangunan dan pemerataan layanan
publik.
8. Harmonisasi Regulasi: Tantangan lainnya adalah harmonisasi regulasi antar wilayah yang
tergabung dalam kawasan aglomerasi untuk memastikan kebijakan yang konsisten dan efektif.
9. Kemacetan dan Polusi: Jakarta juga dihadapkan pada tantangan seperti kemacetan lalu lintas,
polusi udara, dan biaya hidup yang tinggi, yang perlu diatasi dalam pembentukan kawasan
aglomerasi.
Rekomendasi: Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini memerlukan kerja sama yang erat antara
semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah pusat, pemerintah daerah, sektor swasta, dan
masyarakat sipil.

Konsekuensi Anggaran Jika RUU DKJ Disahkan


Pengesahan dan implementasi Rancangan Undang-Undang Daerah Khusus Jakarta (RUU DKJ) akan
memiliki beberapa konsekuensi terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), di antaranya16 17:
9
https://www.msn.com/id-id/berita/nasional/alasan-pks-tolak-ruu-dkj-cacat-prosedural/ar-BB1k7m23
10
https://tirto.id/catatan-kritis-ruu-dkj-harus-melindungi-aset-hak-penduduk-gWKq
11
https://www.kompasiana.com/heru14911/65717fe2de948f06973bcf23/dampak-draf-ruu-dkj-terhadap-jakarta-dan-politik-nasional?
page=all
12
https://www.antaranews.com/berita/4017039/urban-policy-aglomerasi-terobosan-penataan-jakarta-dan-sekitarnya
13
https://www.pikiran-rakyat.com/kolom/pr-017677077/wacana-aglomerasi-jakarta-jabar-dampak-dari-ikn-bisa-jadi-gotham-city-jika-
salah-urus?page=all
14
https://www.kompas.com/tren/read/2024/03/17/090000765/wacana-kawasan-jabodetabekjur-tugas-baru-untuk-wapres-melalui-dewan
15
https://www.kompasiana.com/bacaanime/65fb9e69c57afb0d0d2a6992/aglomerasi-jakarta-tantangan-dan-harapan-bagi-bodetabekci
16
https://nasional.tempo.co/read/1806292/apa-konsekuensinya-jika-ruu-dkj-disahkan-dpr
17
https://nasional.tempo.co/read/1847336/hampir-sah-jadi-undang-undang-ini-poin-poin-penting-ruu-dkj
 Kewenangan Khusus di Bidang Perdagangan: Jakarta akan memiliki kewenangan khusus di
bidang perdagangan, yang mencakup perizinan dan pendaftaran perusahaan, stabilisasi harga
barang kebutuhan pokok, pengembangan ekspor, serta standardisasi perlindungan konsumen dan
pengawasan kegiatan perdagangan. Ini mungkin memerlukan penyesuaian anggaran untuk
mendukung fungsi-fungsi baru tersebut.
 Perubahan Status Jakarta: Dengan perubahan status Jakarta dari ibu kota menjadi daerah
khusus, mungkin ada redistribusi anggaran pusat untuk mendukung pembangunan infrastruktur
dan layanan di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Hal ini dapat mempengaruhi alokasi APBN dan
APBD Jakarta.
 Penyesuaian Identitas Warga: Seluruh warga DKI Jakarta akan perlu mencetak ulang Kartu
Tanda Penduduk (KTP) elektronik untuk penyesuaian identitas setelah Jakarta berubah menjadi
DKJ. Ini akan memerlukan anggaran tambahan dari APBD untuk proses pencetakan ulang.
 Kawasan Aglomerasi: Pembentukan kawasan aglomerasi akan memerlukan koordinasi anggaran
antara Jakarta dan kota-kota satelitnya untuk pembangunan yang terintegrasi. Ini mungkin
memerlukan penyesuaian dalam APBD masing-masing wilayah yang terlibat.
Rekomendasi: Konsekuensi pasti terhadap APBN dan APBD akan bergantung pada detail akhir dari
RUU DKJ setelah disahkan dan bagaimana kebijakan tersebut diimplementasikan. Penting bagi
pemerintah untuk melakukan perencanaan anggaran yang cermat untuk memastikan transisi yang
lancar dan efektif.

