Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

EKONOMI PEMBANGUNAN ( MASALAH DUALISME )

Disusun oleh :

1. Ika Bela Nur Hikmah EM18102209


2. Indah Apriliani EM18102215

UNIVERSITAS PANDANARAN
Jl. Banjarsari Barat No. 1, Pedalangan,Kec. Banyumanik,Semarang

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr. Wb

Alhamdulilah kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan
rahmat, taufik, dan hidayah nya kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah
Ekonomi Pembangunan tentang Masalah Dualisme.
Sholawat dan salam kami curahkan kepada nabi besar Muhammad SAW, karena
beliaulah satu-satunya nabi yang mampu mengubah dunia dari zaman kegelapan
menuju zaman terang benderang yakni agama islam.
Kiranya makalah ini masih sangat jauh dari kata kesempurnaan oleh karena itu kami
menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun demi memperbaiki isi dari
makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan khususnya bagi penulis dan pembaca serta ridho dari Allah SWT.

Wassalamualaikum, Wr. Wb

Semarang, 25 Desember 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ........................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar elakang ......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
1.3 Tujuan Masalah...................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dualisme .............................................................................................. 3
2.2 Macam- Macam Dualisme................................................................................. 4
2.2.1 Dualisme Sosial...................................................................................... 4
2.2.2 Dualisme Ekologi................................................................................... 5
2.2.3 Dualisme Teknologi............................................................................... 5
2.2.4 Dualisme Finansial................................................................................. 6
2.2.5 Dualisme Regional................................................................................. 6
2.3 Pengaruh Dualisme dalam Pembangunan Perekonomian Indonesia................. 7
2.4 Kasus Dualisme di Negara Berkembang “Dualisme Ekonomi
Keterkaitannya Terhadap Globalisasi Pertanian dan Konflik Sumber
daya Alam Yang Muncul di Indonesia”................................................................ 9
2.4.1 Globalisasi Pertanian............................................................................. 9
2.4.2 Konflik Sumber Daya Alam di Riau sepanjang tahun 2008................ 11

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan............................................................................................................ 12
3.2 Saran....................................................…………............................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dualisme adalah konsep filsafat yang menyatakan ada dua substansi. Dalam
pandangan tentang hubungan antara jiwa dan raga, dualisme mengklaim bahwa
fenomena mental adalah entitas non-fisik. Gagasan tentang dualisme jiwa dan raga
berasal setidaknya sejak zaman Plato dan Aristoteles dan berhubungan dengan
spekulasi tantang eksistensi jiwa yang terkait dengan kecerdasan dan kebijakan. Plato
dan Aristoteles berpendapat, dengan alasan berbeda, bahwa "kecerdasan" seseorang
(bagian dari pikiran atau jiwa) tidak bisa diidentifikasi atau dijelaskan dengan fisik.
Versi dari dualisme yang dikenal secara umum diterapkan oleh René Descartes
(1641), yang berpendapat bahwa pikiran adalah substansi nonfisik. Descartes adalah
yang pertama kali mengidentifikasi dengan jelas pikiran dengan kesadaran dan
membedakannya dengan otak, sebagai tempat kecerdasan. Sehingga, dia adalah yang
pertama merumuskan permasalahan jiwa-raga dalam bentuknya yang ada sekarang.
Dualisme bertentangan dengan berbagai jenis monisme, termasuk fisikalisme dan
fenomenalisme. Substansi dualisme bertentangan dengan semua jenis materialisme,
tetapi dualisme properti dapat dianggap sejenis materilasme emergent sehingga akan
hanya bertentangan dengan materialisme non-emergent. Selain itu, Dualisme juga
merupakan suatu keadaan di mana “sang superior” hidup berdampingan dengan
“sang inferior” namun tidak memiliki hubungan yang erat, tidak akan mati dengan
sendirinya oleh karena alasan waktu, bahkan jurang pemisah antara “sang superior”
dan “sang inferior” makin terbuka lebar seiring perkembangan zaman. Dualisme
dapat dipandang dari berbagai kasanah, seperti sosial, teknologi, geografi (kawasan),
dan ekonomi. Dalam hal ini yang akan dibahas adalah dari sudut pandang ekonomi.
Teori dualisme pertama kalinya dikemukakan oleh seorang ekonom Belanda, J.H.
Boeke. Teorinya berasal dari suatu fenomena di mana konsep ekonomi Barat yang
dibawa dan diterapkan oleh para penjajah ternyata tidak mampu untuk
mensejahterakan rakyat jajahannya (dalam hal ini rakyat Indonesia). Dalam artian
mengalami kegagalan.
Negara eks jajahan (sekarang bisa disebut negara sedang berkembang) memiliki pola
dan sistem sosial yang berbeda dengan negara Barat. Pada awalnya pola dan sistem
sosial Barat memiliki daya penetrasi yang cukup kuat untuk masuk ke dalam sistem
sosial negara jajahannya. Keduanya hidup berdampingan antara sistem sosial liberal
Barat dengan sistem sosial lokal negara jajahan (dalam hal ini Indonesia). Tetapi
memang pada dasarnya adalah berbeda, tidak mungkin untuk disama- samakan
Penetrasi yang dilakukan ternyata tidak (bisa dibaca: kurang) bermakna dan
menyokong satu dengan lainnya.
Sang superior dan inferior yang dimaksud dalam dualisme ekonomi Indonesia adalah
industri dan pertanian. Industri diagung-agungkan oleh kebanyakan pihak, dipandang
sebagai penggerak utama perekonomian bangsa, sementara sektor pertanian
(kerakyatan), sang soko guru ekonomi, hanya dipandang sebelah mata atau mungkin
tidak dipandang sama sekali.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari dualisme dan dualisme pembangunan?
2. Adakah jenis-jenis dari dualisme tersebut?
3. Bagaimana pengaruh dualisme dalam pembangunan ekonomi di Indonesia?
4. Bagaimana Kasus Dualisme di Negara Berkembang ?

