Modul Siapkah Menjadi Orang Tua
Modul Siapkah Menjadi Orang Tua
BK KELUARGA
Dosen Pengampuh
Dr. Farida Aryani M.Pd & Suciani Latif,S.Pd., M.Pd
Disusun oleh
Kelompok 2
KELAS B
i
NAMA ANGGOTA KELOMPOK :
9 . Ramdana (1944041024)
13 . Karmila (200404500013)
ii
MODUL
i
DAFTAR ISI
ii
Memahami Perkembangan
Anak
1
BAHAN BACAAN
PERKEMBANGAN ANAK
A. Pertumbuhan dan Perkembangan
Istilah pertumbuhan dan perkembangan seringkali dipergunakan seolah-olah keduanya
mempunyai pengertian yang sama, karena menunjukan adanya suatu proses perubahan tertentu yang
mengarah kepada kemajuan. Padahal sesungguhnya istilah pertumbuhan dan perkembangan ini
mempunyai pengertian yang berbeda. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan yang bersifat
kuantitatif, sebagai akibat dari adanya pengaruh luar atau lingkungan. Pertumbuhan mengandung arti
adanya perubahan dalam ukuran dan struktur tubuh sehingga lebih banyak menyangkut perubahan
fisik. Pertumbuhan dapat didefinisikan pula sebagai perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari
proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada diri individu yang sehat
dalam fase-fase tertentu. Hasil dari pertumbuhan ini berupa bertambah panjangnya tulang-tulang
terutama lengan dan tungkai, bertambah tinggi dan berat badannya serta makin bertambah
sempurnanya susunan tulang dan jaringan syaraf. Pertumbuhan ini akan terhenti setelah adanya
maturasi atau kematangan pada diri individu.
Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan adalah suatu perubahan fungsional yang
bersifat kualitatif, baik dari fungsi-fungsi fisik maupun mental sebagai hasil keterkaitannya dengan
pengaruh lingkungan. Perkembangan dapat juga dikatakan sebagai suatu urutan-urutan perubahan yang
bertahap dalam suatu pola yang teratur dan saling berhubungan. Perubahan- perubahan yang terjadi
dalam perkembangan ini bersifat tetap, menuju ke suatu arah, yaitu ke suatu tingkat yang lebih tinggi.
Contohnya : anak diperkenalkan bagaimana cara memegang pensil, membuat huruf-huruf dan diberi
latihan oleh orang tuanya. Kemampuan belajar menulis akan mudah dan cepat dikuasai anak apabila
proses latihan diberikan pada saat otot-ototnya telah tumbuh dengan sempurna, dan saat untuk
memahami bentuk huruf telah diperolehnya. Dengan demikian anak akan mampu memegang pensil
dan membaca bentuk huruf. Melalui belajar anak akan berkembang, dan akan mampu mempelajari hal-
hal yang baru. Perkembangan akan dicapai karena adanya proses belajar, sehingga anak memperoleh
pengalaman baru dan menimbulkan perilaku baru.
Dari uraian pengertian perkembangan di atas perlu disadari bahwa pertumbuhan fisik
mempengaruhi perkembangan psikis individu, karena pada suatu saat tertentu kedua istilah ini dapat
digunakan secara bersamaan. Dengan kata lain, perkembangan merupakan hasil dari pertumbuhan,
pematangan fungsi-fungsi fisik, pematangan fungsi-fungsi psikis dan usaha belajar
B. Prinsip-prinsip Perkembangan
Perkembangan individu berlangsung sepanjang hayat, dimulai sejak masa pertemuan sel ayah
dengan ibu (masa konsepsi) dan berakhir pada saat kematiannya. Perkembangan individu ini bersifat
dinamis, perubahannya kadang-kadang lambat, tetapi bisa juga cepat, hanya berkenaan dengan salah
2
satu aspek ataupun beberapa aspek perkembangan. Perkembangan tiap individu juga tidak selalu
seragam, seorang berbeda dengan yang lainnya baik dalam temponya, iramanya maupun kualitasnya.
