Anda di halaman 1dari 93

SEMESTER IV PRODI SARJANA KEPERAWATAN

MODUL PRAKTIK
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
(KMB) II
1. SISTEM ENDOKRIN
2. SISTEM IMUNOLOGI
3. SISTEM PENCERNAAN
4. SISTEM PERKEMIHAN

PENYUSUN
Imas Yoyoh., S.Kp., M.Kep
Annisaa F. Umara. M.Kep. Ns. Sp.Kep.MB
Ns. Nuraini, S.Kep., M.Kep.
Ns. Elang W, M.Kep.
Ns. Siti Latipah, M.Kep.

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
HALAMAN PENGESAHAN

Nama Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah 2 (KMB 2)


Nomor Kode/ SKS : WK 00011 / 3 SKS (2 T; 1 P)
Bidang Ilmu : Ilmu Keperawatan Medikal Bedah
Status Mata Kuliah : Wajib
Fakultas/Program Studi : Ilmu Kesehatan / Ilmu Keperawatan
Universitas : Universitas Muhammadiyah Tangerang
Jumlah Tim Penyusun :
1. Imas Yoyoh, S.Kp., M.Kep.
2. Annisaa F Umara, M.Kep., Ns.Sp.Kep.MB.
3. Ns. Nuraini, S.Kep., M.Kep.
4. Ns. Elang W, M.Kep.
5. Ns. Siti Latipah, M.Kep.

SF/SGPMFIK/01/2016

Tangerang, Agustus 2018

Menyetujui
Ka Prodi Ilmu Keperawatan,

Kartini, M.Kep., Ns.Sp.Kep.Mat.

2
Imas Yoyoh., Annisaa Fitrah Umara., Nuraini., Elang W., Siti Latipah
Modul Praktik Keperawatan Medikal Bedah 2 (KMB 2)
Universitas Muhammadiyah Tangerang, 2021
95 hlm
Cetakan ke-1

Katalog Dalam Terbitan


Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak maupun mengedarkan buku
tanpa izin tertulis dari penerbit maupun penulis

3
Visi Program Studi

Menjadi Program Studi Yang Unggul Dalam Bidang Promosi Kesehatan


Kardiovaskular Dengan Pendekatan Metode Ilmiah Dan Berlandaskan Nilai Islami
Pada Tahun 2028

Misi Program Studi

1. Menyelenggarakan Pendidikan Yang Islami Dibidang Promosi Kesehatan


Kardiovaskular Dengan Pendekatan Metode Ilmiah
2. Mengembangkan Penelitian Dibidang Promosi Kesehatan Kardiovaskular
3. Menyelenggarakan Pengabdian Masyarakat Dibidang Promosi Kesehatan
Kardiovaskular
4. Menerapkan Nilai-Nilai Islami Dalam Upaya Promosi Kesehatan Kardiovaskular

Tujuan Program Studi

1. Terselenggaranya Pendidikan Yang Islami Dibidang Promosi Kesehatan


Kardiovaskular Dengan Pendekatan Metode Ilmiah
2. Terselenggaranya Penelitian Dibidang Promosi Kesehatan Kardiovaskular
3. Terselenggaranya Pengabdian Masyarakat Dibidang Promosi Kesehatan
Kardiovaskular
4. Diterapkan Nilai-Nilai Islami Dalam Upaya Promosi Kesehatan Kardiovaskular

4
Visi Fakultas

Menjadi Institusi Pendidikan Kesehatan yang Unggul Dalam Metode Ilmiah


Berlandaskan Nilai-Nilai Islami Pada Tahun 2028

Misi Fakultas

1. Menyelenggarakan Pendidikan Kesehatan dengan menggunakan


teknologi
2. Meningkatkan kualitas penelitian di bidang kesehatan
3. Melaksanakan pengabdian masyarakat dengan menggunakan teknologi
tepat guna
4. Menerapkan nilai-nilai Islami kepada seluruh civitas akademika

Tujuan Fakultas:

1. Menghasilkan lulusan yang memiliki pengetahuan ilmiah kesehatan


yang tinggi
2. Menghasilkan penelitian kesehatan untuk meningkatkan kualitas
Pendidikan dan pelayanan kesehatan
3. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam upaya peningkatan
kesehatan
4. Terciptanya civitas akademika yang memiliki nilai-nilai Islami

5
INFORMASI MATA KULIAH

A. Identitas Mata Kuliah


Nama Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah 2 (KMB 2)
Bobot SKS : 3 SKS (2 SKS T; 1 SKS P)
Semester : IV (Empat)

B. Ketercapaian Pembelajaran
Capaian pembelajaran yang dimiliki oleh mahasiswa setelah mengikuti praktikum mata
kuliah KMB 2 yaitu:
Program Studi:
1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius;
2. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan
agama,moral, dan etika;
3. Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik;
4. Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki
nasionalisme serta rasa tanggungjawab pada negara dan bangsa;
5. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan kepercayaan, serta
pendapat atau temuan orisinal orang lain;
6. Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dan kemajuan peradaban berdasarkan pancasila;
7. Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap masyarakat
dan lingkungan;
8. Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara;
9. Menginternalisasi semangat kemandirian, kejuangan, dan kewirausahaan;
10. Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara
mandiri;
11. Mampu bertanggung gugat terhadap praktik profesional meliputi kemampuan
menerima tanggung gugat terhadap keputusan dan tindakan profesional sesuai
dengan lingkup praktik di bawah tanggungjawabnya, dan hukum/peraturan
perundangan;
12. Mampu melaksanakan praktik keperawatan dengan prinsip etis dan peka budaya
sesuai dengan Kode Etik Perawat Indonesia;

6
13. Memiliki sikap menghormati hak privasi, nilai budaya yang dianut dan martabat
klien, menghormati hak klien untuk memilih dan menentukan sendiri asuhan
keperawatan dan kesehatan yang diberikan, serta bertanggung jawab atas
kerahasiaan dan keamanan informasi tertulis, verbal dan elektronik yang diperoleh
dalam kapasitas sesuai dengan lingkup tanggungjawabnya;
14. Memiliki nilai-nilai islami yang berkemajuan sesuai Al Qur’an dan Assunah dalam
penerapan asuhan keperawatan;
15. Menguasai teknik, prinsip dan prosedur pelaksanaan asuhan/ praktik keperawatan
yang dilakukan secara mandiri atau berkelompok , pada bidang keilmuan
keperawatan medikal bedah;
16. Menguasai konsep dan teknik penegakkan diagnosis asuhan keperawatan;
17. Menguasai konsep, prinsip, dan teknik penyuluhan kesehatan sebagai bagian dari
upaya pencegahan penularan penyakit pada level primer, sekunder dan tertier;
18. Menguasai pengetahuan Al-islam dan Kemuhammadiyahan sesuai Al Qur’an dan As
Sunah yang berkemajuan untuk penerapan Asuhan Keperawatan;
19. Mengusai pengetahuan asuhan keperawatan kardiovaskular pada klien dengan
berbagai tingkatan usia;
20. Mampu memberikan asuhan keperawatan yang lengkap dan berkesinambungan yang
menjamin keselamatan klien (patient safety) sesuai standar asuhan keperawatan dan
berdasarkan perencanaan keperawatan yang telah atau belum tersedia;
21. Mampu memberikan asuhan keperawatan pada area spesialisasi keperawatan
medikal bedah sesuai dengan delegasi dari ners spesialis;
22. Mampu menegakkan diagnosis keperawatan dengan kedalaman dan keluasan
terbatas berdasarkan analisis data, informasi, dan hasil kajian dari berbagai sumber
untuk menetapkan prioritas asuhan keperawatan;
23. Mampu menyusun dan mengimplementasikan perencanaan asuhan
keperawatansesuai standar asuhan keperawatan dan kode etik perawat, yang peka
budaya, menghargai keragaman etnik, agama dan faktor lain dari klien individu,
keluarga dan masyarakat;
24. Mampu melakukan tindakan asuhan keperawatan atas perubahan kondisi klien yang
tidak diharapkan secara cepatdan tepat dan melaporkan kondisi dan tindakan asuhan
kepada penanggung jawab perawatan;
25. Mampu melakukan evaluasi dan revisi rencana asuhan keperawatan secara reguler
dengan/atau tanpa tim kesehatan lain;
7
26. Mampu melakukan komunikasi terapeutik dengan klien dan memberikan informasi
yang akurat kepada klien dan/atau keluarga /pendamping/penasehat utnuk
mendapatkan persetujuan keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya;
27. Mampu melakukan studi kasus secara teratur dengan cara refleksi, telaah kritis, dan
evaluasi serta peer review tentang praktik keperawatan yang dilaksanakannya;
28. Mampu merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi program promosi
kesehatan, melalui kerjasama dengan sesama perawat, profesional lain serta
kelompok masyarakat untuk mengurangi angka kesakitan, meningkatkan gaya hidup
dan lingkungan yang sehat;
29. Mampu melakukan tindakan asuhan keperawatan kardiovaskular pada klien dengan
berbagai tingkatan usia;

Mata Kuliah:
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran Keperawatan Medikal Bedah 2, mahasiswa
mampu:
1. Melakukan simulasi asuhan keperawatan dengan kasus gangguan sistem endokrin,
imunologi, pencernaan dan perkemihan pada klien dewasa dengan memperhatikan
aspek legal dan etis.
2. Melakukan simulasi pendidikan kesehatan dengan kasus gangguan sistem endokrin,
imunologi, pencernaan dan perkemihan pada klien dewasa dengan memperhatikan
aspek legal dan etis.
3. Mengintegrasikan hasil-hasil penelitian kedalam asuhan keperawatan dalam mengatasi
masalah sistem endokrin, imunologi, pencernaan dan perkemihan.
4. Melakukan simulasi pengelolaan asuhan keperawatan pada sekelompok klien dengan
gangguan sistem endokrin, imunologi, pencernaan dan perkemihan pada klien dewasa
dengan memperhatikan aspek legal dan etis.
5. Melaksanakan fungsi advokasi pada kasus dengan gangguan sistem endokrin,
imunologi, pencernaan dan perkemihan pada klien dewasa.
6. Mendemonstrasikan intervensi keperawatan pada kasus dengan gangguan sistem
endokrin, imunologi, pencernaan dan perkemihan pada klien dewasa sesuai dengan
standar yang berlaku dengan berfikir kreatif dan inovatif sehingga menghasilkan
pelayanan yang efisien dan efektif.

8
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohiim. Alhamdulillahirobbil’alamin. Segala puji dan syukur


kepada Alloh SWT yang telah mencurahkan segala kekuatan hingga pada akhirnya modul ini
dapat digunakan dalam pembelajaran. Sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW. Semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang mendapat
syafa’at di akhirat kelak. Aamiin.
Modul praktikum KMB 2 dibuat dalam upaya memudahkan mahasiswa dalam
memahami materi keterampilan dalam sistem kardiovaskular, respirasi, dan hematologi.
Selain itu juga, diharapkan dapat menjadi panduan bagi pengajar dalam menyampaikan
materi terkait. Modul ini berisi uraian materi yang dilengkapi dengan prosedur tindakan
pemeriksaan hingga tugas dan latihan untuk mahasiswa. Demikian kami harapkan modul
praktikum KMB 2 ini dapat membantu meningkatkan kualitas pembelajaran.

Tim Penyusun

9
PENDAHULUAN DAN TUJUAN
Bab I
A. Deskripsi Mata Ajar
Fokus mata ajar ini adalah pada pemenuhan kebutuhan klien dewasa dengan
gangguan sistem endokrin, imunologi, pencernaan dan perkemihan. Pemberian asuhan
keperawatan pada kasus gangguan sistem endokrin, imunologi, pencernaan dan
perkemihan berdasarkan proses keperawatan dengan mengaplikasikan ilmu biomedik
seperti biologi, histologi, biokimia,anatomi, fisiologi, patofisiologi, ilmu keperawatan
medikal bedah, ilmu penyakit dalam, farmakologi, nutrisi, bedah dan rehabilitasi.
Gangguan dari system tersebut meliputi gangguan peradangan, kelainan degeneratif,
keganasan dan trauma, yang termasuk dalam 10 kasus terbesar baik lokal, regional,
nasional dan internasional. Lingkup bahasan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi
asuhan terhadap klien. Intervensi keperawatan meliputi terapi Modalitas Keperawatan pada
berbagai kondisi termasuk terapi komplementer. Proses pembelajaran dilakukan melalui
kuliah pakar, collaborative learning (CL) dan Belajar Berdasarkan Masalah (BDM),dan
praktik laboratorium.

B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Pada akhir praktikum ini diharapkan mahasiswa mempunyai serangkaian
pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan Sistem Endokrin, Imunologi, Pencernaan, dan Perkemihan dengan
menggunakan pendekatan keperawatan medikal bedah yang menunjang pendidikan
Sarjana Keperawatan.

2.Tujuan Instruksional Khusus


a. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik Sistem Endokrin, Imunologi,
Pencernaan, dan Perkemihan
b. Mahasiswa mampu melakukan praktik terkait sistem endokrin
c. Mahasiswa mampu melakukan praktik terkait sistem imunologi

10
d. Mahasiswa mampu melakukan praktik terkait sistem pencernaan
e. Mahasiswa mampu melakukan praktik terkait sistem perkemihan

C. Pelaksanaan Praktikum
Praktik dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat di dalam Rancangan
Pembelajaran Semester (RPS).

D. Metode Evaluasi
Metode yang diterapkan pada praktikum mata kuliah KMB 2 yaitu dengan metode
demonstrasi, tutorial, dan peer group. Adapun evaluasi yang digunakan meliputi:
a. Pretest
b. Post test
c. Penilaian sikap dan penampilan saat mengikuti skills lab
d. Laporan
e. Ujian akhir skills lab

11
TATA TERTIB PRAKTIKUM
Bab II
Selama mengikuti praktikum, mahasiswa diharuskan untuk mematuhi peraturan dan tata
tertib yang berlaku, meliputi:
1. Pemakai harus mengisi daftar hadir / buku kunjungan dan meninggalkan kartu
mahasiswa yang berlaku.
2. Pemakai harus mengisi buku form / penggunaan alat.
3. Pemakai diwajibkan memakai jaket / jas praktek saat praktikum.
4. Pada saat praktikum mahasiswa wajib menggunakan name tag.
5. Pemakai harus dapat menggunakan alat sesuai dengan prosedur dan spesifikasi alat.
6. Pemakai sanggup menjaga keutuhan / kelengkapan dan kebersihan peralatan dan
ruangan.
7. Pemakai sanggup mengganti/ memperbaiki bila peralatan hilang/rusak.
8. Pemakai dilarang mengubah / memodifikasi peralatan yang dipinjam.
9. Pemakai dilarang membawa alat keluar dari ruang laboratorium, kecuali ada izin dari
kepala laboratorium.
10. Pemakai bersikap sopan, tenang, tidak banyak bicara, tidak merokok dan
makan/minum didalam laboratorium.
11. Pemakai harus membersihkan dan mengembalikan peralatan sesuai dengan tempatnya,
merapikan sesudah memakai ruangan, mematikan AC, lampu dan alat-alat yang
berhubungan dengan listrik.

12
DAFTAR ISI
BAB III
Halaman pengesahan ....................................................................... 3

Visi Misi ........................................................................................... 4


Informasi mata kuliah ……………………………………………… 6
Kata pengantar .................................................................................. 9
Pendahuluan dan Tujuan …………………………………………… 10
Tata tertib praktikum ......................................................................... 12
Daftar isi ........................................................................................... 13

SISTEM ENDOKRIN
Modul 1: Pengukuran ABI ………………….................................... 14
Modul 2: Pemeriksaan GDS …………………………………......... 20
Modul 3: Injeksi Subkutan …….……………………………...…… 23
SISTEM PERNCERNAAN
Modul 1: Pemasangan NGT .............................................................. 27
Modul 2: Bilas Lambung ………..……………………………......... 31
Modul 3: Menentukan jenis dan jumlah kalori dalam diet ………… 35
Modul 4: Colostomy care ………………………………………….. 38
SISTEM PERKEMIHAN
Modul 1: Pemasangan kateter urin …………………………….….. 41
Modul 2: Bladder training ………………………………………… 49
SISTEM IMUNOLOGI
Modul 1: Pemberian obat kemoterapi ……………………………… 54
Modul 2: Manejemen nyeri ………………………………………… 59
Daftar pustaka ................................................................................ 62
Lampiran ………………………………………………………… 63

13
Ns. Annisaa F U, S.Kep., M. Kep.

SISTEM ENDOKRIN:

Modul PENGUKURAN ANTE BRACHIAL INDEX (ABI)


1
1. Kemampuan Akhir yang Diharapkan
Setelah mendapatkan materi, mahasiswa diharapkan mampu:
a. Mengetahui indikasi pemeriksaan ABI
b. Mampu mendemostrasikan pemeriksaan ABI
c. Mampu melakukan pengukuran ABI

2. Teori Singkat
Ankle-Brachial Index adalah rasio tekanan darah sistolik (TDS) yang diukur di kaki
(dorsalis pedis dan posterior tibial) dan di lengan (brachial). Pertama kali diperkenalkan
oleh Winsor pada tahun 1950.
Indikasi pemeriksaan ABI yaitu:
1. Menegakkan diagnosis arterial disease pada pasien dengan suspect Lower
Extremity Arterial Disease (LEAD)
2. Mengesampingkan LEAD pada pasien dengan luka pada ekstremitas bawah.
3. Klaudikasi intermiten
4. Usia lebih dari 65 tahun
5. Usia lebih dari 50 tahun dengan riwayat merokok atau diabetes
6. Menentukan aliran darah arterial yang adekuat pada ekstremitas bawah sebelum
dilakukan terapi kompresi atau debridement luka
7. Jika ABI < 0,8 kompresi tinggi berkelanjutan (misal 30-40 mmHg pada kaki)
tidak direkomendasikan
8. Pada kasus campuran antara penyakit vena/arterial (misal ABI antara ˃ 0.5 s.d <
0.8), dianjurkan untuk menurunkan level kompresi (23-30 mmHg). Jika ABI <
0,5 maka kompresi harus dihindari dan pasien harus dirujuk ke dokter bedah
vaskuler untuk dilakukan evaluasi atau pemeriksaan lanjutan.
9. Mengkaji potensi penyembuhan luka

14
Sedangkan kontra indikasi pemeriksaan ABI yaitu jika pasien mengalami nyeri
yang luar biasa pada tungkai bawah/kaki, Deep vein thrombosis, yang dapat
menyebabkan dislodgement thrombosis, dan Nyeri berat yang berhubungan dengan luka
pada ekstremitas bawah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ABI saat istirahat seperti umur, tinggi badan,
jenis kelamin,dan etnik. Umur menurun seiring bertambahnya usia dikarenakan
kekakuan pada arteri. Seseorang dengan tinggi badan yang lebih tinggi akan memiliki
ABI yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang pendek sebagai konsekuensi
peningkatan TDS dengan jarak yang lebih jauh dari jantung. Perempuan memiliki ABI
lebih rendah dibanding laki-laki. Etnik kulit hitam memiliki ABI lebih rendah
dibandingkan kulit putih.

