Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH

EKONOMI PEMBANGUNAN
“DUALISME DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI”
Dosen Pengampu : Agus Lesmana, SE., MM

DISUSUN OLEH :

Rantika Febriani (0220016)

Reguler B (Manajamen I)

PROGRAM STUDY MANAJAMEN


STIE PGRI SUKABUMI
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya.Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “DUALISME
DALAM PEMBANGUAN EKONOMI”. Semoga dengan dibuatnya makalah ini para pembaca
dapat memahami dan memahami tentang DUALISME DALAM PEMBANGUAN
EKONOMI. Makalah ini kami buat dan kami susun dari berbagai sumber referensi yang relevan
dari buku Ekonomi Pembangunan serta situs web lainnya memang sengaja dipilih dan digunakan
untuk memperkuat pembahasan dan dapat membangun kerangka penyajian yang menarik dan
komperehensif, Agar mudah dijangkau dan Mudah dijangkau serta dapat memenuhi harapan para
pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan baik dari segi teknis
maupun isi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi pembuatan makalah selanjutnya yang lebih baik., penulis berharap agar
makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran dan berguna bagi pembacanya.

Cianjur, 09 Juni 2022

( Rantika Febriani)

2
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................ 2
DAFTAR ISI .................................................................................................................................................. 3
BAB I ........................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................... 4
a. Latar Belakang ................................................................................................................ 4

b. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 5

c. Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 5

BAB II .......................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ............................................................................................................................................. 6
2.1 Definisi Dualisme .......................................................................................................... 6

2.2 Pengaruh Dualisme dalam Pembangunan Perekonomian Indonesia ........................... 7

2.3 Pengaruh Dualisme Sosial dalam Pembangunan Perekonomian Indonesia ............... 10

BAB III ....................................................................................................................................................... 11


KESIMPULAN ............................................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................................... 13

3
BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Dualisme adalah konsep filsafat yang menyatakan ada dua substansi. Dalam pandangan
tentang hubungan antara jiwa dan raga, dualisme mengklaim bahwa fenomena mental adalah
entitas non-fisik. Gagasan tentang dualisme jiwa dan raga berasal setidaknya sejak zaman Plato
dan Aristoteles dan berhubungan dengan spekulasi tantang eksistensi jiwa yang terkait dengan
kecerdasan dan kebijakan. Plato dan Aristoteles berpendapat, dengan alasan berbeda, bahwa
"kecerdasan" seseorang (bagian dari pikiran atau jiwa) tidak bisa diidentifikasi atau dijelaskan
dengan fisik. Versi dari dualisme yang dikenal secara umum diterapkan oleh René Descartes
(1641), yang berpendapat bahwa pikiran adalah substansi nonfisik. Descartes adalah yang
pertama kali mengidentifikasi dengan jelas pikiran dengan kesadaran dan membedakannya
dengan otak, sebagai tempat kecerdasan. Sehingga, dia adalah yang pertama merumuskan
permasalahan jiwa-raga dalam bentuknya yang ada sekarang. Dualisme bertentangan dengan
berbagai jenis monisme, termasuk fisikalisme dan fenomenalisme. Substansi dualisme
bertentangan dengan semua jenis materialisme, tetapi dualisme properti dapat dianggap sejenis
materilasme emergent sehingga akan hanya bertentangan dengan materialisme non-emergent.
Selain itu, Dualisme juga merupakan suatu keadaan di mana “sang superior” hidup
berdampingan dengan “sang inferior” namun tidak memiliki hubungan yang erat, tidak akan
mati dengan sendirinya oleh karena alasan waktu, bahkan jurang pemisah antara “sang superior”
dan “sang inferior” makin terbuka lebar seiring perkembangan zaman. Dualisme dapat
dipandang dari berbagai kasanah, seperti sosial, teknologi, geografi (kawasan), dan ekonomi.
Dalam hal ini yang akan dibahas adalah dari sudut pandang ekonomi.
Teori dualisme pertama kalinya dikemukakan oleh seorang ekonom Belanda, J.H. Boeke.
Teorinya berasal dari suatu fenomena di mana konsep ekonomi Barat yang dibawa dan
diterapkan oleh para penjajah ternyata tidak mampu untuk mensejahterakan rakyat jajahannya
(dalam hal ini rakyat Indonesia). Dalam artian mengalami kegagalan.
Negara eks jajahan (sekarang bisa disebut negara sedang berkembang) memiliki pola dan sistem
sosial yang berbeda dengan negara Barat. Pada awalnya pola dan sistem sosial Barat memiliki
daya penetrasi yang cukup kuat untuk masuk ke dalam sistem sosial negara jajahannya.
4
Keduanya hidup berdampingan antara sistem sosial liberal Barat dengan sistem sosial lokal
negara jajahan (dalam hal ini Indonesia). Tetapi memang pada dasarnya adalah berbeda, tidak
mungkin untuk disama- samakan Penetrasi yang dilakukan ternyata tidak (bisa dibaca: kurang)
bermakna dan menyokong satu dengan lainnya. Semuanya kelihatan semu, cantik di luar namun
ada borok di dalamnya. Tidak menyembuhkan penyakit yang sesungguhnya.
Sang superior dan inferior yang dimaksud dalam dualisme ekonomi Indonesia adalah
industri dan pertanian. Industri diagung-agungkan oleh kebanyakan pihak, dipandang sebagai
penggerak utama perekonomian bangsa, sementara sektor pertanian (kerakyatan), sang soko guru
ekonomi, hanya dipandang sebelah mata atau mungkin tidak dipandang sama sekali.

b. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari dualisme dan dualisme pembangunan?
2. Bagaimana pengaruh dualisme dalam pembangunan ekonomi di Indonesia?
3. Bagaimana pengaruh dualism sosial dalam pembangunan ekonomi di Indonesia
4. Bagaimana perbandingan dualisme dengan segmentasi pasar?

c. Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat untuk memenuhi beberapa tujuan sebagai berikut :
1. Memberikan penjelasan mengenai dualisme dalam perekonomian
2. Menjelaskan pengaruh dualisme dalam pembangunan ekonomi di Indonesia
3. Menjelaskan pengaruh dualisme sosial dalam pembangunan ekonomi di Indonesia
4. Menjelaskan perbandingan dualisme dengan segmentasi pasar
5. Memenuhi tugas mata kuliah ekonomi pembangunan

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Dualisme
Dualisme merupakan suatu konsep yang sering di bicarakan dalam ekonomi pembangunan.
Konsep dualisme ini memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
1. Dua keadaan yang berbeda dimana satu keadaan bersifat “superior” dan keadaan yang lainnya
bersfat “inferior” yang bisa hidup berdampingan pada ruang dan waktu yang sama.
2. Kenyataan hidup berdampingannya dua keadaan yang berbeda tersebut bersifat kronis dan bukan
transisional.
3. Derajat superioritas atau inferioritas itu tidak menunjukkan kecenderungan yang menurun,
bahkan terus meningkat.
4. Keterkaitan antara unsur superior dan unsur inferior tersebut menunjukkan bahwa keberadaa
unsur superior tersebut hanya berpengaruh kecil sekali atau bahkan tidak berpengaruh sama
sekali dalam mengangkat unsur inferior. Bahkan kenyataannya, unsur yang superior tersebut
sering kali justru menyebabkan timbulnya kondisi keterbelakangan (under development).[1]

Setelah mengetahui konsep konsep dari dualisme, berikut ini adalah beberapa definisi dari
para ahli mengenai Dualisme :
 J.H Boeke (1953)
Dualisme disini berarti dalam waktu yang sama didalam masyarakat terdapat dua gaya sosial
yang jelas berbeda satu sama lain, dan masing-masing berkembang secara penuh serta saling
mempengaruhi.
 Bachirawi Sanusi (2004)
Dualisme merupakan himpunan masyarakat yang berbeda yang memungkingkan pihak yang
termasuk superior dan inferior hidup berdampingan disuatu tempat yang sama.
 Drs. Irawan M.B.A (2002)
Dualisme Ekonomi yaitu kegiatan ekonomi dan keadaan ekonomi serta keadaan yang lain dalam
suatu masa tertentu, atau dalam suatu sektor ekonomi tertentu yang memiliki sifat tidak seragam.

Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa dualisme adalah dua keadaan yang berbeda dimana
satu keadaan bersifat superior dan keadaan lainnya bersifat inferior yang hidup berdampingan

6
pada ruang dan waktu yang sama. Dengan adanya dua keadaan yang berbeda ini tentunya akan
memiliki pengaruh tersendiri bagi suatu negara yang secara tidak langsung menganut sistem
dualisme ekonomi ini.