Kajian Mendalam dan Partisipas Publik

Sumber: Survei Litbang Kompas. Pengambilan data dilakukan pada 26-28 Februari 2024 melalui wawancara telepon

Dari hasil survei Litbang Kompas, menunjukkan pembahasan RUU DKJ belum banyak melibatkan
publik. Mayoritas atau 59,6% responden merasa masyarakat belum dilibatkan dalam pembahasan
RUU DKJ. Proporsinya terdiri dari 40,5% responden yang menilai masyarakat belum dilibatkan, dan
19,1% merasa kurang dilibatkan. Di sisi lain, terdapat 15,7% responden yang merasa masyarakat
sudah dilibatkan, terdiri dari 13,7% yang menilai cukup dilibatkan dan 2% sangat dilibatkan. Peneliti
Litbang Kompas Rangga Eka Sakti menilai, pemerintah dan anggota legislatif perlu terbuka terhadap
aspirasi masyarakat, karena perumusan RUU DKJ akan berdampak bagi hidup banyak orang,
termasuk orang yang tidak tinggal di provinsi tersebut. Survei Litbang Kompas ini melibatkan 512
responden yang dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 38
provinsi Indonesia.

RUU DKJ merupakan sebuah terobosan hukum yang diharapkan dapat menyelesaikan berbagai
permasalahan di Jakarta. Namun, proses pembahasan yang singkat dan minimnya informasi tentang
substansi RUU DKJ menimbulkan beberapa pertanyaan dan kekhawatiran. Durasi pembahasan yang
singkat, minimnya partisipasi publik, dan potensi konflik kepentingan menjadi beberapa poin penting
yang perlu diperhatikan dalam proses pembahasan RUU DKJ. Pembahasan RUU ini harus dilakukan
secara teliti, mendalam, transparan, dan melibatkan partisipasi publik yang luas untuk memastikan
bahwa RUU DKJ mencerminkan kepentingan masyarakat dan mempertahankan prinsip demokrasi.
Sehngga, diperlukan kajian yang lebih mendalam dan partisipasi publik yang lebih luas
sebelum RUU DKJ disahkan.

Upaya Yang Perlu Dilakukan


Diperlukan langkah strategis untuk dapat berperan aktif dalam memastikan bahwa kebijakan yang
dihasilkan setelah pengesahan RUU DKJ mencerminkan kepentingan warga dan dijalankan dengan
cara yang transparan dan akuntabel. Langkah-langkah strategis yang dapat dilakukan: 18 19:
1. Peningkatan Kesadaran dan Pendidikan: Masyarakat harus diberi informasi tentang pentingnya
partisipasi mereka dalam proses kebijakan. Pendidikan sipil dapat membantu warga memahami
hak dan tanggung jawab mereka dalam proses demokrasi.
2. Penggunaan Platform Digital: Pemerintah dan masyarakat dapat menggunakan platform digital
untuk meningkatkan keterlibatan publik. Media sosial, aplikasi, dan situs web dapat menjadi alat
untuk menyebarkan informasi, mengumpulkan umpan balik, dan memfasilitasi diskusi.
3. Forum Publik dan Diskusi: Mengadakan forum terbuka, diskusi panel, dan pertemuan komunitas
dapat memberikan kesempatan bagi warga untuk menyuarakan pendapat dan kekhawatiran mereka
secara langsung kepada pembuat kebijakan.
4. Keterlibatan dalam Pengambilan Keputusan: Masyarakat harus diberi kesempatan untuk
terlibat langsung dalam proses pengambilan keputusan, termasuk dalam perumusan, implementasi,
dan evaluasi kebijakan.
5. Transparansi Dokumen Kebijakan: Pemerintah harus memastikan bahwa semua dokumen dan
proses kebijakan dapat diakses oleh publik. Ini termasuk rancangan kebijakan, laporan, dan data
yang mendukung keputusan.
6. Mekanisme Umpan Balik: Harus ada mekanisme yang jelas dan mudah diakses untuk warga
memberikan umpan balik atau keluhan terkait kebijakan yang diimplementasikan.
7. Pengawasan Independen: Lembaga independen atau badan pengawas harus dibentuk untuk
memonitor proses kebijakan dan memastikan bahwa transparansi dan akuntabilitas dipertahankan.
8. Audit dan Evaluasi Berkala: harus dilakukan untuk menilai efektivitas dan dampak kebijakan,
serta untuk memastikan bahwa kebijakan tersebut mencerminkan kepentingan publik.

