Oleh :
1. Lalu Pradipta Jaya Bahari (21200012039)
2. Miftahl Ulum (21200012026)
3. Salsabila Ramadani (21200002062)
4. Vera Sari (21200012046)
5. Raras Rachmatul Husna (21200012055)
NIM : 21200012026
Max Weber merupakan seorang ilmuwan yang memiliki pengaruh besar terhadap
perkembangan sosiologi. Max Weber, lahir di Erfurt Jerman pada tahun 1864. Di samping itu,
ayahnya juga seorang ahli hukum yang terlibat aktif dalam partai liberal nasional. sedangkan
ibunya merupakan seorang Calvinis yang taat dan berusaha untuk tidak banyak terlibat dengan
urusan duniawi. Dengan perbedaan karakter orang tuanya itu, akhirnya memberikan pengaruh
terhadap psikologis kepribadian Weber sendiri
Tercatat pada tahun 1882 Max Weber memfokuskan dirinya pada bidang
yurisprudensi (sarjana hukum), dan tepat pada tahun 1884, Max Weber melanjutkan studinya
di Berlin, pada saat itu juga, Max Weber menyandang gelar doktor dan bekerja di pengadilan
Berlin. Tepat pada tahun 1893 Weber diangkat sebagai profesor ekonomi di Freiburg Jerman
dan tiga tahun kemudian ia mendapat kursi serupa di Heidelberg, sampai pada tahun 1918
Weber pensiun dari tugas profesor karena alasan Kesehatan, tepat pada tahun 1920 Weber
menghembuskan nafas terahirnya.
Mengenai agama, Max Weber memberi pendapat bahwa agama merupakan
kepercayaan yang pada akhirnya muncul dan memengaruhi kehidupan kelompok masyarakat
yang ada. Ia juga mengatakan bahwa agama beraneka ragam, diantaranya Islam, Kristen,
Hindu, Budha, Yudaisme dan Jainiseme, dan diantara agama tersebut merupakan agama-
agama keselamatan, meskipun dalam pengaplikasiannya menggunakan cara-cara yang
berbeda sesuai dengan tradisi yang dianutnya.
Weber lebih menekan kajiannya pada tindakan sosial. Yang mana, sesuatu yang
dilakukan tersebut memberikan sebuah pengaruh terhadap orang lain dan tidak lepas dari
adanya keterkaitan dengan orang-orang yang ada di sekitar, serta akan mempengaruhi
terhadap pandangan-pandangannya tentang agama.
Tindakan sosial juga merupakan suatu perilaku, perbuatan seorang individu atau
kelompok dalam upaya pencapaian tujuan dirinya. Tindakan tersebut juga bisa dilakukan
secara berkelompok, sehingga memberikan pengaruh bagi lingkungannya. Max Weber
mengatakan bahwa tindakan sosial berarti sebuah aksi yang dilakukan seseorang yang pada
akhirnya juga memberikan keterkaitan dengan orang-orang yang ada di sekitarnya tersebut.
Salah satu karya Weber yang berjudul The Protestant Ethic and The Spirite of Capitalism.
Mengungkapkan bahwa kapitalisme ialah adanya suatu orientasi pemikiran rasional di
kalangan masyarakat terhadap keuntungan-keuntungan ekonomis. Menurut Weber, suatu
masyarakat dapat disebut masyarakat kapitalis apabila warga masyarakatnya secara sadar
bercita-cita untuk mendapatkan keuntungan atau kekayaan, dan hal ini dianggap sebagai
sesuatu yang bersifat etis. Artinya masyarakat memberikan legitimasi atau pengakuan bahwa
hal itu sifatnya etis dan baik, sehingga menjadi nilai yang Legitimated atau disepakati sebagai
faktor pengikat integrasi kehidupan masyarakat mereka. Dan kapitalisme dipengaruhi oleh
semangat agama itu sendiri. Semangat agama Protestan-lah yang telah mendasari negara Barat dalam
membangun kapitalisme. Dalam bahasa lain, tidak tepat kalua dikatakan bahwa Peradaban Barat saat
ini dibangun di atas reruntuhan nilai-nilai agama, justru nilai-nilai agama itulah yang menjadi pondasi
peradaban Barat yang sebenarnya.
Tesis Weber tersebut terus menjadi inspirasi bagi lahirnya penelitian-penelitian di
Barat dalam konteks relasi antara agama dengan kapitalisme. Hingga kini di Barat riset
tentang etika kerja (khususnya dalam sistem kapitalisme) banyak memfokuskan pada etika
kerja Protestan.
Weber menyimpulkan bahwa semangat kapitalisme modern menjelma karena adanya
etika agama yang lahir dari kandungan agama Kristen Protestan. Agama Protestan dalam hal
ini telah menempati posisi terhormat dan menentukan. Weber ingin memperlihatkan tuntutan
peristiwa tersebut sebagai perpaduan yang harmonis antara nilai-nilai yang rasional dan
irrasional, dua unsur ini saling menemukan dan saling memperkuat. keduanya menemukan
kesesuaian
NIM : 21200002062
Abstrack:
Artikel ini menjelaskan bahwa teori sosiologi agama bisa disebut dengan teori sekularisasi
yaitu keyakinan Ketika masyarakat sudah mulai berkembang. Max Weber yang dilahirkan di
Enfurt (Jerman) pada 1864, dalam diskusinya ia berpendapat tentang proses membangun
sekuler menjadi katalis untuk kepercayaan yang baru daripada adanya kemunduran dalam
keberagamaan.