Adapun prosedur pemeriksaan ABI sebagai berikut:


1. Pasien harus berada dalam kondisi istirahat selama 5-10 menit pada posisi supine,
relaks, kepala dan kaki disokong, dalam ruangan dengan suhu yang nyaman (19o C -
22o C).
2. Pasien harus tidak merokok minimal selama 2 jam sebelum pengukuran ABI
3. Manset harus dipilih secara adekuat berdasarkan ukuran tungkai. Lebar manset minimal
40% dari lingkar tungkai.
4. Jangan menempatkan manset diatas bypass distal (resiko thrombosis) atau diatas ulkus.
Setiap luka terbuka yang potensial mengalami kontaminasi harus di tutup menggunakan
dressing impermeable.
5. Pasien harus berada dalam kondisi diam/tenang saat dilakukan pemeriksaan.
6. Serupa dengan pengukuran tekanan darah brachial, manset harus diletakkan melingkari
kaki menggunakan metode pembungkus lurus (straight wrapping method). Tepi bawah
manset harus berada 2 cm diatas aspek superior malleolus medial
7. Gunakan Dopler dengan 8-10 MHz. Gel harus diaplikasikan diatas sensor
8. Setelah perangkat dopler dihidupkan, probe harus ditempatkan pada area nadi pada
sudut 45o -60o dari permukaan kulit. Probe harus dipindahkan disekitarnya hingga
terdengar sinyal yang terjelas.
9. Manset harus digelembungkan secara progresif hingga mencapai 20 mmHg diatas
tingkat menghilangnya aliran sinyal dan kemudian dikempiskan perlahan untuk
mendeteksi tingkat tekanan muncul kembalinya aliran sinyal. Inflasi maksimum adalam

15
300mmHg. Jika aliran masih terdeteksi, manset harus dikempiskan dengan cepat untuk
menhindari nyeri.
10. Deteksi aliran darah brachial selama pengukuran tekanan lengan juga harus dilakukan
menggunakan dopler.
11. Urutan yang sama harus digunakan pada pengukuran tekanan tungkai. Urutan harus
sama bagi klinisi yang bekerja dalam satu tempat.
12. Selama urutan pengukuran, pengukuran pertama harus diulang diakhir urutan dan hasil
keduanya dirata-rata untuk menghilangkan white coat effect pada pengukuran pertama.
Terkecuali bila selisih hasil antara 2 pengukuran pada lengan pertama melebihi 10
mmHg. Dalam kasus tersebut, pengukuran pertama harus diabaikan, dan hanya
pengukuran kedua yang digunakan. Misalnya, ketika urutan berlawanan arah jarum jam
--- lengan kanan, posterior tibial kanan, dorsalis pedis kanan, posterior tibial kiri,
dorsalis pedis kiri, lengan kiri - -- digunakan, maka pengukuran lengan kanan harus
diulang diakhir urutan dan kedua hasil pengukuran pada lengan kanan harus dirata-rata
terkecuali bila perbedaan antara kedua pengukuran pada lengan kanan melebihi 10
mmHg. Dalam kasus ini, hanya pengukuran lengan kanan kedua yang digunakan.
13. Pada kasus dimana pengukuran tekanan ulang pada 4 tungkai (lihat indikasi),
pengukuran harus diulang dengan urutan yang berlawanan dengan urutan yang pertama.
Misalnya urutan yang pertama berlawangan dengan arah jarum jam (lengan kanan,
posterior tibial kanan, dorsalis pedis kanan, posterior tibial kiri, dorsalis pedis kiri,
lengan kiri), maka urutan searah jarum jam harus digunakan, dengan awal dan akhir
pada lengan kiri.

16
Gambar 1: Rumus menghitung ABI

17
3. Pelaksanaan Praktikum
Alat dan bahan yang diperlukan:
1. Doppler portable dengan probe 8-10 MHz, gunakan probe 5 MHz jika terdapat
edema yang besar di daerah tungkai bawah/kaki
2. Sphygmomanometer aneroid
3. Gel ultrasound
4. Alcohol pads untuk membersihkan Doppler
5. Kassa, tissue atau pads untuk membersihkan gel dari kulit pasien
6. Handuk atau selimut untuk menutup tungkai dan ekstremitas
7. Kertas dan pena untuk menuliskan hasil pengukuran, kalkulator

Performance Procedure
Orientasi 1. Ucapkan salam dan perkenalkan diri
2. Klarifikasi nama dan umur atau nama dan alamat klien
3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
4. Kontrak waktu
5. Dekatkan alat
6. Jaga privacy klien dengan menutup tirai/pintu
7. Ucapkan bismillah
Fase kerja 1. Tanyakan kepada pasien tentang aktifitas yang dilakukan sebelum
pemeriksaan yaitu merokok, meminum caffeine, alcohol, aktivitas
berat dan adanya nyeri (jika dimungkinkan, saranan kepada
pasien untuk menghindari stimulant atau latihan fisik berat 1 jam
sebelum pengukuran).
2. Lakukan pengukuran ABI pada kondisi lingkungan yang nyaman
untuk mencegah vasokonstriksi arteri
3. Hasil ABI terbaik didapatkan ketika pasien rileks, nyaman dan
kandung kencing kosong
4. Jelaskan prosedur kepada pasien
5. Lepaskan kaos kaki, sepatu dan pakaian yang ketat agar
memungkinkan pemasangan manset dan akses nadi dengan
Doppler
6. Anjurkan pasien berbaring terlentang (supine), dengan posisi
lengan dan kaki sama tinggi dengan posisi jantung minimum
selama 5-10 menit sebelum pengukuran. Tempatkan bantal
dibawah kepala pasien agar pasien merasa nyaman. Pilih ukuran
manset tekanan darah yang sesuai baik untuk lengan maupun
kaki. Lebar manset minimal 40% dari lingkar tungkai.
Fase kerja Sebelum pemasangan manset, pasang pelindung misal plastic wrap
pada ekstremitas jika terdapat luka atau perubahan pada intergitas
kulit 8 Pasang selimut pada tungkai dan ekstremitas untuk mencegah
kedinginan 9 Pasang manset di lengan kanan atas dan jangan sampai
menutupi arteri kemudian palpasi nadi brachialis
Tandai nadi brachialis hasil palpasi dengan gel ultrasound

18
Performance Procedure
Tempatkan probe vascular Doppler ultrasound diatas arteri brachialis
dengan sudut 45-60 derajat dan ubahlan posisi probe hingga
terdengar suara yang terjelas. Pompa manset hingga 20 mmHg diatas
menghilangnya tekanan darah sistolik. Kempiskan manset perlahan,
perhatikan suara pertama yang dideteksi oleh probe hasilnya
merupakan tekanan darah systolic brachialis. Bersihkan gel dari kulit
pasien
Pasang manset tensimeter di pergelangan kaki dan pastikan
ukurannya sesuai. Palpasi nadi dorsalis pedis.
Tandai nadi dorsalis pedis hasil palpasi dengan gel ultrasuond
Tempatkan probe vascular Doppler ultrasound diatas arteri dorsalis
pedis dengan sudut 45-60 derajat dan ubahlan posisi probe hingga
terdengar suara yang terjelas. Pompa manset hingga 20 mmHg diatas
menghilangnya tekanan darah sistolik. Kempiskan manset perlahan,
perhatikan suara pertama yang dideteksi oleh probe hasilnya
merupakan tekanan darah systolic dorsalis pedis. Bersihkan gel dari
kulit pasien
Palpasi nadi posterior tibial dan tandai nadi hasil palpasi dengan gel
ultrasound
Tempatkan probe vascular Doppler ultrasound diatas arteri posterior
tibial dengan sudut 45-60 derajat dan ubahlan posisi probe hingga
terdengar suara yang terjelas. Pompa manset hingga 20 mmHg diatas
menghilangnya tekanan darah sistolik. Kempiskan manset perlahan,
perhatikan suara pertama yang dideteksi oleh probe hasilnya
merupakan tekanan darah systolic posterior tibial. Bersihkan gel dari
kulit pasien
Lakukan pengukuran selanjutnya di posterior tibial kiri, dorsalis
pedis kiri, dan lengan kiri 18 Ulangi pengukuran pada diakhir urutan
dan kedua hasil pengukuran pada lengan kanan harus dirata-rata
terkecuali bila perbedaan antara kedua pengukuran pada lengan
kanan melebihi 10 mmHg. Dalam kasus ini, hanya pengukuran
lengan kanan kedua yang digunakan.
Terminasi - Evaluasi respon klien
- Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
- Melakukan kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya
- Mengucapkan Alhamdulillah
Dokumentasi - Nama dan umur atau nama dan alamat klien
- Tanggal dan jam tindakan keperawatan
- Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan
- Evaluasi: DS (respon klien), DO: tipe dan ukuran kateter,
deskripsi urine: warna, jumlah
- Nama dan tanda tangan ners

4. Latihan dan Tugas


a. Sebutkan indikasi dan kontraindikasi pemeriksaan ABI
b. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemeriksaan ABI

19
Ns. Annisaa F U, S.Kep., M. Kep.

SISTEM ENDOKRIN:

Modul PEMERIKSAAN GDS


2
1. Kemampuan Akhir yang Diharapkan
Setelah mendapat materi, mahasiswa diharapkan mampu:
d. Mengetahui nilai normal gula darah dalam setiap jenis pemeriksaan
e. Melakukan pengukuran GDS

2. Teori Singkat
Pengertian pemeriksaan gula darah adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui status
gula darah klien melalui gula darah kapiler dan atau vena. Tujuan pemeriksaan gula darah yatu
untuk mengetahui kadar gula darah pasien : gula darah puasa, gula darah 2 jam PP atau gula
darah sewaktu sebagai indikator adanya metabolisme karbohidrat.
1. GDS
• Dewasa : serum dan plasma = 140 mg/d ---- darah lengkap = 120mg/dl
• Anak : 120 mg/dl
• Lansia : serum dan plasma = 160 mg/dl ---- darah lengkap = 140 mg/dl

2. Gula Darah Puasa


• Dewasa : serum dan plasma = 70- 110 mg/dl ---- darah lengkap = 60 - 100mg/dl
• Bayi baru lahir = 30 – 80 mg/dl
• Anak : 60 - 100 mg/dl
• Lansia : 70 - 120 mg/dl

3. Gula darah 2 jam PP


• Dewasa : serum dan plasma = 140 mg/dl ---- darah lengkap = 120mg/dl
• Anak : 120 mg/dl
Lansia : serum dan plasma = 160 mg/dl ---- darah lengkap = 140 mg/dl

20
Lokasi pengambilan darah untuk pemeriksaan gula darah yaitu:
1. Darah kapiler :

• Ujung jari tangan (fingerstick) atau dan telinga, jika mengunakan lancet dilakukan
pada ujung jari

➢ Jari tengah atau jari manis dari tangan yang tidak dominan
➢ Pengambilan dilakukan dibagian tengah yang berdaging
➢ Jangan manusuk jari telunjuk karena lebih keras
➢ Jangan menusuk jari kelingking karenalebih tipis

• Untuk anak kecil dan bayi diambil ditumit pada 1/3 bagian tepi telapak kaki atau pada
ibu jari kaki.

• Lokasi pengambilan tidak boleh menunjukkan adanya gangguan peredaran seperti


pucat, vasodilatasi, kongesti.

2. Darah vena
• Vena mediana cubiti
• Vena jugularis supertisial
• Vena sinus sagitalis superior
• Femoraralis

3. Pelaksanaan Praktikum
Persiapan alat

1. Alat periksa gula darah digital (glukotest, gluko M, Gluko-DR, dll)


2. Gluko test strip
3. Lanset dan alat pendorongnya (lancing device)
4. Swab alcohol 70 %
5. Sarung tangan
6. Bengkok/ tempat sampah
7. Lembar hasil periksa dan alat tulis
8. Menampung Darah Dalam Tabung (jika melalui dara vena)
9. Karet pembendung / stuing (darah vena)
10. Spuit (dara vena)

Performance Procedure
Orientasi 1. Ucapkan salam
2. Perkenalkan nama dan tanggung jawab perawat
3. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada klien/keluarga

Fase kerja 1. Berikan kesempatan klien bertanya atau melakukan sesuatu sebelum
kegiatan dilakukan
2. Menanyakan keluhan utama klien

21
Performance Procedure
3. Jaga privacy klien
4. Mengucap bismillah
5. Atur posisi yang nyaman bagi klien
6. Gunakan sarung tangan bersih
7. Siapkan alat yang akan digunakan di dekat anda. Pasang atau
masukkan reagen strip ke dalam alat.
8. Pilih jari yang akan ditusuk (bisa jari tengah/jari manis)
9. Lakukan desinfeksi pada ujung jari yang akan ditusuk dengan
alkohol 70 %
10. Tusuk jari ujung jari di bagian tepi dengan lanset
11. Bila darah yang keluar sedikit, biarkan tangan tergantung ke bawah
dan urut jari tersebut beberapa kali kearah ujung jari.
12. Kenakan tetes darah pada reagen strip
13. Tunggu beberapa saat, dan anda akan melihat berapa nilai kadar
glukosa anda.
14. Tulislah hasil pada lembar kerja.
15. Bandingkan dengan nilai ambang darah kapiler.
16. Posisikan klien dalam posisi yang nyaman
17. Lepas sarung tangan dan buang ke tempat sampah
18. Cuci tangan

Terminasi 1. Mengucap hamdallah


2. Melakukan evaluasi tindakan
3. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
4. Berikan reinforcement positif
5. Mengakhiri kegiatan
6. Membereskan alat
7. Mencuci tangan mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

Dokumentasi 1. Nama Pasien


2. Rute / cara
3. Waktu Tindakan (tgl dan jam)
4. Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam pelaksanaan
Catat hasil tindakan (respon subjektif dan objektif) di dalam catatan

4. Latihan dan Tugas


a. Sebutkan kembali nilai kadar gula darah puasa, GDS, dan GDPP pasien dewasa
b. Lakukan pemeriksaan gula darah sewaktu

22
Siti Latipah, S.Kp., M. Kep.

SISTEM ENDOKRIN:

Modul INJEKSI SUB KUTAN


3
1. Kemampuan Akhir yang Diharapkan
Setelah mendapat materi, mahasiswa diharapkan mampu:
a. Menyebutkan kembali area penusukan injeksi insulin
b. Melakukan penghitungan dosis insulin
c. Melakukan pemberian injeksi sukutan

2. Teori Singkat
Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi oleh sel beta pulau Langerhans kelenjar
pankreas. Insulin menstimulasi pemasukan asam amino kedalam sel dan kemudian
meningkatkan sintesa protein. Insulin meningkatkan penyimpanan lemak dan mencegah
penggunaan lemak sebagai bahan energi. Insulin menstimulasi pemasukan glukosa ke
dalam sel untuk digunakan sebagai sumber energi dan membantu penyimpanan glikogen
di dalam sel otot dan hati. Insulin endogen adalah insulin yang dihasilkan oleh pankreas,
sedang insulin eksogen adalah insulin yang disuntikan dan merupakan suatu produk
farmasi.
Insulin sampai saat ini dikelompokkan menjadi beberapa jenis antara lain:
1. Kerja cepat (rapid acting)
Contoh: Actrapid, Humulin R, Reguler Insulin (Crystal Zinc Insulin) Bentuknya
larutan jernih, efek puncak 2-4 jam setelah penyuntikan, durasi kerja sampai 6 jam.
Merupakan satu-satunya insulin yang dapat dipergunakan secara intra vena. Bisa
dicampur dengan insulin kerja menengah atau insulin kerja panjang.
2. Kerja menengah (intermediate acting)
Contoh: Insulatard, Monotard, Humulin N, NPH, Insulin Lente Dengan
menambah protamin (NPH / Neutral Protamin Hagedom) atau zinc (pada insulin
lente), maka bentuknya menjadi suspensi yang akan memperlambat absorpsi
sehingga efek menjadi lebih panjang. Bentuk NPH tidak imunogenik karena
protamin bukanlah protein.
3. Kerja panjang (long acting)
Contoh: Insulin Glargine, Insulin Ultralente, PZI Insulin bentuk ini diperlukan
untuk tujuan mempertahankan insulin basal yang konstan. Semua jenis insulin yang
beredar saat ini sudah sangat murni, sebab apabila tidak murni akan memicu
imunogenitas, resistensi, lipoatrofi atau lipohipertrofi.