Usulan yang dapat disampaikan oleh warga DKI terhadap RUU DKJ kepada pemerintah dan
DPR RI:
1. Partisipasi Publik yang Lebih Luas:
 Adakan diskusi publik dan sosialisasi RUU DKJ secara menyeluruh dan mudah diakses oleh
seluruh warga DKI.
 Audiensi dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat, seperti akademisi, pakar tata kota,
organisasi masyarakat sipil, dan warga DKI secara umum.
 Buat platform online untuk menampung aspirasi dan masukan masyarakat terkait RUU DKJ.
 Sosialisasikan RUU DKJ secara luas dan mudah dipahami oleh masyarakat.

18
https://www.kompasiana.com/linn0585/656cda20c57afb6e9f206f72/partisipasi-publik-dalam-sistem-pemerintahan-meningkatkan-
legitimasi-dan-transparansi
19
https://media.neliti.com/media/publications/555810-partisipasi-masyarakat-dalam-perumusan-k-626d3e23.pdf
 Memberikan kesempatan kepada warga untuk memberikan masukan dan saran secara tertulis
maupun lisan.
 Membentuk tim independen yang melibatkan pakar dan perwakilan warga untuk mengawasi
proses pembahasan RUU DKJ.
2. Memperkuat Otonomi Daerah:
 Berikan kewenangan yang lebih luas kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam mengelola
berbagai sektor, seperti keuangan, pendidikan, kesehatan, perencanaan pembangunan, dan
penataan ruang.
 Pastikan pemerataan pembangunan di seluruh wilayah DKI Jakarta.
 Memastikan bahwa pemerintah pusat tidak mengambil alih kewenangan daerah yang telah
berjalan.
3. Menjamin Kesejahteraan Masyarakat:
 Atur kebijakan yang melindungi hak-hak dan kesejahteraan masyarakat, termasuk kelompok
rentan seperti buruh, pekerja informal, dan penyandang disabilitas.
 Pastikan akses terhadap layanan publik yang berkualitas dan terjangkau bagi seluruh warga
DKI. Buat kebijakan yang mengendalikan inflasi dan harga kebutuhan pokok.
 Memastikan bahwa RUU DKJ berpihak pada kepentingan rakyat dan bukan kepentingan politik
tertentu.
 Menjamin akses yang adil terhadap layanan publik seperti pendidikan, kesehatan, dan
transportasi.
 Melindungi hak-hak kelompok minoritas dan memastikan mereka tidak dirugikan oleh RUU
DKJ.
4. Mendorong Tata Ruang yang Berkelanjutan:
 Prioritaskan pembangunan transportasi publik yang ramah lingkungan dan terintegrasi.
 Lindungi ruang terbuka hijau dan area resapan air.
 Kembangkan kota cerdas yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Lakukan evaluasi secara
berkala terhadap dampak RUU DKJ terhadap masyarakat dan lingkungan.
5. Memperkuat Transparansi dan Akuntabilitas:
 Membuka semua informasi terkait RUU DKJ kepada publik.
 Memastikan proses pembahasan RUU DKJ dilakukan secara transparan dan akuntabel.
 Memberikan akses kepada publik untuk memantau dan mengawasi kinerja pemerintah dan
DPRD dalam menjalankan RUU DKJ.
6. Memperhatikan Kearifan Lokal:
 Memastikan bahwa RUU DKJ menghormati dan melindungi kearifan lokal budaya Betawi.
 Melibatkan tokoh-tokoh adat dan budayawan Betawi dalam proses pembahasan RUU DKJ.
 Memastikan bahwa RUU DKJ tidak memarginalisasi budaya Betawi.
7. Mewujudkan Tata Kelola yang Baik:
 Pastikan tata kelola pemerintahan DKI Jakarta yang transparan, akuntabel, dan partisipatif.
 Prioritaskan pembangunan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
 Atur mekanisme pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan UU DKJ.
8. Memenuhi Kebutuhan dan Aspirasi Masyarakat:
 Pastikan RUU DKJ menjawab kebutuhan dan aspirasi masyarakat DKI Jakarta.
 Prioritaskan isu-isu seperti: Ketersediaan hunian yang terjangkau, peningkatan kualitas
transportasi publik, pengurangan polusi dan pencemaran lingkungan, serta peningkatan akses
terhadap pendidikan dan kesehatan
9. Memperkuat Peran DPRD DKI Jakarta:
 Berikan kewenangan yang lebih besar kepada DPRD DKI Jakarta dalam mengawasi dan
mengevaluasi kinerja pemerintah daerah.
 Pastikan DPRD DKI Jakarta mewakili aspirasi dan kepentingan masyarakat.