2.2 Pengaruh Dualisme dalam Pembangunan Perekonomian Indonesia


Dualisme terkait sekali dengan adanya dua kekuatan berbeda yang hidup berdampingan
dalam waktu yang sama. Dalam uraian diatas telah dijelaskan mengenai beberapa jenis dualisme
yang berkembang dalam NSB. Mulai dari sistem sosial, ekologis, teknologi, finansial sampai
regional, semuanya di pengaruhi oleh sistem dualisme ini.
Akibat adanya dua unsur yang berbeda, tidak dapat dipungkiri bahwa dualisme ini
memberikan efek yang negatif dalam perekonomian yang perkembangannya masih belum begitu
tinggi. Seperti halnya pada negara yang sedang berkembang. Sebagian besar kegiatan-kegiatan
ekonomi pada negara berkembang masih dilaksanakan dengan menggunakan teknik-teknik yang
sederhana dan tradisional. Konsep tradisional ini tentunya akan membawa dua dampak yang
mendasar dalam sistem perekonomian serta sistem sosial yang ada pada masyarakat. Pertama,
dengan sistem yang masih tradisional produktivitas yang dihasilkan akan rendah. Kedua,
terbatasnya usaha yang menuju ke arah pembaharuan atau perubahan. Adanya sikap takut akan
pembaharuan, akan mengakibatkan produktivitas yang rendah tidak akan mengalami perubahan
dari masa ke masa. Hal ini akan membawa dampak yang kurang baik terhadap mekanisme pasar,
atau yang biasa kita sebut dengan ketidak sempurnaan pasar.
Dalam pasar yang sempurna, faktor-faktor produksi memiliki mobilitas yang tinggi dan
dapat saling menggantikan satu sama lain. Hal ini tidak terjadi di negara yang memiliki
ketidaksempurnaan pasar. Adanya sektor tradisional dan sektor modern menyebabkan adanya
perbedaan tingkat upah yang diterima oleh setiap individu. Penguasaan teknologi menjadi dasar
dalam menghitung upah setiap orang dan pendidikan serta keterampilan yang dimiliki oleh
seseorang dalam bekerja akan menjadi penentu upah bagi masing-masing individu.
Selain itu, ketidaksempurnaan pasar sering kali disebabkan karena kurangnya pengetahuan
masyarakat mengenai keadaan pasar. Para pekerja tidak menyadari tentang adanya kesempatan
kerja yang lebih baik di sektor atau di daerah lain. Para petani tidak mengetahui adanya cara
untuk meningkatkan produksi dan para pengusaha tidak menyadari kemungkinan untuk
mengembangkan pasar dalam negeri maupun luar negeri. Adanya kuasa monopoli dalam

7
perdagangan di sektor tradisional merupakan salah satu contoh ketidaksempurnaan pasar di
negara miskin.
Dalam suatu pasar yang sempurna, para pelaku ekonomi dianggap rasional. Artinya, setiap
orang akan berusaha mencapai tingkat kepuasan maksimum. Pengamatan yang dilakukan di NSB
menunjukkan hasil yang sebaliknya, yaitu masyarakat tidak berusaha untuk mencapai tujuan
tersebut dan tidak responsif pada rangsangan baik yang terjadi dalam pasar. Jadi, dapat diambil
kesimpulan bahwa sikap masyarakat terhadap perkembangan pasar merupakan salah satu faktor
yang menimbulkan ketidaksempurnaan pasar di NSB.
Pengaruh ketidaksempurnaan pasar terhadap tingkat produksi dalam suatu masyarakat dapat
ditunjukkan dengan menggunakan kurva kemungkinan produksi (produstion possibillities
curve), yaitu seperti pada gambar 1.1

Gambar I.I

Kurva AB adalah kurva kemungkinan produksi negara yang tingkat pembangunannya relatif
rendah, sedangkan kurva PQ menggambarkan kurva kemungkinan produksi suatu negara yang
sudah maju. Kurva kemungkinan produksi ini menunjukkan kemampuan maksimum suatu
negara untuk menghasilkan barang industri, barang pertanian atau kombinasi dari golongan
barang tersebut. Apabila gabungan barang industri dan barang pertanian ditunjukkan dalam oleh
salah satu titik pada kurva tersebut, maka keadaan itu berarti bahwa sumber daya di negara
tersebut digunakan secara penuh (full employment). Negara yang lebih maju kemampuan
memproduksinya lebih besar daripada negara yang lebih miskin. Oleh karenanya kurva

