RUU DKJ;
Tinjauan Anggaran dan Partisipasi Publik
RUU DKJ terdiri dari 12 bab dan 72 pasal yang mengatur berbagai hal seperti kepegawaian,
penanaman modal, perhubungan, lingkungan hidup, perdagangan, perindustrian, pengendalian
penduduk, administrasi kependudukan, dan ketenagakerjaan. Dalam dokumen terakhir RUU tersebut,
Gubernur DKJ akan tetap dipilih melalui pemilihan kepala daerah (Pilkada).
Hanya Dibahas Empat Hari, RUU Daerah Khusus Jakarta Sudah Siap Disahkan
1
https://nasional.kompas.com/read/2024/03/13/11311091/perjalanan-dan-kontroversi-ruu-dkj-yang-mulai-dibahas-di-dpr?page=all
2
https://nasional.kompas.com/read/2023/12/05/14091591/8-fraksi-sepakat-ruu-daerah-khusus-jakarta-jadi-usul-inisiatif-dpr-hanya-pks
3
https://www.viva.co.id/berita/nasional/1664574-isi-draft-ruu-daerah-khusus-jakarta-yang-gubernur-dan-wagub-ditunjuk-presiden
4
https://nasional.tempo.co/read/1837692/ikn-dikebut-jakarta-jadi-dkj-asal-usul-nama-dkj-dan-poin-poin-penting-ruu-dkj
5
https://www.kompas.com/tren/read/2024/03/19/173000665/7-poin-penting-isi-ruu-dkj-gubernur-jakarta-tetap-dipilih-rakyat
2. Mekanisme Pemilihan Mekanisme pemilihan gubernur dan wakil gubernur Perlu dikaji lebih lanjut
Gubernur dan Wakil DKI Jakarta yang masih belum final agar dapat menghasilkan
Gubernur DKI Jakarta pemimpin yang berkualitas
dan akuntabel kepada
rakyat
3. Minimnya Partisipasi Minimnya partisipasi publik dalam proses
Publik pembahasan RUU DKJ akan berdampak langsung
pada kehidupan masyarakat Jakarta.
6. Minimnya Informasi Minimnya informasi detail tentang substansi seperti Masalah ini penting untuk
tentang Substansi RUU kewenangan dan pendanaan yang akan diberikan diketahui agar publik dapat
DKJ kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. menilai secara objektif
apakah RUU DKJ tersebut
bermanfaat bagi Jakarta dan
rakyatnya.
Pembahasan RUU DKJ yang hanya berlangsung selama 4 hari (15 – 18 Maret 2024) patut
dipertanyakan. Durasi yang singkat ini dikhawatirkan tidak cukup untuk membahas secara mendalam
dan komprehensif seluruh aspek RUU yang kompleks dan memiliki dampak signifikan bagi Jakarta
dan Indonesia. Minimnya partisipasi publik dalam proses pembahasan RUU DKJ akan berdampak
langsung pada kehidupan masyarakat Jakarta. Kurangnya keterlibatan publik dapat mengakibatkan
RUU tersebut tidak mencerminkan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Pembentukan Dewan
Kawasan Aglomerasi dikhawatirkan dapat membuka peluang bagi kepentingan politik dan ekonomi
tertentu. Sehingga, perlu dikaji lebih lanjut agar RUU DKJ tidak menjadi alat bagi kelompok tertentu
untuk keuntungan pribadi.
6
https://katanetizen.kompas.com/read/2023/12/19/121320185/draft-ruu-dkj-dampaknya-terhadap-jakarta-dan-politik-nasional
7
https://www.kompasiana.com/heru14911/65717fe2de948f06973bcf23/dampak-draf-ruu-dkj-terhadap-jakarta-dan-politik-nasional?
page=all
8
https://www.jawapos.com/politik/014397889/ruu-dkj-dinilai-akan-runtuhkan-semangat-demokrasi-dan-aspirasi-masyarakat-jakarta
Aspek Yang Perlu Dikritisi:
1. Cacat Prosedural karena proses pembahasannya yang terburu-buru dan minim partisipasi publik9.
2. Tidak cukup melindungi Aset dan Hak Penduduk Jakarta, serta potensi celah bagi pemodal
untuk mengambil alih aset Jakarta setelah tidak lagi menjadi ibu kota 10.
3. Dampak Sosial: dianggap kurang melibatkan partisipasi masyarakat secara substansial, meskipun
mengajukan Jakarta sebagai pusat ekonomi nasional dan kota global 11.
Tantangan
Pembentukan kawasan aglomerasi Jakarta menghadapi beberapa tantangan utama, di antaranya 12 13 14
15
:
1. Dukungan Anggaran Pusat: Kunci keberhasilan kawasan aglomerasi adalah dukungan anggaran
yang signifikan dari pemerintah pusat. Tanpa dukungan anggaran yang memadai, penyelesaian
masalah transportasi, banjir, dan lingkungan akan terhambat.