Dalam perkembangan individu dikenal prinsip-prinsip perkembangan sebagai berikut :
1. Perkembangan berlangsung seumur hidup dan meliputi semua aspek. Perkembangan bukan hanya
berkenaan dengan aspek-aspek tertentu tetapi menyangkut semua aspek. Perkembangan aspek
tertentu mungkin lebih terlihat dengan jelas, sedangkan aspek yang lainnya lebih tersembunyi.
Perkembangan tersebut juga berlangsung terus sampai akhir hayatnya, hanya pada saat tertentu
perkembangannya lambat bahkan sangat lambat, sedangkan pada saat lain sangat cepat. Jalannya
perkembangan individu itu berirama dan irama perkembangan setiap anak tidak selalu sama.
2. Setiap anak memiliki kecepatan (tempo) dan kualitas perkembangan yang berbeda. Seseorang
mungkin mempunyai kemampuan berpikir dan membina hubungan sosial yang sangat tinggi dan
tempo perkembangannya dalam segi itu sangat cepat, sedang dalam aspek lainnya seperti
keterampilan atau estetika kemampuannya kurang dan perkembangannya lambat. Sebaliknya, ada
anak yang ketrampilan dan estetikanya berkembang pesat sedangkan kemampuan berpikir dan
hubungan sosialnya agak lambat.
3. Perkembangan secara relatif beraturan, mengikuti pola-pola tertentu. Perkembangan sesuatu segi
didahului atau mendahului segi yang lainnya. Anak bisa merangkak sebelum anak bisa berjalan,
anak bisa meraban sebelum anak bisa berbicara, dan sebagainya.
4. Perkembangan berlangsung secara berangsur-angsur sedik demi sedikit. Secara normal
perkembangan itu berlangsung sedikit demi sedikit tetapi dalam situasi- situasi tertentu dapat juga
terjadi loncatan-loncatan. Sebaliknya dapat juga terjadi kemacetan perkembangan aspek tertentu.
5. Perkembangan berlangsung dari kemampuan yang bersifat umum menuju ke yang lebih khusus,
mengikuti proses diferensiasi dan integrasi. Perkembangan dimulai dengan dikuasainya
kemampuan-kemampuan yang bersifat umum, seperti kemampuan memegang dimulai dengan
memegang benda besar dengan kedua tangannya, baru kemudian memegang dengan satu tangan
tetapi dengan kelima jarinya. Perkembangan berikutnya ditunjukkan dengan anak dapat
memegang dengan beberapa jari, dan akhirnnya menggunakan ujung-ujung jarinya. Dalam
perkembangan terjadi proses diferensiasi atau penguraian ke hal yang lebih kecil dan terjadi pula
proses integrasi. Dalam integrasi ini beberapa kemampuan khusus/kecil itu bergabung membentuk
satu kecakapan atau keterampilan.
6. Secara normal perkembangan individu mengikuti seluruh fase, tetapi karena faktor-faktor khusus,
fase tertentu dilewati secara cepat, sehingga nampak ke luar seperti tidak melewati fase tersebut,
sedangkan fase lainnya diikuti dengan sangat lambat, sehingga nampak seperti tidak berkembang.
7. Sampai batas-batas tertentu, perkembangan sesuatu aspek dapat dipercepat atau diperlambat.
Perkembangan dipengaruhi oleh faktor pembawaan dan juga faktor lingkungan. Kondisi yang
wajar dari pembawaan dan lingkungan dapat menyebabkan laju perkembangan yang wajar pula.
Kekurangwajaran baik yang berlebih atau berkekurangan dari faktor pembawaan dan lingkungan
3
dapat menyebabkan laju perkembangan yang lebih cepat atau lebih lambat.