Pada tahun 1891 Weber melakukan survey empiris tentang situasi para petani di perkebunan
Russia Timur. Dalam meganalisis data ia mendapati dilema dari pemilik kebun. Mereka yang
menjadi pengusaha modern mempekerjakan burhh dengan upah yang murah, tetapi Ketika
merka hidup dengan gaya tradisional akan mempengaruhi ekonomi.
Para pakar menyatakan bahwa jatuhnya Roma disebabkan oleh migrasi massal yang
membawa bencana, sedangkan Weber melihatnya sebagai hasil perubahan sosial secara
bertahap di kerjaan Roma sendiri. Maka para masyarakat dipekerjakan sebagai budak karena
akan menguntungkan dalam bidang industry dan perdagangan.
Untuk sebuah kapitalis kondisi ekonomi politik saja tidak cukup. Apalagi jika ditammbahkan
dengan esai Weber yang terkenal, The Protestan Ethic and the Spirit of Capitalism. Weber
bukanlah yang pertama yang melihat adanya koneksi antara protestan dan kapitalisme. Tapi
dialah yang pertama menginginkan penjelasan yang serius.
Bukanlah secara alami apabila seseorang ingin menghasilkan loebih banyak uang, melainkan
hanya untuk hidup. Untuk hidup dengan cara yang biasa ia lakukan dan dan untuk
memperoleh pengahasilan yang diperlukan untuk hidup.
Weber membuat penemuan menarik selama studinya tentang Konfunsianisme, Hindu, Budha,
Yudaisme, dan Islam. Hal ini dijelaskan oleh Marianne Weber:
Agama berubah dari sihir menjadi doktrin. Setelah hancurnya citra primitive dunia muncul
juga kecenderungan: kecenderungan ke arah rasional penguasa dunia dan satu menjuju mistik
pengalaman. Tapi tidak hanya agama yang menerima batasan dari perkembangan pemikiran
yang meningkat, proses rasionalisasi juga berkembang di beberapa jalur yaitu ekonomi,
negara, hukum, sains dan seni.
Maka dari titik ini proses “kekecewaan” menjadi pusat pemikiran Weber tentang agama.
Dalam tesis Weber menyatakan bahwa kebangkitan budaya modern tidak dapat dijelaskan
tanpa memperhitungkan sejarah agama, hal itu dibenarkan oleh dua paradigma yang telah
diterima dalam agama sejak tahun 1900. Dua rekonstruksi data agama yaitu pra animisme
dan historiografi sangant membantu Weber untuk memahami modernisasi dalam hal agama.
Pendekatan ini terbukti sangat menarik bagi beberapa sarjana Jerman, yang sebagian besar
menolak gagasan bahwa sejarah diatur oleh hukum alam objektif dan lebih suka focus pada
dimensi subjektif, budayanya.
Dissecting “Action”: Motivation Versus Meaning, Rationality Versus Correctness
Weber membedah kategori tindakan untuk memasukkan paradigma baru sejarah agama ke
dalam proyeknya. Weber juga mengatakan bahwa Tindakan termasuk pelanggaran dan
persetujuan dan merupakan perilaku yang dapat dijangkau suatu objek. Simmel juga
membedakan pemahaman makna Tindakan dari pemahaman motif seseorang.
Yang dimaksud Weber dari komunitas dan kebalikannya, masyarakat, sudah diklarifikasi
oleh Klaus Lichtblau. Weber membutuhkan gagasan yang menjelaskan validitas dan
rasionalitas tanpa mengacu pada kebenaran atau motivasi psikologi pribadi. Weber juga
berpendapatr bahwa pemahaman tentang perilaku keagamaan “hanya dapat mencapai sudut
pandang pengalaman subjektif, ide dan tujuan individu yang bersangkutan, singkatnya dari
sudut pandang perilaku keagamaan”
Dalam pandangan Weber, komunitas agama berjalan beriringan dengan munculnya berbagai
pakar agama. Seperti para pendeta, nabi, dan orang-orang pintar lain yang akan menengahi,
memahami dan membangkitkan harapan bagi para pengikut mereka. Kebutuhan tiap
komunitas harus terpenuhi, maka agama menyediakan variasi “apa yang harus disediakan
oleh agama untuk berbagai strata sosial”.
Weber untuk pertama kali ,membuat sketsa analisis agama yang benar-benar membantu
unutk revolusi di bagian komunitas keagamaan dalam bukunya “Economy and Society”.
Yang kemudian ia revisi dan dan memperluas garis besarnya di “Intermediate Reflections”.
Weber menyadari bahwa budaya modern bukanlah budaya yang yang tak bertuhan, seperti
yang dikatakan Marianne Weber dalam bukunya.
Nama : Raras Rahcmatul Husna
NIM : 2120012055