Anda di halaman 1dari 50

Tugas Keperawatan Medikal Bedah 3

“PBL KASUS SISTEM INTERGUMEN”

Dosen Pembimbing :
Ns. Sitti Fatimah M. Arsad , M.Kep
OLEH
KELOMPOK 2

YOHANES M. HARTOWIYONO (841422169)


FERTIAN ANTON YUNUS (841422157)
FERON LADIKU (841422177)
DANDY EKO PRATAMA (841422152)
INDRA WAHYU PRATAMA DAI (841422165)
LILLA PUJIARSIH ABDULLAH (841422173)
NURYATI HARUN (841422161)
NURMAWATI (841422190)
NINDI HARDIYANTI M. HARUN (841422148)
RAJIMAN (841422144)
SARTIKA BACHMID (841422185)
YUSRIL D. LATINAPA (841422181)

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM NON REGULER


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022
KATA PENGANTAR
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik serta petunjuk-Nya, sehingga kami bisa menyelesaikan
pembuatan Asuhan Keperawatan ini dengan judul “ PBL Kasus Sistem Intergumen”.
Shalawat serta salam kita panjatkan kepada baginda Rasulullah SAW yang kita nanti
– nantikan syafa’atnya di akhirat. Kemudian kami juga mengucapkan terima kasih kepada
Ns. Siti Fatimah M. Arsad, M.Kep yang telah membimbing kami dalam mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah 3 hingga kami mampu mengerjakan Asuhan Keperawatan
ini dengan baik.
Pada kesempatan ini pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyeselaian Asuhan Keperawatan ini dan teman-teman serta
semua pihak yang tidak bisa kami ucapkan satu-persatu.
Kami sadar makalah ini masih banyak kekeliruan dan kekurangan. Maka besar
kiranya harapan kami untuk mendapatkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan Makalah ini. Dan kami berharap PBL Kasus Sistem Intergumen ini bisa
benar-benar bermanfaat bagi semua pihak.

Gorontalo, November 2022

Kelompok 2
BAB I

PENDAHULUAN

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah menyelasaikan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan telah mampu menjelaskan


tentang penyakit sistem Intergumen.

Skenario 3

“VESIKEL DAN BULA”

Seorang wanita berusia 28 tahun datang ke Rumah Sakit dengan keluhan bercak
kemerahan yang gatal di sertai rasa terbakar dan lepuhan berisi nanah pada lengan kirinya
setelah menggunakan tato henna 3 hari sebelumnya. Sehari setelah penggunaan tatto
henna, timbul rasa gatal dan bercak merah pada tempat tato. Bercak merah yang timbul
kemudia berkembang menjadi lepuhan berisi cairan jernih. Pasien juga mengeluh tidak
nyaman karena nyeri dan rasa terbakar pada lesi kulitnya. Keesokan harinya cairan
lepuhan menjadi keruh karena berisi nana, pasien mempuanyai riwayat alergi terhadap cat
kuku.

Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien baik. Pada lengan bawah
sebelah kiri didapatkan vesikel multiple dan bula di atas makula eritematosa dengan pola
mengikuti pola gambar tato henna. Beberapa vesikel/bula berisi puss, dan ada beberapa
vesikel/bula lainnya yang sudah pecah dan mengeluarkan cairan eksudasi dan
meninggalkan area erosi, kulit normal di sekitar lesi teraba hangat, pemeriksaan TTV
Tekanan Darah 120/80 mmHg, frekuensi Nadi 98x/menit, frekuensi napas 23x/menit, suhu
badan 37,8 C
LEMBAR KERJA MAHASISWA

1. KLARIFIKASI ISTILAH-ISTILAH PENTING


a. Bercak kemerahan
Bercak merah pada kulit disebut sebagai plak kulit, yakni perubahan warna
kulit menjadi merah dengan tekstur permukaan yang halus. Namun pada beberapa
jenis bercak, permukaannya dapat teraba kasar.
b. Gatal
Sensasi tidak nyaman yang menjengkelkan yang menciptakan dorongan untuk
menggaruk yang dapat melibatkan setiap anggota tubuh
c. Nanah
Cairan tebal yang disebabkan oleh infeksi dan berisi sel darah putih dan sel
yang mati, dapat berwarna putih, kuning, merah muda, atau hijau
d. Nyeri
Nyeri adalah suatu kondisi dimana seseorang merasakan perasaan yang tidak
nyaman atau tidak menyenangkan yang disebabkan oleh kerusakan jaringan yang
telah rusak atau yang berpotensi untuk rusak
e. Lesi
Area abnormal jaringan di dalam atau di luar tubuh yang mungkin menjadi
lebih besar atau mengubah penampilan, dan mungkin atau mungkin tidak bersifat
kanker.
f. Alergi
Kondisi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi secara tidak normal terhadap
zat asing.
g. Vesikel multiple
Vesikel adalah sebuah ruang pada sel yang dikelilingi oleh membran sel.
Ruang biasanya ditempati oleh sitoplasma yang terdiri dari organel dan sitosol
sebagai lubang saluran atau wadah transportasi untuk menyimpan dan
mengangkut zat disekitar sel dan ke membran sel
h. Bula
Area kulit tertutup oleh gelembung berisi cairan yang timbul.
i. Cairan eksudasi
Eksudasi adalah keluarnya cairan dari jaringan atau kapiler karena luka atau
inflamasi
2. KATA / PROBLEM KUNCI
a. Bercak kemerahan
b. Gatal
c. Lepuhan berisi nanah
d. Nyeri dan rasa terbakar
e. Mempunyai riwata alergi terhadap cat
f. Lengan bawah terdapat vesikel multiple dan bula
g. Beberapa vesikel dan bula berisi pus
h. Beberapa vesikel dan bula pecah
i. Kulit normal di sekitar lesi teraba hangat
j. TD : 120/80 mmHg
k. Nadi 98 x/menit
l. RR : 23x/menit
m. Suhu 37,8 C
3. MIND MAP

VARICELLA

DERMATITIS ALERGI Cacar air adalah infeksi yang disebabkan


oleh virus Varicella-zoster. Sebagian besar kasusnya
Dermatitis kontak alergi adalah jenis terjadi pada anak-anak di bawah usia 12 tahun.
dermatitis yang berupa efek sitotosik lokal Penyakit ini juga dapat terjadi pada orang dewasa
langsung dari bahan iritan pada sel-sel yang belum pernah terinfeksi. Ketika dialami oleh
epidermis, dengan respon peradangan pada orang dewasa, umumnya gejala dari cacar air akan
dermis. Daerah yang paling sering terkena lebih parah
adalah tangan dan pada individu atopik
menderita gejala yang lebih berat. Secara Cacar air adalah penyakit yang ditandai
definisi bahan iritan kulit adalah bahan yang dengan ruam gatal berisi air. Sebelum gejala lain
menyebabkan kerusakan secara langsung pada MASALAH PADA berkembang, ruam biasanya menetap di tubuh
kulit tanpa proses sensitisasi. SISTEM pengidap selama 7-21 hari. Setelah 48 terinfeksi,
INTERGUMEN pengidap sudah bisa menularkan kepada orang lain,
bahkan sebelum gejala berupa ruam kulit muncul

HERPES ZOOSTER
TINEA VERSICOLOR
Herpes zoster atau cacar ular adalah
Tinea versicolor atau pityriasis versicolor
penyakit yang ditandai dengan timbulnya
adalah penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh
ruam dan bintil berisi air yang disertai nyeri
Malassezia. Malassezia sendiri merupakan jamur
pada salah satu sisi tubuh. Penyakit ini
komensal pada kulit. Tinea zia versicolor terjadi
disebabkan oleh infeksi virus Varicella
ketika terdapat pertumbuhan Malassezia berubah
Zoster, yang juga menjadi penyebab cacar
menjadi filamen patogenik
air.
Penyakit Hematologi
Tanda dan Gejala Dermatitis
Varisela Herpes Zoster Tinea
alergi
Bercak  -
√ 
kemerahan
Gatal  √ √ 
Lepuhan berisi  -
- -
nanah
Nyeri dan rasa  √
√ -
terbakar
Mempunyai  -
riwata alergi - -
terhadap cat
Lengan bawah  -
terdapat vesikel - -
multiple dan bula
Beberapa vesikel  -
dan bula berisi - -
pus

4. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
a. Apa yang menyebabkan bercak kemerahah pada pasien Dermatitis alergi?
b. Apa yang menyebabkan gatal pada pasien Dermatitis Alergi?
c. Mengapa bisa terjadi lepuhan berisi nanah pada pasien Dermatitis Alergi?
d. Bagaimana penatalaksanaan Perawatan kulit pada pasien Dermatitis Alergi?
e. Bagaimana penatalaksanaan keperawatan pencegahan infeksi pada pasien Dermatitis
Alergi?

