Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Memahami Pandangan Hasan Langgulung Tentang Konsep Mendasar Pendidikan


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Aminatuz Zahroh, M.Pd.I

....

Disusun Oleh:
NESIA ANISA YAHYA
NIM : 2021100012247

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM SYARIFUDDIN
WONOREJO-LUMAJANG
2022
KATA PENGANTAR

ِ ‫ىس ِْم هللا الرَّحْ َم ِن الر‬


‫َّحيْم‬

Puji syukur Alhamdulillah, penulis selalu panjatkan kehadirat Allah SWT hanya atas
rahmat, taufiq serta inayahnya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Sejarah Pertumbuhan Pesantren dan Karakteristiknya ini tanpa suatu halangan apapun.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan limpahkan kepada junjungan Nabi kita
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang
yang di selimuti dengan ilmu pendidikan yang berakhlakul karimah seperti saat ini.
Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini, sehingga tugas ini dapat diselesaikan
dengan baik.
Penulis menyadari bahwa di dalam makalah ini banyak terdapat kesalahan dan sangat
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembimbing maupun pembaca
selalu penulis harapkan.
Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para
pembaca yang tidak pernah puas meneguk manisnya ilmu.

Lumajang,17 Februari 2022


Penulis

NESIA ANISA YAHYA

ii
DAFTAR ISI

COVER......................................................................................................................i

KATA PENGANTAR...............................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................iv

A. LATAR BELAKANG................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH............................................................................2
C. TUJUAN.....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................1

A. KAJIAN TEORI........................................................................................1
B. HUBUNGAN ISLAM DENGAN POLITIK............................................2
C. HUBUNGAN ISLAM DENGAN SOSIAL-BUDAYA............................4
D. HUBUNGAN ISLAM DENGAN PENDIDIKAN...................................7

BAB III PENUTUP

E. KESIMPULAN.........................................................................................13
F. SARAN......................................................................................................13

DAFTATR PUSATKA............................................................................................1

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang harus dijunjung tinggi nilai dan
tujuan luhurnya. Untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan itu sendiri maka
diperlukan adanya sumber ajaran sebagai pedoman dalam proses pembelajaran.
Sumber belajar merupakan segala daya yang dapat dipergunakan untuk kepentingan
proses pembelajaran. Sumber belajar merupakan segala daya yang dapat dipergunakan
untuk kepentingan proses atau aktifitas pengajaran yang baik secara langsung maupun
tidak langsung di luar peserta didik pada saat pengajaran berlangsung.
Pendidikan adalah sebuah lembaga yang didalamnya terdapat unsur antara
pendidik yaitu guru dan siswa sebagai objek yang di didik. Salah satu tugas dari
seorang guru yaitu bagaimana menjadikan kelas pada saat pembelajaran yang nyaman
dan efektif pada saat proses belajar berlangsung. Model pembelajaran merupakan
salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik
secara adiptif maupun generatif. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting
dalam kehidupan. Setiap bentuk aspek pendidikan ditentukan oleh kemajuan
pendidikan. Salah satu bentuk pelaksanaan pendidikan adalah proses belajar mengajar
di madrasah/sekolah yang dilaksanakan oleh tenaga pendidik. Suatu pengajaran akan
bisa disebut berjalan dan berhasil secara baik, manakala pendidik mampu mengubah
diri peserta didik dalam arti yang luas serta mampu menumbuh kembangkan
kesadaran peserta didik untuk belajar, sehingga pengalaman yang diperoleh peserta
didik selama ia terlibat didalam proses pengajaran itu,dapat dirasakan manfaatnya
secara langsung bagi perkembangan pribadinya.1
Salah satu tokoh pendidikan Islam yang memberikan kontribusi besar terhadap
Pendidikan Islam. Konsep pemikiran pendidikan yang dikemukakan oleh Hasan
Langgulung memandang bahwa pendidikan ialah suatu proses spritual, akhlak,
intelektual, dan sosial yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-
nilai, prinsip, dan keteladanan yang ideal dalam kehidupan bertujuan mempersiapkan
kehidupan dunia dan akhirat. Peneliti berdasarkan penomena bahwa pendidikan Islam
sekarang telah kehilangan hakikat dan identitas terhadap tujuan hidup manusia karena
konsep yang dipakai belum bisa mencerminkan nilai Islam terhadap prilaku moral
1
Dr. Sahat Sultoni Dalimunthe, M.A, Filsafat Pendidikan Islam 2018, Yogyakarta
iv
anak bangsa. Hal ini menunjukan bahwa pendidikan Islam melalukan pembenahan
kembali. Sehingga konsep pemikiran Hasan Langgulung, yang merupakan seorang
pakar dan ilmuan yang tidak diragukan lagi kemampuanya dalam bidang pendidikan,
hal ini terbukti dengan banyaknya karya-karya yang beliau yang hasilkan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Siapakah Hasan Langgulung?
2. Bagimana pandangan Hasan Langgulung tentang konsep dasar pendidikan?
3. Bagaiman hubungan Islam dengan pendidikan?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui biografi Hasan Langgulung.
2. Mengetahui Pandangan Hasan Langgulung tentang konsep dasar pendidikan.
3. Mengetahui hubungan Islam dengan pendidikan.

