Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

BERBAGAI PENDEKATAN PENGEMBANGAN


SOSIAL EMOSIONAL ANAK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Yang di ampu oleh
Dosen:Hermansyah ,M.Pd.I

Disusun Oleh
ANGGI NOPRITA
PUTRI DELIMA
JUATI

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI)


YAYASAN NURUL ISLAM(YASNI)
MUARA BUNGO
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan kita berbagai
macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa
keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan
akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai
menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen serta
teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moriil maupun
materil, sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Selain itu, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Aamien.

Muara Bungo,November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Mengapa Sosial Emosi Perlu Dikembangkan?..................................... 3
B. Pengembangan Sosial Emosi Anak...................................................... 7
C. Peran Pematangan dan Belajar Terhadap Perkembangan Sosial Emosi
Anak...................................................................................................... 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 11
B. Saran..................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Anak dilahirkan dengan potensi mampu berkembang secara baik,
tetapi mereka tidak mungkin sepenuhnya melakukan secara sendiri. Anak-
anak dalam pengembangan dirinya, termasuk pada aspek sosial emosional
membutuhkan bantuan dan program yang sesuai dengan kebutuhannya.
Tindakan-tindakan untuk mencerdaskan dimensi perkembangannya perlu
ditangani secara serius. Dengan demikian, diharapkan anak menjadi generasi
yang mampu mengisi kehidupannya secara cerdas dan sesuai harapan
masyarakat.
Pada masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden age)
yang merupakan masa dimana anak mulai peka/sensitif untuk menerima
berbagai rangsangan. Masa peka pada masing-masing anak berbeda, seiring
dengan laju pertumbuhan dan perkembangan anak secara individual.
Masa peka adalah masa terjadinya kematangan fungsi fisik dan psikis
yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini juga
merupakan masa peletak dasar untuk mengembangkan kemampuan kognitif,
motorik, bahasa, sosio emosional, agama dan moral.
Kemampuan sosial–emosional Anak bertujuan agar anak merasa
percaya diri, mampu bersosialisasi dengan orang lain, menahan emosinya jika
berada dalam suatu keadaan sesuai dengan kemampuan dan tingkat
perkembangan anak. Pengembangan sosial anak dapat dikembangkan dengan
mengajak anak untuk mengenal diri dan lingkungannya. Interaksi dengan
keluarga sendiri dan orang lain juga akan menbantu anak membangun konsep
dirinya. Dengan bermain anak dapat mengembangkan kemampuan sosialnya,
misalnya dengan bermain peran prilaku. Dengan belajar beberapa peran
tersebut, anak dapat belajar mengenai baik atau buruk, boleh atau tidak
dilakukan.

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Mengapa sosial emosi perlu dikembangkan?
2. Bagaimana pengembangan sosial emosi anak?
3. Apa peran pematangan dan belajar terhadap perkembangan sosial emosi
anak?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pentingnya pengembangan sosial emosi anak.
2. Untuk mengetahui pengembangan sosial emosi anak.
3. Untuk mengetahui peran pematangan dan belajar terhadap perkembangan
sosial emosi anak.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Mengapa Sosial Emosional Perlu Dikembangkan?


Emosi adalah suatu keadaan/situasi yang utuh dapat berupa pikiran
ataupun perasaan yang nampak pada perubahan biologis yang muncul dari
perilaku seseorang. Bahasa emosi mengarah pada sebuah perasaan atau
pikiran. Perkembangan sosial menurut harlock yaitu perkembangan sosial
merupakan perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan
sosial. Sosialisasi adalah kemampuan bertingkah laku sesuai dengan norma
nilai. Jadi seseorang di katakan berkembang emosinya apabila ia sudah
mampu menunjukkan tindakan yang sesuai dengan aturan yang telah di buat.1
Emosi adalah letupan perasaan yang muncul dari dalam diri
seseorang, baik bersifat positif maupun negatif. Perkembangan emosi anak
perlu mendapatkan perhatian, karena kondisi emosi seseorang akan
berdampak pada penyesuaian pribadi dan sosial.2
Perkembangan emosi anak berhubungan dengan seluruh aspek
perkembangan dalam diri anak. Setiap anak akan mempunyai emosi rasa
senang, marah, jengkel, dan sedih dalam menghadapi lingkungannya sehari-
hari. Pada tahapan ini, emosi anak usia dini lebih rinci, bernuansa atau disebut
terdiferensiasi.3 Kesadaran kognitifnya yang telah meningkat memungkinkan
pemahaman terhadap lingkungan berbeda dari tahapan semula. Selain itu,
imajinasi atau daya khayal sudah mulai berkurang. Hal inilah yang
memengaruhi berkembangnya wawasan sosial anak. Untuk itu anak-anak
perlu dibantu dalam menjalin hubungan dengan lingkungannya agar mereka
dapat menyesuaikan diri secara emosional, menemukan kepuasan dalam
dirinya, dan sehat secara mental dan fisik.
1. Makin Kompleksitas Kehidupan yang Dihadapi Anak
1
Christiana Hari Soetjiningsih, Perkembangan Anak, (Jakarta: Prenada Media Group, 2012), hlm.
213-216.
2
Hibana S. Rahman, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyakarta: PGTKI Press,
2002), hlm. 110
3
Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 30