23
Dosis pemberian insulin tergantung pada kadar gula darah, yaitu :
• Gula darah < 60 mg % = 0 unit
• Gula darah < 200 mg % = 5 – 8 unit
• Gula darah 200 – 250 mg% = 10 – 12 unit
• Gula darah 250 - 300 mg% = 15 – 16 unit
• Gula darah 300 – 350 mg% = 20 unit
• Gula darah > 350 mg% = 20 – 24 unit
Secara umum di hitung dngan menggunakan Rumus sederhana

Rumus dasar yang mudah diingat dan lebih sering digunakan dalam perhitungan dosis obat adalah :

D xV=A
H

D = Dosis diinginkan (dosis diperintahkan dokter)


H = dosis ditangan (dosis pada label tempat obat)
V = bentuk obat yang tersedia (tablet, kapsul, cair)
A = jumlah hasil hitungan yang diberikan kepada pasien

Pembeian Insulin
Syringe : 1 ml = 40 unit
Berapa ml insulin yang dibutuhkan jika order 20 unit ?
X = 20/40 unit x 1 ml
= 0,5 ml

Bila dalam vial insulin terdapat 40 unit,dengan dosis 12 ml,dan diberikan dengan 100 ml
maka dosis yang harus diberikan kepada pasien sebanyak 30 ml.
Cara perhitungan : 12 / 40 X 100 = 30 ml.

24
Perlu diperhatikan daerah mana saja yang dapat dijadikan tempat menyuntikkan
insulin. Bila kadar glukosa darah tinggi, sebaiknya disuntikkan di daerah perut dimana
penyerapan akan lebih cepat. Namun bila kondisi kadar glukosa pada darah rendah,
hindarilah penyuntikkan pada daerah perut. Secara urutan, area proses penyerapan
paling cepat adalah dari perut, lengan atas dan paha. Insulin akan lebih cepat diserap
apabila daerah suntikkan digerak-gerakkan.

Penyuntikkan insulin pada satu daerah yang sama dapat mengurangi variasi
penyerapan. Penyuntikkan insulin selalu di daerah yang sama dapat merangsang
terjadinya perlemakan dan menyebabkan gangguan penyerapan insulin. Daerah
suntikkan sebaiknya berjarak 1 inchi (+2,5cm) dari daerah sebelumnya. Lakukanlah
rotasi di dalam satu daerah selama satu minggu, lalu baru pindah ke daerah yang lain.

3. Pelaksanaan Praktikum
Performance Procedure
Orientasi 1. Menjelasakan kepada pasien tentang tujuan dan perosedur pemberian
obat
2. Memberikan posisi yang nyaman pada pasien dan menjaga perivaci
pasien
3. Memastikan obat-obatan sudah sesuai perogram pengobatan dokter
4. Memeriksa daftar obat pasien
5. Menyiapkan disposabel spuit 1 cc atau 0,5 cc
6. Menyiapkan obat yang akan disuntikan

Tahap kerja 1. Cuci tangan


2. Jelaskan perosedur yang akan dilakukan
3. Membaca bismillah
4. Bebaskan daerah yang akan disuntik atau bebaskan suntikan dari
pakaian. Apa bila menggunakan pakaian, buka pakaian dan singsingkan
pakaian tersebut
5. Ambil obat dalam tempatnya sesuai dengan dosis yang akan diberikan.
Setelah itu tempatkan pada bak injeksi
6. Desinfeksikan area penyuntikan dengan kapas alkohol
7. Renggangkan dengan tangan kiri (daerah yang akan dilakukan suntikan

25
Performance Procedure
subkutan)
8. Lakuakn penusukan dengan lobang jarum menghadap keatas dengan
sudut 45 atau 90° dari permukaan kulit sesuai dengan ketebalan lemak
pasien
9. Lakukan aspirasi, bila tidak ada darah, suntikan secara perlahan-lahan
obat hingga habis
10. Tarik spuit dan tahan dengan kapas alkohol dan sepuit yang sudah
dipakai masukan kedalam bengkok.
11. Catat hasil pemberian, tanggal, waktu pemberian, dan jenia serta dosis.
12. Cuci tangan perawat

Terminasi 1. Melakukan evaluasi tindakan


2. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
3. Berikan reinforcement positif
4. Mengakhiri kegiatan
5. Membereskan alat
6. Mencuci tangan mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
7. Membaca hamdallah

Dokumentasi ✓ Nama Pasien


✓ Nama Obat
✓ Dosis Obat
✓ Rute/cara
✓ Waktu pemberian

4. Latihan dan Tugas


a. Sebutkan dan tunjukkan kembali lokasi area pemberian insulin
b. Lakukan penelusuran bentuk-bentuk alat pemberian insulin
c. Lakukan prosedur pemberian insulin

26
Ns. Elang W, S.Kep., M. Kep.

SISTEM PENCERNAAN:

Modul PEMASANGAN NGT


1
1. Kemampuan Akhir yang Diharapkan
Setelah menyelesaikan praktikum ini mahasiswa harus mampu memahami dan
melakukan prosedur pemasangan Naso Gastric Tube yang benar serta mempunyai
kemampuan untuk memberikan nutrisi pada klien yang terpasang NGT secara tepat.

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:

1. Menyebutkan definisi dari tindakan pemasangan NGT dengan tepat.


2. Menyebutkan tujuan dari tindakan pemasangan NGT dengan tepat.
3. Menyebutkan indikasi dari tindakan pemasangan NGT dengan tepat.
4. Menyebutkan dan mempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk pemasangan
NGT dengan benar.
5. Mendemonstrasikan tindakan pemasangan NGT dengan benar.
6. Mengetahui dan memahami kebutuhan kalori dan nutrisi dalam keadaan istirahat
dan sakit
7. Mendemontrasikan pemberian nutrisi via NGT secara benar

2. Teori Singkat
Pemasangan selang nasogastrik (NGT= Naso Gastric Tube) adalah prosedur invasif
yang berguna untuk tujuan terapeutik dan diagnostik. Dua tujuan umum pemasangan
NGT di layanan klinis adalah memberikan nutrisi yang diperlukan untuk pasien yang
tidak dapat melalui mulut, dan untuk melakukan evaluasi dari isi perut pasien dengan
curiga perdarahan pada gastrointestinal bagian atas. Pemasangan selang nasogastrik
untuk tujuan ini dan lainnya dianggap lebih mudah dan kurang traumatis bagi pasien
dibandingkan dengan penempatan tabung orogastric, dengan sayarat tindakan ini
dilakukan dengan hati-hati. Komplikasi serius, seperti aspirasi isi lambung dapat
terjadi, tetapi hal ini dapat diminimalkan ketika pasien kooperatif, posisi yang benar,
dan cukup siap untuk prosedur ini. Perlindungan jalan napas sangat penting pada
pasien koma atau tidak sadar.
Pemasangan Nasogastric Tube adalah tindakan pemasangan selang Nasogastrik
adalah proses medis yaitu memasukkan sebuah selang plastik (selang nasogastrik, NG

27
tube) melalui hidung, melewati tenggorokan dan terus sampai ke dalam lambung.
Selang Nasogastrik atau NG tube adalah suatu selang yang dimasukkan melalui hidung
sampai ke lambung. Sering digunakan untuk memberi nutrisi dan obat-obatan kepada
seseorang yang tidak mampu untuk mengkonsumsi makanan, cairan, dan obat-obatan
secara oral. Juga dapat digunakan untuk mengeluarkan isi dari lambung dengan cara
diaspirasi/ dialirkan.
Nasogastic Tube digunakan untuk:
1. Memungkinkan evakuasi isi lambung (cairan, udara, darah, racun) dan atau kumbah
lambung.
2. Untuk memasukkan cairan (memenuhi kebutuhan cairan atau nutrisi) dan obat-
obatan oral
3. Untuk membantu memudahkan diagnosa klinik melalui analisa substansi isi
lambung
4. Persiapan sebelum operasi dengan general anasthesia
5. Menghisap dan mengalirkan untuk pasien yang sedang melaksanakan operasi
pneumonectomy untuk mencegah muntah dan kemungkinan aspirasi isi lambung
sewaktu recovery (pemulihan dari general anasthesia).

Adapun indikasi pemasangan NGT adalah:


1. Pasien tidak sadar.
2. Pasien dengan masalah saluran cerna bagian atas (misal: stenosis esofagus, tumor
pada mulut, tumor pada faring atau tumor pada esofagus).
3. Pasien dengan kesulitan menelan.
4. Pasien paska bedah pada mulut, faring atau esofagus.
5. Pasien yang mengalami hematemesis.
6. Pasien yang mengalami IFO (Intoksikasi Fosfat Organik).
Menentukan panjang selang yang akan dimasukkan pada setiap pasien dapat dilakukan
dengan 2 metode, yaitu:
a. Diukur dari ujung hidung ke daun telinga lalu ke procesus xyphoideus.
b. Diukur dari ubun-ubun besar ke ujung hidung lalu ke procesus xyphoideus
Setelah selang terpasang sesuai panjang yang telah ditentukan, anjurkan klien untuk
rileks, dan lakukan tes untuk mengetahui posisi selang NGT sudah benar dan tepat
dilambung, dengan cara sebagai berikut:
a. Masukkan udara 10-15 cc dengan spuit ke dalam lambung (lakukan double check).
28
b. Aspirasi cairan lambung dengan spuit (bila perlu lakukan pemeriksaan pH cairan
lambung) ini cara pemeriksaan yang paling direkomendasikan.
c. Pemeriksaan X ray.

3. Pelaksanaan Praktikum
Persiapan alat:
1. NGT (Feeding Tube) sesuai 6. Spuit 50 cc.
ukuran: 7. Plester atau hipafix.
a. Dewasa : 16-18 Fr 8. Benang wol (bila ada).
b. Anak-anak : 9-10 Fr 9. Gunting.
c. Bayi : 6 Fr 10. Tongue Spatel.
2. 1 buah handuk kecil. 11. Penlight atau senter.
3. 1 buah perlak. 12. Stetoskop.
4. Jelly/lubricant. 13. Bengkok.
5. Sarung tangan bersih.

Performance Procedure
Orientasi - Mengkaji kebutuhan klien untuk pemasangan NGT.
b. Mengkaji apakah pasien kooperatif.
c. Inspeksi keadaan rongga mulut dan rongga hidung.
d. Palpasi abdomen.
- Cek kembali hasil kolaborasi dengan Dokter, kebutuhan
pemasangan NGT
- Menjelaskan prosedur dan tujuan pemasangan NGT serta hal-hal
yang harus dilaporkan dan dihindari pada klien dan keluarga.
- Mempersiapkan alat-alat dan mengatur posisinya di samping
tempat tidur, memindahkan peralatan yang tidak diperlukan.
Tahap kerja 1. Membaca bismillah
2. Menjaga privacy klien dengan memasang penghalang atau
menutup pintu.
3. Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan.
4. b. Berdiri di samping klien, di sisi yang sama dengan lubang
hidung yang akan diinsersi dan dekatkan alat-alat.
c. Atur klien dalam posisi Fowler (kecuali ada kontraindikasi)
dengan meletakkan bantal di belakang kepala dan bahu.
d. Pasang perlak di atas bantal dan handuk di atas dada.
e. Letakkan bengkok di samping pasien
5. Tentukan panjang selang yang akan dimasukkan dan beri
tanda dengan plester. - Terdapat 2 metode:
a. Diukur dari ujung hidung ke daun telinga lalu ke procesus
xyphoideus.
b. Diukur dari ubun-ubun besar ke ujung hidung lalu ke
procesus xyphoideus.
6. Beri jelly pada selang yang akan dipasang.
7. a. Instruksikan klien agar kepala dalam posisi ekstensi lalu

29
Performance Procedure
masukkan selang dengan hati-hati melalui lubang hidung
(klien mungkin merasa ingin muntah).
b. Bila terasa ada tahanan masukkan selang sambil diputar
(jangan dipaksakan).
8. a. Bila sudah terasa melewati batas kerongkongan, minta
klien untuk membuka mulut dan lihat dengan bantuan tongue
spatel dan senter apakah selang melingkar di dalam
kerongkongan atau mulut.
b. Bila selang melingkar di dalam kerongkongan atau mulut,
maka tarik kembali selang, anjurkan klien istirahat kemudian
olesi selang dengan jelly dan pasang pada lubang hidung yang
lain dengan cara yang sama. (selang diganti???).
c. Bila tidak, fleksikan kepala klien (sampai posisi kepala dan
leher lurus) kemudian masukkan selang sampai melewati
nasofaring. Saat dimasukkan, anjurkan klien untuk menelan
(bila pasien sadar).
9. a. Masukkan terus selang sampai panjang yang telah
ditentukan.
b. Perhatikan bila klien batuk-batuk dan sianosis (jika batuk-
batuk dan sianosis dimungkinkan masuk dalam jalan nafas,
sehingga tarik selang).
10. Setelah selang terpasang sesuai panjang yang telah
ditentukan, anjurkan klien untuk rileks, kemudian lakukan tes
untuk mengetahui apakah posisi selang NGT sudah benar,
dengan cara sebagai berikut
a. Masukkan udara 10-15 cc dengan spuit ke dalam lambung
(lakukan double check).
b. Aspirasi cairan lambung dengan spuit (bila perlu lakukan
pemeriksaan pH cairan lambung).
c. X ray
11. Fiksasi selang dengan plester yang telah disediakan atau
dengan benang lalu fiksasi kembali benang dengan plester
Terminasi - Membaca hamdallah
- Merapikan klien dan tempat tidur klien.
- Membersihkan dan mengembalikan alat-alat pada tempat
semula.
- Melepas sarung tangan dan mencuci tangan.

Dokumentasi Dokumentasikan tindakan pada status klien.

4. Latihan dan Tugas


a. Sebutkan kembali cara mengukur selang NGT
b. Jelaskan indikasi pemasangan NGT

30
Imas Yoyoh, S.Kp., M. Kep.

SISTEM PENCERNAAN:

Modul BILAS LAMBUNG


2
1. Kemampuan Akhir yang Diharapkan
Setelah mendapat materi praktik, mahasiswa diharapkan mampu:
b. Memahami konsep bilas lambung
c. Menyebutkan kembali indikasi dan kontra indikasi bilas lambung
d. Melakukan prosedur bilas lambung

2. Teori Singkat
Membilas lambung adalah membersihkan lambung dengan cara memasukkan
air/cairan tertentu ke dalam lambung dan mengeluarkan kembali dengan menggunakan
selang penduga lambung (NGT). Tujuannya untuk membersihkan dan mengeluarkan
racun/darah dari dalam lambung. Indikasi yaitu keracunan obat, keracunan zat kimia,
keracunan makanan, dan hematemesis.
Kontraindikasi dilakukannya bilas lambung yaitu:
1. keracunan oral lebih dari 1 jam;
2. pasien keracunan bahan toksik yang tajam dan terasa membakar (resiko perforasi
esophageal) serta keracunan bahan korosif (misalnya: hidrokarbon, pestisida,
hidrokarbon aromatic, halogen);
3. pasien yang menelan benda asing yang tajam;
4. pasien tanpa gangguan reflex atau pasien dengan pingsan (tidak sadar) membutuhkan
intubasi sebelum bilas lambung untuk mencegah inspirasi.

3. Pelaksanaan Praktikum
Pada keadaan darurat, misalnya pada pasien yang keracunan, tidak ada persiapan
khusus yang dilakukan oleh perawat dalam melaksanakan Bilas lambung (gastric
lavage), akan tetapi pada waktu tindakan dilakukan untuk mengambil specimen lambung
sebagai persiapan operasi, biasanya dokter akan menyarankan akan pasien puasa terlebih
dahulu atau berhenti dalam meminum obat sementara.
31
Prosedur bilas lambung pada kasus keracunan
a. Bisa dilakukan pada klien yang tidak sadar / stupor atau jika induksi muntah dengan
sirup ipekak tidak berhasil.
b. Bila klien setengah sadar dan masih ada refleks muntah, maka posisikan klien
miring pada satu sisi untuk memudahkan irigasi dan mencegah aspirasi.
c. Bila klien tidak sadar dan refleks muntah tidak ada, maka klien harus dilakukan
intubasi trachea sebelum dilakukan bilas lambung.
d. Gunakan pipa nasogastrik berdiameter besar (>28Fr) untuk memudahkan aliran
irigasi cairan.
e. Gunakan larutan garam fisiologis untuk pembilasan, suhu cairan yang digunakan
sebaiknya sesuai suhu tubuh.
f. Lakukan irigasi dan aspirasi cairan garam faal sebanyak +/- 200 ml beberapa kali
sampai terpakai 2-4 liter.
g. Lakukan pencatatan setelah tindakan yang meliputi jumlah, karakteristik, bau cairan
yang dilakukan irigasi serta reaksi klien.

Prosedur Bilas lambung (gastric lavage) pada kasus perdarahan lambung


1. Sebelumnya pasang NGT berukuran besar, jenis yang biasanya digunakan adalah
selang Ewald. Selang dengan diameter kecil tidak cukup efektif untuk mengeluarkan
bekuan darah dan dapat menyebabkan kesalahan penegakan diagnosa karena bila
ada bekuan darah yang menyumbat selang, akan sulit mendeteksi masih terjadinya
perdarahan.
2. Lakukan irigasi dengan menggunakan cairan garam faal dengan cara memasukkan
sejumlah cairan secara bertahap dan kemudian mengeluarkannya dengan cara
mengalirkan atau diaspirasi menggunakan tekanan rendah.
3. Alirkan cairan yang dikeluarkan ke dalam kantong (collection bag) yang diletakkan
dengan posisi lebih rendah dari tubuh klien atau tempat tidur klien.
4. Cairan irigasi yang digunakan bisa berjumlah +/- 500-700 ml
5. Pastikan bahwa aliran cairan lancar, begitu juga dengan system drainasenya.
6. Waspada terhadap potensial terjadinya sumbatan bekuan darah pada selang atau
perubahan posisi selang.
7. Gunakan cairan dengan suhu ruangan, karena akan lebih efektif dalam tindakan
gastric lavage. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa penggunaan
cairan dengan suhu rendah (dingin) akan menggeser kurva disosiasi hemoglobin
32
kearah kiri dan dapat berakibat langsung seperti : penurunan aliran oksigen ke
organ-organ vital serta memperpanjang waktu perdarahan dan protrombin time.