v
BAB II

PEMBAHASAN

A. BIOGRAFI HASAN LANGGULUNG


Tokoh pendidikan yang diteliti dalam tulisan ini bernama lengkap Hasan
Langgulung. Ia dilahirkan di Rappang, Sulawesi Selatan pada hari Sabtu tanggal 16
Oktober 1934 dan meninggal dunia pada hari Jumat tanggal 2 Agustus 2008 di Kuala
Lumpur, Malaysia. Beliau sendiri adalah seorang pakar di bidang pendidikan, filsafat
dan psikologi. Beliau termasuk pemikir yang kreatif dan produktif. Hal ini terbukti
dengan banyaknya tulisan yang telah beliau hasilkan baik yang tertulis dengan bahasa
Inggris, Arab, Melayu atau Indonesia. Sebagai salah seorang pemikir yang cukup
berpengaruh beliau telah memberikan kontribusi yang cukup signifikan bagi
pengembangan pendidikan.2
Hasan Langgulung juga dikenal sebagai figur intelektual pendidikan yang
memiliki integritas tinggi dalam bidang filsafat pendidikan dan psikologi pendidikan,
baik berskala nasional maupun internasional. Ini dipertegas dengan pandangan Azra
yang mengatakan bahwa Hasan Langgulung adalah 17 diantara pemikir yang paling
menonjol dalam barisan pengkaji pemikiran dan teori kependidikan di Indonesia
dewasa ini.3
1. Riwayat Pendidikan Hasan Langgulung
Pendidikannya dimulai dari sekolah formal, yaitu Sekolah Dasar di desa
kelahirannya, Rappang, Ujung Pandang, pada tahun 1943-1949.4 Setelah itu
melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah
Islam di Ujung Pandang pada tahun 1949-1952. Berikutnya dari tahun 1952-1955,
dia melanjutkan pendidikan ke Sekolah Guru Islam Atas, dan masih di Ujung
Pandang. Kamudian dia melanjutkan pendidikannya ke Mesir, yaitu di Islamic
Studies, fakultas Darul 'Ulum, Cairo University, dan tamat pada tahun 1962 dengan
gelar Bachelor of Art (BA). Pendidikan berikutnya dia tempuh di Ein Syam
University, Kairo dari tahu 1963-1964 dan berhasi meraih gelar Diploma of
Education, dan masih pada tahun yang sama (1964), ia juga memperoleh gelar
Diploma dalam bahasa Arab modern dari Institut of Higher Arab Studies, Arab
2
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hal. 90.
3
Nurasyiyah Harahap, “Fitrah Dan Psikologi Pendidikan Menurut Hasan Langgulung (Suatu Pengantar)”,
Rekognisi: Jurnal Pendidikan Dan Kependidikan Vol.1 No.1 Desember 2016, 27-28.
4
Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hal. 341.
vi
League, Kairo. Lalu, pada tahun 1967, dia melanjutkan Program Pascasarjana, di
universitas yang sama Institut of Higher Arab Studies, dan memperoleh gelar MA
dalam bidang psikologi dan mental hygiene. Berikutnya pada tahun 1971,
memperoleh gelar Ph.D dalam bidang psikologi dari University of Georgia,
Amerika Serikat.5
2. Pengalaman dan Karir Hasan Langgulung
Karir profesionalnya diawali di Malaysia di tahun 1971. Adapun bentuk karir
tersebut adalah:
a. Assistant Professor di University of Malaysia, tahun 1971-1972.
b. Assistant Professor di National University of Malaysia, tahun 1971 - 1975.
c. Assosiate Professor di National University of Malaysia, tahun 1976-1986.
d. Professor di National University of Malaysia, tahun 1986-1989.
e. Professor di International Islamic University, tahun 1989.
f. Penulis (wrote and co-authored) 24 buku dalam bidang psikologi,
pendidikan, filsafat dan Islam.
g. Penulis artikel dalam berbagi jurnal di dunia.
Selama hidupnya, dalam bidang akademik, Hasan Langgulung sudah sering
menghadiri berbagai konferensi baik di dalam, maupun di luar negeri, seperti di
Amerika Serikat, Eropa, Timur Tengah, Jepang, Australia, dan sebagainya, selain di
ASEAN itu sendiri.[3] Selain itu, pengalaman dan karier lainnya adalah:
a. Visiting Professor di University of Riyadh, Saudi Arabia, 1977-1978;
b. Research Assistant, di University of Georgia, 1970-1971;
c. Teaching Assistant, di University of Georgia, 1969-1970;
d. Psychological-Consultant, Stanford Research Institute Menla Park,
California.
3. Karya – Karya Hasan Langgulung
Hasan Langgulung adalah termasuk seorang tokoh yang produktif artinya
sebagai seorang tokoh pemikir, beliau banyak menghasilkan karya-karya penting
dalam bidangnya. Beliau yang telah menerbitkan 24 buah buku dalam bidang
Psikologi, Pendidikan, Filsafat dan Islam, juga telah menulis berkenaan dengan
topik-topik tersebut lebih dari 60 buah artikel yang terbit di berbagai jurnal di
dunia, seperti Journal of Social Psychology, Journal of Cross-Cultural Psychology,