3
4

Perkembangan zaman termasuk perkembangan dan kemajuan ilmu


pengetahuan, teknologi, dan seni tidak seluruhnya membawa kehidupan ini
menjadi lebih teratur, tenteram, damai, dan bahagia. Kondisi tersebut
justru menjadikan kehidupan ini semakin kompleks, bahkan menyebabkan
dunia ini semakin sulit untuk didiami, dikendalikan, dan dinikmati.
Beberapa contoh perilaku emosi dan sosial yang menyertai generasi
sekarang dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Perilaku Kesepian dan Pemurung
Banyak dialami oleh anak dan generasi sekarang, diantaranya
disebabkan semakin meningkatnya kesibukan orang tua mereka. Kedua
orang tua yang sibuk bekerja diluar rumah, mengakibatkan secara sosial
maupun emosi menjadi kurang perhatian dan terlantar. Kedua orang tua
yangseringkali konflik dalam keluarga dan terjadi di hadapan anak -
anak juga akan mempengaruhi keadaan sosial dan emosi anak. Hal ini
akan mengakibatkan anak-anak menarik diri dari kehidupan sosial
maupun emosi dengan keluarganya atau orang tua mereka. Dampaknya,
mereka menjadi penyendiri dan pemurung.
b. Perilaku Beringas dan Kasar
Berbagai tekanan kerap kali menghampiri para pelajar, mulai
dari kekurangan uang jajan, berebut kendaraan umum pada saat akan
berangkat sekolah, terbatasnya berbagai sarana ekspresi da n aktualisasi
diri di sekolah maupun di masyarakat dan lain-lain. Tuntutan-tuntutan
yang berkembang akibat tayangan televisi, sajian radio, komunikasi
telepon, penggunaan internet, dan lain-lain cukup memberikan andil
dalam menekan emosi dan proses sosialisasi yang menggiring anak
pada perilaku beringas dan kasar.4
c. Perilaku Rendahnya Sopan Santun
Tampaknya sudah sulit kita mendengar kata maaf, ucapan
terima kasih, ucapan salam, dan perilaku kesopanan lainnya lahir dari
mulut-mulut anak-anak pada jaman sekarang, bahkan generasi yang