Alat dan bahan yang digunakan dalam prosedur bilas lambung yaitu sebagai berikut:
1. selang nasogastrik/ diameter besar atau selang Ewald diameter besar;
2. spuit pengirigasi besar dengan adapter;
3. saluran plastic besar dengan adapter;
4. pelumas larut air;
5. air biasa atau antidote yang tepat (susu, larutan salin, larutan bikarbonat natrium, jus
jeruk, karbon teraktivasi);
6. wadah untuk aspirat;
7. gag mulut, selang nasotrakea atau endotrakea dengan cuv yang dapat dikembungkan;
8. wadah untuk spesimen.

Tahapan prosedur bilas lambung:


Performance Procedure
Orientasi 1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya
2. Perkenalkan nama dan tanggung jawab perawat
3. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan
4. Mencuci tangan

Fase kerja 1. Membaca basmallah


2. Alat didekatkan ke pasien
3. Memasang perlak di bawah kepala pasien sampai
sebatas bahu
4. Meletakkan handuk di dada pasien
5. Meletakkan bengkok di kanan pasien.
6. Meletakkan ember ke dekat pasien
7. Petugas mencuci tangan
8. Pasang handschoen
9. Menentukan panjang slang NGT yang masuk ke
dalam lambung dari telinga ke pangkal hidung
sampai ke procesus xypoideus atau dari Os frontal
ke procesus xypoideus dan diberi batas/ tanda
dengan plester.
10. Memberi pelicin/jelly pada ujung NGT lambung
11. Menutup pangkal slangNGT lambung dengan cara
menekuk/diklem
12. Memasukkan slangNGT pelan-pelan ke dalam
lambung melalui hidung. Bagi pasien sadar
dianjurkan menelan slang NGT perlahan-lahan
sambil menarik nafas dalam

33
Performance Procedure
13. Meyakinkan slang NGT masuk ke dalam lambung
dengan cara :
✓ sambungkan spuit yang sudah berisi udara
sekitar 10cc ke ujung NGT .letakkan stetoskop
di atas kuadran kiri abdomen tepat di bawah
garis costae. Masukkan udara dan auskultasi
sampai terdengar suara brus.
✓ Memasukkan ujung slangNGT sampai
terendam dalam mangkok berisi air dan tidak
tampak gelembung udara dan air.
✓ Mengambil cairan didalam lambung kemudian
masukkan ke dalam tabung spesimen untuk
dibuat sampel laboratorium
14. Setelah yakin slang NGT masuk ke lambung
pasien, fiksasi secara melingkar dengan
menggunakan plester.
15. Lipat/klem ujung selang NGT lalu sambungkan
dengan spuit 50 cc atau boleh menggunakan
corong.
16. Posisikan ujung NGT lebih rendah dari lambung,
injeksikan normal salin / air dengan perlahan tetapi
pasti dan jangan memaksa ( masukkan 100-300 cc)
17. Setelah cairan dimasukkan, aspirasi cairan
sebanyak ± 20 cc, kemudian dilanjutkan dengan
membiarkan cairan keluar sendiri karena gravitasi,
tampung cairan di dalam waskom.
18. Membilas lambung dilakukan berulang kali sampai
air/cairan yang keluar dari lambung berwarna
jernih/tidak berbau racun.
Terminasi - Membaca hamdallah
- Setelah selesai, rapikan alat
- Cuci tangan
- Mengobservasi tekanan darah, nadi, pernafasan,
dan respons pasien
Dokumentasi 1. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan
serta jumlah dan jenis Cairan yang masuk dan
keluar
2. Dokumentasikan tidakan dalam bentuk SOAP

4. Latihan dan Tugas


a. Jelaskan indikasi dan kontra indikasi bilas lambung
b. Sebutkan kembali jumlah cairan irigasi yang diperlukan
c. Demonstrasikan prosedur bilas lambung bersama teman peer

34
Ns. Elang W, S.Kep., M. Kep.

SISTEM PENCERNAAN:

Modul MENENTUKAN JENIS DAN JUMLAH KALORI


3 DALAM DIET

1. Kemampuan Akhir yang Diharapkan


Setelah mendapat materi praktik, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Memahami konsep pemberian nutrisi
2. Menunjukkan jenis nutrisi
3. Melakukan perhitungan kebutuhan kalori dalaam diet

2. Teori Singkat
Suplai nutrisi setiap hari secara adekuat memegang peranan penting untuk pasien
kritis dan pasien yang dalam perawatan baik di Pusat Pelayanan Primer (Puskesmas)
maupun di Rumah Sakit pada umumnya . Adapun tujuan dari pemberian nutrisi ini
adalah untuk memelihara kesehatan pasien dan untuk meningkatkan ketahanan tubuh
terhadap penyakit. Nutrisi dapat diberikan secara enteral ataupun parenteral. Nutrisi
enteral artinya pemberian nutrisi diberikan melalui jalur saluran gastrointestinal, bisa per
oral ataupun melalui pemasangan NGT (Nasogastric tube) jika pemberian per oral
mengalami gangguan. Namun, apabila jalur enteral tidak adekuat ataupun tidak
memungkinkan, maka pemberian nutrisi pasien dapat dilakukan secara parenteral.
Jenis nutrisi yang diberikan tergantung berdasarkan cara pemberiannya, kondisi
pasien, dan aktivitas pasien tersebut. Apabila terjadi gangguan komposisi tubuh akibat
pemberian makronutrien yang tidak adekuat (Karbohidrat, lemak, protein) ataupun
mikronutrien (vitamin, mineral, trace element) yang disebut dengan kondisi malnutrisi,
akan mengakibatkan penurunan berat (massa) badan, massa organ dan yang terpenting
adalah menyebabkan terjadinya penurunan fungsi organ. Untuk itu, bantuan nutrisi
sangat dibutuhkan agar dapat menghindarkan pasien dari kekurangan ataupun kelebihan
kalori, meminimalkan efek starvasi, dan menyediakan kebutuhan makronutrien dan
mikronutrien dalam jumlah yang tepat.

35
Penghitungan kalori dan kebutuhan makro/mikronutrien harus berdasarkan kebutuhan
pasien. Pada modul ini fokus utama yang akan dipelajari adalah penghitungan kalori dan
kebutuhan makronutrien dari seseorang. Adapun pemberian terapi nutrisi
dipertimbangkan apabila kondisi pasien sudah mulai stabil, misalnya perdarahan sudah
terkontrol, ataupun sudah teresusitasi dari keadaan syok. Beberapa literatur menyebutkan
pemberian makanan enteral dini 24-72 jam. (NB: Starvasi adalah suatu keadaan dimana
terjadi kekurangan asupan energi dan unsurunsur nutrisi essensial yang diperlukan tubuh
dalam beberapa hari sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan perubahan proses
metabolisme unsur-unsur utama didalam tubuh)
Pemberian nutrisi enteral diberikan pada pasien yang sama sekali tidak bisa makan,
makanan yang masuk tidak adekuat, pasien dengan sulit menelan, pasien dengan luka
bakar yang luas. Pada pasien dengan keadaan trauma berat, luka bakar dan status
katabolisme, maka pemberian nutrisi enteral sebaiknya sesegera mungkin dalam 24 jam.
Kontra indikasi pemberian nutrisi enteral adalah keadaan dimana saluran cerna tidak
dapat berfungsi sebagaimana mestinya, kelainan anatomi saluran cerna, iskemia saluran
cerna, dan peritonitis berat. Pada pasien dengan pembedahan, pemberian nutrisi enteral
harus dikonfirmasikan dengan tanda munculnya flatus. Pada prinsipnya, pemberian
formula enteral dimulai dengan dosis rendah dan ditingkatkan secara bertahap sampai
mencapai dosis maksimum dalam waktu seminggu. Makanan enteral yang telah
disediakan sebaiknya dihabiskan dalam waktu maksimal 4 jam, waktu selebihnya akan
membahayakan karena kemungkinan makanan tersebut telah terkontaminasi bakteri.

3. Pelaksanaan Praktikum
Cara penghitungan Resting Energy Expenditure (REE)
1. Menurut Harris Benedict BMR
- Laki-laki :6.47+13.75BB+5.0TB-6.76U
- Perempuan :655.1+9.65BB+1.85TB-4.68U
2. WHO pada Anak
- REE Laki-laki 0-3 tahun : 60.9BB-54
- 3-10 tahun : 22.7BB+495
- Perempuan 0-3 tahun : 61BB-51
- 3-10 tahun : 22.5BB+499
3. Altman & Dittmer
- REE Laki-laki berumur 3-16 tahun :19.56BB+506.16
- Perempuan berumur 3-16 tahun :18.67BB+578.64
4. Maffeis
- REE Laki-laki berumur 6-10 tahun :1287+28,6BB+23.6H-69.1A
- Perempuan berumur 6-10 tahun :1552+35.8BB+15.6H-36.3A

36
REE ditentukan sesuai umur sebagai berikut:
Umur (tahun) REE (kkal/kgBB/hari)

- 0-1 : 55
- 1-3 : 57
- 4-6 : 48
- 7-10 : 40
- 11-14 (Laki/Perempuan) : 32/28
- 15-18 (Laki/Perempuan) : 27/25

Rumus kebutuhan energi:

Total Factor = Pemeliharaan + Activitas + Demam + Trauma sederhana + Luka Multipel


+ Terbakar + Pertumbuhan

Untuk penghitungan kebutuhan kalori, ada 2 rumus yang dapat digunakan:


1. Kebutuhan Kalori = BEE x aktifitas x Stress
- BEE= BMR= Basal Energy Expenditure
Laki-laki : 66,47 + 13,7BB + 5TB - 6,76U
Perempuan : 665,1 + 9,56BB + 1,85TB - 4,67U
- Aktifitas:
- Tempat Tidur/TT : 1,2
- Turun dari TT : 1,3
- Stress:
Operasi kecil : 1,2
Trauma otot/tulang : 1,35
Sepsis berat : 1,6
Luka bakar berat : 2,1
2. Rule of Thumb
Kebutuhan Kalori: 25-30 Kkal/KgBB/Hr

4. Latihan dan Tugas


d. Tuliskan kembali rumus kebutuhan energi
e. Hitunglah kebutuhan kalori diri anda sendiri

37
Imas Yoyoh, S.Kp., M. Kep.

SISTEM PENCERNAAN:

Modul COLOSTOMY CARE


4
1. Kemampuan Akhir yang Diharapkan
Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa dapat:
a. Melakukan persiapan alat untuk perawatan stoma
b. Melakukan perawatan stoma

2. Teori Singkat
Salah satu penatalaksanaan surgery pada pasien kanker kolon adalah operasi
kolostomi (pembuatan stoma) (Grace & Borley, 2007). Kolostomi adalah suatu prosedur
pembedahan pengalihan feses dari usus besar dengan menarik bagian usus melalui
sayatan perut lalu menjahitnya di kulit yang sering disebut stoma.
Kolostomi adalah lubang yang dibuat melalui dinding abdomen kedalam kolon iliaka
(assenden) sebagai tempat mengeluarkan feses (Pearce, 2009 dalam Nainggolan &
Asrizal, 2013). Pembentukan kolostomi dapat dilakukan secara permanen atau sementara
tergantung tujuan dilakukan operasi dan 10% diantaranya adalah kolostomi permanen
(Vonk-Klassen, et al, 2015). Lubang kolostomi yang muncul di permukaan/dinding
abdomen yang berwarna kemerahan disebut stoma.
Pembuatan stoma ini dapat bersifat permanen atau sementara tergantung tujuan dari
tindakan dan kondisi kanker yang dialami (White et al., 2012). Letak stoma tergantung
dari letak massa. Ada tiga tempat pembuatan stoma yaitu (Daniels & Nicoll, 2012):
a. Asending colostomy Jika letak massa pada usus desenden. Konsistensi feses
yang keluar bertektur lebih lembut karena enzyme pencernaan masih keluar
pada bagian ini. Pengeluaran feses tidak dapat diprediksi waktunya.
b. Tranverse colostomy Jika letak massa pada usus transversedan sigmoid.
Konsistensi feses yang keluar bertektur lembut sedikit padat karena enzyme
pencernaan sudah mulai berkurang pada bagian ini. Pengeluaran feses waktunya
tidak terduga.

38
c. Desending colostomy Jika letak massa pada usus bagian desenden, rektal dan
sigmoid. Konsistensifeses yang keluar berbentuk lebih padat dan berwarna
coklat. Pengeluaran feses lebih teratur. Drainase dari kolostomi ini lebih baik
dibandingkan dengan kolostomi transverse. Pada bagian ini enzyme pencernaan
sudah tidak keluar.
Perawatan stoma adalah membersihkan stoma kolostomi, kulit sekitar stoma, dan
mengganti kantong kolostomi secara berkala sesuai kebutuhan. Tujuan Perawatan
Kolostomi yaitu, menjaga kebersihan pasien, mencegah terjadinya infeksi, mencegah
iritasi kulit sekitar stoma, mempertahankan kenyamanan pasien dan lingkungan. Prinsip
Perawatan Kolostomi yaitu, bersih, mempertahankan daerah di sekitar stoma dari iritasi
dan infeksi, menjaga privasi, kenyamanan pasien dan lingkungan.

3. Pelaksanaan Praktikum
Peralatan :

1. Colostomy bag 6. Plester dan gunting


2. Under pad 7. Piala ginjal
3. Satu pasang sarung tangan 8. M a s k e r
4. Kantong plastik kuning 9. Zalf
5. Set ganti balut : 10. Nacl 0.9 %
• Kassa steri 11. Gunting
• Lidi steril 12. Tissue

Performance Procedure

Tahap Orientasi 1. Baca catatan keperawatan/catatan medis


2. Cuci tangan
3. Ucapkan salam dan perkenalkan diri
4. Klarifikasi nama dan umur atau nama dan alamat klien
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan,
kontrak waktu
6. Beri kesempatan pada pasien/keluarga untuk bertanya
Fase kerja 1. Membaca bismillah
2. Menutup pintu dan gordyn / skerem.
3. Mengatur posisi pasien.
4. Perawat mencuci tangan.
5. Perawat memakai sarung tangan dan masker.
6. Observasi kulit sekitar luka, apakah ada yang lengket – lengket,

39
Performance Procedure

tergantung pada jenis kantong yang digunakan.


7. Memberi under pad pada daerah yang diganti.
8. Piala ginjal didekatkan pada bagian perut / luka yang akan
diganti.
9. Kosongkan kantong ke dalam container lain

10. Membuka colostomy bag dengan hati-hati, bagian yang kotor


diarahkan ke dalam kantong plastik., pelan-pelan diangkat dari
atas.

11. Melepaskan lekatan dengan cara mendorong kulit dari lekatan

12. Membersihkan colostomy dan sekitarnya dengan kasa Nacl 0,9


% kemudian dikeringkan atau dengan sabun, air dan washlap
13. Observasi output dari colostomi, buka sarung tangan lalu cuci
tangan.
14. Pakai sarung tangan on steril.

15. Letakan satu atau dua kasa steril diatas lubang stoma

16. Jika diperlukan, gunting lingkaran untuk memperbesar lubang


17. Buka penutup kasa pada lubang tadi

18. Mengoleskan salf pelindung kulit di sekitar colostomy dengan


kapas lidi.
19. Memasang colostomy bag dengan tepat dan dijaga supaya tidak
ada udara yang masuk di dalamnya.
20. Merapihkan pasien.
21. Membereskan alat-alat..
22. Perawat melepas sarung tangan dan masker.
23. Perawat mencuci tangan, kaji adanya ketidak nyamanan disekitar
stoma.

Terminasi - Evaluasi respon klien


- Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
- Melakukan kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya
- Mengucapkan Alhamdulillah dan memberi salam
Dokumentasi - Nama dan umur pasien, tanggal dan jam tindakan keperawatan
- Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan
- Nama dan tanda tangan ners

4. Latihan dan Tugas


a. Jelaskan area tempat membentuk stoma
b. Lakukan perawatan stoma

40
Imas Yoyoh, S.Kp., M. Kep.

SISTEM PERKEMIHAN:

Modul PEMASANGAN KATETER URIN


1
1. Kemampuan Akhir yang Diharapkan
Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa dapat:
c. Melakukan persiapan alat untuk pemasangan kateter dengan tepat sesuai indikasi
d. Melakukan pemasangan kateter urin dengan benar

2. Teori Singkat
Kateterisasi urin adalah pemasukan selang yang terbuat dari plastik atau karet
melalui uretha menuju ke kandung kemih (vesica urinaria).

Gambar 1: Posis selang kateter urin


Tujuan pemasangan kateterisasi urin yaitu:

- Melancarkan pengeluaran urin pada klien yang tidak dapat mengontrol miksi atau
mengalami obstruksi pada saluran kemih.
- Memantau pengeluaran urin pad aklien yang mengalami gangguan hemodinamik.

Karena kateterisasi urin meresiko bagi klien untuk mengalami Urinaria


Tractus Infection (UTI) atau Infeksi Saluran Kemih (ISK) dan menyebabkan trauma
pada uretra, maka kateterisasi lebih dianjurkan untuk pemasangan sementara.