5
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan (Jakarta: Pustaka Al-Husna, cet. II, 1989), hal. 407-412
vii
Islamic Quarterly, Muslim Education Quarterly, Dewan Masyarakat, dan lain-lain.
Selain itu, beliau juga menerbitkan beberapa buku dalam bahasa Arab.6
Untuk menyebut karya-karya Hasan Langgulung yang ditulis dalam
berbagai macam persoalan yang berkisar tentang Pendidikan, Psikologi, Filsafat
dan Islam di antara beberapa karyanya, yaitu :
a. Buku Pendidikan Islam: Suatu Analisa Sosio Psilokogikal. Diterbitkan
oleh Putaka Antara, Kuala Lumpur pada tahun 1979.
b. Buku Filsafat Pendidikan Islam (Terj). Diterbitkan di Jakarta oleh
penerbit Bulan Bintang, tahun 1979.
c. Buku Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam. Diterbitkan di
Bandung oleh PT al-Ma’arif pada tahun 1980.
d. Thesis: Al-Murahiq Al-Indonesiy; Ittijahatuh wa Darajatutawafuq
Indahu (Remaja Indonesia; Sikap dan Penyesuaiannya).
e. Disertasi: A Cross-Cultural Study of The Child is Conception of
Situational Causality in India, Western Samoa, Mexico, and The United
States, kemudian diterbitkan oleh Journal of Social Psychology: USA,
1973.