4
Ibid.
5

lebih dewasa. Lihatlah bagaimana sikap para siswa kepada gurunya,


lihatlah perilaku anak pada orang tuanya, sungguh banyak contoh yang
terkait dengan penyimpangan perilaku ini.
d. Perilaku Cemas dan Gugup
Adanya tekanan emosi membuat anak menjadi sering cemas,
bahkan kemampuan berkomunikasi dalam lingkungan sosialnya
menjadi terganggu, misalnya saja karena stress anak menjadi gagap
pada saat diminta bercerita atau menyampaikan sesuatu yang telah
dipelajari.
e. Perilaku Impulsif
Berbagai tekanan pada emosi dan sosial anak mengakibatkan
anak kurang mau dan mampu menahan diri untuk berbuat dan
bertindak. Anak-anak pada saat ini sering kali melakukan perbuatan dan
tindakan menurut kehendak hatinya saja. Bahkan sering kali pada
tempo yang cepat mereka dapat merusak sesuatu tanpa berpikir akibat
dan dampak-dampaknya. Sehingga seringkali menjerumuskan dirinya
pada keadaan yang merusak.
2. Penanaman kesadaran bahwa anak adalah Praktisi dan Investasi Masa
Depan
Alasan dan faktor lain yang perlu disadari tentang pentingnya
pengembangan sosial emosional anak sejak dini atau sejak mereka berada
pada level prasekolah adalah anak merupakan praktisi masa depan.
Keberhasilan membina anak sejak dini, merupakan kesuksesan bagi masa
depan anak. Sebaliknya, kegagalan dalam memberikan pembinaan,
pendidikan, pengasuhan, dan perlakuan merupakan bencana bagi
kehidupan anak di kemudian hari.5
Diantara aspek mendasar adalah pengembangan aspek sosial
emosional yang memadai. Sejak dini anak harus sudah dikenalkan pada
kemampuan mengenali, mengolah dan mengontrol emosi serta perilaku
sosialnya agar dapat merespons dengan baik setiap kondisi emosi dan
5
Novan Ardy Wiyani, Mengelola dan Mengembangkan Kecerdasan Sosial dan Emosi AUD,
(Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2014), hlm. 29-33
6

sosial yang merangsang di hadapannya. Dengan demikian, anak


mempunyai kesiapan dan kemampuan untuk beradaptasi serta mengatasi
masalah dan tantangan yang timbul selama proses perkembangannya.
Artinya, keterampilan-keterampilan sosial emosional yang telah mereka
peroleh ketika masih kanak -kanak akan dapat mengantarkannyamenjadi
praktisi sejati di masa yang akan datang, yaitu menjadi sosok yang siap
menghadapi dunia modern dan kompleks secara optimis dan lebih
meyakinkan.
3. Fase Strategis Pendidikan dan Pengembangan Anak
Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa lebih dari 50%
perkembangan individu terjadi pada masa usia dini. Di usia ini kecerdasan
individu mengalami rangkaian perubahan yang luar biasa, dan sisanya
hanya modifikasi dan pengayaan saja. Segala stimulasi dapat merangsang
dimensi perkembangannya, bahkan hasil penelitian menunjukkan dapat
meningkatkan semua aspek kecerdasan termasuk kecerdasan sosial
emosional.
Oleh karena itu, jangan menelantarkan anak pada masa peka
tersebut. Bila kita menyia-nyiakan dan menelantarkan anak balita,
mungkin anak tersebut akan membawa cap atau bekas yang sulit bahkan
tidak bisa dihapus. Untuk itu fasilitasilah pertumbuhan dan belajarnya
secara optimal.6
4. Upaya Mengimbangi Pandangan Tentang Keunggulan IQ Dibandingkan
EI
Kecerdasan akademis sedikit kaitannya dengan kehidupan emosi
karena secara umum kecerdasan akademis atau IQ (Intelligence Quotient)
relatif dipengaruhi oleh faktor bawaan, sedangkan kecerdasan emosi atau
EI (Emotional Intelligence) dapat tumbuh dan berkembang seumur hidup
dengan proses belajar. Terdapat pemikiran bahwa IQ menyumbang dalam
kehidupan pribadi mereka palingbanyak 20% bagi sukses dalam hidup,
sedangkan 80% ditentukan faktor lain, yaitu kecerdasan emosi.

6
ibid
7

Akan tetapi, bila kedua keterampilan tersebut diatas, yakni IQ dan


EI tercapai secara efektif, berarti kita sebagai orang tua dan para guru
telah melahirkan generasi-generasi yang hebat.
5. Tuntutan Agar Anak Segera Memiliki Keterampilan Menggelola Emosi
Sosialnya
Pada awal masa kanak-kanak emosi anak sangat kuat. Masa
tersebut merupakan saat ketidakseimbangan ledakan-ledakan emosi. Hal
itu biasanya tampak mencolok pada anak usia 2,5 sampai 3,5 tahun yang
dikenal dengan usia degil (dimana emosi terpusat pada kiri) dan usia 5,5
sampai 6,5 tahun.Pada usia tersebut, anak cenderung mengekspresikan
emosi sebagai upaya mencari rasa aman, baik ditampilkan melalui
tangisan, atau melalui amarah.
Keduanya merupakan cara anak utuk mencari perhatian orang lain
di sekitarnya. Hal tersebut sebetulnya wajar, tetapi jika tidak segera
diantisipasi sejak dini maka dikhawatirkan akan terbawa oleh anak hingga
dewasadan mengganggu kepribadiannya.
Melihat gejala-gejala tersebut, para orang tua atau guru prasekolah
sudah seharusnya dapat memberikan pembekalan yang memadai tentang
pengelolaan emosi pada setiap anak agar dapat memenuhi tuntutan
penyesuaian diri dari lingkungannya, baik dari lingkungan keluarga,
sekolah maupun teman bermain.