5. JAWABAN PERTANYAAN
a. Dermatitis kontak adalah peradangan kulit yang ditandai dengan ruam kulit yang gatal
kemerahan, yang timbul akibat iritasi setelah kontak langsung dengan zat tertentu,
atau akibat reaksi alergi terhadap zat tertentu.
b. Dermatitis kontak disebabkan oleh zat yang mengiritasi kulit atau memicu reaksi
alergi. Hal inilah yang membuat munculnya reaksi gatal.

c. Daerah kulit melepuh tiba-tiba dapat muncul karena adanya gesekan antara
permukaan kulit dengan anggota tubuh lainnya. Ketika gesekan ini terjadi secara
terus-menerus, maka permukaan kulit tersebut akan mengalami kerusakan.
Kondisi tersebut memicu munculnya cairan dari kulit dan mendorong regenerasi
kulit yang baru.
d. Perawatan integritas kulit
Observasi
 Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
Terapeutik
 Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering
 Gunakan produk berbahan ringan atau alami dan hipoalergi pada kulit sensitif
 Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
Edukasi
 Anjurkan menggunakan pelembab
 Anjurkna minum air yang cukup
 Anjurkan menggunakan tabir surya
e. Pencegahan Infeksi
Observasi

 Monitor tanda dan gejaa infeksi lokal


Terapeutik
 Batasi jumlah pengunjung
 Berikan perawatn kulit pada area edema
 Pertahankan tekhnik aseptik pada pasien beresiko tinggi
Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
 Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
6. TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA
Setelah pembelajaran ini mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara menentukan
penatalaksanaan keperawatan pada kasus yang telah di berikan.
7. INFORMASI TAMBAHAN
“Pembersihan Luka Dermatitis Atopik dengan cairan Normal Saline”
(Journal Keperawatan, Tavip Dwi Wahyuni,Poltekkes Kemenkes Malang)
8. KLARIFIKASI INFORMASI
Responden yang dilakukan pembersihan luka dengan menggunakan cairan Normal
Salin kondisi luka dermatitis mengalami penurunan derajat inflamasi yang digambarkan
dengan menurunan skor sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan. Hal tersebut
menunjukkan adanya pengaruh pada perbaikan kondisi luka dermatitis sebelum dan
sesudah dilakukan pembersihan luka dengan menggunakan cairan Normal Salin.
Pengukuran kondisi luka dengan metode SCORAD dilakukan 3 hari sekali selama 2 kali.
(Hasil Pengukuran dengan Metode SCORAD dan Foto terlampir) Dari hasil analisa
dengan menggunakan uji Nonparametric Correlations (Spearmen’s rho) pada program
SPSS menunjukkan ada Pengaruh Pembersihan Luka dengan menggunakan Cairan
Normal Salin terhadap Kondisi Luka pada Klien Dermatitis Atopik dengan nilai ( P=
0,000 ). Hal tersebut menunjukkan adanya pengaruh Pembersihan Luka dengan
menggunakan Cairan Normal Salin terhadap Kondisi Luka pada Klien Dermatitis Atopik.
Dalam penelitian ini menunjukkan angka kejadian dermatitis atopik diwilayah kerja
Puskesmas Grati cenderung meningkat dari tahun ke tahun dan cenderung menetap sampai
dewasa (bersifat kronis). Dilihat dari 20 responden 60% responden yang berumur diatas 40
tahun mengalami dermatitis dan 40% dibawah 40 tahun.
Dalam penelitian ini responden yang mengalami dermatitis diberi perlakuan
pembersihan luka dengan menggunakan cairan Normal Salin menunjukkan perkembangan
kondisi luka bagus yang ditandai dengan penurunan derajat inflamasi pada luka dermatitis
yang diukur dengan metode Scorad.
Pemilihan Cairan yang digunakan adalah Cairan Normal salin ini karena cairan ini
merupakan larutan fisiologis, iso osmotik, larutan jernih tak berwarna, steril, bebas
pirogen. Dengan komposisi setiap 1000ml larutan mengandung 9gr Natrium Colorida.
Normal salin dianggap sebagai cairan pencuci luka yang ideal dengan kriteria sebagai
berikut: Non toksik terhadap jaringan tubuh manusia/viable tissue, Efektif terhadap adanya
material organik pada luka seperti
darah, pus, dan jaringan nekrotik, Mampu mengurangi jumlah mikroorganisme di
permukaan luka, Biaya murah dan mudah didapat serta Hipoalergik dan tidak
menimbulkan reaksi sensitivitas. Dari hasil Nonparametric Correlations(Spearmen’s rho)
pada program SPSS menunjukkan ada Pengaruh Pembersihan Luka dengan
menggunakan Cairan NormalSalin terhadap Kondisi Luka pada Klien Dermatitis Atopik
dengan nilai ( P= 0,000).

9. ANALISA & SINTESIS INFORMASI


Berdasarkan tanda dan gejala yang di gambarkan melalui kasus diatas kami dapat
menyimpulkan bahwa kasus diatas merupakan kasus Dermatitis alergi yaitu penyakit
Intergumen yang ditandai dengan munculnya ruam dan kemerahan di area ekstremitas.
Tanda dan gejala yang ada di kasus di atas adalah keluhan bercak kemerahan yang
gatal di sertai rasa terbakar dan lepuhan berisi nanah pada lengan kirinya setelah
menggunakan tato henna 3 hari sebelumnya. Sehari setelah penggunaan tatto henna,
timbul rasa gatal dan bercak merah pada tempat tato. Bercak merah yang timbul kemudia
berkembang menjadi lepuhan berisi cairan jernih. Pasien juga mengeluh tidak nyaman
karena nyeri dan rasa terbakar pada lesi kulitnya. Keesokan harinya cairan lepuhan
menjadi keruh karena berisi nana, pasien mempuanyai riwayat alergi terhadap cat
kuku.Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien baik. Pada lengan bawah
sebelah kiri didapatkan vesikel multiple dan bula di atas makula eritematosa dengan pola
mengikuti pola gambar tato henna. Beberapa vesikel/bula berisi puss, dan ada beberapa
vesikel/bula lainnya yang sudah pecah dan mengeluarkan cairan eksudasi dan
meninggalkan area erosi, kulit normal di sekitar lesi teraba hangat, pemeriksaan TTV
Tekanan Darah 120/80 mmHg, frekuensi Nadi 98x/menit, frekuensi napas 23x/menit, suhu
badan 37,8 C
Dari kasus diatas kami menarik 4 diagnosa keperawatanyaitu :
1. Gangguan Integritas Kulit b.d bahan kimia iritatif d.d :
DS :

 Klien mengeluh bercak kemerahan


 Klien mengeluh gatal disertai rasa terbakar
 Klien mengeluh terdapat Lepuhan berisi nanah pada lengan kirinya setelah
menggunakan tato hena 3 hari sebelumnya
 Klien mengatakan Bercak merah yang timbul kemudian berkembang menjadi
lepuhan berisi cairan jernih

DO :

 Lengan bawah kiri terdapat vesikel multiple dan bula


 Pola mengikuti gambar tato hena

2. Resiko Infeksi b.d peningkatan paparan organisme patogen lingkungan :


Faktor resiko
 Beberapa vesikel atau bula bersi pus
 Beberapa vesikel atau bula sudah pecah dan mengeluarkan cairan eksudat
 Kemerahan
 Nyeri dan rasa terbakar pada lesi kulitnya
10. LAPORAN DISKUSI
BAB I
(KONSEP MEDIS)