41
Indikasi pemasangan kateter Kontraindikasi pemasangan
kateter
1. Pasien yang mengalami retensi urin akut dan 1. Pasien dengan prostatitis akut
kronis 2. Pasien dengan suspek trauma
2. Menjaga keteraturan pengeluaran urin pada urethral
pasien yang mengalami kesulitan berkemih, 3. Pasien dengan riwayat striktur
sebagai akibat gangguan neurologis yang urethra
menyebabkan paralisis atau kehilangan sensasi 4. Pasien yang baru selesai
berkemih yang berefek pada proses berkemih penjalani TURP (Trans-
3. Pasien dengan penyakit gawat yang Urethral Reserction of the
membutuhkan pengukuran urin output Prostate) dalam jangka waktu
4. Pasien yang menjalani pembedahan urologi 24 jam
atau operasi lain yang terkait dengan saluran 5. Pasien yang mengalami
genitourinary phymosis
5. Antisipasi proses operasi yang panjang selain 6. Pasien yang mengalami
itu pada pasien yang membutuhkan monitoring riwayat sulit dipasang kateter
urine output pada saat pembedahan 7. Pasien yang dicurigai
6. Membantu proses penyembuhan luka di area mengalami hematuria
sacral dan perineal pada pasien yang 8. Pasien yang mengalami atau
mengalami inkontinensia menunjukkan tanda dan gejala
7. Pasien yang mengalami imobilisasi jangka infeksi saluran kemih
panjang seperti pasien yang mengalami fraktur
spinal atau lumbar, multiple fracture, multiple
trauma di area pelvis, dll
8. Irigasi kandung kemih
9. Memasukkan obat atau untuk proses
pemeriksaan diagnostic terkait system urologi
(contoh: cystogram)
10. Memfasilitasi proses berkemih dan menjaga
integritas kulit
11. Meningkatkan kenyamanan pada pasien
terminal (palliative care)

42
Kateter bisa dipasang sementara, menetap jangka pendek, dan menetap jangka
panjang. Kateter sementara biasanya menggunakan kateter satu lumen dan hanya
memerlukan waktu 5 – 10 menit sampai kandung kemih kosong. Penggunaan kateter
sementara dapat diulangi penggunaannya tetapai penggunaan yang terus menerus
akan meningkatkan resiko infeksi dan trauma pada uretra.
Kateter tetap jangka pendek dibiarkan terpasang pada pasien selama 1 minggu.
Bahan kateter yang digunakan berbahan late. Kateter tetap jangka pendek
digunakan untuk obstruksi saluran kemih (pembesaran kelenjar prostat),
pembedahan untuk memperbaiki organ perkemihan, seperti Vesica Urinaria, uretra
dan organ sekitarnya. Selain itu juga preventif pada obstruksi uretra dari
perdarahan, memantau output urin, dan irigasi Vesica Urinaria.
Pemasangan kateter tetap dalam jangka waktu yang lama dapat digunakan
sesuai dengan kebutuhan. Termasuk dalam kategori ini jika pasien memerlukan
kateter untuk durasi 6 minggu hingga 3 bulan. Kateter yang digunakan untuk
kateter jangka panjang harus diganti secara teratur sesuai dengan batas waktu
pemasangan dari setiap produk kateter (sesuai pabrik) dan sesuai kebutuhan dan
kondisi individu dan tidak berbatas waktu secara kaku. Pertimbangan penggantian
kateter adalah berdasarkan: fungsi kateter, banyaknya kerak atau kotoran yang
menempel pada kateter, frekuensi sumbatan pada kateter, dan kenyamanan pasien.
Kateter tetap jangka panjang digunakan untuk retensi urin pada penyembuhan
penyakit ISK/UTI, skin rash, ulcer dan luka yang iritatif apabila kontak dengan urin
dan Klien dengan penyakit terminal.

Prinsip pemilihan ukuran kateter adalah memilih ukuran yang terkecil yang
mampu mengalirkan urin secara adekuat. Meskipun demikian, ukuran kateter tetap
harus disesuaikan dengan indikasi dan kondisi klinis pasien. Ukuran kateter
bervariasi antara 5 – 24 French (Fr). Ukuran kateter Wanita 12-14 Fr, pria 16-18 Fr,
hematuria 20-24 Fr.
Panjang kateter terdiri dari 3 ukuran: ukuran anak, anak, perempuan, dan laki-
laki. Ukuran kateter lakilaki standar dengan panjang 41-45 cm dapat digunakan
untuk laki-laki dan perempuan, tetapi ukuran perempuan yang lebih pendek yaitu 25
cm dianggap lebih nyaman pada beberapa wanita yang bias beraktivitas dan
membutuhkan pemasangan kateter dalam jangka waktu yang lama. Ukuran wanita

43
yang pendek tidak sesuai untuk wanita yang obese atau imobilisasi karena akan
mudah terlepas dan menyebabkan trauma bada kandung kemih.
Kembangkan balon dengan ukuran yang sekecil mungkin. Hal ini akan
mencegah adanya residu urine di kandung kemih, menurunkan resiko spasme
kandung kemih dan meminimalkan trauma pada leher kandung kemih. Ukuran balon
berkisar antara 5 – 30 ml tergantung produksi pabrikan. Ukuran yang biasa
digunakan adalam 10 ml. kembangkan balon sesuai dengan yang direkomendasikan
oleh pabrik pembuatnya. Ukuran balon 30 ml digunakan untuk haemostat post
prosedur urologi dan tidak dianjurkan untuk peggunaan rutin. Gunakan air steril
untuk mengembangkan balon.
Sistem drainase yang baik dapat mencegah munculnya infeksi akibat
pemasangan kateter (CaUTI). Manajemen system drainase yang baik adalah sebagai
berikut:
1. Jaga agar system drainase atau urin bag tetap berada di bawah/lebih rendah
daripada kandung kemih
2. Minimalkan kontaminasi dari urine bag dan hindarkan kontak antara urin bag
dengan lantai atau dengan permukaan lainnya
3. Kaji secara rutin kondisi urin bag dang anti jika perlu
4. Kosongkan urin bag secara rutin atau jika telah mencapai 2/3 kantong untuk
mencegah reflux dan mencegah urine bag terlalu berat
5. Saat mengosongkan urin bag, jangan sampai konektor pembuangan pada urin
bag menyentuh penampung. Gunakan penampung yang bersih dan terpisah
antara satu pasien dengan pasien yang lainnya
6. Anjurkan pasien untuk banyak minum jika tidak ada kontraindikasi secara
klinis

Komplikasi pemasangan keteter meliputi:


- Trauma urethral akibat peniupan balon fiksasi ketika kateter belum sampai di vesica
urinaria
- Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Catheter-associated Urinary Tract Infection
(CaUTI)
- Trauma psikologi
- Perdarahan diakibatkan proses insersi kateter atau peniupan balon
- Salah saluran akibat trauma saat insersi kateter

44
- Striktur urethra merupakan komplikasi lanjutan akibat adanya cedera kronis pada
uretra
- Paraphimosis (terjadi pada laki-laki yang tidak sirkumsisi dimana preputium
terjebak di belakang kepala penis dan tidak dapat ditarik kembali ke posisi normal)
akibat kegagalan pengembalian kulit permukaan ke posisi normal setelah
pemasangan kateter sehingga kulit di sekitar gland penis membengkak

3. Pelaksanaan Praktikum
✓ Persiapan Alat
- Foley catheter - Duk steril - Kapas/kassa steril
- Urine bag - Gunting - Kassa gulung
- Sarung tangan steril - Perban/plester - Bak instrument
- Korentang - Pinset steril - Spuit 10cc 1 buah
- Kom steril - Pinset sirurgis - Spuit 3 cc 1 buah
- Plester/hypavix - Perlak dan pengalas - Lydocain Jelly
- Bengkok - NaCl - Aquabidest 30

✓ Buka 1 spuit 3cc


✓ Tampung jelly ke dalam kom steril yang ada di bak instrument,
jaga kesterilan saat mengeluarkan jelly dari tube dan menampung dalam bak instrument
✓ Buka 1 spuit 10cc dan isi dengan aquadest untuk fiksasi folley catheter,
letakkan di luar bak instrument

Performance Procedure

Tahap 1. Baca catatan keperawatan/catatan medis


2. Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan
Orientasi
dengan menggunakan hand rub)
3. Ucapkan salam dan perkenalkan diri
4. Klarifikasi nama dan umur atau nama dan alamat klien
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
(pemasangan kateter, nafas dalam saat kateter dipasang)
6. Kontrak waktu

45
Performance Procedure

7. Beri kesempatan pada pasien/keluarga untuk bertanya


8. Minta persetujuan klien/keluarga
9. Dekatkan alat
10. Jaga privacy klien dengan menutup tirai/pintu
Tahap Kerja Baca Basmalah
Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan menggunakan hand
rub)
Atur posisi yang nyaman
- Pasien anak atau pasien tidak sadar dengan bantuan
- Pasien wanita dengan posisi dorsal recumbent
- Pasien laki-laki dengan supine
Memasang pengalas/perlak dibawah pantat klien
Pakaian bagian bawah klien dikeataskan/dilepas
Bengkok diletakkan didekat bokong klien
Sambungkan ujung folley catheter dengan urine bag, buka sedikit
pembungkus luar dari folley catheter dan jaga kesterilan folley catheter
Pakai sarung tangan steril
Persiapkan jelly:*
- Untuk klien laki-laki: ambil 1 buah spuit 3ml, lepaskan jarumnya,
isi dengan lydocain jelly yang ada di kom steril sebanyak 5 – 10
ml untuk diinjeksikan kedalam urethra*
- - Untuk klien perempuan, ambil jelly yang ada pada kom steril
dengan menggunakan kassa steril*
Membersihkan bagian genitalia:*
- Klien laki-laki: Penis dipegang dengan tangan non dominan.
Penis dibersihkan dengan menggunakan kapas steril/ kassa steril
Tahap kerja yang diolesi NaCl oleh tangan dominan dengan gerakan memutar
dari meatus ke luar dengan menggunakan pinset, dilanjutkan
dengan membersihkan gland penis. Tindakan bisa dilakukan
beberapa kali hingga bersih. Kemudian pinset diletakkan dalam

46
Performance Procedure

bengkok*
- Klien perempuan: Gunakan tangan yang tidak dominan untuk
membuka labia mayora, dengan menggunakan ibu jari dan
telunjuk. Kemudian bersihkan labia mayora dengan menggunakan
kapas sublimat atau kassa steril yang diolesi cairan antiseptik
dengan menggunakan pinset dari arah atas kebawah, dilanjutkan
ke daerah labia minora, dan selanjutnya meatus urethra (dari luar
ke dalam), sekali usap pada satu sisi kapas atau kassa. Tindakan
bisa dilakukan beberapa kali hingga bersih. Kemudian pinset
diletakkan dalam bengkok*
Pasang duk steril dengan menggunakan tangan kanan dan tangan kiri
memegang penis, jaga kesterilan duk
Pasang selang kateter:
- Klien laki-laki: pegang penis dengan tangan non dominan,
injeksikan jelly ke dalam uretra klien tanpa menggunakan jarum.
Keluarkan folley catheter dengan hati-hati dan menjaga
kesterilannya. Pegang penis dengan tangan non dominan,
masukkan kateter kedalam uretra secara perlahan-lahan sampai
urine keluar. Pasien diminta tarik napas dalam selama
pemasangan *
- Klien perempuan: oleskan jelly yang telah disiapkan di kassa
pada ujung kateter dengan menggunakan kassa steril minimal
sepanjang 6 inchi dari ujung kateter. Gunakan tangan yang tidak
dominan untuk membuka labia mayora, dengan menggunakan
ibu jari dan telunjuk temukan meatus uretra. Masukkan kateter
kedalam uretra secara perlahan-lahan sampai urine keluar. Pasien
diminta tarik napas dalam selama pemasangan*
Masukkan cairan aquades 20-30 cc dimasukkan atau sesuai ukuran
yang tertulis untuk fiksasi kateter di dalam vesica urinaria. Kateter
sedikit ditarik sampai ada tahanan*
Lepaskan duk dengan menarik ke bawah, hati-hati saat melewati urin

47
Performance Procedure

bag. Jika urine bag penuh, urin bag dikosongkan dulu dengan
membuang urine di bengkok atau pispot
Fiksasi kateter ke pasien
- Untuk laki-laki di bawah abdomen
- Untuk wanita ke paha atau dengan longgar diatas kaki tanpa fiksasi
Gantung urine bag ditempatnya
Tahap kerja Lepaskan sarung tangan
Bantu pasien untuk posisi yang nyaman dan rapikan kembali pakaian
pasien dan bererskan alat
Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan menggunakan hand
scrub)
Tahap terminasi - Evaluasi respon klien
- Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
- Melakukan kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya
- Mengucapkan Alhamdulillah setelah selesai tindakan
- Mengakhiri kegiatan dengan cara memberi salam
Dokumentasi - Nama dan umur atau nama dan alamat klien
- Tanggal dan jam tindakan keperawatan
- Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan
- Evaluasi: DS (respon klien), DO: tipe dan ukuran kateter, deskripsi
urine: warna, jumlah
- Nama dan tanda tangan ners

4. Latihan dan Tugas


a. Lakukan pemasangan kateter pada wanita dan pria
b. Lakukan pemasangan dengan peer review diobservasi oleh teman di laboratorium
c. Sebutkan kembali Langkah-langkah pemasangan kateter urine

48
Ns. Siti Latipah, S.Kp., M. Kep.

SISTEM PERKEMIHAN:

Modul BLADDER TRAINING


2
1. Kemampuan Akhir yang Diharapkan
Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa dapat:
1. Melatih bladder training sesuai indikasi
2. Melakukan bladder training

2. Teori Singkat
Bladder training merupakan prosedur yang dilakukan untuk mengembalikan
kontrol terhadap keinginan berkemih. Secara umum, bladder training dilakukan sejak
sebelum kateter hingga setelah kateter dilepas.

Secara umum, panduan bladder training sebelum kateter dilepas adalah sebagai
berikut:
1. Perawat harus mengkaji rencana perawatan pasien termasuk kemungkinan durasi
terpasang kateter
2. Prosedur bladder training harus dengan persetujuan dokter
3. Jadwal pelaksanaan baldder training perlu didiskusikan dengan pasien
4. Bladder training bisa memakan waktu hingga 4 hari atau setelah pasien mampu
mengontrol miksi dengan baik
5. Kosongkan urin bag saat selang penghubung kateter ke urin bag di klem
6. Saat klem dilepas, catat warna, kejernihan, dan jumlah urin.
7. Sebelum benar-benar dilepas, pasien harus mampu mentoleransi minimal 250 cc
urin di kandung kemih

3. Pelaksanaan Praktikum
Alat yang digunakan:
1. Klem kateter/klem arteri
2. Penampung urin
3. Sarung tangan bersih

49
Prosedur bladder training:
1. Jaga privacy pasien
2. Cuci tangan dengan 6 langkah, gunakan sarung tangan bersih
3. Jelaskan prosedur pada pasien
4. Pada hari pertama, klem selang kateter 1-2 jam (disarankan bisa mencapai
waktu 2 jam kecuali pasien merasa kesakitan)
5. Kosongkan urin bag
6. Cek dan evaluasi kondisi pasien, jika pasien merasa kesakitan atau tidak
toleran terhadap waktu 2 jam yang ditentukan, maka kurangi waktunya dan
tingkatkan secara bertahap

7. Lepaskan klem setelah 2 jam dan biarkan urine mengalir dari kandung kemih
menuju urine bag hingga kandung kemih kosong
8. Biarkan klem tidak terpasang sekitar 15 menit, setelah itu klem lagi 1-2 jam.
9. Lanjutkan prosedur ini hinggal 24 jam pertama
10. Pada hari kedua, tingkatkan lama klem menjadi 2-3 jam, lepaskan klem 15
menit dan klem ulang. Lakukan prosedur ini higga 24 jam
11. Pada hari ketika, tingkatkan lagi lama klem menjadi 3-4 jam, lepaskan klem 15
menit dan klem ulang. Lakukan prosedur ini higga 24 jam
12. Pada hari ke 4, lepas kateter dan amati seksama respon pasien setelah kateter
dilepas
13. Anjurkan pasien untuk ke toilet setiap 2 jam
14. Setelah kateter dilepas, maka lakukan proses selanjutnya yaitu dengan
melakukan: kegel exercise, penundaan berkemih, dan penjadwalan berkemih
15. Kegel exercise adalah latihan untuk penguatan otot pelvis agar mampu
menghentikan aliran urin. Berikut langkah-langkah melakukan kegel exercise:
16. Penundaan berkemih: pada pasien yang mengalami inkontinensia, penundaan
berkemih dapat membantu mengontrol urin. Caranya, saat merasa ingin
berkemih, tunda berkemih selama 5 menit. Jika berhasil, maka tingkatkan
waktu penundaan berkemih misalnya menjadi 10 menit. Lakukan hal tersebut
secara bertahap hingga mencapai waktu 3-4 jam. Jika keinginan berkemih
sering muncul sebelum batas waktu yang anda targetkan, lakukan teknik
relaksasi. Tarik nafas anda dalam-dalam dan pelan. Kegel exercise bisa
diakukan juga untuk membantu menunda berkemih