6
Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad ke 21 (Jakarta: Pustaka Al Husna, 1988), halaman
sampul.
viii
B. PANDANGAN HASAN LANGGULUNG TENTANG KONSEP DASAR
PENDIDIKAN
Pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung adalah sebagai berikut:
Suatu proses spritual, akhlak, intelektual, dan sosial yang berusaha
membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai dan prinsip serta teladan ideal
dalam kehidupan yang bertujuan mempersiapkan kehidupan dunia akhirat. Pendidikan
semestinya mampu merangsang tumbuhnya potensi yang ada pada diri setiap peserta
didik, menekankan pada kemampuan manusia memperoleh pengetahuan dengan
mencari pada alam di luar manusia. Pendidikan juga dianggap sebagai proses
transaksi, yaitu proses memberi dan mengambil antara manusia dan lingkungannya.7
Ilmu itu proses memasukkan sesuatu ke kepala orang, dalam makna yang lebih
luas, Hasan Langgulung memberi pengertian bahwa pendidikan yaitu usaha
memindahkan nilai-nilai kebudayaan kepada setiap individu dalam masyarakat,
dengan kata lain, Hasan Langgulung mengatakan pendidikan itu adalah suatu tindakan
(action) yang diserap oleh suatu masyarakat, peradaban atau kebudayaan untuk
memelihara kelanjutan hidup. Hasan Langgulung juga mendefinisikan bahwa
pendidikan yaitu proses untuk mengembangkan dan menemukan kemampuan-
kemampuan (talent) tersembunyi yang ada dalam diri peserta didik.
Hasan Langgulung juga memberi penegasan bahwa pendidikan itu adalah
proses untuk mengubah dan memindahkan nilai- nilai kebudayaan kepada setiap
individu masyarakat. Proses pemindahan tersebut ialah pengajaran, latihan, dan
Pemindahan nilai-nilai melalui pengajaran ialah memindahkan pengetahuan dari
individu kepada individu lain. Pendidikan dalam pandangan Langgulung ini
sebenarnya dapat dilihat dari tiga segi, yaitu :
1. Segi Pandangan Individu
Pendidikan adalah pengembangan potensi-potensi yang tersembunyi dan
terpendam. Dalam hal ini Langgulung mengibaratkan individu itu bagaikan
samudera nan dalam yang penuh dengan mutiara dan bermacam-macam
ikan, tetapi tidak terlihat. Ia masih berada di dasar air, individu itu perlu
dipancing dan digali agar menjadi perhiasan dan makanan bagi
kelangsungan hidup manusia. Bakat atau potensi individu itulah yang
dididik untuk menggali mutiara tersebut dan mengubahnya menjadi

ix
kekayaan yang berlimpah untuk kemakmuran suatu masyarakat. Dalam
istilah lain, berkenaan dengan individu ini, pendidikan adalah proses
memunculkan aspek-aspek tersembunyi yang ada pada peserta didik.
Dengan istilah lain, kemakmuran suatu masyarakat bergantung pada
kesuksesan pendidikannya dalam menggarap kekayaan yang ada pada
setiap individu.
2. Segi Sudut Pandang Masyarakat
Dari segi ini, pendidikan berarti pewarisan kebudayaan dari generasi
sebelumnya kepada generasi setelahnya, agar hidup masyarakat tetap
berkelanjutan. Atau istilah lain, menurut Langgulung, masyarakat memiliki
nilai-nilai budaya yang ingin diwariskan selalu kepada generasi penerus
agar identitas suatu masyarakat tersebut tetap terjaga. Nilai-nilai yang ingin
diwariskan itu bervariasi, ada yang bersifat seni, intelektual, politik, dan
lain-lain.
3. Segi Proses Antara Individu dan Masyarakat
Disimak dari segi proses, maka dalam pandangan Hasan Langgulung
berarti bahwa pendidikan itu adalah proses take and give antara manusia
dan lingkungan sekitar, dalam rangka menciptakan dan mengembangkan
keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan guna mengubah dan
memperbaiki kekurangan kondisi-kondisi kemanusiaan dan lingkungannya.
Dalam istilah lain Langgulung katakan bahwa pendidikan ialah interaksi
antara potensi dan budaya, di mana kedua proses ini berjalan beriringan,
saling mengisi satu sama lain.8

Selanjutnya, dikatakan oleh Langgulung bahwasanya dalam bahasa Arab


terdapat beberapa istilah yang mengandung arti pendidikan, yaitu ta’līm, tarbiyyah dan
ta’dīb. Langgulung lebih cenderung memakai diksi ta’dīb untuk menggambarkan arti
pendidikan. Menurutnya, kata ta’līm terlalu sempit, karena hanya bermakna mengajar
suatu ilmu kepada seseorang (kognitif), sedangkan kata tarbiyyah terlalu luas
cakupannya, termasuk mendidik binatang dan tumbuh-tumbuhan dalam pengertian
memelihara, mengembang-biakkan, dan sebagainya. Sementara kata ta’dīb,
menurutnya mengajar tidak hanya terbatas pada transformasi pengetahuan, tetapi juga

8
Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Pustaka Al-Husna Baru, 2003), 413
x
mendidik seseorang menjadi sosok manusia yang sempurna. Selain itu, cakupan
pendidikan yang terkandung kata ta’dīb lebih spesifik untuk manusia.9

Hasan Langgulung juga menyatakan bahwa pendidikan ialah latihan. Latihan


berarti seseorang melakukan pembiasaan tatkala melakukan pekerjaan tertentu guna
memperoleh kemahiran di dalam pekerjaan tersebut. Misalnya seseorang melatih
menyetir mobil, bermain bola dan sebagainya. Dalam latihan ini seseorang tidak
dimestikan mengetahui sebab-sebab mobil itu berjalan, yang perlu diketahui misalnya
yaitu menginjak gas, agar mobil bisa berjalan.