Cara untuk menyampaikan usulan kepada pemerintah dan DPR RI:


 Mengirimkan surat elektronik (email) kepada DPR RI dan pemerintah.
 Mengikuti audiensi publik yang diadakan oleh DPR RI dan pemerintah.
 Mengadakan demonstrasi damai untuk menyampaikan aspirasi.
 Menandatangani petisi online yang mendukung atau menentang RUU DKJ.
Dengan aktif terlibat dalam proses pembahasan RUU DKJ, warga DKI dapat memastikan bahwa
aspirasi dan kepentingan mereka didengarkan dan dipertimbangkan.

Sumber informasi yang dapat membantu:


UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

Lampiran
Perubahan Jakarta dalam RUU DKJ

Mendagri Tito menyampaikan beberapa muatan yang disetujui bersama antara pemerintah dan DPR
dalam pembahasan RUU DKJ, yakni:
1. Perbaikan definisi kawasan aglomerasi dan ketentuan mengenai penunjukan ketua dan anggota
Dewan Aglomerasi oleh presiden yang tata cara penunjukannya diatur dalam peraturan presiden;
2. Ketentuan mengenai gubernur dan wakil gubernur dipilih melalui mekanisme pemilihan langsung;
3. Penambahan alokasi dana bagi kelurahan yang berasal dari APBD provinsi.
4. Kewenangan khusus dalam pendidikan; pemajuan kebudayaan dengan prioritas pemajuan
kebudayaan Betawi dan kebudayaan lain yang berkembang di Jakarta;
5. Penyesuaian terkait pendapatan yang bersumber dari jenis retribusi perizinan tertentu pada
kegiatan pemanfaatan ruang;
6. Ketentuan lain yang terkait pertanahan dan bank tanah.

Contoh Wilayah Kawasan Aglomerasi


Kawasan-kawasan berikut ini telah menunjukkan bagaimana aglomerasi dapat menciptakan sinergi
yang menguntungkan antara berbagai sektor ekonomi, memudahkan penyediaan sarana pendidikan,
kesehatan, dan ekonomi bagi masyarakat luas. Contoh wilayah lain di Indonesia yang telah sukses
menjadi kawasan aglomerasi, di antaranya20 21:
 Kawasan Industri Rungkut Surabaya (SIER): Merupakan salah satu kawasan industri
terkemuka yang telah berkembang menjadi pusat aktivitas ekonomi di Surabaya.
 Kawasan Industri Cikarang: Dikenal sebagai salah satu kawasan industri terbesar dan terpadu di
Indonesia, berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional.
 Kawasan Industri Pulogadung Jakarta: Sebagai kawasan industri tertua di Jakarta, Pulogadung
terus berkembang dan menjadi lokasi strategis bagi berbagai perusahaan.
 Kawasan Industri Batam: Pulau Batam telah berkembang menjadi kawasan industri yang
strategis, terutama karena kedekatannya dengan Singapura dan jalur perdagangan internasional.
 Gerbangkertosusila: Merupakan singkatan dari Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya,
Sidoarjo, dan Lamongan. Kawasan ini merupakan contoh aglomerasi yang berhasil
mengintegrasikan berbagai daerah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi regional.