50
17. Penjadwalan berkemih: beberapa orang mengontrol inkontinensia dengan pergi
berkemih secara teratur. Hal ini berarti bahwa pasien pergi berkemih pada jam
yang telah ditentukan meskipun belum merasa ingin berkemih. Pasien bisa
dijadwalkan berkemih setiap jam, lalu secara bertaham ditingkatkan hingga
waktu yang sesuai untuk pasien.
18. Perawat dapat menganjurkan pasien untuk:
a. Minum secara normal, minimal 6-8 gelas per hari (1000-1500ml) kecuali ada
anjuran lain dari dokter. Pasien harus minum dengan normal dan tidak
mengurangi jumlah minum. Mengurangi asupan cairan tidak akan
memperbaiki inkontinensia, tetapi justru akan membuat urin menjadi sangat
pekat. Hal ini dapat mengiritasi kandung kemih dan membuatnya semakin
sering ingin berkemih sementara urin yang tertampung dalam kandung kemih
sangat sedikit. Kondisi ini juga dapat menyebabkan infeksi saluran kemih.
b. Minum secara bertahap. Hindari minum banyak dalam sekali waktu. Minum
banyak dalam sekali waktu, keinginan untuk berkemih akan lebih susah
dikendalikan karena kandung kemih segera penuh, sehingga keinginan
berkemih akan segera muncul setelah minum banyak.
c. Beberapa minuman dapat mengiritasi kandung kemih dan menyebabkan
keinginan untuk berkemih semakin sering. Minuman beralkohon dan
mengandung kafein harus dihindari. Minuman jenis lain yaitu minuman
bersoda, coklat, dan minuman berkabonasi.
d. Hindari banyak minum 2 jam menjelang tidur karena banyak minum sebelum
tidur akan meningkatkan keinginan berkemih saat malam hari.
19. Anjurkan pasien untuk segera mencari pertolongan medis jika setelah dilepas
kateternya pasien mengalami:
a. Tidak dapat berkemih selama 6 jam
b. Ada perasaan ingin berkemih tetapi tidak dapat berkemih
c. Mengalami nyeri hebat di punggung (back pain)
d. Perut membesar
e. Demam (> 37.5oC)
f. Mual dan muntah

51
Performance Procedure
Tahap pre 1. Baca catatan keperawatan/catatan medis
interaksi 2. Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan menggunakan
hand rub)
3. Persiapan Alat:
Bladder training:
- Sarung tangan bersih
- Klem kateter/klem arteri
- Penampung urin
Pelepasan kateter:
- Perlak
- Sarung tangan
- Kom kecil berisi Cairan NaCl
- Kassa
- Pinset chirurgis
- Spuit 10 atau 20 cc
- Bengkok/nierbeken
- Kantung plastik
Tahap 1. Ucapkan salam dan perkenalkan diri
Orientasi 2. Klarifikasi nama dan umur atau nama dan alamat klien
3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
4. Kontrak waktu
5. Beri kesempatan pada pasien/keluarga untuk bertanya
6. Minta persetujuan klien/keluarga
7. Dekatkan alat
8. Jaga privacy klien dengan menutup tirai/pintu
Tahap Kerja Baca Basmalah
Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan menggunakan hand
rub)
Gunakan sarung tangan bersih
Pada hari pertama, klem selang kateter 1-2 jam
(disarankan bisa mencapai waktu 2 jam kecuali pasien merasa kesakitan)
Kosongkan urin bag

Cek dan evaluasi kondisi pasien, jika pasien merasa kesakitan atau tidak
toleran terhadap waktu 2 jam yang ditentukan, maka kurangi waktunya
dan tingkatkan secara bertahap
Lepaskan klem setelah 2 jam dan biarkan urine mengalir dari kandung
kemih menuju urine bag hingga kandung kemih kosong
Biarkan klem tidak terpasang sekitar 15 menit, setelah itu klem lagi 1-2
jam.
Lanjutkan prosedur ini hinggal 24 jam pertama

Pada hari kedua, tingkatkan lama klem menjadi 2-3 jam, lepaskan klem
15 menit dan klem ulang. Lakukan prosedur ini higga 24 jam
Pada hari ketiga, tingkatkan lagi lama klem menjadi 3-4 jam, lepaskan
klem 15 menit dan klem ulang. Lakukan prosedur ini higga 24 jam
Pada hari keempat, lepas kateter dan amati seksama respon pasien setelah
kateter dilepas

52
Performance Procedure
Pelepasan kateter
Cuci tangan dengan 6 langkah
Menjaga privacy pasien

Menyiapkan pasien dengan posisi dorcal recumbent dan melepaskan


pakaian bawah pasien
Memasang perlak/pengalas
Melepas plester dan membersihkan sisa plester
Melakukan aspirasi balon kateter hingga habis isinya
Mengarahkan penis keatas (laki-laki)/ memegang selang kateter sejajar
dengan meatus urethra (perempuan)
Menarik kateter perlahan-lahan hingga lepas, pasien diminta nafas dalam
dan rileks
Buang kateter dan urin bag kedalam kantong plastik
Bersihkan ujung penis/meatus urethra dengan kasa yang dibasahi NaCl
Tahap Kerja dan keringkan
Observasi ujung penis/meatus urethra adanya kemerahan, discharge, dan
bengkak. Tanyakan kepada pasien adanya nyeri, demam
Setelah kateter dilepas, anjurkan pasien untuk ke toilet setiap 2 jam
Lepaskan sarung tangan
Bantu pasien untuk posisi yang nyaman dan rapikan kembali pakaian
pasien
Bereskan alat
Baca Hamdalah setelah kegiatan selesai
Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan menggunakan hand
scrub)
Tahap • Evaluasi respon klien
terminasi • Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
• Berikan pendidikan kesehatan; banyak minum, tidak menunda
berkemih
• Melakukan kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya: kegel exercise
• Mengucapkan Alhamdulillah setelah selesai tindakan
• Mengakhiri kegiatan dengan cara memberi salam
Dokumentasi • Nama dan umur atau nama dan alamat klien
• Diagnosa keperawatan
• Tanggal dan jam tindakan keperawatan
• Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan
• Evaluasi: S (respon klien;kemampuan berkemih), O: warna dan
jumlah urin; A;P
• Nama dan tanda tangan ners

4. Latihan dan Tugas


a. Lakukan kembali praktik bladder training di laboratorium
b. Sebutkan kembali indikasi latihan bladder taining

53
Ns. Nuraini, S.Kep., M. Kep.

SISTEM IMUNOLOGI:

Modul PEMBERIAN OBAT KEMOTERAPI


1
1. Kemampuan Akhir yang Diharapkan
Setelah mendapat materi, mahasiswa diharapkan mampu:
a. Memahami tujuan kemoterapi
b. Mengetahui persiapan pemberian kemoterapi
c. Mampu mendemonstrasikan ulang pemberian obat kemoterapi

2. Teori Singkat
Kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker dengan jalan memberikan zat
atau obat yang mempunyai khasiat membunuh sel kanker. Penggunaan kemoterapi
secara efektif dan aman pada penderita kanker pertama kali diterima setelah melalui
clinical trial di universitas Yale pada tahun 1942. Penelitian dilakukan pada penderita
lymphoma maligna dengan menggunakan bahan nitrogen mustard yang mengalami
gangguan pada pertumbuhan bone marrow dan adanya hipolasia sel limfoid akibat
dampak dari exposed nitrogen mustard pada perang dunia II.
Kemoterapi merupakan salah satu pengobatan kanker yang paling banyak
menunjukkan kemajuan dalam pengobatan kanker. Perkembangan kemoterapi yang pesat
dalam dekadeini tidak lepas dari hasil pengamatan empirisdi klinik, oleh karena itu
kebanyakan sitostatika yang digunakan di klinik mekanisme kerjanya belum diketahui
dengan jelas. Ini tidak mengurangi kenyataan untuk perbaikan strategikemoterapi ke arah
perkembangan baru. Pengetahuan tentang mekanisme kerja obat-obat baru dan obat
konvensional sangat penting untuk pemilihan kombinasi yang baik, cara pemberian yang
tepat dan menghindari komplikasi toksik.
Obat kemoterapi merupakan obat yang toksik untuk semua sel sehingga selain
membunuh sel kanker juga menggaggu sel-sel yang normal. Manifestasi klinis dari
kerusakan sel-sel tubuh yang normal adalah alopesia, mual dan muntah, diare, stomatitis,
perubahan status hematologi dan beberapa efek samping lainnya yang dapat
mempengaruhi kemampuan koping pasien. Asuhan keperawatan pasien dengan terapi
54
sitostatika (kemoterapi) merupakan suatu proses perawatan yang mencakup seluruh
kehidupan yang komplek, sehingga diperlukan pendekatan yang holistik yaitu
biopsikososial spiritual. Segala dampak menjadi tekanan pasien dan keluarga, perubahan
fisik, psikologis, serta pengeluaran yang tidak sedikit.

Tujuan Pemberian Kemoterapi:


a. Kuratif : sebagai pengobatan
b. Mengurangi massa tumor selain dengan pembedahan atau radiasi.
c. Meningkatkan kelangsungan hidup dan kwalitas hidup penderita.
d. Mengurangi komplikasi akibat metastase.

Cara pemberian :
a. Intra vena
Pemberian intravena untuk terapi sistemik, dimana obat setelah melalui
jantung dan hati baru sampai ke tumor primer. Cara intravena ini yang
paling banyak digunakan untuk khemoterapi. Dalam pemberian intravena
usahakan jangan ada ekstravasasi obat.
b. Intra arterial
Pemberian intra arteri adalah terapi regional melalui arteri yang memasok darah
ke daerah tumor dengan cara INFUSI INTRA ARTERI menggunakan
catheter dan pompa arteri. Infus intra arteri digunakan untuk memberikan
obat selama beberapa jam atau hari.
c. Intra oral
d. Intra cavitas/intra peritoneal
Obat disuntikkan atau di instalasi ke dalam rongga tubuh, seperti intra: pleura,
peritoneum, pericardial, vesikal atau tekal.
e. Sub kutan
f. Topikal.

Pasien dengan keganasan memiliki kondisi dan kelemahan, yang apabila diberikan
kemoterapi dapat terjadi untolerable side effect. Sebelum memberikan kemoterapi
perlu pertimbangan sebagai berikut:
1. Menggunakan kriteria Eastern Cooperative Oncology Group (ECOG) yaitu status
penampilan ≤ 2 atau karnoffsky ≥ 60.
2. Jumlah lekosit ≥ 4000/ml.
3. Jumlah trombosit ≥ 100.000/ul.
4. Cadangan sumsum tulang masih adekuat, misal HB ≥ 10ml/dl.
5. Creatinin Clearence diatas 60ml/menit (dalam 24 jam) →test faal ginjal
6. Bilirubin < 2 mg/dl, SGOT dan SGPT dalam batas normal (test faal hepar).
7. Elektrolit dalam batas normal.
8. Tidak diberikan pada usia diatas 70 tahun.

55
a. Kontraindikasi absolut
1) Penyakit stadium terminal
2) Hamil trimester pertama kecuali akan digugurkan
3) Septicamia
4) Koma
b. Kontraindikasi relatif
1) Usia lanjut terutama untuk tumor yang tumbuhnya lambat
dan sensitivitasnya rendah
2) Status penampilan yang sangat jelek
3) Ada gangguan fungsi organ vital yang berat seperti: hati, ginjal, jantung, samsum
tulang
4) Demensia
5) Penderita tidak dapat mengunjungi klinik secara teratur
6) Tidak ada kooperasi dan penderita
7) Tumor resisten terhadap obat
c. Tidak ada fasilitas penunjang yang memadai

3. Pelaksanaan Praktikum
Sebelum memberikan obat kemo terapi, pasien dan peralatan perlu disiapkan
terlebih dahulu. Adapun persiapan pasien meliputi:

a. Berikan salam, perkenalkan diri anda, dan identifikasi klien dengan


memeriksa identitas klien secara cermat.
b. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan, berikan
kesempatan kepada klien untuk bertanya dan jawab seluruh pertanyaan
klien.
c. Minta pengunjung untuk meninggalkan ruangan, beri privasi kepada klien
d. Atur posisi klien sehingga merasakan aman dan nyaman

Sedangkan untuk persiapan alat meliputi:


1. Obat sitostatika
2. Cairan NaCl 0,9 %, D5% atau intralit
3. Pengalas plastik dengan kertas absorbsi atau kain diatasnya
4. Gaun lengan panjang, masker, topi, kaca mata, sarung tangan, sepatu
5. Spuit disposible (5cc, 10cc, 20cc, 50cc).
6. Infus set dan vena kateter kecil Alkohol 70% dengan kapas steril
7. Bak spuit besar
56
8. Label obat
9. Plastik tempat pembuangan bekas
10. Kardex (catatan khusus)

Performance Procedure
Orientasi 1. Mengecek program terapi yang digunakan,
serta waktu pemberian obat sebelumnya.
2. Mencuci tangan
3. Periksa nama pasien, dosis obat, jenis obat,
cara pemberian obat
4. Menyiapkan alat
5. Memberikan salam dan sapa nama pasien
6. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
7. Menanyakan persetujuan/kesiapan (inform
concent) pasien maupun keluarga
Fase kerja Persiapan Obat
1. Perawat mencuci tangan
2. Mengucapkan bismillah
3. Meja dialasi dengan pengalas plastik
diatasnya ada kertas penyerap atau kain
4. Pakai gaun lengan panjang, topi, masker, kaca
mata, sepatu
5. Ambil obat sitostatika sesuai program, larutkan
dengan NaCl 0,9%, D5% atau intralit
6. Sebelum membuka ampul, pastikan bahwa
cairan tersebut tidak berada pada puncak ampul
7. Gunakan kasa waktu membuka ampul agar tidak
terjadi luka dan terkontaminasi dengan kulit
8. Pastikan bahwa obat yang diambil sudah cukup
dengan tidak mengambil 2 kali
9. Keluarkan udara yang masih berada dalam
spuit dengan menutupkan kapas atau kasa steril
diujung jarum spuit
10. Masukkan perlahan-lahan obat kedalam flabot
NaCl 0,9% atau D5% dengan volume cairan
yang telah ditentukan
11. Jangan tumpah saat mencampur,
menyiapkan dan saat memasukkan obat
kedalam flabot atau botol infus
12. Buat label, nama pasien, jenis obat, tanggal,
jam pemberian serta akhir pemberian atau
dengan syringe pump
13. Masukkan kedalam kontainer yang telah
disediakan
14. Masukkan sampah langsung ke kantong plastik,
ikat dan beri tanda atau jarum bekas dimasukkan
ke dalam tempat khusus untuk menghindari
tusukan

57
Performance Procedure

Pemberian Obat
1. Periksa pasien, jenis obat, dosis obat, jenis
cairan, volume cairan, cara pemberian, waktu
pemberian dan akhir pemberian
2. Pakai proteksi : gaun lengan panjang, topi,
masker, kacamata, sarung tangan dan sepatu
3. Lakukan teknik aseptik dan antiseptic
4. Pasang pengalas plastik yang dilapisi kertas
absorbsi dibawah daerah tusukan infuse
5. Berikan anti mual ½ jam sebelum pemberian
anti neoplastik (primperan, zofran, kitril secara
intra vena)
6. Lakukan aspirasi dengan NaCl 0,9%
7. Beri obat kanker secara perlahan-lahan (kalau
perlu dengan syringe pump) sesuai program
8. Bila selesai bilas kembali dengan NaCl 09%
9. Semua alat yang sudah di pakai
dimasukkan ke dalam kantong plastik dan
di ikat serta diberi etiket
10. Buka gaun, topi, masker, kacamata kemudian
rendam dengan detergent
11. Bila disposible masukkan dalam kantong plastik
kemudian di ikat dan diberi etiket, kirim ke
incinerator/bakaran

Terminasi 1. Evaluasi respon klien


2. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
3. Melakukan kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya:
4. Mengucapkan Alhamdulillah setelah selesai tindakan
5. Mengakhiri kegiatan dengan cara memberi salam

Dokumentasi Dokumentasikan Nama Tindakan/Tanggal/jam


tindakan, Hasil Yang diperoleh, Respon klien selama
tindakan, Nama dan paraf perawat Pelaksana

4. Latihan dan Tugas


a. Sebutkan hal-hal yang harus diperhatikan selama pemberian obat kemoterapi
b. Lakukan praktik pemberian obat kemo terapi sesuai prosedur

58
Ns. Nuraini, S.Kep., M. Kep.

SISTEM IMUNOLOGI:

Modul MANAJEMENT NYERI


2
1. Kemampuan Akhir yang Diharapkan
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 1 x 30 menit, pasien dan keluarga
memahami dan mampu menjelaskan tentang Manajemen Nyeri.
Setelah mendapatkan penyuluhan, peserta mampu:
1. Menyebutkan pengertian Nyeri
2. Menyebutkan tujuan Manajemen Nyeri non farmakologi
3. Menyebutkan cara-cara sederhana mengatasi nyeri
4. Mendemontrasikan cara – cara mengatasi nyeri

2. Teori Singkat
Nyeri adalah pengalaman sensori nyeri dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan potensial yang
tidak menyenangkan yang terlokalisasi pada suatu bagian tubuh atau pun sering
disebut dengan istilah destruktif dimana jaringan rasanya seperti ditusuk-tusuk, panas
terbakar, melilit, seperti emosi, perasaan takut dan mual (Potter, 2012).
Tujuan manajement nyeri non farmakologis yaitu menangani nyeri akut atau
kronis, memberikan rasa nyaman, mengurangi ketergantungan pasien pada obat-
obatan, penghilang rasa sakit.
Sebelum mengatasi nyeri maka kita terlebih dahulu harus melakukan
pengkajian nyeri untuk mengetahui skala nyeri yang dirasakan oleh pasien, maka dari
itu hal yang pertama di lakukan adalah : Pengkajian Nyeri. Cara sederhana mengatasi
nyeri dengan distraksi, relaksasi, dan stimulasi kulit.
Distraksi (Pengalihan pada hal-hal lain sehingga lupa terhadap nyeri yang
sedang dirasakan). Contohnya membayangkan hal-hal yang indah, mmbaca buku,
membaca koran sesuai yang di sukai, dan mendengarkan musik, radio, dan lain-lain.
Pada Teknik relaksasi, terdapat tiga hal penting dalam relaksasi yaitu posisi
yang tepat, pikiran tenang, dan lingkungan tenang. Cara teknik Relaksasi dengan
59
menarik nafas dalam, keluarkan perlahan-lahan dan rasakan, nafas beberapa kali
dengan irama yang normal, ulangi nafas dalam dengan konsentrasi pikiran, setelah
rileks, nafas pelan.
Strategi penghilang nyeri tanpa obat yang sederhana, yaitu dengan menggosok
kulit. Masase adalah stimulasi kulit tubuh secara umum, sering dipusatkan pada
punggung dan bahu. Masase dapat membuat pasien lebih nyaman karena masase
membuat relaksasi otot.