8
kemungkinan produksinya (PQ) adalah lebih jauh dari titik O jika dibandingkan dengan kurva
kemungkinan produksi dari negara yang lebih miskin (AB).
Walaupun kemampuan negara yang relatif miskin dalam memproduksi barang pertanian dan
barang industri lebih terbatas, negara yang seperti itu sering kali tidak mampu mencapai batas
produksi maksimalnya. Salah satu sebabnya yang penting adalah karena adanya
ketidaksempurnaan pasar. Pada umumnya tingkat produksi yang dicapai dalam negara yang
relatif miskin adalah pada titik dibawah kurva kemungkinan produksi AB, misalnya pada titik M.
Apabila tingkat produksi seperti yang ditunjukkan oleh titik M, maka keadaan tersebut
menunjukka bahwa walaupun tidak dilakukan perbaikan dalam teknologi, akan tetapi apabila
dilakukan perbaikan dalam bidang institusional dan organisasi produksi, jumlah produksi dapat
diperbesar lagi. Berarti tingkat produksi yang baru akan ditunjukkan oleh titik-titik yang terletak
lebih dekat dari kurva AB atau pada kurva itu. Keadaan yang baru ini misalnya adalah seperti
yang ditunjukkan oleh titik N1 atau N2 yang berarti bahwa tingkat produksi nasional telah
bertambah tinggi. Titik N1 meunjukkan bahwa tingkat produksi barang pertanian menjadi lebih
tinggi, sedangkan titik N1 menggambarkan bahwa pertambahan produksi yang terjadi di sektor
industri.[2]

Negara miskin, selain kemampuannya dalam memproduksi produk pertanian dan produk
industri yang masih relatif terbatas, juga seringkali tidak mampu mencapai batas produksi yang
maksimal. Salah satu penyebabnya adalah karena adanya ketidaksempurnaan pasar. Di samping
adanya beberapa pengaruh negatif dari adanya dualisme sosial terhadap pembangunan,
selanjutnya sering dinyatakan pula bahwa adanya dualisme dalam tingkat teknologi yang
digunakan dapat menimbulkan dua keadaan yang mungkin mempengaruhi lajunya tingkat
pembangunan ekonomi.
 Pertama, dualisme teknologi terlahir sebagai akibat dari perusahaan modal asing atas sektor
modern, sebagian besar dari keuntungan yang diperoleh dari modal asing akan dibawah ke luar
negeri.
 Kedua, dualisme teknologiakan membawa tiga dampak negatif, yaitu: membatasi kemampuan
sektor modern dalam menciptakan kesempatan kerja, membatasi kemampuan sektor pertanian
untuk berkembang, memperburuk masalah pengangguran.

9
Jika hambatan hambatan-hambatan yang ditimbulkannya terhadap perkembangan
kesempatan kerja dan perkembangan sektor pertanian, dan terdapatnya kemungkinan untuk
mempercepat perkembangan produksi diposisikan sederajat, kemudian perbandingan efek
positif dan negatif yang ditimbulkan, maka dualisme teknologi tidaklah salah dan tidak
memperkukuh kemiskinan yang ada di NSB (negara sedang berkembang). Tanpa adanya sektor
modern, NSB mungkin akan mengelami pertumbuhan yang lebih lambat daripada yang telah
dicapainya pada masa lalu.

2.3 Pengaruh Dualisme Sosial dalam Pembangunan Perekonomian Indonesia


Tahun 1910, seorang ekonom Belanda, J.H Boeke menyatakan bahwa pemikiran
ekonomi Barat tidak dapat diterapkan dalam memahami permasalahan perekonomian negara-
negara jajahan (tropis) tanpa suatu “modifikasi” teori. Jika ada pembagian secara tajam,
mendalam dan luas yang membedakan masyarakat menjadi dua kelompok, maka banyak
masalah sosial dan ekonomi yang polanya sangat berbeda dengan teori ekonomi Barat sehingga
pada akhirnya teori tersebut akan kehilangan hubungannya dengan realitas dan bahkan
kehilangan nilainya. Boeke menganggap bahwa prokondisi dari dualismenya adalah hidup
berdampingannya dua sistem sosial yang berinteraksi hanya secara marginal melalui hubugan
yang sangat terbatas antara pasar produk dan pasar tenaga kerja.