DKJ sebagai Kawasan Aglomerasi


Pembentukan kawasan aglomerasi diharapkan dapat membawa manfaat yang signifikan bagi warga
Jakarta dan wilayah sekitarnya, dengan meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaan
20
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6144642/pengertian-aglomerasi-beserta-contohnya-di-indonesia
21
https://money.kompas.com/read/2021/05/12/070400626/ini-daftar-wilayah-aglomerasi-yang-bisa-dilalui-tanpa-sikm?page=all
berbagai aspek kehidupan dan pembangunan. Dasar pertimbangan untuk menjadikan Jakarta sebagai
wilayah aglomerasi dalam RUU DKJ meliputi beberapa aspek utama 22 23:
1. Integrasi Fungsional: Jakarta dan wilayah sekitarnya seperti Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi,
dan Cianjur (Jabodetabekjur) telah terintegrasi secara fungsional. Kawasan aglomerasi ini
diharapkan dapat meningkatkan koordinasi dan efisiensi dalam pengelolaan sumber daya dan
layanan publik.
2. Pertumbuhan Ekonomi: Sebagai pusat pertumbuhan ekonomi nasional berskala global, kawasan
aglomerasi diharapkan dapat mengintegrasikan tata kelola pemerintah, industri, perdagangan, dan
transportasi terpadu.
3. Sinkronisasi Pembangunan: RUU DKJ mengatur sinkronisasi pembangunan melalui dokumen
rencana tata ruang dan perencanaan pembangunan yang menjamin keselarasan pembangunan dan
pelayanan di kawasan aglomerasi.
4. Penataan Ruang Strategis Nasional: Kawasan aglomerasi memungkinkan penataan ruang
kawasan strategis nasional yang lebih terkoordinasi, termasuk pengelolaan lingkungan hidup,
penanggulangan banjir, dan pengelolaan sampah.
5. Koordinasi Program dan Kegiatan: RUU DKJ juga membahas tentang Dewan Kawasan
Aglomerasi yang bertugas mengoordinasikan, monitoring, dan evaluasi pelaksanaan program dan
kegiatan dalam rencana induk oleh kementerian/lembaga dan pemerintah daerah.

Dana bagi Kelurahan


Penambahan alokasi dana bagi kelurahan yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) provinsi dalam RUU DKJ disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian sebagai
bagian dari upaya untuk menyelesaikan masalah sosial kemasyarakatan di tingkat kelurahan.
Penambahan ini diatur dengan besaran mandatory spending paling sedikit 5 persen dari APBD
provinsi. Penambahan alokasi dana ini diharapkan dapat memberikan dampak positif pada
peningkatan kualitas layanan publik dan kesejahteraan warga di tingkat kelurahan. Konsekuensi dari
penambahan alokasi dana ini terhadap anggaran adalah:
1. Peningkatan Beban Anggaran Provinsi: Akan ada peningkatan beban anggaran pada APBD
provinsi untuk memenuhi kewajiban alokasi dana tambahan bagi kelurahan.
2. Prioritas pada Masalah Sosial Kemasyarakatan: Dana tambahan ini harus diperuntukkan secara
khusus untuk menyelesaikan masalah sosial kemasyarakatan, yang berarti bahwa kelurahan akan
memiliki lebih banyak sumber daya untuk mengatasi isu-isu seperti kemiskinan, pendidikan,
kesehatan, dan infrastruktur lokal.
3. Pengawasan dan Akuntabilitas: Dengan penambahan alokasi dana, akan ada kebutuhan untuk
mekanisme pengawasan dan akuntabilitas yang lebih kuat untuk memastikan bahwa dana tersebut
digunakan secara efektif dan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Diperlukan manajemen anggaran yang baik dan transparansi dalam penggunaannya untuk
menghindari inefisiensi dan penyalahgunaan dana.

22
https://www.liputan6.com/news/read/5551254/headline-ruu-dkj-atur-perluasan-kawasan-aglomerasi-apa-untungnya-untuk-warga-jakarta
23
https://metro.tempo.co/read/1807495/isi-ruu-dkj-ada-aglomerasi-jabodetabekjur-dewan-kawasan-dipimpin-wapres

Anda mungkin juga menyukai