8. Perkembangan aspek-aspek tertentu berjalan sejajar atau berkorelasi dengan aspek lainnya.
Perkembangan kemampuan sosial berkembang sejajar dengan kemampuan berbahasa,
kemampuan motorik sejajar dengan kemampuan pengamatan dan lain sebagainya.
9. Pada saat-saat tertentu dan dalam bidang-bidang tertentu perkembangan pria berbeda dengan
wanita. Pada usia 12-13 tahun, anak wanita lebih cepat matang secara sosial dibandingkan dengan
laki-laki. Fisik laki-laki umumnya tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Laki-laki
lebih kuat dalam kemampuan inteleknya sedangkan wanita lebih kuat dalam kemampuan
berbahasa dan estetikanya.
C. Karakteristik Anak
Beberapa ahli dalam bidang pendidikan dan psikologi memandang periode usia TK
merupakan periode yang penting yang perlu mendapat penanganan sedini mungkin. Maria Montessori
(Elizabeth B. Hurlock, 1978 : 13) berpendapat bahwa usia 3 - 6 tahun sebagai periode sensitive atau
masa peka yaitu suatu periode dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak
terhambat perkembangannya. Misalnya masa peka untuk berbicara pada periode ini tidak terlewati
maka anak akan mengalami kesukaran dalam kemampuan berbahasa untuk periode selanjutnya.
Demikian pula pembinaan karakter anak. Pada periode tersebut karakter anak harus dapat dibangun
melalui kegiatan dan pekerjaan. Jika pada periode ini anak tidak didorong aktivitasnya, perkembangan
kepribadiannya akan menjadi terhambat. Masa-masa sensitif mencakup sensitivitas terhadap
keteraturan lingkungan, sensitivitas untuk mengeksplorasi lingkungan dengan lidah dan tangan,
sensitivitas untuk berjalan, sensitivitas terhadap obyek-obyek kecil dan detail, serta sensitivitas terhadap
aspek-aspek sosial kehidupan.
Kartini Kartono (1986:113) mengemukakan bahwa ciri khas anak masa kanak-kanak adalah sebagai
berikut :
1. bersifat egosentris naif,
2. mempunyai relasi sosial dengan benda-benda dan manusia yang sifatnya sederhana dan primitif,
3. kesatuan jasmani dan rohani yang hampir-hampir tidak terpisahkan sebagai satu totalitas, dan
4. sikap hidup yang fisiognomis.
Pertumbuhan fisik anak usia 4-5 masih memerlukan aktivitas yang banyak.
Kebutuhan anak untuk melakukan berbagai aktivitas sangat diperlukan, baik untuk
pengembangan otot-otot kecil maupun otot-otot besar. Gerakan-gerak fisik ini tidak sekedar
penting untuk mengembangkan keterampilan fisik saja, tetapi juga dapat berpengaruh positif
terhadap penumbuhan rasa harga diri anak dan bahkan perkembangan kognisi. Keberhasilan
anak dalam menguasai keterampilan- keterampilan motorik dapat membuat anak bangga akan
dirinya.
Sejalan dengan perkembangan keterampilan fisiknya, anak usia sekitar lima tahun
ini semakin berminat pada teman-temannya. Ia akan mulai menunjukkan hubungan dan
4
kemampuan bekerja sama yang lebih intens dengan teman-temannya. Anak memilih teman
berdasarkan kesamaan aktivitas dan kesenangan.