3. Pelaksanaan Praktikum
1. Anamnesis
a. Riwayat penyakit sekarang
b. Pengkajian dilakukan berdasarkan P, Q, R, S, T yaitu:
➢ P (Provokes/ Point ) : Faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya
➢ Q (Quality) : Bagaimana rasa nyerinya
➢ R (Radiation/Relief) : Melacak daerah nyeri dari titik yang paling nyeri
➢ S (Severity) : Keparahan atau intensitas nyeri
➢ T (Time/On set) : Waktu atau lama serangan atau frekuensi nyeri
c. Riwayat pembedahan/penyakit dahulu
d. Riwayat psiko-sosial
➢ Riwayat pola hidup dan aktifitas pasien sehari-hari
➢ Masalah psikiatri (misalnya depresi, cemas, ide ingin bunuh diri)
d.Obat-obatan dan alergi
Daftar obat-obatan yang dikonsumsi pasien untuk mengurangi nyeri

2. Asesmen Nyeri
a. Numeric Rating Scale
➢ Digunakan untuk pasien dewasa dan anak yang usianya lebih 8 tahun.
➢ Instruksi : pasien ditanya mengenai intensitas nyeri yang dirasakan dan
dilambangkan dengan angka antara 0 – 10
❖ 0 = Tidak ada Nyeri
❖ 1 – 3 = nyeri ringan (sedikit mengganggu aktivitas sehari-hari)
❖ 4 -6 = nyeri sedang (gangguan nyata terhadap aktivitas sehari-hari)
❖ 7 – 10 = nyeri berat (tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari)
b. Wong Baker Faces Pain Scale
➢ Digunakan untuk pasien (dewasa dan anak lebih 3 tahun) yang tidak dapat
menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka.
➢ Instruksi : petugas menyesuaikan / memilih gambar mana yang paling sesuai
dengan keadaan pasien.
❖ 0 = ekspresi rilek, tidak merasa nyeri sama sekali
❖ 2 = sedikit nyeri
❖ 4 = cukup nyeri
❖ 6 = lumayan nyeri

60
❖ 8 = sangat nyeri
❖ 10 = amat sangat nyeri (tak tertahan kan)

Performance Procedure
Tahap pra 1) Membaca status pasien.
interaksi 2) Mencuci tangan.
3) Menyiapkan peralatan.

Orientasi 1) Melakukan 5S kepada pasien.


2) Memperkenalkan diri.
3) Validasi kondisi pasien.
4) Kontrak waktu.
5) Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan pada
pasien dan keluarga.
6) Berikan kesempatan pada pasien untuk bertanya jika kurang jelas.
Tahap kerja 1) Menjaga privasi pasien
2) Membaca bismillah dan mengatur posisi pasien agar rileks tanpa
beban fisik.
3) Menberikan penjelasan pada pasien beberapa cara distraksi.
a) Bernafas pelan-pelan.
b) Massage sambil bernafas pelan-pelan.
c) Mendengarkan lagu sambil.
d) Menbanyangkan hal-hal yang indah sambil menutup mata.
e) Menonton TV.
f) Berbincang-bincang dengan orang lain.
g) Menganjurkan pasien untuk melakukan salah satu teknik
distraksi tersebut.
h) Menganjurkan pasien untuk mencoba teknik tersebut bila
terasa nyaman atau ketidak nyamanan.
Terminasi 1) Evaluasi hasil kegiatan.
2) Lakukan kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya.
3) Akhiri kegiatan dengan membaca hamdallah
4) Cuci tangan.
Dokumentasi 1) Catat waktu pelaksanaan tindakan.
2) Catat respon pasien terhadap teknik distraksi.
3) Paraf dan nama perawat.

4. Latihan dan Tugas


a. Jelaskan tujuan manajemen nyeri non farmakologi
b. Sebutkan cara sederhana mengatasi nyeri
c. Demonstrasikan cara-cara mengatasi nyeri

61
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Aziz Alimul Hidayat. (2004). “Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia” Penulis: A.
Aziz Alimul Hidayat, S.Kp, Musrifatul Uliyah, S.Kp; Editor: Monica Ester.- Jakarta :
EGC.
Bakhtiar (2012). Manfaat & efek samping kemoterapi . dapat diakses di
http://manfaatdanefeksampingkemoterapi_Bakhtiat.htm
Berman, A., et all. (2009). Kozier and Erb’s Techniques in Clinical Nursing, 5th edition,
diterjemahkan oleh Eny Meiliya dkk. Jakarta: EGC.
Bickley, Lynn. S. (2016). Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Ed 11. (dr
Brahm U, penerjemah). Jakarta: EGC.
Brunner dan Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Volume II. Edisi8.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Firmawati, Arianti., dkk. (2016). Buku modul blok sistem perkemihan. Yogyakarta: UMY.
Guyton & Hall,1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9, EGC. Jakarta
Ganong,W.F. 1999. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakrta :EGG
Helwiyah Ropi, SKP., MCPN, Kebutuhan Rasa Nyaman Nyeri. Akses pada tanggal 8
Oktober 2013
Istichomah, 2012. Pengaruh Teknik Pemberian Kompres Terhadap Perubahan
Skala Nyeri Pada Klien Kontusio di RSUD Sleman. Akses pada tanggal 8 Oktober
2013.
LeMone, P., Burke, K. M., Bauldoff, G. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol
3. Edisi 5. (Nike Budhi S, S.Kp, penerjemah). Jakarta: EGC Medical Publisher dan
Pearson Education.
Mills, E. J. (2004). Nursing Procedures, 4th edition. Philadelphia: Lippinicott Williams &
Wilkins.
Nurachmah, E., dan Sudarsono, R.S. (2000). Buku Saku Prosedur Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: EGC.
Potter, P.A., and Perry, A.G. (2005). Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and
Practice, 4th edition, 2nd volume, diterjemahkan oleh Renata Komalasari. Jakarta:
EGC.
Prihatiningsih, Dwi. (2016). Pengukuran Angkle Brachial Index (ABI). Yogyakarta;
Universitas Aisyiyah Yogyakarta.
Sherwood, Lauralee. (2001). Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Ed 2. (dr Brahm U,
penerjemah). Jakarta: EGC.
Smeltzer, S.C., dan Bare, B.G. (2001). Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical Surgical
Nursing, 8th edition, diterjemahkan oleh Agung Waluyo dkk. Jakarta: EGC.
Sufyanti., Alit, dkk. (2012). Modul praktikum keperawatan pencernaan. Surabaya: Unair.

62
LAMPIRAN

63
CHECKLIST PENILAIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROSEDUR PEMERIKSAAN ABI

Nama Mahasiswa : ..................................................... Semester :


.....................................................

Performance Procedure Jml Nilai Ket.


elemen
Orientasi 1.Ucapkan salam dan perkenalkan diri
2.Klarifikasi nama dan umur atau nama dan
alamat klien 5
3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
yang akan dilakukan
4. Kontrak waktu
5. Dekatkan alat
6. Jaga privacy klien dengan menutup
tirai/pintu
7. Ucapkan bismillah
Fase kerja 2. Tanyakan kepada pasien tentang aktifitas
yang dilakukan sebelum pemeriksaan yaitu
merokok, meminum caffeine, alcohol,
aktivitas berat dan adanya nyeri (jika
dimungkinkan, saranan kepada pasien untuk
menghindari stimulant atau latihan fisik
berat 1 jam sebelum pengukuran). 15
3. Lakukan pengukuran ABI pada kondisi
lingkungan yang nyaman untuk mencegah
vasokonstriksi arteri
4. Hasil ABI terbaik didapatkan ketika pasien
rileks, nyaman dan kandung kencing
kosong
5. Jelaskan prosedur kepada pasien
6. Lepaskan kaos kaki, sepatu dan pakaian
yang ketat agar memungkinkan pemasangan
manset dan akses nadi dengan Doppler
7. Anjurkan pasien berbaring terlentang
(supine), dengan posisi lengan dan kaki
sama tinggi dengan posisi jantung minimum
selama 5-10 menit sebelum pengukuran.
Tempatkan bantal dibawah kepala pasien
agar pasien merasa nyaman. Pilih ukuran
manset tekanan darah yang sesuai baik
untuk lengan maupun kaki. Lebar manset
minimal 40% dari lingkar tungkai.

64
Performance Procedure Jml Nilai Ket.
elemen
Fase kerja Sebelum pemasangan manset, pasang
pelindung misal plastic wrap pada ekstremitas
jika terdapat luka atau perubahan pada
intergitas kulit 8 Pasang selimut pada tungkai 10
dan ekstremitas untuk mencegah kedinginan 9
Pasang manset di lengan kanan atas dan jangan
sampai menutupi arteri kemudian palpasi nadi
brachialis
Tandai nadi brachialis hasil palpasi dengan gel 5
ultrasound
Tempatkan probe vascular Doppler ultrasound 10
diatas arteri brachialis dengan sudut 45-60
derajat dan ubahlan posisi probe hingga
terdengar suara yang terjelas. Pompa manset
hingga 20 mmHg diatas menghilangnya
tekanan darah sistolik. Kempiskan manset
perlahan, perhatikan suara pertama yang
dideteksi oleh probe hasilnya merupakan
tekanan darah systolic brachialis. Bersihkan gel
dari kulit pasien
Pasang manset tensimeter di pergelangan kaki 5
dan pastikan ukurannya sesuai. Palpasi nadi
dorsalis pedis.
Tandai nadi dorsalis pedis hasil palpasi dengan 5
gel ultrasuond
Tempatkan probe vascular Doppler ultrasound 10
diatas arteri dorsalis pedis dengan sudut 45-60
derajat dan ubahlan posisi probe hingga
terdengar suara yang terjelas. Pompa manset
hingga 20 mmHg diatas menghilangnya
tekanan darah sistolik. Kempiskan manset
perlahan, perhatikan suara pertama yang
dideteksi oleh probe hasilnya merupakan
tekanan darah systolic dorsalis pedis. Bersihkan
gel dari kulit pasien
Palpasi nadi posterior tibial dan tandai nadi 5
hasil palpasi dengan gel ultrasound
Tempatkan probe vascular Doppler ultrasound 10
diatas arteri posterior tibial dengan sudut 45-60
derajat dan ubahlan posisi probe hingga
terdengar suara yang terjelas. Pompa manset
hingga 20 mmHg diatas menghilangnya
tekanan darah sistolik. Kempiskan manset
perlahan, perhatikan suara pertama yang
dideteksi oleh probe hasilnya merupakan
tekanan darah systolic posterior tibial.
Bersihkan gel dari kulit pasien
Lakukan pengukuran selanjutnya di posterior 10

65
Performance Procedure Jml Nilai Ket.
elemen
tibial kiri, dorsalis pedis kiri, dan lengan kiri 18
Ulangi pengukuran pada diakhir urutan dan
kedua hasil pengukuran pada lengan kanan
harus dirata-rata terkecuali bila perbedaan
antara kedua pengukuran pada lengan kanan
melebihi 10 mmHg. Dalam kasus ini, hanya
pengukuran lengan kanan kedua yang
digunakan.
Terminasi - Evaluasi respon klien 5
- Menyimpulkan hasil prosedur yang
dilakukan
- Melakukan kontrak waktu untuk tindakan
selanjutnya
- Mengucapkan Alhamdulillah
Dokumentasi - Nama dan umur atau nama dan alamat klien 5
- Tanggal dan jam tindakan keperawatan
- Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan
- Evaluasi: DS (respon klien), DO: tipe dan
ukuran kateter, deskripsi urine: warna,
jumlah
- Nama dan tanda tangan ners
Total 100

Penguji

……………………………………..

66
CHECKLIST PENILAIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROSEDUR PEMBERIAN INSULIN PEN

Nama Mahasiswa : ..................................................... Semester :


.....................................................
SKOR
PROSEDUR BOBOT NILAI
0 1 2
I PENGETAHUAN
A Defenisi 6,5
Injeksi sub kutan adalah suatu cara memberikan obat melalui suntikan dibawah kulit yang
dapat dilakukan pada daerah lengan bagian atas sebalah luar atau sepertiga bagian tengah
dari bahu, paha sebelah kuar, daerah dada dan sekitar umbilicus.
B Tujuan 7
Pemberian obat melalui jaringan sub kutan ini pada umumnya dilakukan dengan perogram
pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah. Pemberian insulin
terdapat dua tipe larutan yaitu jernih dan keruh karena adanya penambahan protein
sehingga memperlambat absorbsi obat atau juga termasuk tipe lambat
II KETERAMPILAN
A Tahap persiapan 1,25
1 Menjelasakan kepada pasien tentang tujuan dan perosedur pemberian obat
2 Memberikan posisi yang nyaman pada pasien dan menjaga perivaci pasien
3 Memastikan obat-obatan sudah sesuai perogram pengobatan dokter
4 Memeriksa daftar obat pasien
5 Menyiapkan disposabel spuit 1 cc atau 0,5 cc/ insulin pen
6 Menyiapkan obat yang akan disuntikan
B Tahap pelaksanaan 1,6
1 Cuci tangan
2 Jelaskan perosedur yang akan dilakukan
3 Bebaskan daerah yang akan disuntik atau bebaskan suntikan dari pakaian. Apa bila
menggunakan pakaian, buka pakaian dan singsingkan pakaian tersebut
4 Ambil obat dalam tempatnya sesuai dengan dosis yang akan diberikan. Setelah itu
tempatkan pada bak injeksi
5 Desinfeksikan area penyuntikan dengan kapas alkohol
6 Renggangkan dengan tangan kiri (daerah yang akan dilakukan suntikan subkutan)
7 Lakuakn penusukan dengan lobang jarum menghadap keatas dengan sudut 45° atau
90° dari permukaan kulit sesuai dengan ketebalan lemak pasien
8 Lakukan aspirasi, bila tidak ada darah, suntikan secara perlahan-lahan obat hingga
habis
9 Tarik spuit dan tahan dengan kapas alkohol dan sepuit yang sudah dipakai masukan
kedalam bengkok.
10 Catat hasil pemberian, tanggal, waktu pemberian, dan jenia serta dosis.
11 Cuci tangan perawat
C Tahap terminasi 0,925
1 Melakukan evaluasi tindakan
2 Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
3 Berikan reinforcement positif
4 Mengakhiri kegiatan
5 Membereskan alat
6 Mencuci tangan mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

67
III DOKUMENTASI
A Nama Pasien 0,9
B Nama Obat
C Dosis Obat
D Rute / cara
E Waktu Pemberian
NILAI = BOBOT X SKOR

Tangerang , ......., ........................, 20...........

Penguji

(....................................................................)

68
CHECKLIST PENILAIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROSEDUR PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH

Nama Mahasiswa : ................................................... Semester : .....................................................


BOB SKOR NIL
PROSEDUR OT AI
0 1 2
I PENGETAHUAN
A Defenisi 6,5
Pemeriksaan gula darah yang dilakukan untuk mengetahui status gula darah klien
melalui gula darah kapiler dan atau vena
B Nilai Normal Gula Darah
1 GDS
a Dewasa : serum dan plasma = 140 mg/d ---- darah lengkap = 120mg/dl
b Anak : 120 mg/dl
c Lansia : serum dan plasma = 160 mg/dl ---- darah lengkap = 140 mg/dl
2 Gula Darah Puasa
a Dewasa : serum dan plasma = 70- 110 mg/dl ---- darah lengkap = 60 -
100mg/dl
b Bayi baru lahir = 30 – 80 mg/dl
c Anak : 60 - 100 mg/dl
d Lansia : 70 - 120 mg/dl
3 Gula darah 2 jam PP
a Dewasa : serum dan plasma = 140 mg/dl ---- darah lengkap = 120mg/dl
b Anak : 120 mg/dl
c Lansia : serum dan plasma = 160 mg/dl ---- darah lengkap = 140mg/dl
C Tujuan 7
Mengetahui kadar gula darah pasien : gula darah puasa, gula darah 2 jam PP atau
gula darah sewaktu sebagai indikator adanya metabolisme karbohidrat

D Indikasi
1 Klien yang tidak mengetahui penyakitnya
2 DM tipe 1
3 DM tipe 2
E Lokasi Penusukan/ Penyuntikan
1 Darah kapiler :
a Ujung jari tangan (fingerstick) atau dan telinga, jika mengunakan
lancet dilakukan pada ujung jari
➢ Jari tengah atau jari manis dari tangan yang tidak dominan
➢ Pengambilan dilakukan dibagian tengah yang berdaging
➢ Jangan manusuk jari telunjuk karena lebih keras
➢ Jangan menusuk jari kelingking karenalebih tipis
b Untuk anak kecil dan bayi diambil ditumit pada 1/3 bagian tepi telapak
kaki atau pada ibu jari kaki.
c Lokasi pengambilan tidak boleh menunjukkan adanya gangguan
peredaran seperti pucat, vasodilatasi, kongesti.
2 Darah vena
a Vena mediana cubiti
b Vena jugularis supertisial
c Vena sinus sagitalis superior
d Femoraralis

69
SKOR NI
BOB
PROSEDUR OT
LA
0 1 2 I
II KETERAMPILAN
A Tahap persiapan
1 Persiapan alat
a Alat periksa gula darah digital (glukotest, gluko M, Gluko-DR, dll)
b Gluko test strip
c Lanset dan alat pendorongnya (lancing device)
d Swab alcohol 70 %
e Sarung tangan
f Bengkok/ tempat sampah
g Lembar hasil periksa dan alat tulis
h Menampung Darah Dalam Tabung (jika melalui dara vena)
i Karet pembendung / stuing (darah vena)
j Spuit (dara vena)
2 Persiapa Pasien
a Pastikan identitas klien
b Kaji kondisi klien dan KGD terakhir
c Beritahu dan jelaskan pada klien atau keluarganya tindakan yg dilakukan

d Jika cek GD Puasa ; Sebelum dilakukan tindakan probandus/orang coba


diberi informasi untuk tidak makan (puasa) mulai jam 10 malam (sekitar
12 jam sebelum pengecekan silakukan)
e Jaga privacy klien
f Posisi klien : duduk, tidur
B Tahap pelaksanaan
1 Tahap Orientasi
a Berikan salam, panggil klien dengan namanya (kesukaanya)
b Perkenalkan nama dan tanggung jawab perawat
c Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada klien/keluarga

2 Tahap Kerja
a Berikan kesempatan klien bertanya atau melakukan sesuatu sebelum
kegiatan dilakukan
b Menanyakan keluhan utama klien
c Jaga privacy klien
d Memulai dengan cara yang baik
e Atur posisi yang nyaman bagi klien
f Gunakan sarung tangan bersih
g Siapkan alat yang akan digunakan di dekat anda. Pasang atau masukkan
reagen strip ke dalam alat.
h Pilih jari yang akan ditusuk (bisa jari tengah/jari manis)
i Lakukan desinfeksi pada ujung jari yang akan ditusuk dengan alkohol 70
%
j Tusuk jari ujung jari di bagian tepi dengan lanset
k Bila darah yang keluar sedikit, biarkan tangan tergantung ke bawah dan
urut jari tersebut beberapa kali kearah ujung jari.
l Kenakan tetes darah pada reagen strip
m Tunggu beberapa saat, dan anda akan melihat berapa nilai kadar glukosa
anda.