B. Pengembangan Sosial Emosi Anak


1. Pengembangan Emosi7
Hal yang penting untuk diperhatikan dan dibutuhkan anak dalam
upaya pengembangan emosi yang sehat adalah sebagai berikut: rasa saling
memiliki, rasa cinta dan kasih sayang keputusan sendiri, rasa aman, diberi
kepercayaan pada dirinya, dipeelakukan sesuai dengan harapannya,
diterima apa adanya dan diberikan sesuatu dengan ketulusan.

7
Soemiarti Patmonodewo. (2003). Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka
Cipta.h.123
8

Terdapat lima cara yang dapat dilakukan guru untuk membantu


proses pengembangan emosi anak, yaitu kemampuan untuk mengelola dan
mengekspresikan emosi secara tepat, kemampuan untuk memahami
perasaan orang lain, dan kemampuan untuk membina hubungan dengan
orang lain. Materi pembelajaran emosi di taman kanak-kanak meliputi rasa
cinta dan kasih sayang, empati serta pengendalian emosi.
2. Pengembangan Sosial
Strategi pengembangan sosial anak usia 0-3 tahun dimulai dengan
memperkuat ikatan antara orang tua dan anak lewat interaksi yang penuh
perhatian, intensif, dan estabhlish bonding. Selanjutnya mengajak anak
untuk mendemonstrasikan kebiasaan sosial, seperti menolong orang,
mengekspresikan cinta, dan mengajak dia untuk berbagi dengan anak lain.
Sasaran pengembangan sosial di TK adalah:
a. Keterampilan berkomunikasi
b. Keterampilan memiliki rasa humor
c. Menjalin persahabatan
d. Berperan serta dalam kelompok
e. Memiliki tata karma
Materi pembelajaran pengembangan sosial di TK meliputi cinta
dan kasih sayang, empati, afiliasi, identifikasi, disiplin, tolong menolong
dan tanggung jawab.

C. Peran Pematangan dan Belajar Terhadap Perkembangan Sosial Emosi


Anak
Pematangan dan belajar kedua-duanya mempengaruhi perkembangan
sosial emosional agama dan moral anak usia dini. Namun demikian, belajar
lebih penting karena belajar merupakan faktor yang lebih dapat dikendalikan.
Sesungguhnya pematangan juga dapat sedikit dikendalikan, tetapi hanya
dengan cara mempengaruhi kesehatan fisik dan memelihara keseimbangan
tubuh, yaitu melalui pengendalian kelenjar yang sekresinya digerakkan oleh
emosi. Sebaliknya, terdapat berbagai cara untuk mengendalikan lingkungan
9

dalam rangka menjamin pembinaan pola emosi yang diinginkan. Dalam hal
ini bantuan ahli diperlukan untuk menghilangkan pola reaksi emosional yang
tak tertanam kuat.
Peran dari pematangan pembelajaran terhadap perkembangan sosial
emosional agama dan moral AUD adalah perkembangan perilaku anak dalam
pengendalian dan penyesuaian diri dengan aturan-aturan masyarakat di mana
anak itu berada. Perkembangan sosial emosional anak bukan hanya sekedar
hasil kematangan, tetapi sebagian besar merupakan hasil belajar. Untuk itu,
menyediakan kondisi yang dapat meningkatkan kematangan dan kesempatan
belajar sangat penting dilakukan. Pengondisian yang baik akan menjadikan
fungsi dan tatanan sosial yang baik serta sehat dapat membantu anak dalam
mengembangkan konsep diri yang positif dan akan menjadikan
perkembangan sosialisasi dan emosi anak menjadi lebih optimal. Dengan
demikian, anak dapat meningkatkan peran dan aktualisasi diri sesuai
gendernya, sebab pada masa prasekolah anak mulai memahami perannya
sebagai anak laki -laki dan perempuan.
1. Arah Pembelajaran Sosial Emosional bagi Anak Prasekolah
Secara umum, arah dan sasaran dari pembelajaran dalam dimensi
pengembangan sosial emosional agama dan moral AUD sesuai dengan
kurikulum yang berlaku.
2. Cara Anak Mendapatkan Pengalaman Sosial Emosional
Manusia perlu bersosialisasi agar ia lebih dapat mengenal dirinya
dan juga lingkungan di sekitarnya. Anak dapat melakukan sosialisasi
dengan keluarganya, teman-temannya atau masyarakat di sekitarnya.
3. Prinsip-prinsip dalam Membantu Pengembangan Sosial Emosional Anak
Pengendalian emosi, menitiberatkan pada penekanan reaksi yang
tampak terhadap rangsangan yang menimbulkan emosi. Emosi yang
dilumpuhkan biasanya menyertai kemarahan, antara lain yang tampak
terwujud pada ekspresi wajah, tubuh atau kata-kata.Adapun arah
pematangan dan belajar, keduanya sama. Dari sisi emosi, arah pematangan
10