Kualitas lain dari anak usia ini adalah abilitas untuk memahami pembicaraan dan
pandangan orang lain semakin meningkat sehingga keterampilan komunikasinya juga
meningkat. Penguasaan akan keterampilan berkomunikasi ini membuat anak semakin senang
bergaul dan berhubungan dengan orang lain. Anak usia TK adalah sosok individu yang sedang
menjalani suatu proses perkembangan dengan sangat pesat dan sangat fundamental bagi
kehidupan selanjutnya. Anak memiliki dunia dan karakteristik tersendiri yang jauh berbeda dari
dunia dan karakteristik orang dewasa. Anak sangat aktif, dinamis, antusias dan hampir selalu
ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan didengarnya serta seolah-olah tak pernah berhenti untuk
belajar
D. Aspek-aspek Perkembangan Anak
Perkembangan berkenaan dengan keseluruhan kepribadian individu anak, karena kepribadian
individu membentuk satu kesatuan yang terintegrasi. Secara umum dapat dibedakan beberapa aspek
utama kepribadian individu anak, yaitu aspek intelektual, fisik-motorik, sosio-emosional, bahasa, moral
dan keagamaan.
Perkembangan dari tiap aspek kepribadian tidak selalu bersama-sama atau sejajar,
perkembangan sesuatu aspek mungkin mendahului atau mungkin juga mengikuti aspek lainnya. Pada
awal kehidupan anak, yaitu pada saat dalam kandungan dan tahun-tahun pertama, perkembangan aspek
fisik dan motorik sangat menonjol. Selama sembilan bulan dalam kandungan, ukuran fisik bayi
berkembang dari seperduaratus milimeter menjadi 50 sentimeter panjangnya. Selama dua tahun
pertama, bayi yang tidak berdaya pada awal kelahirannya, telah menjadi anak kecil yang dapat duduk,
merangkak, berdiri, bahkan pandai berjalan dan berlari, bisa memegang dan mempermainkan berbagai
benda atau alat.
Aspek intelektual perkembangannya diawali dengan perkembangan kemampuan mengamati,
melihat hubungan dan memecahkan masalah sederhana. Kemudian berkembang ke arah pemahaman
dan pemecahan masalah yang lebih rumit. Aspek ini berkembang pesat pada masa anak mulai masuk
sekolah dasar (usia 6-7 tahun). Berkembang konstan selama masa belajar dan mencapai puncaknya pda
masa sekolah menengah atas (usia 16-17 tahun).
Perkembangan aspek sosial diawali pada masa kanak-kanak (usia 3-5 tahun). Anak senang
bermain bersama teman sebayanya. Hubungan persebayaan ini berjalan terus dan agak pesat terjadi
pada masa sekolah (usia 11-12 tahun) dan sangat pesat pada masa remaja (16-18 tahun). Perkembangan
sosial pada masa kanak-kanak berlangsung melalui hubungan antar teman dalam berbagai bentuk
permainan. Aspek bahasa berkembang dimulai dengan peniruan bunyi dan suara, berlanjut dengan
meraban. Pada awal masa sekolah dasar berkembang kemampuan berbahasa sosial yaitu bahasa untuk
memahami perintah, ajakan serta hubungan anak dengan teman-temannya atau orang dewasa. Pada
akhir masa sekolah dasar berkembang bahasa pengetahuan. Perkembangan ini sangat berhubungan erat
5
dengan perkembangan kemampuan intelektual dan sosial. Bahasa merupakan alat untuk berpikir dan
berpikir merupakan suatu proses melihat dan memahami hubungan antar hal. Bahasa juga merupakan
suatu alat untuk berkomunikasi dengan orang lain, dan komunikasi berlangsung dalam suatu interaksi
sosial. Dengan demikian perkembangan kemampuan berbahasa juga berhubungan erat dan saling
menunjang dengan perkembangan kemampuan sosial. Perkembangan bahasa yang berjalan pesat pada
awal masa sekolah dasar mencapai kesempurnaan pada akhir masa remaja. Perkembangan aspek afektif
atau perasaan berjalan konstan, kecuali pada masa remaja awal (13-14 tahun) dan remaja tengah (15-
16 tahun). Pada masa remaja awal ditandai oleh rasa optimisme dan keceriaan dalam hidupnya, diselingi
rasa bingung menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi dalam dirinya. Pada masa remaja tengah,
rasa senang datang silih berganti dengan rasa duka, kegembiraan berganti dengan kesedihan, rasa akrab
bertukar dengan kerenggangan dan permusuhan. Gejolak ini berakhir pada masa remaja akhir yaitu
pada usia 18-21 tahun.