A. Definisi
Dermatitis kontak alergi adalah jenis dermatitis yang berupa efek sitotosik
lokal langsung dari bahan iritan pada sel-sel epidermis, dengan respon peradangan
pada dermis. Daerah yang paling sering terkena adalah tangan dan pada individu
atopik menderita gejala yang lebih berat. Secara definisi bahan iritan kulit adalah
bahan yang menyebabkan kerusakan secara langsung pada kulit tanpa proses
sensitisasi (dr. Gede Wirata, 2017).
Dermatitis kontak alergi (DKA) merupakan penyakit kulit yang disebabkan
oleh agen eksternal yang bertindak sebagai antigen atau alergen tertentu, dan
mengahsilkan reaksi imunologi tipe IV yang merupakan reaksi hipersensitivitas tipe
lambat. Reaksi ini cenderung melibatkan kulit di sekitar paparan berada dan bahkan
dapat menyebar di daerah lain pada permukaan kulit.
B. Etiologi
Penyebab alergi tidaklah jelas walaupun tampaknya terdapatpredisposisi
genetik. Predisposisi tersebut dapat berupa pengikatan IgEyang berlebihan, mudahnya
sel mast dipicu untuk begranulasi, ataurespon sel T helper yang berlebihan. Biasanya
penyebab DKA adalahbahan kimia sederhana dengan berat molekul rendah (< 1000
Dalton),disebut sebagai hapten, bersifat lipofilik, sangat reaktif, dan dapat menembus
stratum korneum sehingga mencapai sel epidermis bagiandalam yang hidup.
Penyebab dermatitis yang sering ditemukan adalah poison ivy atau poison oak dan
bahan-bahan kimia yang terdapat pada perhiasan.
C. Prognosis
Prognosis dermatitis kontak alergi (Dermatitis KA) bergantung pada seberapa
mampu pasien menghindari alergen pencetus. Dermatitis KA dapat bersifat persisten
ataupun rekuren.
D. Manifestasi Klinis
Gejala dermatitis kontak dapat muncul pada bagian tubuh mana pun yang
bersentuhan langsung dengan zat pemicu. Gejala tersebut dapat muncul dalam waktu
beberapa menit hingga beberapa jam setelah kontak terjadi, dan dapat berlangsung
selama 2–4 minggu.
Berikut ini adalah beberapa gejala umum dermatitis kontak:
1. Muncul ruam kemerahan
2. Kulit gatal yang dapat terasa parah
3. Kulit kering, bersisik, atau pecah-pecah
4. Muncul bentol atau lepuhan berisi air yang dapat pecah lalu mengering
5. Kulit terasa hangat atau panas
6. Kulit menebal atau menggelap
7. Kulit membengkak
8. Kulit nyeri ketika ditekan
Gejala dermatitis kontak dapat bervariasi pada setiap penderita, tergantung
penyebab dan sensitivitas kulit terhadap zat pemicu. Penderita juga dapat mengalami
gejala yang berbeda dari waktu ke waktu
E. Klasifikasi
1. Dermatitis Atopik (Eksim)
Kondisi ini adalah penyakit kulit yang ditandai dengan munculnya rasa gatal
secara terus-menerus dan ruam kulit yang memerah. Kondisi ini dimulai pada
masa bayi di mana terjadi ruam merah dan sensasi gatal pada kulit menekuk,
seperti di siku, belakang lutut, dan di area depan leher.
Ketika tergores, ruam mengeluarkan cairan dan mengeras. Biasanya pemicu
dari dermatitis atopik adalah penggunaan sabun ataupun deterjen yang tidak
sesuai, stres, kelembapan rendah, cuaca dingin serta pemicu-pemicu yang sifatnya
lebih personal lainnya.
2. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak adalah ruam merah dan gatal yang disebabkan oleh kontak
langsung dengan suatu zat atau reaksi alergi terhadapnya. Ruam tidak menular
atau mengancam jiwa, tetapi bisa sangat tidak nyaman. Banyak zat dapat
menyebabkan reaksi seperti itu, termasuk sabun, kosmetik, wewangian, perhiasan,
dan tanaman tertentu.
3. Dermatitis Seboroik
Efek dermatitis jenis ini menyebabkan kulit mengalami bercak bersisik, kulit
memerah, bahkan ketombe yang membandel. Biasanya, dermatitis seboroik
memengaruhi area kulit yang berminyak, seperti wajah, dada bagian atas, dan
punggung. Selain itu, orang yang mengalami dermatitis seboroik rentan
mengalami pengulangan setiap kali sembuh.
4. Dermatitis Stasis
Jenis dermatitis ini juga disebut dermatitis gravitasi, eksim vena, dan
dermatitis stasis vena. Dermatitis stasis sering terjadi di kaki bagian bawah karena
vena kaki memiliki katup satu arah yang memainkan peran penting dalam
sirkulasi darah.
Katup ini mendorong darah ke atas kaki. Seiring bertambahnya usia, katup ini
dapat melemah dan berhenti bekerja dengan baik. Beberapa darah bisa bocor
keluar dan menggenang di kaki. Dokter kulit mungkin menyebut ini sebagai
insufisiensi vena.
F. Patofisiologi
Ada dua fase yang dapat menimbulkan dermatitis kontak alergi
1. Fase primer (induktif/afferent)
Fase primer yaitu masuknya bahan yang memiliki berat molekul kecil (hapten)
ke dalam kulit, yang nantinya akan berikatan dengan suatu karier protei yang ada
di epidermis. Komponen tersebut akan disajikan oleh sel Langerhans (LCs) pada
sel limfosit T. Sel limfosit T yang berada di daerah parakorteks kelenjar limfe
regional, akan dirangsang oleh komplek yang terbentuk untuk memperbanyak diri
dan berdiferensiasi menjadi sel T memori dan sel T efektor, yang nantinya sel sel
ini utamanya sel T memori akan bermigrasi ke kulit, peredaran perifer dan bagian-
bagian lain dalam tubuh.
2. Fase sekunder (eksitasi/efferent)
Fase sekunder yaitu ketika paparan hapten pada tubuh individu yang telah
tersensitisasi akan menyajikan antigen dari alergen tersebut oleh sel Langerhans ke
sel limfosit T memori yang berada di kulit dan kelenjar limfe regional yang
nantinya akan menghasilkan imfokin sehingga akan terjadi r/eaksi peradangan
dengan perantara sel limfosit T, yang diakibatkan oleh lepasnya bahan-bahan
limfokin dan sitokin. Reaksi ini terjadi maksimal 24-48 jam. Setelah pemajanan
alergen pada kulit, antigen tersebut akan “ditangkap” secara imunologik oleh sel
penyaji antigen yaitu sel Langerhans, kemudian diproses dan disajikan yang
dibantu oleh molekul MHC kelas II kepada sel limfosit T. Sel langerhans dan sel
keratinosit akan menghasilkan Interleukin 1 (Lymphocyte Activating Factor) dan
sel Langerhans akan berdiferensiasi menjadi sel Langerhans yang aktif sebagai
penyaji sel (APCs). Sel ini nantinya akan bergerak ke kulit (dermis), parakortikal
di kelenjar limfe. Sel ini akan menyajikan antigen dalam bentuk yang sesuai
dengan HLA DR dengan resptor HLA DR yang dimiliki sel T. APCs lainnya
seperti sel monosit dan makrofag hanya dapat merangsang sel T memori dan tidak
dapat mengaktifkan sel T yang belum tersensitisasi sebelumnya. Pada fase
sekunder ini, sel TH1 berada di sekitar pembuluh darah kapiler yang berada di
dermis. Selain itu, sel T harus diaktifkan oleh IL1 yang sebelumnya telah
dihasilkan oleh sel Langerhans dan sel keratinosit. Sel T inilah yang nantinya akan
menghasilkan interleukin 2 (Lymphocyte Proliferating Cell) dan menyebabkan sel
T akan berproliferasi. Ketika ada paparan berulang, sel T akan menginduksi
hipersensitivitas lambat tipe 4 (delayed-type-hypersensitivity).
G. Komplikasi
Dermatitis yang tidak ditangani dengan tepat dapat menimbulkan beebrapa
komplikasi, yaitu :
1. Neurodermatitis, yaitu kondisi yang menyebabkan gatal kronis kulit yang
menyebabkan gatal kronis, kulit yang menebal dan bersisik, perubahan warna
kulit
2. Asma
3. Rinitis alergi
4. Gangguan tidur
5. Bekas luka
6. Dermatitis seboroik
7. Infeksi kulit, baik akibat bakteri, birus, maupun jamur
8. Selulitis
H. Pemeriksaan Penunjang
Agar hasil diagnosis akurat, dokter mungkin akan melakukan serangkaian
pemeriksaan dengan menggunakan zat yang diduga memicu dermatitis kontak.
Pemeriksaan tersebut meliputi:
1. Tes alergi, dengan cara menempelkan zat yang diduga memicu dermatitis kontak
alergi pada kulit selama 2 hari, lalu melihat reaksi pada kulit
2. ROAT test atau tes iritasi, dengan cara mengoleskan zat tertentu pada bagian kulit
yang sama, 2 kali sehari, selama 7 hari, dan melihat reaksinya
I. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan dermatitis kontak alergi (Dermatitis KA) meliputi identifikasi
alergen, edukasi penghindaran alergen pemicu, serta terapi medikamentosa.
Menghindari alergen sangat penting untuk mencegah terjadinya kekambuhan.
1. Menghindari Alergen
Tatalaksana utama dermatitis kontak alergi (Dermatitis KA) yakni
menghindari kontak dengan alergen pemicu. Edukasi berperan sangat penting
dalam keberhasilan terapi. Edukasi harus mendetail, secara lisan maupun tulisan,
meliputi penjelasan mengenai alergen pemicu yang positif pada uji tempel, area
dengan risiko paparan alergen tersebut, serta menghindari paparan terhadap
alergen.
Pasien harus diberitahu barang-barang yang cenderung mengandung
komponen alergen tersebut sehingga terhindar dari paparan alergen. Selain itu
pada beberapa kondisi yang tidak memungkinkan penghilangan paparan alergen
(misal paparan akibat pekerjaan), pasien dapat diminta menggunakan alat
pelindung atau barrier cream.
2. Medikamentosa
Terapi medikamentosa pada dermatitis kontak alergi (Dermatitis KA) meliputi
terapi kortikosteroid topikal, antagonis calcineurin, terapi ultraviolet, serta terapi
sistemik. Umumnya, terapi sistemik jarang diperlukan pada pasien Dermatitis KA,
tetapi pada keadaan dimana lesi sangat luas (melibatkan >20% permukaan tubuh),
dapat diberikan obat oral.
3. Kortikosteroid Topikal
Pada Dermatitis KA, kortikosteroid yang digunakan adalah potensi sedang-
tinggi, misalnya triamcinolone 0,1% dan klobetasol 0,05%. Pada area dengan
struktur kulit yang lebih tipis, seperti wajah, kortikosteroid potensi rendah
misalnya desonide lebih dipilih karena dapat mengurangi risiko atrofi kulit.
Penatalaksanaan umumnya dilakukan hingga 3 minggu.
4. Imunomodulator Topikal
Antagonis calcineurin topikal dapat digunakan pada beberapa jenis Dermatitis
KA, misalnya kasus dermatitis periocular. Risiko atrofi lebih rendah pada
penggunaan obat ini dibanding kortikosteroid topikal.
5. Terapi Sinar Ultraviolet
Individu dengan Dermatitis KA kronis dapat diberikan penatalaksanaan
narrow-band UVB phototherapy atau psoralen-plus UVA. Tetapi penggunaan
harus hati-hati karena fototerapi diduga berkaitan dengan peningkatan risiko
kanker.
6. Steroid Sistemik
Pada Dermatitis KA yang ekstensif, yaitu melibatkan lebih dari 20%
permukaan tubuh, steroid sistemik dapat digunakan dan umumnya mampu
menghilangkan gejala dalam 12-24 jam. Steroid sistemik yang dapat digunakan
adalah prednison 0,5-1 mg/kgBB/hari, maksimum 40 mg/hari. Jika pasien
membaik, kurangi dosis menjadi setengahnya dan lanjutkan selama 5-7 hari. Pada
keadaan yang berat, steroid sebaiknya di tappering off selama 2-3 minggu, karena
penghentian yang cepat dapat menimbulkan rebound dermatitis.
BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Pasien
Nama :    Tidak Terkaji
Jenis Kelamin               :    Wanita 
Umur                            :    28 tahun
Agama                          :  Tidak Terkaji
Suku/bangsa                 :    Tidak Terkaji
Pendidikan                   :    Tidak Terkaji
Pekerjaan                       :    Tidak Terkaji
Alamat                         :    Tidak Terkaji
b. Penanggung Jawab
Nama                            :    Tidak Terkaji   
Umur                            :    Tidak Terkaji
Jenis Kelamin               :    Tidak Terkaji
Agama                          :    Tidak Terkaji
Pekerjaan : Tidak Terkaji
Alamat : Tidak Terkaji
Tanggal masuk : Tidak Terkaji
Tanggal pengkajian : Tidak Terkaji
2. Riwayat kesehatan
a. Kesehatan sekarang
1) Keluhan utama : bercak merah dan gatal disertai rasa terbakar
2) Keluhan menyertai :berisi nanah pada lengan kirinya setelah
menggunakan tato henna 3 hari sebelumnya
b. Riwayat kesehatan dahulu : Tidak Terkaji
c. Riwayat keluarga : Tidak Terkaji
3. Pola aktivitas fisik sehari-hari
a. Nutrisi : Tidak Terkaji
b. Eliminasi : Tidak Terkaji
c. Istirahat dan Tidur : Tidak Terkaji
d. Aktifitas Fisik : Tidak Terekaji
e. Personal Hygiene : Tidak Terkaji
4. Data psikososial
a. Status Emosi : Tidak Terkaji
b. Konsep Diri : Tidak Terkaji
5. Interaksi Sosial : Tidak Terkaji
6. Pengkajian fisik
a. Keadaan Umum : Tidak Terkaji
b. Kesadaran : Tidak Terkaji
c. Tanda vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 98 x/menit
Respirasi : 23x/menit
Suhu tubuh : 37,8 c
d. Kepala : Tidak terkaji
e. Leher : Tidak Terkaji
f. Dada dan Thorak :
Inpeksi : Tidak Terkaji
Palpasi : Tidak Terkaji
Perkusi : Tidak Terkaji
Auskultasi : Tidak Terksji
g. Abdomen : Tidak Terkaji
h. Ekstremitas : Tidak terkaji
i. Genetalia : Tidak Terkaji
7. Pemeriksaan penunjang
a. L aboratorium :-
PATHWAY DERMATITIS ALERGI