2. Koordinasi Antar Pemerintah Daerah: Perlu adanya koordinasi yang efektif antara pemerintah
daerah di kawasan Jabodetabekjur untuk menuntaskan masalah lintas batas wilayah yang selama
ini kurang berjalan efektif.
3. Infrastruktur Transportasi: Pembentukan kawasan aglomerasi akan menjadi deadlock jika
transportasi tidak dibenahi secara progresif, termasuk fasilitas, keterjangkauan, dan teknologi
ramah lingkungan yang berkelanjutan.
4. Pengelolaan Lingkungan: Jakarta akan menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan
lingkungan jika infrastruktur tata kelola air, penanggulangan banjir dalam kota, dan banjir rob
tidak tertangani dengan baik.
5. Sinkronisasi Pembangunan: Perlu adanya sinkronisasi pembangunan antara Jakarta dan wilayah
sekitarnya untuk memastikan keselarasan pembangunan dan pelayanan publik.
6. Keterlibatan Masyarakat: Penting untuk melibatkan masyarakat dalam proses pembentukan
kawasan aglomerasi agar dapat mencerminkan kebutuhan dan aspirasi mereka.
7. Kebijakan Otonomi Khusus: Perlu dipertimbangkan bagaimana kebijakan otonomi khusus akan
diterapkan di kawasan aglomerasi untuk mempercepat pembangunan dan pemerataan layanan
publik.
8. Harmonisasi Regulasi: Tantangan lainnya adalah harmonisasi regulasi antar wilayah yang
tergabung dalam kawasan aglomerasi untuk memastikan kebijakan yang konsisten dan efektif.
9. Kemacetan dan Polusi: Jakarta juga dihadapkan pada tantangan seperti kemacetan lalu lintas,
polusi udara, dan biaya hidup yang tinggi, yang perlu diatasi dalam pembentukan kawasan
aglomerasi.
Rekomendasi: Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini memerlukan kerja sama yang erat antara
semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah pusat, pemerintah daerah, sektor swasta, dan
masyarakat sipil.
Sumber: Survei Litbang Kompas. Pengambilan data dilakukan pada 26-28 Februari 2024 melalui wawancara telepon
Dari hasil survei Litbang Kompas, menunjukkan pembahasan RUU DKJ belum banyak melibatkan
publik. Mayoritas atau 59,6% responden merasa masyarakat belum dilibatkan dalam pembahasan
RUU DKJ. Proporsinya terdiri dari 40,5% responden yang menilai masyarakat belum dilibatkan, dan
19,1% merasa kurang dilibatkan. Di sisi lain, terdapat 15,7% responden yang merasa masyarakat
sudah dilibatkan, terdiri dari 13,7% yang menilai cukup dilibatkan dan 2% sangat dilibatkan. Peneliti
Litbang Kompas Rangga Eka Sakti menilai, pemerintah dan anggota legislatif perlu terbuka terhadap
aspirasi masyarakat, karena perumusan RUU DKJ akan berdampak bagi hidup banyak orang,
termasuk orang yang tidak tinggal di provinsi tersebut. Survei Litbang Kompas ini melibatkan 512
responden yang dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 38
provinsi Indonesia.
RUU DKJ merupakan sebuah terobosan hukum yang diharapkan dapat menyelesaikan berbagai
permasalahan di Jakarta. Namun, proses pembahasan yang singkat dan minimnya informasi tentang
substansi RUU DKJ menimbulkan beberapa pertanyaan dan kekhawatiran. Durasi pembahasan yang
singkat, minimnya partisipasi publik, dan potensi konflik kepentingan menjadi beberapa poin penting
yang perlu diperhatikan dalam proses pembahasan RUU DKJ. Pembahasan RUU ini harus dilakukan
secara teliti, mendalam, transparan, dan melibatkan partisipasi publik yang luas untuk memastikan
bahwa RUU DKJ mencerminkan kepentingan masyarakat dan mempertahankan prinsip demokrasi.
Sehngga, diperlukan kajian yang lebih mendalam dan partisipasi publik yang lebih luas
sebelum RUU DKJ disahkan.
Usulan yang dapat disampaikan oleh warga DKI terhadap RUU DKJ kepada pemerintah dan
DPR RI:
1. Partisipasi Publik yang Lebih Luas:
Adakan diskusi publik dan sosialisasi RUU DKJ secara menyeluruh dan mudah diakses oleh
seluruh warga DKI.
Audiensi dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat, seperti akademisi, pakar tata kota,
organisasi masyarakat sipil, dan warga DKI secara umum.
Buat platform online untuk menampung aspirasi dan masukan masyarakat terkait RUU DKJ.
Sosialisasikan RUU DKJ secara luas dan mudah dipahami oleh masyarakat.
18
https://www.kompasiana.com/linn0585/656cda20c57afb6e9f206f72/partisipasi-publik-dalam-sistem-pemerintahan-meningkatkan-
legitimasi-dan-transparansi
19
https://media.neliti.com/media/publications/555810-partisipasi-masyarakat-dalam-perumusan-k-626d3e23.pdf
Memberikan kesempatan kepada warga untuk memberikan masukan dan saran secara tertulis
maupun lisan.