Aspek moral dan keagamaan juga sudah berkembang sejak anak masih kecil. Peranan
lingkungan terutama lingkungan keluarga sangat dominan bagi perkembangan aspek ini. Pada mulanya
anak melakukan perbuatan bermoral atau keagamaan karena meniru, baru kemudian menjadi perbuatan
atas prakarsa sendiri. Perbuatan prakarsa sendiripun pada mulanya dilakukan karena adanya kontrol
atau pengawasan dari luar, kemudian berkembang karena kontro dari dalam atau dari dirinya sendiri.
Tingkatan tertinggi dalam perkembangan moral adalah melakukan sesuatu perbuatan bermoral karena
panggilan hati nurani, tanpa perintah, tanpa harapan akan sesuatu imbalan atau pujian. Secara potensial
tingkatan moral ini dapat dicapai oleh individu pada akhir masa remaja, tetapi faktor-faktor dalam diri
dan lingkungan individu anak sangat berpengaruh terhadap pencapaiannya.
E. Tugas-tugas Perkembangan Masa Bayi dan Kanak-kanak
Tugas perkembangan merupakan suatu tugas yang muncul dalam suatu periode tertentu dalam
kehidupan individu. Tugas tersebut harus dikuasai dan diselesaikan oleh individu, sebab tugas
perkembangan ini akan sangat mempengaruhi pencapaian perkembangan pada masa perkembangan
berikutny Beberapa tugas perkembangan yang muncul dan harus dikuasai oleh anak pada masa ini
adalah :
1. Belajar berjalan. Pada usia sekitar satu tahun, tulang dan otot-otot bayi telah cukup kuat untuk
melakukan gerakan berjalan. Berjalan merupakan puncak dari perkembangan gerak pada masa bayi.
2. Belajar mengambil makanan. Makanan merupakan kebutuhan biologis utama pada manusia.
Dengan diawali oleh kemampuan mengambil dan memakan sendiri makanan yang dibutuhkannya,
bayi telah memulai usaha memenuhi sendiri kebutuhan hidupnya.
3. Belajar berbicara. Bicara merupakan alat berpikir dan berkomunikasi dengan orang lain. Melalui
tugas ini anak mempelajari bunyi-bunyi yang emngandung arti dan berusaha
mengkomunikasikannya dengan orang-orang di sekitarnya. Melalui penguasaan akan tugas ini anak
akan berkembang pula kecakapan sosial dan intelektualnya.
4. Belajar mengontrol cara-cara buang air. Pengontrolan cara buang air bukan hanya berfungsi
6
menjaga kebersihan, tetapi juga menjadi indikator utama kemampuan berdiri sendiri, pengendalian
diri dan sopan santun. Anak yang sudah menguasai cara-cara buang air dengan baik, termasuk
tempat dan pemeliharaan kebersihannya, pada tahap selanjutnya akan mampu mengendalikan diri
dan bersopan santun.
5. Belajar mengetahui jenis kelamin. Dalam masyarakat akan selalu ditemui individu dengan jenis
kelamin pria atau wanita, walaupun ada juga yang berkelainan. Anak harus mengenal jenis-jenis
kelamin ini baik ciri-ciri biologisnya maupun sosial kulturalnya serta peranan-peranannya.
Pengenalan tentang jenis kelamin sangat penting bagi pembentukan peranan dirinya serta penentuan
bentuk perlakuan dan interaksi baik dengan jenis kelamin yang sama maupun berbeda dengan
dirinya.