1.3 Tujuan
1. Memberikan penjelasan mengenai dualisme dalam perekonomian.
2. Memberikan jenis jenis dualisme yang ada dalam sistem perekonomian.
3. Menjelaskan pengaruh dualisme dalam pembangunan ekonomi di Indonesia.
4. Mengetahui kasus dualisme di negara berkembang

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dualisme

Dualisme merupakan suatu konsep yang sering dibicarakan dalam ekonomi


pembangunan, terutama jika kita membicarakan tentang kondisi sosial-ekonomi
NSB. Konsep ini menunjukan adanya perbedaan antara bangsa-bangsa kaya dan
miskin, dan perbedaan antara berbagai golongan masyarakat yang semakin
meningkat. Pada dasarnya, konsep dualisme mempunyai empat karakteristik
pokok, yaitu :

1. Dua keadaan yang berbeda dimana satu keadaan bersifat “superior” dan
keadaan yang lainnya bersfat “inferior” yang bisa hidup berdampingan pada
ruang dan waktu yang sama.
2. Kenyataan hidup berdampingannya dua keadaan yang berbeda tersebut
bersifat kronis dan bukan transisional.
3. Derajat superioritas atau inferioritas itu tidak menunjukkan kecenderungan
yang menurun, bahkan terus meningkat.
4. Keterkaitan antara unsur superior dan unsur inferior tersebut menunjukkan
bahwa keberadaan unsur superior tersebut hanya berpengaruh kecil sekali atau
bahkan tidak berpengaruh sama sekali dalam mengangkat unsur inferior.
Bahkan kenyataannya, unsur yang superior tersebut sering kali justru
menyebabkan timbulnya kondisi keterbelakangan (under development).

Setelah mengetahui konsep konsep dari dualisme, berikut ini adalah beberapa definisi
dari para ahli mengenai Dualisme :

1. J.H Boeke (1953)

Dualisme disini berarti dalam waktu yang sama didalam masyarakat terdapat dua
gaya sosial yang jelas berbeda satu sama lain, dan masing-masing berkembang secara
penuh serta saling mempengaruhi.

3
2. Bachirawi Sanusi (2004)

Dualisme merupakan himpunan masyarakat yang berbeda yang memungkingkan


pihak yang termasuk superior dan inferior hidup berdampingan disuatu tempat yang
sama.