Hal tersebut menunjukkan bahwa makna pendidikan dalam pandangan


Langgulung tidak hanya terbatas pada pemindahan pengetahuan seperti tergambar
pada makna pertama, melainkan juga menekankan aspek pembiasaan dan latihan.
Proses pembiasaan dan latihan ini akan mengantarkan anak didik sampai pada
keterampilan (psikomotor). Dalam konteks Pendidikan Islami, keterampilan dimaksud
adalah kemampuan melakukan sesuatu berdasarkan nilai-nilai ajaran Islam. Pendapat
Langgulung ini sangat relevan dengan metode Pendidikan Islami yang dicontohkan
Rasulullah dalam mendidik sahabatnya dengan metode latihan dan pembiasaan.10

Pendidikan juga memiliki makna sebagai penanaman nilai. Dalam hal ini,
Langgulung berpandangan bahwa pendidikan juga bermakna penanaman suatu nilai
tertentu ke dalam diri seseorang. Penanaman nilai ini merupakan perwujudan
penekanan pada ranah afektif dalam pembelajaran, yakni ranah kesadaran dan
penghayatan nilai-nilai Pendidikan Islami.11

9
Hasan Langgulung, Kreatifitas dan Pendidikan Islam: Analisis Psikologi dan Falsafah, (Jakarta: Pustaka Al-
Husna, 1991), 75
10
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), 217
11
Zainul Arifin dan Hasan Langgulung, Modernisasi Pendidikan Islam, (Medan: IAIN Sumatera Utara, 1996),
25
xi
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dapat diambil benang merah bahwa :
Yang pertama, Hasan Langgulung Tokoh pendidikan yang dilahirkan di
Rappang, Sulawesi Selatan pada hari Sabtu tanggal 16 Oktober 1934. Beliau sendiri
adalah seorang pakar di bidang pendidikan, filsafat dan psikologi. Beliau termasuk
pemikir yang kreatif dan produktif. Hal ini terbukti dengan banyaknya tulisan yang
telah beliau hasilkan. Sebagai salah seorang pemikir yang cukup berpengaruh beliau
telah memberikan kontribusi yang cukup signifikan bagi pengembangan pendidikan
Yang kedua, pandangan Hasan Langgulung tentang pendidikan merupakan
suatu proses menyiapkan generasi penerus untuk mengisi peranan memindahkan
pengetahuan dan nilai-nilai pada Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia
untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat. Pendidikan tidak hanya
sekedar transfer of knowledge, tetapi juga transfer of value dan berorientasi dunia
akhirat (teosentris dan antroposentris), sebagai tujuannya.

xii
DAFATAR PUSTAKA

Sultoni Dalimunthe Dr. Sahat, M.A, Filsafat Pendidikan Islam 2018, Yogyakarta

Azra Azyumardi, Pendidikan Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999)

Harahap Nurasyiyah, “Fitrah Dan Psikologi Pendidikan Menurut Hasan Langgulung


(Suatu Pengantar)”, Rekognisi: Jurnal Pendidikan Dan Kependidikan Vol.1
No.1 Desember 2016.

Nata Abuddin, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat (Jakarta: Rajawali Pers, 2013)

Langgulung Hasan, Manusia dan Pendidikan (Jakarta: Pustaka Al-Husna, cet. II, 1989)

Langgulung Hasan, Pendidikan Islam Menghadapi Abad ke 21 (Jakarta: Pustaka Al


Husna, 1988)

Langgulung Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Pustaka Al-Husna Baru,


2003)

Langgulung Hasan, Kreatifitas dan Pendidikan Islam: Analisis Psikologi dan Falsafah,
(Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1991

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002)

Arifin Zainul dan Hasan Langgulung, Modernisasi Pendidikan Islam, (Medan: IAIN
Sumatera Utara, 1996)

xiii

Anda mungkin juga menyukai