Dermatitis

Bahan Iritan dan alergen

Ig E, Esonofil Meningkat

Pelepasan Histamin

Reaksi Hipersensivitas

Popul/vesikel/lesi

Gangguan Integritas Kulit Reaksi Peradangan

Resiko Infeksi
Tabel PES

NO Data DS & DO Etiologi Diagnosa


Keperawatan
1. DS : Dermatitis Gangguan Integritas
 Klien mengeluh bercak Kulit
kemerahan
 Klien mengeluh gatal disertai bahan iritan dan alergen

rasa terbakar
Ig E, eosinofil meningkat
 Klien mengeluh terdapat
Lepuhan berisi nanah pada
pelepasan histamin
lengan kirinya setelah
menggunakan tato hena 3 hari
Reaksi Hipersensitivitas
sebelumnya
 Klien mengatakan Bercak
Paul/vesikel/lesi
merah yang timbul kemudian
berkembang menjadi lepuhan Gangguan Integritas
berisi cairan jernih Kulit
DO :
 Lengan bawah kiri terdapat
vesikel multiple dan bula
 Pola mengikuti gambar tato
hena

2 Faktor resiko Dermatitis Resiko infeksi


 Beberapa vesikel atau bula
bersi pus
 Beberapa vesikel atau bula bahan iritan dan alergen

sudah pecah dan mengeluarkan


Ig E, eosinofil meningkat
cairan eksudat
 Kemerahan
 Nyeri dan rasa terbakar pada pelepasan histamin

lesi kulitnya
Reaksi Hipersensitivitas

Paul/vesikel/lesi

Terjadi peradangan

Resiko Infeksi

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan Integritas Kulit b.d bahan kimia iritatif d.d :
DS :

 Klien mengeluh bercak kemerahan


 Klien mengeluh gatal disertai rasa terbakar
 Klien mengeluh terdapat Lepuhan berisi nanah pada lengan kirinya setelah
menggunakan tato hena 3 hari sebelumnya
 Klien mengatakan Bercak merah yang timbul kemudian berkembang menjadi lepuhan
berisi cairan jernih

DO :

 Lengan bawah kiri terdapat vesikel multiple dan bula


 Pola mengikuti gambar tato hena

2. Resiko Infeksi b.d peningkatan paparan organisme patogen lingkungan :


Faktor resiko
 Beberapa vesikel atau bula bersi pus
 Beberapa vesikel atau bula sudah pecah dan mengeluarkan cairan eksudat
 Kemerahan
 Nyeri dan rasa terbakar pada lesi kulitnya

3. PERENCANAAN KEPERAWATAN

NO Diagnosa Tujuan Dan


Intervesi Keperawatan
Keperawatan Kriteria Hasil
(PPNI T. P., 2018)
(PPNI T. P., 2017) (PPNI T. P., 2019)
1 Gangguan Integritas Integritas Kulit Perawatan Integritas kulit
Kulit (D.0129) b.d bahan dan Jaringan (I.11353)
kimia iritatif d.d : (L.14125) Observasi
Ds : Setelah dilakukan  Identifikasi penyebab
 Klien mengeluh tindakan gangguan integritas kulit
bercak kemerahan keperawatan selama Terapeutik
 Klien mengekuh gatal 3x24 jam, di  Gunakan produk berbahan
disertai rasa terbakar harapkan tintegritas petrolium atau minyak
 Lepuhan berisi nanah kulit meningkat pada kulit kering
pada lengan kirinya dengan KH :  Gunakan produk berbahan
 Bercak merah yang  Kerusakan ringan atau alami dan
timbul menjadi Lapisan hipoalergi pada kulit
lepuhan berisi nanah kulit sensitif
menurun  Hindari produk berbahan
Do :
 Nyeri dasar alkohol pada kulit
 Lengan bawah kiri
menurun kering
terdapat vesikel
 Kemerahan Edukasi
multiple dan bula
menurun  Anjurkan menggunakan
 Pola mengikuti
 Suhu kulit pelembab
gambar tato hena
membaik  Anjurkna minum air yang
cukup
 Anjurkan menggunakan
tabir surya
Pemberian Obat Kulit
(I.14532)
Observasi
 Identifikasi
kemungkinan alergi,
interaksi, dan
kontraindikasi obat
 Verifikasi order obat
sesuai dengan indikasi
 Periksa tanggal
kedaluarsa obat
 Monitor efek terapeutik
obat
 Monitor efek lokal, efek
sistemik, dan efek
samping obat
Terapeutik
 Lakukan prinsip 6 benar
 Oleskan agen topikal
pada kulit yang tidak
mengalami luka, iritasi
atau sensitif
 Hindari terpapar sinar
ultraviolet pada kulit
yang mendapat obat
topikal
Edukasi
 Jelaskan jenis obat,
alasan pemberian,
tindakan yang
diharapkan, dan efek
samping sebelum
pemberian
 Jelaskan faktor yang
dapat meningkatkan dan
menurunkan efektivitas
obat
 Ajarkan tekhnik
pemberian obat secara
mandiri, jika perlu
Manajemen Nyeri (I.08238)
Observasi
 Identifikasi
karakteristik,lokasi,dura
si,frekuensi,kualitas,
intensitasnyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respons
nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang
 Memperberat dan
memperingan nyeri
 Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri
 Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
 Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
 Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
 Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
 Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan
tidur
 Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
 Ajarkan
nonfarmakologis
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2 Resiko Infeksi (D.0142) Tingkat infeksi Pencegahan Infeksi (I.14539)
b.d peningkatan paparan (L.14137) Observasi
organisme patogen Setelah dilakukan  Monitor tanda dan gejaa
lingkungan : tindakan infeksi lokal
Faktor resiko keperawatan selama Terapeutik
 Beberapa vesikel 3x24 jam, di  Batasi jumlah
atau bula bersi pus harapkan tingkat pengunjung
 Beberapa vesikel infeksi menurun  Berikan perawatn kulit
atau bula sudah dengan KH : pada area edema
pecah dan  Kemerahan  Pertahankan tekhnik
mengeluarkan menurun aseptik pada pasien
cairan eksudat  Vesikel beresiko tinggi
 Kemerahan menurun Edukasi
 Nyeri dan rasa  Cairan  Jelaskan tanda dan
terbakar pada lesi berbau gejala infeksi
kulitnya busuk  Ajarkan cara mencuci
menurun tangan dengan benar
 Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi Keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah di
rencanakan oleh perawat.
5. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi keperawatan dilakukan sesuai dengan tujuan dan outcome.
BAB II
LATAR BELAKANG KASUS

MODUL IV
BERCAK KEMERAHAN, BERSISIK
KASAR DAN TEBAL

PEMICU
SKENARIO 4
Seorang laki-laki berusia 40 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan munculnya
bercak-bercak kemerahan pada kulit sejak 4 bulan yang lalu. Diatas bercak tersebut berisikan
sisik berwarna putih. Keluhan tersebut disertai dengan rasa gatal, biasanya muncul saat
berkeringat atau badan sedang basah. Keluhan ini dirasakan pertama kali muncul. Pasien
sudah pernah berobat ke dokter dan diberi obat salep racikan dan obat minum. Setelah
mendapat pengobatan, keluhan tersebut dirasakan semakin memberat. Pemeriksaan TTV,
tekanan darah 110/80 mmHg, frekuensi nadi 80 x/menit, frekuensi napas 22 x/menit, suhu
badan 37,6oC.
Pada pemeriksaan fisik, pada regio capitis, abdominalis, trunkus posterior, ekstremitas
superior dextra et sinistra, ekstremitas inferior dextra et sinistra didapatkan patch eritema
multiple berdistribusi sebagian diskret dan konfluen dengan permukaan skuama disertai
dengan papula-papula dan ekskoriasi multiple. Dilakukan beberapa tes manipulasi berupa
penggoresan pada lesi dan didapatkan adanya fenomena tetesan lilin, fenomena auspitz,
namun fenomena Kobner belum dapat dinilai dikarenakan harus menunggu beberapa waktu
untuk muncul. Pada pemeriksaan laboratorium tidak terdapat leukositosis
A. KLARIFIKASI ISTILAH-ISTILAH PENTING
a. regio capitis
bagian kepala pada manusia.
b. regio abdominalis
bagian perut pada manusia
c. regio trunkus posterior
bagian punggung sampai kebawah
d. regio ekstremitas superior
bagian angggota gerak atas (tangan).
e. regio ekstremitas inferior
bagian angggota gerak bawah (kaki).
f. patch eritema multiple
Kemerahan pada kulit, baik di area tertentu atau seluruh tubuh yang banyak.
g. Diskret
beberapa lesi terpisah satu sama lain