3. Drs. Irawan M.B.A (2002)

Dualisme Ekonomi yaitu kegiatan ekonomi dan keadaan ekonomi serta keadaan
yang lain dalam suatu masa tertentu, atau dalam suatu sektor ekonomi tertentu yang
memiliki sifat tidak seragam.

Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa dualisme adalah dua keadaan yang berbeda
dimana satu keadaan bersifat superior dan keadaan lainnya bersifat inferior yang
hidup berdampingan pada ruang dan waktu yang sama. Dengan adanya dua keadaan
yang berbeda ini tentunya akan memiliki pengaruh tersendiri bagi suatu negara yang
secara tidak langsung menganut sistem dualisme ekonomi ini.

2.2 Macam- Macam Dualisme

Setelah mengetahui konsep dualisme, maka dualisme sendiri dapat dibagi


menjadi beberapa jenis. Hal ini didasari pada dalam aspek apa dualisme tersebut
berkembang. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai macam-macam dualisme.

2.2.1 Dualisme Sosial

Tahun 1910, seorang ekonom Belanda, J.H Boeke menyatakan bahwa pemikiran
ekonomi Barat tidak dapat diterapkan dalam memahami permasalahan perekonomian
negara-negara jajahan (tropis) tanpa suatu “modifikasi” teori. Jika ada pembagian
secara tajam, mendalam dan luas yang membedakan masyarakat menjadi dua
kelompok, maka banyak masalah sosial dan ekonomi yang polanya sangat berbeda
dengan teori ekonomi Barat sehingga pada akhirnya teori tersebut akan kehilangan
hubungannya dengan realitas dan bahkan kehilangan nilainya. Boeke menganggap
bahwa prokondisi dari dualismenya adalah hidup berdampingannya dua sistem sosial
yang berinteraksi hanya secara marginal melalui hubugan yang sangat terbatas antara
pasar produk dan pasar tenaga kerja.

Prinsip pokok tesis Boeke adalah pembedaan antara tujuan kegiatan ekonomi di
Barat dan di timur secara mendasar. Ia mengatakan bahwa kegiatan ekonomi di Barat
berdasarkan pada rangsangan kebutuhan ekonomi, sedangkan Indonesia disebabkan

4
oleh kebutuhan-kebutuhan sosial. Suatu masyarakat yang memiliki dua sistem sosial
atau lebih disebut masyarakat dualistik atau majemuk. Dalam masyarakat dualistik,
ada dua sistem sosial yang hidup secara berdampingan dimana yang satu tidak dapat
sepenuhnya menguasai yang lainnya, demikian sebaliknya.

Keadaan ini disebabkan oleh adanya sistem sosial yang lebih modern terutama
berasal dari negara-negara Barat yang kemudian berkembang di negara lain sebagai
akibat dari adanya penjajahan dan perdagangan internasional sejak abad yang lalu.

2.2.2 Dualisme Ekologi

Menurut Clifford Geertz (1963), dualisme ditandai perbedaan-perbedaan dalam


sistem ekologis. Hal ini membentuk pola-pola sosial dan ekonomi tertentu yang
menyatu didalamnya dan membentuk suatu keseimbangan internal. Geertz
menjelaskan konsepnya tentang dualisme ekologis ini dengan menggunakan kasus
Indonesia. Ia menjelaskan adanya perbedaan antara “Indonesia Dalam” dan
“Indonesia Luar”. “Indonesia Dalam”, dalam hal ini Jawa, merupakan sistem ekologis
padat karya yang ditandai oleh pertanian padi, tebu, dan tanaman lainnya yang
membutuhkan iklim tropis dan semi tropis serta membutuhkan banyak air. Sementara
“Indonesia Luar” ditandai oleh pertanian yang padat modal, seperti : produk tambang,
karet dan kelapa sawit.

Bachirawi Sanusi (2004), Dualisme merupakan himpunan masyarakat yang


berbeda yang memungkinkan pihak yang termasuk superior dan yang inferior hidup
berdampingan disuatu tempat yang sama.