bentuk yang paling sering diketemukan dari dualisme sosial adalah di mana sistem
kapitalisme barat yang di impor melakukan penetrasi ke dalam masyarakat agraris prakapitalis,
dan di mana sistem sosial yang asli tetap dapat bertahan dan tidak dapat mengadopsi prinsip-
prinsip kapitalistik dalam praktek

Menurut Teori dualisme sosial JH. Boeke; bahwa pertanian di Indonesia terdiri dari perkebunan
besar dan perkebunan rakyat. Terdapat perbedaan tujuan berusaha antara masyarakat barat dan
timur yaitu antara tujuan ekonomi dan kebutuhan-kebutuhan sosial. Orang Timur itu mempunyai
tujuan hidup yang berbeda dengan orang Eropa. Mereka hanya hidup untuk bersenang-senang.
Apabila kebutuhan pokoknya sudah terpenuhi maka dia tidak perlu susah payah lagi untuk
bekerja.

Perbedaan tersebut karena sebagai akibat penjajahan penjajahan orang barat. Apabila tidak
terjadi kedatangan orang-orang barat mungkin sistem Pra-kapitalisme Indonesia dan dunia timur
pada umumnya pada suatu waktu akan berkembang menuju sistem atau tahap kapitalisme. Akan
tetapi sebelum perkembangan kelembagaan-kelembagaan dan social menuju ke arah sama,
penjajah dengan sistem kapitalismenya masuk ke dunia timur.

10
BAB III

KESIMPULAN

Dualisme adalah dua keadaan yang berbeda dimana satu keadaan bersifat superior dan
keadaan lainnya bersifat inferior yang hidup berdampingan pada ruang dan waktu yang sama.
Dualisme sendiri terdiri dari berbagai macam aspek, seperti :
1. Dualisme Sosial
2. Dualisme Ekologis
3. Dualisme Teknologi
4. Dualisme Finansial
5. Dualisme Regional
Negara miskin, selain kemampuannya dalam memproduksi produk pertanian dan produk
industri yang masih relatif terbatas, juga seringkali tidak mampu mencapai batas produksi yang
maksimal. Salah satu penyebabnya adalah karena adanya ketidaksempurnaan pasar. Di samping
adanya beberapa pengaruh negatif dari adanya dualisme sosial terhadap pembangunan,
selanjutnya sering dinyatakan pula bahwa adanya dualisme dalam tingkat teknologi yang
digunakan dapat menimbulkan dua keadaan yang mungkin mempengaruhi lajunya tingkat
pembangunan ekonomi.
 Pertama, dualisme teknologi terlahir sebagai akibat dari perusahaan modal asing atas sektor
modern, sebagian besar dari keuntungan yang diperoleh dari modal asing akan dibawah ke luar
negeri.
 Kedua, dualisme teknologi akan membawa tiga dampak negatif, yaitu: membatasi kemampuan
sektor modern dalam menciptakan kesempatan kerja, membatasi kemampuan sektor pertanian
untuk berkembang, memperburuk masalah pengangguran.

Jika hambatan hambatan-hambatan yang ditimbulkannya terhadap perkembangan


kesempatan kerja dan perkembangan sektor pertanian, dan terdapatnya kemungkinan untuk
mempercepat perkembangan produksi diposisikan sederajat, kemudian perbandingan efek
positif dan negatif yang ditimbulkan, maka dualisme teknolog tidaklah salah dan tidak
memperkukuh kemiskinan yang ada di NSB (negara sedang berkembang). Tanpa adanya sektor

11
modern, NSB mungkin akan mengelami pertumbuhan yang lebih lambat daripada yang telah
dicapainya pada masa lalu.

12
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincoln. 1999. Ekonomi Pembangunan. Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
YKPN
Drs. Irawan M.B.A. 2002. Pengantar Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: BPEE-YOGYAKARTA.
Masalah Dualisme. http://id.scribd.com/doc/44314508/Masalah-Dualisme. Di akses tanggal 21-02-2013,
jam 11.40
Wiryatullah, Imam. Ekonomi Dualistik. http://www.slideshare.net/imamwiryatutah/ekonomi-dualistik-
pptx. diakses tanggal 23-03-2013, jam 10.53

13

Anda mungkin juga menyukai