1
h. Konfluen
dua lesi atau lebih menjadi satu
i. Skuama
sisik berupa lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit
j. Papula
penonjolan padat di atas permukaan kulit, diameter < 0.5 cm
k. Ekskoriasi Multiple
lecet kulit yang disebabkan kehilangan lapisan kulit melampaui stratum basalis
(sampai stratum papilare) ditandai adanya bintik perdarahan dan bisa juga serum.
l. Fenomena tetesan lilin
keadaan ketika penggoresan skuama utuh dengan menggunakan pinggir gelas objek,
lalu terjadi perubahan warna lebih putih menyerupai tetesan lilin.
m. Fenomena auspitz
adanya darah yang keluar ketika lesi diangkat berupa pinpoint bleeding,
n. Fenomena kobner
lesi psoriasis yang diinduksi oleh adanya trauma pada kulit

B. KATA / PROBLEM KUNCI


n. Laki-laki
o. Usia 40 tahun
p. Bercak- bercak kemerahan pada kulit
q. Kulit bersisik berwarna putih
r. Rasa gatal saat berkeringat atau basah
s. Keluhan semakin memberat sete;ah pengobatan
t. Tekanan darah 110/80 mmHg
u. Suhu badan 37,6 C

2
C. MIND MAP

Dermatitis seboroik adalah peradanagn superfisial pada kulit yang b


gan karakteristik berupa plak eritematosa berbatas tegas, skuama kasar, berlapis dan berwarna putih keperakan terutama pada siku, lutut, scalp, punggung, umbilikus dan lumba
pada wajah dan kepala (kulit kepala, telinga bagian luar, kulit dibel

MASALAH PADA SISTEM INTEGUMEN

Morbus hansen
Tinea korporis adalah infeksi dermatofit yang menyerang kulit halus atau tak berambutdan terbuka dan umumnya adalah
disebabkan Penyakit
oleh infeksi
T. rubrum, kronis namun dapat
T. mentagrophytes, dandisemb
M. can

3
PENYAKIT

TANDA DAN GEJALA DERMATITIS MORBUS


PSIORIASIS TINEA KORPORIS
SEBOROIK HANSEN
Usia 40 tahun  - - -
Bercak- bercak kemerahan    
pada kulit
Kulit bersisik berwarna    
putih
Rasa gatal saat berkeringat   - 
atau basah
Tekanan darah 110/80  - - 
mmHg
Suhu badan 37,6 C  - - 
pada regio capitis,  - - 
abdominalis, trunkus
posterior, ekstremitas
superior dextra et sinistra,
ekstremitas inferior dextra
et sinistra didapatkan
patch eritema multiple
berdistribusi sebagian
diskret dan konfluen
dengan permukaan
skuama disertai dengan
papula-papula dan
ekskoriasi multiple
penggoresan pada lesi dan  - - -
didapatkan adanya
fenomena tetesan lilin
fenomena auspitz  - - -

D. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
1. Mengapa pada kasus tersebut terjadi bercak kemerahan dan bersisik ?

E. JAWABAN PERTANYAAN.
1. Reaksi jaringan yang terlihat pada psoriasis melibatkan reaksi imunologis yang
kompleks pada kulit dengan komponen inflamasi yang parah dan hiperproliferasi
epidermal dengan diferensiasi keratinosit yang abnormal. Setelah aktivasi unsur-
unsur sistem kekebalan tubuh bawaan seperti keratinosit dan seldendritik, ada
aktivasi sel T yang sebagian besar bermigrasi kekulit. Reseptor homing yang
terlibat dalam proses ini diekspresikan pada permukaan sel-sel inflamasi, seperti
antigen limfosit terkait kulit (CLA). Di bawah pengaruh sitokin seperti IL-12 dan

4
IL-23 ada pertumbuhan sub-populasi sel T fungsional tertentu. Ini termasuk sel Th1
dan sel Th17 yang pada gilirannya mengeluarkan sitokin proinflamasi seperti
TNF-, IL-17, dan IL-22. Hal ini menggambarkan proses inflamasi pada psoriasis,
yang melibatkan sel-sel lokal seperti selendotel, fibroblas, dan keratinosit yang
pada gilirannya meningkatkan respon imun kulit melalui ekspresi molekul adhesi
dan mediator lainnya. Sebagai hasil dari kaskade ini, ada migrasi signifikan
granulositneutrofilik yang dapat menyebabkan pembentukan mikro-epidermal
(epidermal steril yang khas). Peningkatan aktivitas proliferatif dan maturasi
abnormal keratinosit menyebabkan hiperparakeratosis yang merupakan
karakteristik dari psoriasis. Siklus selkulit normal umunya memerlukan waktu 28-
30 hari, Pada psoriasis, pembentukan epidermis (turn over time) lebih cepat, hanya
3-4 hari saja. Karena respon inflamasi yang melibatkan sitokin TNF-α, ILI, IL-22,
IL-6 dan memicu terjadinya proliferasi sehingga terjadi plak kemerahan akibat dari
inflamasi dan ditutupi skuama berwarna putih dan kasar

F. TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA


Setelah pembelajaran ini mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara menentukan
penatalaksanaan keperawatan pada kasus yang telah di berikan dan untuk
mengetahui pemeriksaan selanjutnya untuk menegakkan diagnose dari kasus diatas.

G. INFORMASI TAMBAHAN
Gel aloei vera dapat digunakan sebagai pengobatan alternatif untuk penderita
psioriasis. Aloe vera dilaporkan memiliki efek anti-psoriasis, yaitu antiinflamasi,
antimikroorganisme, antiproliferasi, dan Pada studi randomized controlled
trialdouble blind (RCT-DB) pertama oleh Syed, dkk. (1996), ekstrak Aloe vera 0,5%
dalam krim hidrofilik diberikan kepada 60 penderita psoriasis plak kronis derajat
ringan hingga sedang; didapatkan ekstrak Aloe vera dapat menyembuhkan 83%
penderita. keratolitik.

H. KLARIFIKASI INFORMASI
Dalam penelitian Nyoman Suryawati dengan judul Aloe Vera Sebagai Terapi
Alternatif Psoriasis mengatakan Aloe vera memiliki berbagai komponen aktif,
namun hanya beberapa yang berperan dalam pengobatan psoriasis, yaitu cglucosyl
chromone, aloe-emodin, aloin, dan salicylic acid. C-glucosyl chromone memiliki
efek antiinflamasi, yang menghambat jalur COX (cyclooxygenase) terutama COX-2,
dan mengurangi pelepasan tumor necrosis factor (TNF)-a. Hambatan pada jalur COX
menurunkan produksi PGE, produksi nitricoxide (NO), dan pelepasan sitokin
proinflamasi, sehingga proses inflamasi pada psoriasis berkurang. Aloe emodin dan

5
aloin berperan sebagai antiproliferasi melalui penurunan produksi sitokin seperti
interleukin (IL)-6, IL-1ß, TNF-a dan induksi apoptosis, serta penurunan proliferasi
keratinosit melalui penurunan produksi TNF-a. Salicylic acid yang terkandung dalam
Aloe vera dikenal. Penggunaan untu obat psioriasis yaitu degan membuat gel
aloevera dan mengoleskan ke permukaan kulit.

I. ANALISA & SINTESIS INFORMASI


Berdasarkan tanda dan gejala yang di gambarkan melalui kasus diatas kami
dapat menyimpulkan bahwa kasus diatas merupakan kasus Psioriasi memiliki gejala
dan pencetus beragam yang umumnya menyebabkan bercak-bercak kemerahan pada
kulit.
Tanda dan gejala yang ada di kasus di atas adalah : pasien mengeluh
munculnya bercak-bercak kemerahan pada kulit sejak 4 bulan yang lalu. Diatas
bercak tersebut berisikan sisik berwarna putih. Keluhan tersebut disertai dengan rasa
gatal, biasanya muncul saat berkeringat atau badan sedang basah. Keluhan ini
dirasakan pertama kali muncul. Pasien sudah pernah berobat ke dokter dan diberi
obat salep racikan dan obat minum. Setelah mendapat pengobatan, keluhan tersebut
dirasakan semakin memberat. Pemeriksaan TTV, tekanan darah 110/80 mmHg,
frekuensi nadi 80 x/menit, frekuensi napas 22 x/menit, suhu badan 37,6oC.
Pada pemeriksaan fisik, pada regio capitis, abdominalis, trunkus posterior,
ekstremitas superior dextra et sinistra, ekstremitas inferior dextra et sinistra
didapatkan patch eritema multiple berdistribusi sebagian diskret dan konfluen
dengan permukaan skuama disertai dengan papula-papula dan ekskoriasi multiple.
Dilakukan beberapa tes manipulasi berupa penggoresan pada lesi dan didapatkan
adanya fenomena tetesan lilin, fenomena auspitz, namun fenomena Kobner belum
dapat dinilai dikarenakan harus menunggu beberapa waktu untuk muncul. Pada
pemeriksaan laboratorium tidak terdapat leukositosis.
Dari kasus diatas kami menarik 3 diagnosa keperawatan yaitu :
a. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan b.d Kurang terpapar informasi tentang
upaya mempertahankan/melindungi integritas jaringan d.d pasien mengeluh
munculnya bercak-bercak kemerahan pada kulit sejak 4 bulan yang lalu
adalah Kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau jaringan (membran
mukosa,kornea,fasia,otot,tendon,tulang,kartilago,kapsul sendi dan /atau ligamen