2.2.3 Dualisme Teknologi

Higgins, merupakan salah satu pakar ekonomi yang menolak gagasan Boeke
mengenai dualisme dalam sistem sosial. Menurut Higgins, awal mula dualisme
berasal dari perbedaan teknologi antara sektor modern dan sektor tradisional. Menurut
Higgins, teknologi impor yang digunakan dalam sektor modern bersifat hemat tenaga
kerja (labour saving) sehingga modal lebih banyak digunakan. Keadaan ini
berbanding terbalik dengan keadaan sektor tradisional yang ditandai oleh penggunaan
metode produksi yang padat tenaga kerja. Kurangnya pembentukan modal pada sektor
tradisional menyebabkan perkembangan sektor ini sangat terbatas.

Dualisme teknologi adalah suatu keadaan dimana didalam suatu kegiatan


ekonomi tertentu digunakan teknik produksi yang berbeda dengan kegiatan ekonomi
lainnya sehingga menyebabkan perbedaan tingkat produktivitas yang sangat besar,
dalam hal ini teknologi modern sangat berperan penting.

5
Teknologi modern yang dimaksud diatas berkisar pada sektor industri
pertambangan, industri transportasi dan sebagainya. Sedangkan kegiatan ekonomi
yang tingkat teknologinya masih rendah yaitu : pertanian, industri rumah tangga,
organisasi produksi tradisional dan lain lain.

2.2.4 Dualisme Finansial

Myint (1967) meneruska studi Higgint mengenai proses terjadinya dualisme.


Dalam analisis Myint, beliau mengemukakan mengenai dualisme finansial. Hal ini
pun merujuk pada pengertian bahwa pasar uang dalam negara jajahan (NSB)
dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu pasar uang yang terorganisir dengan baik
(organized money market) dan pasar uang yang tidak terorganisir (unorganized
money market).

Pasar uang yang terorganisir dengan baik terdiri dari bank-bank komersial dan
lembaga-lembaga keuangan non-bank. Lembaga ini terdapat di pusat-pusat bisnis dan
kota-kota besar, serta memiliki tujuan untuk menyediakan pinjaman kepada
perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan tanaman ekspor dan
pertambangan. Namun setelah NSB mencapai kemerdekaan, pemerintah mengadakan
usaha yang sifatnya mendorong lembaga-lembaga keuangan modern untuk
memberikan pinjaman kepada sektor ekonomi lainnya, terutama sektor industri dan
pertanian rakyat.

Sedangkan dalam keadaan sebaliknya, tidak ada lembaga keuangan formal seperti
bank atau lembaga keuangan non-bank. Contohnya seperti petani kaya atau rentenir.
Ciri penting dari pinjaman melalui lembaga keuangan informal ini yaitu tingkat biaya
yang sangat tinggi. Namun, karena lembaga informal ini merupakan satu satunya
penyalur dana, para petani menyukainya karena prosedur peminjaman dananya yang
tidak terlalu rumit.

2.2.5 Dualisme Regional

Dualisme regional adalah ketidakseimbangan tingkat pembangunan antar


berbagai daerah dalam satu negara. Konsep dualisme regional ini tidak hanya terjadi
di NSB saja. Perbedaannya, ketidakseimbangan yang terjadi pada negara maju
tidaklah separah yang terjadi di NSB.

Dualisme regional ini memusatkan perhatiannya pada masalah kesenjangan yang


terjadi pada kesejahteraan antar daerah. Misalnya, di NSB ada beberapa daerah yang
berkembang sangat pesat sehingga keadaan ekonomi dan sosialnya sudah hampir

6
menyamai negara maju, sedangkan daerah lainnya mengalami perkembangan yang
sebaliknya atau bahkan mengalami kemunduran.

Dualisme regional yang semakin buruk dapat menimbulkan masalah-masalah


sosial dan politik yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi di NSB. Berikut ini
merupakan jenis dari dualisme regional di NSB :
· Dualisme antara daerah perkotaan dan pedesaan.
· Dualisme antara pusat negara, pusat industri dan perdagangan dengan daerah lain
dalam suatu negara.