70
n Tulislah hasil pada lembar kerja.
o Bandingkan dengan nilai ambang darah kapiler.
p Posisikan klien dalam posisi yang nyaman
q Lepas sarung tangan dan buang ke tempat sampah
r Cuci tangan

SKOR NI
BOB
PROSESUR OT
LA
0 1 2
I
3 Tahap terminasi
a Melakukan evaluasi tindakan
b Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
c Berikan reinforcement positif
d Mengakhiri kegiatan
e Membereskan alat
f Mencuci tangan mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

III DOKUMENTASI
A Nama Pasien 0,9
B Rute / cara
C Waktu Tindakan (tgl dan jam)
D Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam pelaksanaan
E Catat hasil tindakan (respon subjektif dan objektif) di dalam catatan
NILAI = BOBOT X SKOR

Tangerang , ......., ........................, 20...........

Penguji

(....................................................................)

71
CHECKLIST PENILAIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROSEDUR PEMERIKSAAN BILAS LAMBUNG

Nama Mahasiswa : ................................................... Semester : .....................................................

ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI JUMLAH


(BO) 𝞢𝑵
0 1 2 ( 𝑿𝑩𝑶)
𝑵𝑴
A.TAHAP PERSIAPAN
1.Persiapan perawat : 10
a. Lakukan pengkajian : baca catatan keperawatan dan
medis, lakukan pengkajian meliputi : kondisi klien,
status kesadaran klien, jenis zat yang masuk ke
lambung
b. Rumuskan diagnosa terkait.
c. Buat perencanaan tindakan.
d. Kaji kebutuhan tenaga perawat, minta perawat lain
membantu jika perlu.
e. Siapkan alat

2. Persiapan Alat :
a) Selang lambung (NGT) sesuai ukuran yang
diperlukan.
b) Spuit 50 cc
c) Perlak dan handuk
d) Ember penampung
e) NaCl 0,9 % atau Air matang
f) Hand scoon steril
g) Spatel lidah
h) Corong
i) Pelicin / jelly
j) Stethoscope

3.Persiapan Pasien :
a) Pasien / keluarga diberi penjelasan tentang tindakan
yang akan dilakukan
b) Pasien pada posisi lateral kiri
JUMLAH NILAI A
A. Tahap Orientasi 10
5. Berikan salam, panggil klien dengan namanya
6. Perkenalkan nama dan tanggung jawab perawat
7. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan
JUMLAH NILAI B
B. Tahap Kerja 10
a.Alat didekatkan ke pasien
b.Memasang perlak di bawah kepala pasien sampai
sebatas bahu
c.Meletakkan handuk di dada pasien

72
ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI JUMLAH
(BO) 𝞢𝑵
0 1 2 ( 𝑿𝑩𝑶)
𝑵𝑴
d.Meletakkan bengkok di kanan pasien.
e.Meletakkan ember ke dekat pasien
f.Petugas mencuci tangan
g.Pasang handschoen
h.Menentukan panjang slang NGT yang masuk ke
dalam lambung dari telinga ke pangkal hidung
sampai ke procesus xypoideus atau dari Os frontal ke
procesus xypoideus dan diberi batas/ tanda dengan
plester.
i.Memberi pelicin/jelly pada ujung NGT lambung
j.Menutup pangkal slangNGT lambung dengan cara
menekuk/diklem
k.Memasukkan slangNGT pelan-pelan ke dalam
lambung melalui hidung. Bagi pasien sadar
dianjurkan menelan slang NGT perlahan-lahan
sambil menarik nafas dalam
l.Meyakinkan slang NGT masuk ke dalam lambung
dengan cara :
1.sambungkan spuit yang sudah berisi udara sekitar
10cc ke ujung NGT .letakkan stetoskop di atas
kuadran kiri abdomen tepat di bawah garis costae.
Masukkan udara dan auskultasi sampai terdengar
suara brus.
2.Memasukkan ujung slangNGT sampai terendam
dalam mangkok berisi air dan tidak tampak
gelembung udara dan air.
3.Mengambil cairan didalam lambung kemudian
masukkan ke dalam tabung spesimen untuk dibuat
sampel laboratorium
m.Setelah yakin slang NGT masuk ke lambung pasien,
fiksasi secara melingkar dengan menggunakan
plester.
n. Lipat/klem ujung selang NGT lalu sambungkan
dengan spuit 50 cc atau boleh menggunakan
corong.
o. Posisikan ujung NGT lebih rendah dari lambung,
injeksikan normal salin / air dengan perlahan tetapi
pasti dan jangan memaksa ( masukkan 100-300 cc)
p. Setelah cairan dimasukkan, aspirasi cairan sebanyak
± 20 cc, kemudian dilanjutkan dengan membiarkan
cairan keluar sendiri karena gravitasi, tampung
cairan di dalam waskom.
q. Membilas lambung dilakukan berulang kali sampai
air/cairan yang keluar dari lambung berwarna
jernih/tidak berbau racun.
JUMLAH NILAI C
D.Tahap Terminasi 10
a. Setelah selesai, rapikan alat

73
ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI JUMLAH
(BO) 𝞢𝑵
0 1 2 ( 𝑿𝑩𝑶)
𝑵𝑴
b. Cuci tangan
c. Mengobservasi tekanan darah, nadi, pernafasan,
dan respons pasien
JUMLAH NILAI D
E. Dokumentasi 10
3. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan
serta jumlah dan jenis Cairan yang masuk dan
keluar
4. Dokumentasikan tidakan dalam bentuk SOAP
JUMLAH NILAI E
TOTAL NILAI :
(A+B+C+D+E)

KETERANGAN : Tangerang,
0 : tidak dilakukan sama sekali Dosen Penguji
1 : dilakukan dengan tidak sempurna
2 : dilakukan dengan sempurna

A : Tahap persiapan
B : Tahap Kerja
C : Tahap Terminasi
D : Tahap Dokumentasi
NM : Nilai Maksimum Per Tahap
Nilai batas lulus : 70%

74
CHECKLIST PENILAIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROSEDUR PERAWATAN COLOSTOMI

Nama Mahasiswa : ................................................... Semester : .....................................................

Jml Nilai Ket.


elemen
Performance Procedure

Tahap 1. Baca catatan keperawatan/catatan medis


2. Cuci tangan
Orientasi
3. Ucapkan salam dan perkenalkan diri
4. Klarifikasi nama dan umur atau nama dan alamat
klien 5
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan
dilakukan, kontrak waktu
6. Beri kesempatan pada pasien/keluarga untuk
bertanya
Fase kerja 1. Membaca bismillah
2. Menutup pintu dan gordyn / skerem.
3. Mengatur posisi pasien.
4. Perawat mencuci tangan.
5. Perawat memakai sarung tangan dan masker.
6. Observasi kulit sekitar luka, apakah ada yang 20
lengket – lengket, tergantung pada jenis kantong
yang digunakan.
7. Memberi under pad pada daerah yang diganti.
8. Piala ginjal didekatkan pada bagian perut / luka
yang akan diganti.
9. Kosongkan kantong ke dalam container lain

Membuka colostomy bag dengan hati-hati, bagian 10


yang kotor diarahkan ke dalam kantong plastik.,
pelan-pelan diangkat dari atas.

Melepaskan lekatan dengan cara mendorong kulit dari 5


lekatan
Membersihkan colostomy dan sekitarnya dengan kasa 20
Nacl 0,9 % kemudian dikeringkan atau dengan sabun,
air dan washlap

Observasi output dari colostomi, buka sarung tangan


lalu cuci tangan.

Pakai sarung tangan on steril.

75
Jml Nilai Ket.
elemen
Performance Procedure

Letakan satu atau dua kasa steril diatas lubang stoma 5

Jika diperlukan, gunting lingkaran untuk memperbesar 5


lubang

Buka penutup kasa pada lubang tadi


Mengoleskan salf pelindung kulit di sekitar colostomy 20
dengan kapas lidi.

Memasang colostomy bag dengan tepat dan dijaga


supaya tidak ada udara yang masuk di dalamnya.

Merapihkan pasien.

Membereskan alat-alat..

Perawat melepas sarung tangan dan masker.

Perawat mencuci tangan, kaji adanya ketidak


nyamanan disekitar stoma.

Terminasi - Evaluasi respon klien 5


- Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
- Melakukan kontrak waktu untuk tindakan
selanjutnya
- Mengucapkan Alhamdulillah dan memberi salam
Dokumentasi - Nama dan umur pasien, tanggal dan jam tindakan 5
keperawatan
- Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan
- Nama dan tanda tangan ners
TOTAL 100

Penguji

……………………………………..

76
CHECKLIST PENILAIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROSEDUR PEMASANGAN KATETER URINE

Nama Mahasiswa : ................................................... Semester : .....................................................

Performance Procedure Jml Nilai Ket.


elemen

Tahap 1. Baca catatan keperawatan/catatan medis 5


2. Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan
Orientasi
3. dengan menggunakan hand rub)
4. Ucapkan salam dan perkenalkan diri
5. Klarifikasi nama dan umur atau nama dan alamat
klien
6. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan
dilakukan (pemasangan kateter, nafas dalam saat
kateter dipasang)
7. Kontrak waktu
8. Beri kesempatan pada pasien/keluarga untuk
bertanya
9. Minta persetujuan klien/keluarga
10. Dekatkan alat
11. Jaga privacy klien dengan menutup tirai/pintu
Tahap Kerja Baca Basmalah 5
Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan 5
menggunakan hand rub)
Atur posisi yang nyaman 5
- Pasien anak atau pasien tidak sadar dengan bantuan
- Pasien wanita dengan posisi dorsal recumbent
- Pasien laki-laki dengan supine
Memasang pengalas/perlak dibawah pantat klien 4
Pakaian bagian bawah klien dikeataskan/dilepas 2
Bengkok diletakkan didekat bokong klien 2
Sambungkan ujung folley catheter dengan urine bag, buka 2

77
Performance Procedure Jml Nilai Ket.
elemen

sedikit pembungkus luar dari folley catheter dan jaga


kesterilan folley catheter
Pakai sarung tangan steril 5
Persiapkan jelly:* 5
- Untuk klien laki-laki: ambil 1 buah spuit 3ml,
lepaskan jarumnya, isi dengan lydocain jelly yang
ada di kom steril sebanyak 5 – 10 ml untuk
diinjeksikan kedalam urethra*
- - Untuk klien perempuan, ambil jelly yang ada pada
kom steril dengan menggunakan kassa steril*
Tahap kerja Membersihkan bagian genitalia:* 5
- Klien laki-laki: Penis dipegang dengan tangan non
dominan. Penis dibersihkan dengan menggunakan kapas
steril/ kassa steril yang diolesi NaCl oleh tangan dominan
dengan gerakan memutar dari meatus ke luar dengan
menggunakan pinset, dilanjutkan dengan membersihkan
gland penis. Tindakan bisa dilakukan beberapa kali hingga
bersih. Kemudian pinset diletakkan dalam bengkok*
- Klien perempuan: Gunakan tangan yang tidak
dominan untuk membuka labia mayora, dengan
menggunakan ibu jari dan telunjuk. Kemudian bersihkan
labia mayora dengan menggunakan kapas sublimat atau
kassa steril yang diolesi cairan antiseptik dengan
menggunakan pinset dari arah atas kebawah, dilanjutkan
ke daerah labia minora, dan selanjutnya meatus urethra
(dari luar ke dalam), sekali usap pada satu sisi kapas atau
kassa. Tindakan bisa dilakukan beberapa kali hingga
bersih. Kemudian pinset diletakkan dalam bengkok*
Pasang duk steril dengan menggunakan tangan kanan dan 5
tangan kiri memegang penis, jaga kesterilan duk
Pasang selang kateter: 5

78
Performance Procedure Jml Nilai Ket.
elemen

- Klien laki-laki: pegang penis dengan tangan non


dominan, injeksikan jelly ke dalam uretra klien
tanpa menggunakan jarum. Keluarkan folley
catheter dengan hati-hati dan menjaga
kesterilannya. Pegang penis dengan tangan non
dominan, masukkan kateter kedalam uretra secara
perlahan-lahan sampai urine keluar. Pasien diminta
tarik napas dalam selama pemasangan *
- Klien perempuan: oleskan jelly yang telah
disiapkan di kassa pada ujung kateter dengan
menggunakan kassa steril minimal sepanjang 6
inchi dari ujung kateter. Gunakan tangan yang
tidak dominan untuk membuka labia mayora,
dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk
temukan meatus uretra. Masukkan kateter kedalam
uretra secara perlahan-lahan sampai urine keluar.
Pasien diminta tarik napas dalam selama
pemasangan*
Masukkan cairan aquades 20-30 cc dimasukkan atau 5
sesuai ukuran yang tertulis untuk fiksasi kateter di dalam
vesica urinaria. Kateter sedikit ditarik sampai ada
tahanan*
Lepaskan duk dengan menarik ke bawah, hati-hati saat 5
melewati urin bag. Jika urine bag penuh, urin bag
dikosongkan dulu dengan membuang urine di bengkok
atau pispot
Tahap kerja Fiksasi kateter ke pasien 5
- Untuk laki-laki di bawah abdomen
- Untuk wanita ke paha atau dengan longgar diatas kaki
tanpa fiksasi
Gantung urine bag ditempatnya 5

79
Performance Procedure Jml Nilai Ket.
elemen

Lepaskan sarung tangan 5


Bantu pasien untuk posisi yang nyaman dan rapikan 5
kembali pakaian pasien dan bererskan alat
Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan 5
menggunakan hand scrub)
Tahap - Evaluasi respon klien 5
terminasi - Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
- Melakukan kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya
- Mengucapkan Alhamdulillah setelah selesai tindakan
- Mengakhiri kegiatan dengan cara memberi salam
Dokumentasi - Nama dan umur atau nama dan alamat klien 5
- Tanggal dan jam tindakan keperawatan
- Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan
- Evaluasi: DS (respon klien), DO: tipe dan ukuran
kateter, deskripsi urine: warna, jumlah
- Nama dan tanda tangan ners
TOTAL

Penguji

……………………………………..

80
CHECKLIST PENILAIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROSEDUR TINDAKAN BLADDER TRAINING

Nama Mahasiswa : ................................................... Semester : .....................................................

No. Tindakan Jumlah Nilai Ket.

Elemen

1 Mengidentifikasi kesiapan pasien

a. Mengecek program terapi medik


b. Mengucapkan salam terapeutik
15
c. Melakukan evaluasi/ validasi
d. Melakukan kontrak (waktu, tempat, & topik)
e. Menjelaskan langkah-langkah tindakan
2 Melakukan persiapan alat

a. Alat/ bahan dipersiapkan sesuai kebutuhan 5


b. Kebutuhan alat dan bahan dipertimbangkan
3 Persiapan tindakan

a. Cuci tangan
b. Ciptakan lingkungan yang nyaman, tutup tirai
c. Atur posisi pasien
d. Gunakan sarung tangan 10
e. Inspeksi kepatenan selang kateter
f. Lakukan pengukuran volume urine pada kantung
urin
g. Kosongkan kantung urine
4 Melakukan bladder training:

a. Klem kateter urine pada bagian selang selama 2 50


jam
b. Anjurkan klien untuk memberitahu perawat jika ada
rasa ingin berkemih
c. Buka klem kateter selama 5 menit
d. Hitung volume urine

81
No. Tindakan Jumlah Nilai Ket.

Elemen

e. Lakukan siklus klem dan buka kateter selama


periode 12 jam
5 Melakukan pelepasan kateter:

a. Gunakan sarung tangan 5


b. Aspirasi cairan pada balon kateter
c. Lepaskan selang kateter
6 Melakukan terminasi dan evaluasi

a. Merapikan alat
b. Membantu klien ke posisi semula dan yang
5
nyaman
c. Mengevaluasi respon klien
d. Merencanakan tindak lanjut
7 Cuci tangan 5

8 Dokumentasi 5

Jumlah

Penguji: ........................................................................... ................................

82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93

Anda mungkin juga menyukai