J. LAPORAN DISKUSI

6
BAB II
KONSEP MEDIS
PSORIASIS
1. Definisi
Menurut Brunner & Suddart tahun 2002 psoriasis merupakan penyakit
inflamasi non infeksius yang kronik pada kulit dimana produksi sel-sel epidermis
terjadi dengan kecepatan ±6 hingga 9 kali lebih besar dari pada kecepatan yang
normal (Tio, 2017).
Psoriasis adalah penyakit kulit kronis dengan ciri yang khas berupa bercak-
bercak merah eritema berbatas tegas dengan ditutupi oleh skuama tebal berlapis-
lapis berwarna putih mengkilat (Siregar, 2015).
2. Epidemiologi
Walaupun psoriasis terjadi secara universal, namun prevalensinya pada tiap
populasi bervariasi di berbagai belahan dunia. Studi epidemiologi dari seluruh
dunia memperkirakan prevalensi psoriasis berkisar antara 0,6 sampai 4,8%
Prevalensi psoriasis bervariasi berdasarkan wilayah geografis serta etnis. Di
Amerika Serikat, psoriasis terjadi pada kurang lebih 2% populasi dengan
ditemukannya jumlah kasus baru sekitar 150,000 per tahun. Pada sebuah studi,
insidensi tertinggi ditemukan di pulau Faeroe yaitu sebesar 2,8%. Insidensi yang
rendah ditemukan di Asia (0,4%) misalnya Jepang dan pada ras Amerika-Afrika
(1,3%). Sementara itu psoriasis tidak ditemukan pada suku Aborigin Australia dan
Indian yang berasal dari Amerika Selatan. Terdapatnya variasi prevalensi psoriasis
berdasarkan wilayah geografis dan etnis menunjukkan adanya peranan lingkungan
fisik ( psoriasis lebih sering ditemukan pada daerah beriklim dingin), faktor
genetik, dan pola tingkah laku atau paparan lainnya terhadap perkembangan
psoriasis. Pria dan wanita memiliki kemungkinan terkena yang sama besar.
Beberapa pengamatan terakhir menunjukkan bahwa psoriasis sedikit lebih sering
terjadi pada pria dibanding wanita. Sementara pada sebuah studi yang meneliti
pengaruh jenis kelamin dan usia pada prevalensi psoriasis, ditemukan bahwa pada
pasien yang berusia lebih muda (<20 tahun) prevalensi psoriasis ditemukan lebih
tinggi pada wanita dibandingkan pria (Pratopo, 2017).
3. Etiologi
Menurut Tio (2017), secara pasti penyebab psoriasis belum diketahui tetapi
ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadi psoriasis yaitu:
a. Faktor genetik (Herediter) : Penyakit ini diturunkan melalui satu gen
yang dominan.

7
b. Defek pada epidermis : ditemukan dengan adanya peningkatan dari
ribonuklease dan penurunan dari deoxyribonuklease pada sel-sel
epidermis.
c. Defek enzim pada kulit : pada epidermis yang normal proses
keratinisasi berlangsung dalam 24 hari, sedangkan pada psoriasis proses
tersebut berlangsung sangat cepat yakni 3-4 hari.
d. Hormonal : terutama pada wanita dimana insiden psoriasis meningkat
pada masa pubertas dari pada masa klimakterium.
e. Tekanan mental terutama pada orang dewasa.
f. Infeksi : infeksi merupakan faktor pencetus dan memperberat timbulnya
psoriasis seperti infeksi akut tonsilitis. Pada anak-anak sering ditemukan
psoriasis yang timbul 2 minggu setelah tonsilitis.
g. Sinar matahari : di negara-negara yang sering terkena sinar matahari
jarang terkena psoriasis.
4. Patofisiologi
Mekanisme imun yang diperantarai oleh sel memainkan peranan penting
dalam perkembangan psoriasis. Aktivasi imun yang diperantarai sel T inflamator
pada kulit membutuhkan dua sinyal sel T yang dimediasi oleh interaksi sel-sel
antara permukaan protein dengan APC (antigen-presenting cells), seperti sel
dendritik atau makrofag. Sinyal pertama merupakan interaksi antara reseptor sel T
dengan antigen yang diperkenalkan oleh APC, sedangkan sinyal kedua (disebut
sebagai kostimulasi) diperantarai oleh berbagai interaksi permukaan (Pratopo,
2017).
Ketika sel T diaktivasi, sel tersebut bermigrasi dari nodus limfa dan aliran
darah ke kulit dan mensekresikan berbagai sitokin. Sitokin psoriasis adalah protein
yang disekresikan oleh sel-sel imun yang berikatan dengan reseptor yang sangat
spesifik pada permukaan sel, mempengaruhi keratinosit dan sel-sel lain untuk
menghasilkan perubahan patologis karakteristik psoriasis, terutama interferon-ℽ
dan interleukin-2, yang menginduksi perubahan patologis yang dikenal sebagai
psoriasis. Keratinosit lokal dan neutrofil menginduksi dihasilkannya sitokin lain,
seperti TNF-α (tumor necrosis factor-α) dan IL-8 (interleukin-8). Sebagai akibat
dari produksi dan aktivasi sel T patogenik, sel epidermal psoriasis berproliferasi
pada laju 7x lebih cepat daripada sel epidermal normal. Proliferasi sel epidermal
rupanya meningkat juga pada kulit normal pasien yang berisiko psoriasis.Lesi kulit
psoriasis melibatkan epidermis dan dermis. Terdapat penebalan epidermis,
disorganisasi stratum korneum akibat hiperproliferasi epidermis dan peningkatan
kecepatan mitosis, disertai peningkatan ekspresi intercellular adhesion molecule
1(ICAM 1) serta abnormalitas diferensiasi sel epidermis(Pratopo, 2017).

8
Aktivasi sel T terutama dipengaruhi oleh sel Langerhans. Sel T serta
keratinosit yang teraktivasi akan melepaskan sitokin dan kemokin, dan
menstimulasi inflamasi lebih lanjut. Selain itu, kedua komponen ini akan
memproduksi tumor necrosis factor α (TNF α), yang mempertahankan proses
inflamasi. Oleh karena itu, psoriasis bukan hanya disebabkan oleh autoimunitas
terkait sel limfosit T seperti teori terdahulu, tetapi melibatkan proses yang lebih
kompleks termasuk abnormalitas mikrovaskuler dan keratinosit(Pratopo, 2017).

5. Manifestasi Klinis
Muncul bercak-bercak merah benjol pada kulit yang ditutupi oleh sisik
berwarna perak. Bercak bersisik tersebut terbentu karena penumpukan kulit yang
hidup dan mati akibat peningkatan kecepatan pertumbuhan serta pergantian sel-sel
kulit yang sangat besar. Jika bercak tersebut digaruk/dikerok akan terlihat dasar lesi
yang berwarna merah gelap dan titik-titik perdarahan. Bercak-bercak ini bisa terasa
gatal ataupun tidak (Tio, 2017).
Psoriasis dapat menimbulkan masalah lainnya seperti kosmetika yang
mengganggu hingga keadaan yang menimbulkan cacat dan ketidakmampuan fisik.
Tempat-tempat tertentu pada tubuh yang cenderung terkena kelainan ini adalah
kulit kepala, daerah sekitar siku serta lutut, punggung bagian bawah dan genitalia.
Psoriasis juga dapat ditemukan pada ekstremitas lengan dan tungkai, daerah sekitar
sakrum serta lipatan intergluteal. Distribusi simetris bilateral merupakan ciri khas
psoriasis. Psoriasis juga mengenai kuku pasien yang menyebabkan terjadi pitting,
perubahan warna kuku serta penggumpalan dan pemisahan lempeng kuku. Jika
psoriasis terjadi pada telapak kaki dan tangan keadaan ini menimbulkan lesi
pustuler (Tio, 2017).

6. Bentuk Klinis
a. Psoriasis Vulgaris
Bentuk ini paling lazim ditemukan sehingga disebut dengan tipe vulgaris
dimana karena tipe lesinya berbentuk plak-plak (Tio, 2017). Para plak sering
berkembang pada kulit kepala, punggung bawah, siku dan lutut. Mereka juga
dapat muncul pada lengan dada, dan kaki tetapi jarang pada wajah. Dalam
beberapa kasus, mereka berada di daerah terisolasi atau terpisah dari tubuh,
atau bentuk bersama. Psoriasis kulit kepala memberikan ketidaknyamanan fisik
seperti gatal tak tertahankan, dengan lesi mengangkat dan membangun-up dari
skala yang mengelupas seperti ketombe, membuat kulit kepala meradang dan
bengkak(Pratopo, 2017).