belajar ingin mengantarkan anak pada kestabilan, sedangkan dari sisi


sosial, ingin mengantarkan pada kematangan dalam bersosialisasi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Mengapa Sosial Emosi Perlu Dikembangkan?
a. Karena makin kompleksitas kehidupan yang dihadapi anak
b. Untuk penanaman kesadaran bahwa anak adalah praktisi dan investasi
masa depan
c. Merupakan fase strategis untuk pendidikan dan pengembangan anak
d. Upaya mengimbangi pandangan tentang keunggulan IQ dibandingkan
EI.
e. Tuntutan Agar Anak Segera Memiliki Keterampilan Menggelola Emosi
Sosialnya
2. Pengembangan Sosial Emosi Anak
a. Pengembangan Emosi
Terdapat lima cara yang dapat dilakukan guru untuk membantu
proses pengembangan emosi anak, yaitu kemampuan untuk mengelola
dan mengekspresikan emosi secara tepat, kemampuan untuk memahami
perasaan orang lain, dan kemampuan untuk membina hubungan dengan
orang lain. Materi pembelajaran emosi di taman kanak-kanak meliputi
rasa cinta dan kasih sayang, empati serta pengendalian emosi.
b. Pengembangan Sosial
Sasaran pengembangan sosial di TK adalah:
1) Keterampilan berkomunikasi
2) Keterampilan memiliki rasa humor
3) Menjalin persahabatan
4) Berperan serta dalam kelompok
5) Memiliki tata karma
Materi pembelajaran pengembangan sosial di TK meliputi cinta
dan kasih sayang, empati, afiliasi, identifikasi, disiplin, tolong
menolong dan tanggung jawab.

11
12

Peran dari pematangan pembelajaran terhadap perkembangan sosial


emosional agama dan moral AUD adalah perkembangan perilaku anak dalam
pengendalian dan penyesuaian diri dengan aturan-aturan masyarakat di mana
anak itu berada. Perkembangan sosial emosional anak bukan hanya sekedar
hasil kematangan, tetapi sebagian besar merupakan hasil belajar. Untuk itu,
menyediakan kondisi yang dapat meningkatkan kematangan dan kesempatan
belajar sangat penting dilakukan.

B. Saran
Kami selaku penulis makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa
makalah ini jauh dari kesempurnaan, karena itu kami membuka diri untuk
menerima saran-saran yang bersifat konstruktif dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Ali Nugroho & Yeni Rachmawati. Metode Pengembangan Sosial Emosional.


Jakarta: Universitas Terbuka. 2009

Christiana Hari Soetjiningsih. (2012). Perkembangan Anak. Jakarta: Prenada


Media Group.

Hibana S. Rahman. (2002). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.


Yogyakarta: PGTKI Press.

http://melyloelhabox.blogspot.co.id/2013/06/pengembangan-kecerdasan-
sosial.html

Hurlock, Elizabeth B. (1978). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Novan Ardy Wiyani. (2014). Mengelola dan Mengembangkan Kecerdasan Sosial


dan Emosi AUD. Yogyakarta: Ar-Ruz Media

Soemiarti Patmonodewo. (2003). Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka


Cipta.

Anda mungkin juga menyukai