Dualisme ini merupakan akibat dari investasi yang tidak seimbang antara daerah
perkotaan dan pedesaan. Ketidakseimbangan ini akhirnya menyebabkan kesenjangan
antara perkotaan dan pedesaan semakin besar.

2.3 Pengaruh Dualisme dalam Pembangunan Perekonomian Indonesia

Dualisme terkait sekali dengan adanya dua kekuatan berbeda yang hidup
berdampingan dalam waktu yang sama. Dalam uraian diatas telah dijelaskan
mengenai beberapa jenis dualisme yang berkembang dalam NSB. Mulai dari sistem
sosial, ekologis, teknologi, finansial sampai regional, semuanya di pengaruhi oleh
sistem dualisme ini.

Akibat adanya dua unsur yang berbeda, tidak dapat dipungkiri bahwa dualisme
ini memberikan efek yang negatif dalam perekonomian yang perkembangannya masih
belum begitu tinggi. Seperti halnya pada negara yang sedang berkembang. Sebagian
besar kegiatan-kegiatan ekonomi pada negara berkembang masih dilaksanakan
dengan menggunakan teknik-teknik yang sederhana dan tradisional. Konsep
tradisional ini tentunya akan membawa dua dampak yang mendasar dalam sistem
perekonomian serta sistem sosial yang ada pada masyarakat. Pertama, dengan sistem
yang masih tradisional produktivitas yang dihasilkan akan rendah. Kedua, terbatasnya
usaha yang menuju ke arah pembaharuan atau perubahan. Adanya sikap takut akan
pembaharuan, akan mengakibatkan produktivitas yang rendah tidak akan mengalami
perubahan dari masa ke masa. Hal ini akan membawa dampak yang kurang baik
terhadap mekanisme pasar, atau yang biasa kita sebut dengan ketidak sempurnaan
pasar.

Dalam pasar yang sempurna, faktor-faktor produksi memiliki mobilitas yang


tinggi dan dapat saling menggantikan satu sama lain. Hal ini tidak terjadi di negara
yang memiliki ketidaksempurnaan pasar. Adanya sektor tradisional dan sektor
modern menyebabkan adanya perbedaan tingkat upah yang diterima oleh setiap
individu. Penguasaan teknologi menjadi dasar dalam menghitung upah setiap orang

7
dan pendidikan serta keterampilan yang dimiliki oleh seseorang dalam bekerja akan
menjadi penentu upah bagi masing-masing individu.

Selain itu, ketidaksempurnaan pasar sering kali disebabkan karena kurangnya


pengetahuan masyarakat mengenai keadaan pasar. Para pekerja tidak menyadari
tentang adanya kesempatan kerja yang lebih baik di sektor atau di daerah lain. Para
petani tidak mengetahui adanya cara untuk meningkatkan produksi dan para
pengusaha tidak menyadari kemungkinan untuk mengembangkan pasar dalam negeri
maupun luar negeri. Adanya kuasa monopoli dalam perdagangan di sektor tradisional
merupakan salah satu contoh ketidaksempurnaan pasar di negara miskin.

Dalam suatu pasar yang sempurna, para pelaku ekonomi dianggap rasional.
Artinya, setiap orang akan berusaha mencapai tingkat kepuasan maksimum.
Pengamatan yang dilakukan di NSB menunjukkan hasil yang sebaliknya, yaitu
masyarakat tidak berusaha untuk mencapai tujuan tersebut dan tidak responsif pada
rangsangan baik yang terjadi dalam pasar. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa
sikap masyarakat terhadap perkembangan pasar merupakan salah satu faktor yang
menimbulkan ketidaksempurnaan pasar di NSB.

Pengaruh ketidaksempurnaan pasar terhadap tingkat produksi dalam suatu masyarakat


dapat ditunjukkan dengan menggunakan kurva kemungkinan produksi (produstion
possibillities curve)
Kurva AB adalah kurva kemungkinan produksi negara yang tingkat
pembangunannya relatif rendah, sedangkan kurva PQ menggambarkan kurva
kemungkinan produksi suatu negara yang sudah maju. Kurva kemungkinan produksi
ini menunjukkan kemampuan maksimum suatu negara untuk menghasilkan barang
industri, barang pertanian atau kombinasi dari golongan barang tersebut. Apabila
gabungan barang industri dan barang pertanian ditunjukkan dalam oleh salah satu titik
pada kurva tersebut, maka keadaan itu berarti bahwa sumber daya di negara tersebut
digunakan secara penuh (full employment). Negara yang lebih maju kemampuan
memproduksinya lebih besar daripada negara yang lebih miskin. Oleh karenanya
kurva kemungkinan produksinya (PQ) adalah lebih jauh dari titik O jika dibandingkan
dengan kurva kemungkinan produksi dari negara yang lebih miskin (AB).