9
b. Psoriasis Gutata
Psoriasis Guttate (GUH-tate) adalah salah satu bentuk dari psoriasis yang
mulai timbul sejak waktu anak-anak atau remaja. Kata guttate berasal dari
bahasa Latin yang berarti “jatuh” (drop). Bentuk psoriasis ini menyerupai
bintik-bintik merah kecil di kulit. Bercak guttate biasanya timbul pada badan
dan kaki. Bintik-bintik ini biasanya tidak setebal atau bersisik seperti bercak-
bercak pada psoriasis plak(Pratopo, 2017).
c. Psoriasis Inversa (Psoriasis Fleksural)
Sesuai dengan namanya psoriasis ini berada ditempat predileksi pada
daerah fleksus (Tio, 2017). Inversa psoriasis ditemukan pada ketiak, pangkal
paha, dibawah payudara, dan di lipatan-lipatan kulit di sekitar kemaluan dan
panggul. Tipe psoriasis ini pertama kali tampak sebagai bercak yang sangat
merah. Bercak itu bisa tampak licin dan bersinar(Pratopo, 2017).
d. Psoriasi Eksudativ
Biasanya kelainan psoriasis kering, tetapi pada psioriasis eksudativ bentuk
psoriasis basah seperti dermatitis akut (Tio, 2017).
e. Psoriasis Seroboik
Psoriasisseboroik merupakan kelainan kulit berupa perdangan superfisial
dengan papuloskuamosa yang kronik dengan tempat predileksi di daerah-
daerah seboroik yakni daerah yang kaya akan kelenjar sebasea, seperti pada
kulit kepala, alis, kelopak mata, naso labial, bibir, telinga, dada, axilla,
umbilikus, selangkangan, dan glutea. Pada dermatitis seboroik kelainan kulit
yang berupa eritem, edema, serta skuama yang kering atau berminyak dan
berwarna kuning kecoklatan dalam berbagai ukuran disertai adanya
krusta(Pratopo, 2017).
Dermatitis seboroik paling sering terjadi pada dua puncak umur yakni pada
kelompok anak dan dewasa. Pada kelompok anak sering didapatkan pada 3
bulan pertama kehidupan dan kelompok dewasa dalam decade keempat hingga
ketujuh. Dermatitis seboroik pada anak khusunya pada kelompok bayi, dapat
sembuh spontan dalam usia 6 hingga 12 bulan, sementara dermatitis seboroik
pada orang dewasa dapat bersifat kronik dan membutuhkan perawatan seumur
hidup(Pratopo, 2017).
f. Psoriasis Pustula
Kasus Psoriasis Pustular (PUHS-choo-ler) terutama banyak ditemui pada
orang dewasa. Karakteristik dari penderita PUHS-choo-ler ini adalah timbulnya
Pustules putih (blisters of noninfectious pus) yang dikelilingi oleh kulit merah.
Pus ini meliputi kumpulan dari sel darah putih yang bukan merupakan suatu
infeksi dan juga tidak menular. Bentuk psioriasis yang pada umumnya tidak

10
biasa ini mempengaruhi lebih sedikit dari 5 % dari seluruh penderita psoriasis.
Psoriasis ini, bisa terkumpul dalam daerah tertentu pada tubuh, contohnya, pada
tangan dan kaki. Psoriasis Pustular juga dapat ditemukan menutupi hampir
seluruh tubuh, dengan kecenderungan membentuk suatu siklus - reddening
yang diikuti oleh pembentukan pustules dan scaling(Pratopo, 2017).
g. Psoriasis Eritroderma
Tipe psoriasis ini sangat berbahaya, seluruh kulit penderita menjadi merah
matang dan bersisik, fungsi perlindungan kulit hilang, sehingga penderita
mudah terkena infeksi.Hanya 1-2% dari orang yang menderita psoriasis
memiliki psoriasis eritroderma. Jenis psoriasis dapat dihitung sebagai yang
terburuk dari semua. Hasilnya kemerahan luas, gatal parah, nyeri dan
ketidaknyamanan, dehidrasi dan demam. Ini biasanya dipicu oleh
kortikosteroid, kulit terbakar parah atau sensitivitas terhadap cahaya selama
pengobatan fototerapi, atau jenis lain dari psoriasis yang tidak
terkontrol(Pratopo, 2017).

7. Diagnosis
Diagnosis psoriasis biasanya ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
gambaran klinis lesi kulit. Pada kasus-kasus tertentu, dibutuhkan pemeriksaan
penunjang seperti pemeriksaan laboratorium darah dan biopsi histopatologi.
Pemeriksaan penunjang yang paling umum dilakukan untuk mengkonfirmasi suatu
psoriasis ialah biopsi kulit dengan menggunakan pewarnaan hematoksilin-eosin.
Pada umumnya akan tampak penebalan epidermis atau akantosis serta elongasi rete
ridges. Terjadi diferensiasi keratinosit yang ditandai dengan hilangnya stratum
granulosum. Stratum korneum juga mengalami penebalan dan terdapat retensi inti
sel pada lapisan ini yang disebut dengan parakeratosis. Tampak neutrofil dan
limfosit yang bermigrasi dari dermis. Sekumpulan neutrofil dapat membentuk
mikroabses Munro. Pada dermis akan tampak tanda-tanda inflamasi seperti
hipervaskularitas dan dilatasi serta edema papila dermis. Infiltrat dermis terdiri dari
neutrofil, makrofag, limfosit dan sel mast. Selain biopsi kulit, abnormalitas
laboratorium pada penderita psoriasis biasanya bersifat tidak spesifik dan mungkin
tidak ditemukan pada semua pasien. Pada psoriasis vulgaris yang luas, psoriasis
pustular generalisata, dan eritroderma tampak penurunan serum albumin yang
merupakan indikator keseimbangan nitrogen negatif dengan inflamasi kronis dan
hilangnya protein pada kulit. Peningkatan marker inflamasi sistemik seperti C-
reactive protein, α-2 makroglobulin, dan erythrocyte sedimentation rate dapat
terlihat pada kasus-kasus yang berat. Pada penderita dengan psoriasis yang luas
dapat ditemukan peningkatan kadar asam urat serum. Selain daripada itu penderita

11
psoriasis juga menunjukkan gangguan profil lipid (peningkatan high density
lipoprotein, rasio kolesterol-trigliserida serta plasma apolipoprotein- A1) (Pratopo,
2017).

8. Penatalaksanaan
a. Terapi Topikal
Ada beberapa obat yang dapat dianggap sebagai anti psoriasis yaitu:
1) Preparat Ter yang digunakan untuk pengobatan psoriasis adalah preparat ter
dari kayu dan batu bara. Preparat ter dari batu bara efeknya lebih kuat dari
ter kayu tetai daya erosi terhadap kulit lebih besar. Jadi untuk psoriasis yang
kronik diberikan prepara ter dari batu bara sedangkan untuk kasus psoriasis
baru diberikan preparat ter kayu. Efek dari preparat ter adalah anti gatal,
keratolitik, vasokontriksi, dan menaikkan ambang rangsang (Tio, 2017).
- Ter dari kayu : oleum cadini, pix liquid, oleum nisci.
- Ter dari batu bara : liantral, liquor carbonis detergent
- Ter dari fosil : ictiol
2) Mercury Praecipitatum Album
Preparat ini mengandung Hg yang dapat menimbulkan dermatitis
kontak dan bila dipakai terlalu banyakdan terlalu lama terjadi kelainan
ginjal (Nefritis). Perlu dikombinasikan dengan asam salisilat untuk
memperkuat daya kerja pemakaian obat ini sebaiknya sesudah mandi.
Disamping itu harus diperiksa kadar kadar protein urin tiap minggu. Hal ini
juga perlu dilakukan pada pemakaian obat-obat tersebut jangka panjang.
Bila terjadi komplikasi eritroderma, pengobatan dengan preparat ini harus
dihentikan kemudian diberi prednison tablet 3 x 10 mg/hari. Untuk
melunakkan kulit dan menghilangkan skuama dapat diberikan lanolin 5
(10%) dan vaselin ad 50 (Tio, 2017).
b. Terapi Sistemik
1) Kortikosteroid
Kortikosteroid hanya digunakan pada psoriasis eritroderma dan
psoriasis pustula. Dosis permulaan 40-60mg prednison perhari. Jika telah
sembuh dosis diturunkan perlahan-lahan (Tio, 2017).
2) Obat Sitostatik
Obat yang biasa diberikan metotreksat. Indikasinya ialah untuk
psoriasis pustula, artritis dengan lesi kulit, dan eritoderma karena psoriasis
yang sukar terkontrol dengan obat standar. Kontraindikasinya adalah jika
terdapat kelainan hepar, ginjal, sistem hematopoetik, kehamilan, penyakit
infeksi aktif (TB), ulkus peptikum, kolitis ulserosa dan psikosis (Tio, 2017).

12
3) Levodova
Sebenarnya levodova dipakai untukpenyakit parkison. Diantaranya
penderita parkison sekaligus juga menderita psoriasis ada yang membaik
psoriasisnya dengan levodova. Efek samping yaitu muntah, mual,
anoreksia, hipotensi, gangguan pada jantung (Tio, 2017).
4) DDS
DDS (Diaminodifenilsulfon) dipakai sebagai pengobatan psoriasis
pustulosa tiper barber dengan dosis 2 x 100mg sehari. Efek samping yaitu
anemia hemolitik, methemoglobinemia, dan agranulositosis (Tio, 2017).