Membentuk tim independen yang melibatkan pakar dan perwakilan warga untuk mengawasi
proses pembahasan RUU DKJ.
2. Memperkuat Otonomi Daerah:
Berikan kewenangan yang lebih luas kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam mengelola
berbagai sektor, seperti keuangan, pendidikan, kesehatan, perencanaan pembangunan, dan
penataan ruang.
Pastikan pemerataan pembangunan di seluruh wilayah DKI Jakarta.
Memastikan bahwa pemerintah pusat tidak mengambil alih kewenangan daerah yang telah
berjalan.
3. Menjamin Kesejahteraan Masyarakat:
Atur kebijakan yang melindungi hak-hak dan kesejahteraan masyarakat, termasuk kelompok
rentan seperti buruh, pekerja informal, dan penyandang disabilitas.
Pastikan akses terhadap layanan publik yang berkualitas dan terjangkau bagi seluruh warga
DKI. Buat kebijakan yang mengendalikan inflasi dan harga kebutuhan pokok.
Memastikan bahwa RUU DKJ berpihak pada kepentingan rakyat dan bukan kepentingan politik
tertentu.
Menjamin akses yang adil terhadap layanan publik seperti pendidikan, kesehatan, dan
transportasi.
Melindungi hak-hak kelompok minoritas dan memastikan mereka tidak dirugikan oleh RUU
DKJ.
4. Mendorong Tata Ruang yang Berkelanjutan:
Prioritaskan pembangunan transportasi publik yang ramah lingkungan dan terintegrasi.
Lindungi ruang terbuka hijau dan area resapan air.
Kembangkan kota cerdas yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Lakukan evaluasi secara
berkala terhadap dampak RUU DKJ terhadap masyarakat dan lingkungan.
5. Memperkuat Transparansi dan Akuntabilitas:
Membuka semua informasi terkait RUU DKJ kepada publik.
Memastikan proses pembahasan RUU DKJ dilakukan secara transparan dan akuntabel.
Memberikan akses kepada publik untuk memantau dan mengawasi kinerja pemerintah dan
DPRD dalam menjalankan RUU DKJ.
6. Memperhatikan Kearifan Lokal:
Memastikan bahwa RUU DKJ menghormati dan melindungi kearifan lokal budaya Betawi.
Melibatkan tokoh-tokoh adat dan budayawan Betawi dalam proses pembahasan RUU DKJ.
Memastikan bahwa RUU DKJ tidak memarginalisasi budaya Betawi.
7. Mewujudkan Tata Kelola yang Baik:
Pastikan tata kelola pemerintahan DKI Jakarta yang transparan, akuntabel, dan partisipatif.
Prioritaskan pembangunan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Atur mekanisme pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan UU DKJ.
8. Memenuhi Kebutuhan dan Aspirasi Masyarakat:
Pastikan RUU DKJ menjawab kebutuhan dan aspirasi masyarakat DKI Jakarta.
Prioritaskan isu-isu seperti: Ketersediaan hunian yang terjangkau, peningkatan kualitas
transportasi publik, pengurangan polusi dan pencemaran lingkungan, serta peningkatan akses
terhadap pendidikan dan kesehatan
9. Memperkuat Peran DPRD DKI Jakarta:
Berikan kewenangan yang lebih besar kepada DPRD DKI Jakarta dalam mengawasi dan
mengevaluasi kinerja pemerintah daerah.
Pastikan DPRD DKI Jakarta mewakili aspirasi dan kepentingan masyarakat.
Lampiran
Perubahan Jakarta dalam RUU DKJ
Mendagri Tito menyampaikan beberapa muatan yang disetujui bersama antara pemerintah dan DPR
dalam pembahasan RUU DKJ, yakni:
1. Perbaikan definisi kawasan aglomerasi dan ketentuan mengenai penunjukan ketua dan anggota
Dewan Aglomerasi oleh presiden yang tata cara penunjukannya diatur dalam peraturan presiden;
2. Ketentuan mengenai gubernur dan wakil gubernur dipilih melalui mekanisme pemilihan langsung;
3. Penambahan alokasi dana bagi kelurahan yang berasal dari APBD provinsi.
4. Kewenangan khusus dalam pendidikan; pemajuan kebudayaan dengan prioritas pemajuan
kebudayaan Betawi dan kebudayaan lain yang berkembang di Jakarta;
5. Penyesuaian terkait pendapatan yang bersumber dari jenis retribusi perizinan tertentu pada
kegiatan pemanfaatan ruang;
6. Ketentuan lain yang terkait pertanahan dan bank tanah.
22
https://www.liputan6.com/news/read/5551254/headline-ruu-dkj-atur-perluasan-kawasan-aglomerasi-apa-untungnya-untuk-warga-jakarta
23
https://metro.tempo.co/read/1807495/isi-ruu-dkj-ada-aglomerasi-jabodetabekjur-dewan-kawasan-dipimpin-wapres