Walaupun kemampuan negara yang relatif miskin dalam memproduksi barang


pertanian dan barang industri lebih terbatas, negara yang seperti itu sering kali tidak
mampu mencapai batas produksi maksimalnya. Salah satu sebabnya yang penting
adalah karena adanya ketidaksempurnaan pasar. Pada umumnya tingkat produksi
yang dicapai dalam negara yang relatif miskin adalah pada titik dibawah kurva
kemungkinan produksi AB, misalnya pada titik M. Apabila tingkat produksi seperti
yang ditunjukkan oleh titik M, maka keadaan tersebut menunjukka bahwa walaupun
tidak dilakukan perbaikan dalam teknologi, akan tetapi apabila dilakukan perbaikan
dalam bidang institusional dan organisasi produksi, jumlah produksi dapat diperbesar
lagi. Berarti tingkat produksi yang baru akan ditunjukkan oleh titik-titik yang terletak
lebih dekat dari kurva AB atau pada kurva itu. Keadaan yang baru ini misalnya adalah

8
seperti yang ditunjukkan oleh titik N1 atau N2 yang berarti bahwa tingkat produksi
nasional telah bertambah tinggi. Titik N1 meunjukkan bahwa tingkat produksi barang
pertanian menjadi lebih tinggi, sedangkan titik N1 menggambarkan bahwa
pertambahan produksi yang terjadi di sektor industri.

Negara miskin, selain kemampuannya dalam memproduksi produk pertanian dan


produk industri yang masih relatif terbatas, juga seringkali tidak mampu mencapai
batas produksi yang maksimal. Salah satu penyebabnya adalah karena adanya
ketidaksempurnaan pasar. Di samping adanya beberapa pengaruh negatif dari adanya
dualisme sosial terhadap pembangunan, selanjutnya sering dinyatakan pula bahwa
adanya dualisme dalam tingkat teknologi yang digunakan dapat menimbulkan dua
keadaan yang mungkin mempengaruhi lajunya tingkat pembangunan ekonomi.

1. Pertama, dualisme teknologi terlahir sebagai akibat dari perusahaan modal asing
atas sektor modern, sebagian besar dari keuntungan yang diperoleh dari modal asing
akan dibawah ke luar negeri.
2. Kedua, dualisme teknologiakan membawa tiga dampak negatif, yaitu: membatasi
kemampuan sektor modern dalam menciptakan kesempatan kerja, membatasi
kemampuan sektor pertanian untuk berkembang, memperburuk masalah
pengangguran.

Jika hambatan hambatan-hambatan yang ditimbulkannya terhadap perkembangan


kesempatan kerja dan perkembangan sektor pertanian, dan terdapatnya kemungkinan
untuk mempercepat perkembangan produksi diposisikan sederajat, kemudian
perbandingan efek positif dan negatif yang ditimbulkan, maka dualisme teknolog
itidaklah salah dan tidak memperkukuh kemiskinan yang ada di NSB (negara sedang
berkembang). Tanpa adanya sektor modern, NSB mungkin akan mengalami
pertumbuhan yang lebih lambat dari pada yang telah dicapainya pada masa lalu.