13
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

C. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Pasien
Nama :    Tidak Terkaji
Jenis Kelamin               :    Laki-laki        
Umur                            :    40 tahun
Agama                          :  Tidak Terkaji
Suku/bangsa                 :    Tidak Terkaji
Pendidikan                   :    Tidak Terkaji
Pekerjaan                       :    Tidak Terkaji
Alamat                         :    Tidak Terkaji
c. Penanggung Jawab
Nama                            :    Tidak Terkaji   
Umur                            :    Tidak Terkaji
Jenis Kelamin               :    Tidak Terkaji
Agama                          :    Tidak Terkaji
Pekerjaan : Tidak Terkaji
Alamat : Tidak Terkaji
Tanggal masuk : Tidak Terkaji
Tanggal pengkajian : Tidak Terkaji
1. Riwayat kesehatan
a. Kesehatan sekarang
1) Keluhan utama : munculnya bercak-bercak kemerahan pada kulit
sejak 4 bulan yang lalu. Diatas bercak tersebut berisikan sisik berwarna
putih
2) Riwayat Keluhan : keluhan tersebut disertai dengan rasa gatal, biasanya
muncul saat berkeringat atau badan sedang basah. Keluhan ini dirasakan
pertama kali muncul.
b. Riwayat kesehatan dahulu Pasien sudah pernah berobat ke dokter dan
diberi obat salep racikan dan obat minum. Setelah mendapat pengobatan,
keluhan tersebut dirasakan semakin memberat.
2. Pola aktivitas fisik sehari-hari
a. Nutrisi : Tidak Terkaji
b. Eliminasi : Tidak Terkaji
c. Istirahat dan Tidur : Tidak Terkaji

14
d. Aktifitas Fisik : Tidak Terekaji
e. Personal Hygiene : Tidak Terkaji
3. Data psikososial
a. Status Emosi : Tidak Terkaji
b. Konsep Diri : Tidak Terkaji
c. Interaksi Sosial : Tidak Terkaji
4. Pengkajian fisik
a. Keadaan Umum : Tidak Terkaji
b. Kesadaran : Tidak Terkaji
c. Tanda vital :
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Suhu tubuh : 37.6 C
d. Peemeriksaan Fisik : pada regio capitis, abdominalis, trunkus posterior,
ekstremitas superior dextra et sinistra, ekstremitas inferior dextra et sinistra
didapatkan patch eritema multiple berdistribusi sebagian diskret dan konfluen
dengan permukaan skuama disertai dengan papula-papula dan ekskoriasi
multiple
5. Pemeriksaan penunjang
Dilakukan beberapa tes manipulasi berupa penggoresan pada lesi dan didapatkan
adanya fenomena tetesan lilin, fenomena auspitz, namun fenomena Kobner belum
dapat dinilai dikarenakan harus menunggu beberapa waktu untuk muncul. Pada
pemeriksaan laboratorium tidak terdapat leukositosis.

15
PATHWAY

Psioriasis

Piloferasi dan migrasi sel-sel


ke epidermis

Stratum garsonal tidak


terbentuk

Interval Kreatinisasi Stratum


korneum gagal

Terjadi prakeratosis

Supla pembuluh darah


meningkat

Timbul plaque merah

Gangguan Integritas Kulit

16
D. TABEL PES
DATA DATA SUBJEKTIF & DIAGNOSA
NO ETIOLOGI
DATA OBJEKTIF KEPERAWATAN

Ds :
- Klien mengeluh bercak-bercak
Psioriasis
kemerahan pada kulit sejak 4
bulan yang lalu
Piloferasi dan migrasi sel-sel
- Keluhan tersebut disertai ke epidermis
dengan rasa gatal, biasanya
muncul saat berkeringat atau
badan sedang basah Stratum garsonal tidak
- Pasien sudah pernah berobat terbentuk
ke dokter dan diberi obat salep
racikan dan obat minum.
Interval Kreatinisasi Stratum
Setelah mendapat pengobatan, korneum gagal
keluhan tersebut dirasakan
semakin memberat.
Do : Terjadi prakeratosis
- Diatas bercak tersebut
berisikan sisik berwarna putih
- Pemeriksaan TTV, tekanan GANGGUAN
Supla pembuluh darah
darah 110/80 mmHg, meningkat INTEGRITAS
- frekuensi nadi 80 x/menit, KULIT/JARINGAN
- frekuensi napas 22 x/menit,
- suhu badan 37,6oC Timbul plaque merah
- pada regio capitis,
abdominalis, trunkus posterior,
ekstremitas superior dextra et Gangguan Integritas Kulit
sinistra, ekstremitas inferior
dextra et sinistra didapatkan
patch eritema multiple
berdistribusi sebagian diskret
dan konfluen dengan
permukaan skuama disertai
dengan papula-papula dan
ekskoriasi multiple
- Dilakukan beberapa tes
manipulasi berupa
penggoresan pada lesi dan
didapatkan adanya fenomena
tetesan lilin, fenomena auspitz

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan b.d Kurang terpapar informasi tentang
upaya mempertahankan/melindungi integritas jaringan d.d pasien mengeluh
munculnya bercak-bercak kemerahan pada kulit sejak 4 bulan yang lalu

17
F. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan Dan Kriteria
NO. Diagnosa Keperawatan Intervesi Keperawatan
Hasil
Gangguan Integritas Integritas Kulit / Perawatan Integritas Kulit
Kulit/Jaringan (D.0129) Jaringan (L.14125) (I11353)
Definisi : Keutuhan Definisi : Mengidentifikasi dan
Kategori : Lingkungan
kulit (dermis dan/atau merawat kulit untuk menjaga
Subkategori : epidermis) atau keutuhan, kelembaban, dan
Keamanan dan Proteksi jaringan (membran mencegah perkembangan
mukosa, kornea, fasia, mikroorganisme.
Definisi : Kerusakan
otot, tendon, tulang, Observasi
kulit (dermis dan/atau kartilago, kapsul sendi 1. Identifikasi penyebab
epidermis) atau jaringan dan /atau ligamen) gangguan integritas kulit
Kriteria Hasil : (mis.perubahan sirkulasi,
(membran
Setelah dilakukan perubahan status nutrisi,
mukosa,kornea,fasia,otot intervensi penurunan
,tendon,tulang,kartilago, keperawatan selama 3 kelembaban,suhu
kapsul sendi dan /atau x 24 jam maka lingkungan ekstrem,
Integritas penurunan mobilitas)
ligamen Kulit/Jaringan Terapeutik
Penyebab : Meningkat, dengan 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika
1. Perubahan sirkulasi kriteria hasil: tirah baring
- Kerusakan lapisan 2. Lakukan pemijatan pada
2. Perubahan status
kulit menurun area penonjolan tulang,
nutrisi (kelebihan - Kemerahan jika perlu
atau kekurangan) menurun 3. Bersihkan perineal dengan
- Hematoma air hangat, terutama selama
3. Kelebihan/
menurun periode diare
kekurangan volume 4. Gunakan produk berbahan
- Suhu kulit
cairan membaik petrolium atau minyak
- Tekstur membaik pada kulit kering.
4. Penuruna mobilitas
5. Gunakan produk berbahan
5. Bahan kimia iritatif ringan/alami dan
6. Suhu lingkungan hipoalergik pada kulit
yang ekstrem sensitif
6. Hindari produk berbahan
7. Faktor mekanis dasar alkohol pada kulit
(mis. penekanan kering
pada tonjolan Edukasi
1. Anjurkan menggunakan
tulang,gesekan)
pelembab
8. Efek samping terapi (mis.lotion,serum)
radiasi 2. Anjurkan minum air yang
cukup
9. Kelembaban
3. Anjurkan meningkatkan
10. Proses penuaan asupan nutrisi
11. neuropati perifer 4. Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur

18
12. Perubahan 5. Anjurkan menghindari
pigmentasi terpapar suhu ekstrim
6. Anjurkan menggunakan
13. Perubahan hormonal
tabir surya SPF minimal 30
14. Kurang terpapar saat beradadi luar rumah
informasi tentang 7. Anjurkan mandi dan sabun
secukupnya.
upaya
Pemberian Luka (I14564)
mempertahankan/me Definisi : Mengidentifikasi dan
lindungi integritas meningkatkan perawatan luka
serta mencegah terjadinya
jaringan
komplikasi luka.
Observasi
1. Monitor karakteristik luka
(mis.drainase,warna,ukura
n,bau)
2. Monitor tanda-tanda
infeksi
Terapeutik
1. Lepaskan balutan dan
plester secara perlahan.
2. Cukur rambut disekitar
luka,jika perlu
3. Bersihkan dengan cairan
NaCl 0.9% atau
pembersih non toksik,
sesuai kebutuhan
4. Bersihkan jaringan
nekrotik
5. Berikan salep yang sesuai
ke kulit/lesi,jika perlu
6. Pasang balutan sesuai
jenis luka
7. Pertahankan teknik steril
saat melakukan perawatan
luka
8. Ganti balutan sesuai
jumlah eksudat dan
drainase
9. Jadwalkan perubahan
posisi setiap 2 jam atau
sesuai kondisi pasien.
10. Berikan diet dengan kalori
30-35 kkal/KgBB/hari dan
protein 1,25-1,5
gram/KgBB/hari
11. Berikan suplemen vitamin
dan mineral (mis.vit.A,
vit.C, Zink) sesuai

19
indikasi
12. Berikan terapi TEENS
(stimulasi saraf
transkutaneous), jika perlu
Edukasi
1. Jelaskan tanda gejala
infeksi
2. Anjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dan
protein
3. Ajarkan prosedur
perawatan luka secara
mandiri
Kolaborasi
1. Kolaborasi prosedur
debridement, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu
Pemberian Obat Topikal
(I14533)
Definisi : Menyiapkan dan
memberikan agen farmakologis
ke permukaan kulit.
Observasi
1. Identifikasi kemungkinan
alergi, interaksi, dan
kontra indikasi obat
2. Identifikasi order obat
sesuai dengan indikasi
3. Periksa tanggal kadaluarsa
obat
4. Monitor efek terapeutik
obat
5. Monitor efek lokal, efek
sistemik, dan efek
samping obat.
Terapeutik
1. Lakukan prinsip enam
benar (pasien,obat,dosis,
waktu, rute, dokumentasi)
2. Cuci tangan dan pasang
sarung tangan
3. Berikan privasi
4. Bersihkan kulit
5. Oleskan obat topikal pada
kulit atau selaput lendir
yang utuh (kecuali
penggunaan obat untuk
mengobati lesi)

20
Edukasi
1. Jelaskan Jenis obat, alasan
pemberian, tindakan yang
diharapkan, dan efek
samping sebelum
pemberian.
2. Ajarkan pasien dan
keluarga tentang
pemberian obat secara
mandiri.

21
DAFTAR PUSTAKA

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP


PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP


PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran eperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP PPNI.

22

Anda mungkin juga menyukai