2.4 Kasus Dualisme di Negara Berkembang “Dualisme Ekonomi Keterkaitannya


Terhadap Globalisasi Pertanian dan Konflik Sumber daya Alam Yang Muncul di
Indonesia”

2.4.1 Globalisasi Pertanian

Globalisasi secara teoritis penuh dengan tuntutan atas negara-negara yang ingin
(dipaksa harus) terlibat, seperti mengendurkan bea masuk, mengendurkan proteksi,
mengurangi subsidi, memangkas regulasi ekspor-impor, perburuhan, investasi, dan
harga, serta melakukan privatisasi atas perusahaan milik negara. Kondisi tersebut
tidak akan banyak membawa produk-produk lokal ke pasar internasional. Sekalipun
perusahaan - perusahaan TNCs (Trans Nasional Cooperations) dibebani
tanggungjawab sosial, namun fenomenanya tidak akan jauh berbeda dengan pola

9
kemitraan atau contract farming yang pada hakekatnya bermodus eksploitasi. Dalam
hal ini Indonesia yang tergolong sebagai negara agraris, masih diliputi oleh konflik ini
namun keterkaitannya terhadap globalisasi pertanian yang marak terjadi.
Genderang globalisasi pertanian di Indonesia sesungguhnya telah dimulai sejak
pemerintah kolonial Belanda menerapkan kebijakan hongitochten, yaitu cara
perdagangan monopoli yang disertai dengan penghancuran kebun-kebun/hutan-hutan
rempah penduduk yang berani menyaingi monopoli perdagangan tersebut (Satari,
1999). Pada tahun1830 globalisasi semakin kentara dengan diterapkannya kebijakan
tanampaksa(cultur stelsel).
Tanah sebagai sumberdaya alam yang penting dikuasai oleh Pemerintah Kerajaan
Belanda yang di desa diwakili Kepala Desa dan dipinjamkan kepada petani, dan
petani harus membayarnya. Pada tahun 1870 Pemerintah Kerajaan Belanda
memberlakukan Undang-Undang Agraria (Agrarische) sebagai pelumas masuknya
modal swasta Eropa sebagai tonggak pertanian modern (estate). Rakyat pedesaan
yang semula merupakan petani mandiri berubah status menjadi buruh perkebunan,
dan berakhir di awal abad ke 19 (VOC bangkrut). Globalisasi pertanian di Indonesia
memuncak pada era 1970-an,ketika program Revolusi Hijau (Green Revolusion)
intens diintroduksikan. Berbagai input luar produk dari perusahaan-perusahaan TNCs
dipaksakan kepada petani untuk diterapkan. Puncaknya tercapai tahun 1985, yaitu
swasembada beras. Setelah itu intensitas dan eskalasi pasar input luar semakin
menggila seiring dengan dikembangkannya konsepsi agri bisnis. Di penghujung abad
20, kebijakan ekonomi makro Indonesia semakin jelas tepolarisasi pada pertumbuhan.
Implikasinya, alokasi sumberdaya untuk pembangunan pertanian tergeser oleh sektor
manufaktur sebagai sektor prioritas. Dengan demikian, pembangunan yang
selayaknya “agriculture-led” menjadi di dominasi oleh pembangunan yang bersifat
“manufacturingindustries-led”.Meningkatnya respon negatif dari berbagai kalangan
atas dampak negatif program Revolusi Hijau tidak lantas membuat TNCs terhenti.
Melalui sosialisasi pada berbagai ruang publik, TNCs pun dapat melangkah dengan
mulus lewat pendekatan Agribisnis. Lewat pendekatan inilah senyatanya TNCs dapat
dengan mudah mengintegrasikan pasar nasional kedalam pasar internasional yang
dikuasai dan dikontrolnya. Melalui pendekatan Agribisnis dominasi TNCs diperhalus
dengan menghadirkan keragaman istilah yang sepertinya berbau pemerataan,seperti
Contrac Farming, Kemitraan (PIR, TRI), Rice Estate, CorporateFarming, dan
sebagainya. Dengan demikian, perbudakan dan pemarginalan petani menjadi tidak
kentara. Secara sosial praktis, TNCs pun menjadi baking para petani berdasi dalam
segala hal. Ini merupakan praktik efisiensi yang perlahan namun pasti akan
menyingkirkan para petani kecil (fenomenanya dapat kita saksikan pada usaha tani
sayuran diDataran Tinggi, poultryshop, dsb).

10
2.4.2 Konflik Sumber Daya Alam di Riau sepanjang tahun 2008

Berdasarkan catatan Badan Pertanahan Nasional (BPN), sedikitnyaada 7.491


konflik agraria yang saat ini sedang ditangani BPN dan Kepolisian Republik
Indonesia. Tingginya konflik ini disebabkan oleh adanya ketimpangan penguasaan
sumber daya alam antara masyarakat yang menggantungkan hidup dari sumber
ekonomi berbasis sumber daya alam (tanah, hutan, perkebunan, jasa lingkungan dll)
dengan penguasaan oleh sektor bisnis, khususnya sektor industri skala besar
perkebunan, kehutanan dan pertambangan, dan penguasaan oleh negara yang masih
menegasikan adanya hak-hak masyarakat adat/lokal (tenurial, tradisional,
ulayat).Untuk konteks di Provinsi Riau, Konflik-konflik tersebut terjadi didominasi
oleh maraknya penguasaan sumber daya alam oleh perkebunan besar kelapa sawit dan
Hutan Tanaman Industri untuk bahanbaku industri bubur dan kertas (pulp dan paper),
disamping untuk kepentingan perlindungan kawasan hutan konservasi dan lindung.
Sepanjang tahun 2008, Scale Up mencatat sedikitnya ada 96 konflik sumber daya
alam, dengan luas lahan konflik 200.586,10 hektar. Wuju dkonflik di lapangan bukan
hanya terjadi antara 2 pihak,melainkan bisa lebih, bahkan pemerintah seringkali juga
sebagai pihak yang langsung terlibat, baik sebagai pemicu maupun dalam posisi
membela salah satu pihak ataupun dengan alasan penegakan hukum positif, seperti
dalam kasus penertiban masyarakat kawasan konservasi.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dualisme adalah dua keadaan yang berbeda dimana satu keadaan bersifat
superior dan keadaan lainnya bersifat inferior yang hidup berdampingan pada ruang
dan waktu yang sama.

Dualisme sendiri terdiri dari berbagai macam aspek, seperti : Dualisme Sosial,
Dualisme Ekologis, Dualisme Teknologi, Dualisme Finansial, Dualisme Regional

Tiga permasalahan pokok yang dihadapi oleh negara sedang berkembangadalah


sebagai berikut: berkembangnya ketidakmerataan pendapatan,kemiskinan, gap atau
jurang perbedaan yang semakin lebar antara negara maju dengan negara sedang
berkembang. Berdasarkan teori J.H. Boeke tentangdualisme ekonomi di negara
berkembang dimana bergantung pada anugerahalami suatu negara terhadap sumber
daya untuk pertumbuhan ekonomi dan pembangunan karena dalam ekonomi
berkembang, modal alami mungkin hanya sumber modal yang tersedia langsung dari
alam. Adapun dikarenakan Indonesia negara agraris maka kasus dualismeekonomi
didominasi atas globalisasi pertanian yang telah dimulai sejakpemerintah kolonial
Belanda menerapkan kebijakan hongitochten, yaitu caraperdagangan monopoli yang
disertai dengan penghancuran kebun/hutan rempahpenduduk yang berani menyaingi
monopoli perdagangan tersebut disingkirkansehingga menimbulkan konflik karena
ketimpangan penguasaan sumber dayaalam. Oleh karena itu untuk meminimalisir
dampak negative dari globalisasi dankonflik pertanian yang terjadi diperlukan upaya
pengembangan agribisnis yang lekat dengan peningkatan pemberdayaan
(empowering) masyarakat agribisnisterutama skala mikro dan kecil dalam suatu
kebijakan yang “berpihak”.
3.2 Saran
Dualisme ekonomi saat ini menjadi hak oleh semua Negara di seluruh dunia yang
sedang berkembang dalam suatu masyarakat. Dengan adanya dualisme
mengakibatkan ketidakmampuan sebagai sumber daya yang ada di NYSB tidak
digunakan secara efesien. Jadi saya menyarankan bahwa sumber daya yang ada di
Indonesia kita harus manfaatkan dengan baik, yaitu dengan adanya dualisme ekonomi
ini kita lakukan pengembangan sumber daya manusia yang ada dan kita harus
manfaatkan dengan baik.

12

Anda mungkin juga menyukai