6. Menguasai stabilitas jasmaniah. Pada masa bayi, kondisi fisiknya sangat labil dan peka, mudah
sekali berubah dan kena pengaruh dari luar. Pada akhir masa kanak-kanak, ia harus memiliki
jasmani yang stabil, kuat, sehat, seimbang agar mampu melakukan tuntutan-tuntutan perkembangan
selanjutnya.
7. Memiliki konsep sosial dan fisik walaupun masih sederhana. Anak hidup dalam lingungan fisik dan
sosial tertentu. Agar dapat hidup secara wajar dan menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan
dari lingkungannya, anak dituntut memiliki konsep-konsep sosial dan fisi yang sesuai dengan
kemampuannya. Anak harus sudah mengetahui apa itu binatang, manusia, rumah, baik, jahat dan
lain-lain.
8. Belajar hubungan sosial yang baik dengan orang tua, serta orang-orang dekat lainnya, karena akan
selalu berhubungan dengan orng lain, baik dalam keluarganya maupun di lingkungannya, maka ia
dituntut untuk dapat membina hubungan baik dengan orang-orang tersebut. Anak dituntut dapat
menggunakan bahasa yang tepat dan baik, bersopan santun.
9. Belajar membedakan mana yang baik dan tidak baik serta pengembangan hati nurani. Pergaulan
hidup selalu beriisi dan berlandaskan moral. Sesuai dengan kemampuannya anak dituntut telah
mengetahui mana perbuatan yang baik dan mana yang tidak baik. Lebih jauh ia dituntut untuk
melakukan perbuatan yang baik dan menghindarkan perbuatan yang tidak baik. Diharapkan
kebaikan- kebaikan ini menjadi bagian dari hati nuraninya.
INTRODUCTION
Orang Tua dapat memhami Perkembangan anak dari segala perubahan yang
terjadi pada anak yang meliputi seluruh perubahan fisik, motorik dan kemampuan
7
bahasa. Masing masing aspek memiliki tahapan yang akan dilalui anak. Pada masa
usia dini, anak mengalami tumbuh kembang yang luar biasa baik fisik motorik,
kognitif, emosi, psikososial dan bahasa. Demikian pula perkembangan
bahasa,perkembangan ini dipengaruhi perkembangan yang lain, terutama berkaitan
dengan fisik dan intelektual anak.Perkembangan bahasa sangat penting karena
dengan menguasainya anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
b. Aktivitas
1. Mengenal Anak
c. Tujuan
8
CONNECTION (ALUR KEGIATAN
Bagian ini berisikan tentang alur kegiatan dalam topik ini, berikut adalah contoh:
Aktivitas 1
Fasilititator Fasilitator
Kuis
Menyampaikan mengenainperke Melakukan refleksi
pentingnya topic ini mbangan motoric terkait hal yang
dan tujuan yang akan dan emosi anak menarik dari sesi ini
dicapai dalam sesi ini
Aktivitas 2 Fasilitator
Fasilitator
Melakukan Ice Memberikan refleksi
Menamyakan kepada Breaking dan penguatan
peserta cara tentang materi yang
Aktivitas 3 telah diberikan
mengontrol emosi
Bermain peran
PENDAHULUAN
1. Sampaikanlah kepada orang tua bahwa pada sesi ini mereka akan belajar macam-macam
Metode pelatihan stimulasi yang dapat menjadi alternatif solusi bagi ibu muda dalam
mempelajari perkembangan anak
2. Sebelum lanjut pada kegiatan inti, fasilitator mengajukan pertanyaan sederhana kepada
AUD, seperti :
a) Apakah anak-anak biasa mencuci tangan sebelum dan sesudah meakukan kegiatan
(bermain. Makan, BAB)?
b) Ketika dirumah siapa yang membantu anak-anak ketika membutuhkan toilet ?
apakah dilakukan sednri atau dengan bantuan orang lain ?
c) Apa saja makanan yang dikonsumsi oleh anak-anak dalam sehari ?
9
KEGIATAN INTI
MENGENAL ANAK
Pada aktivitas 1 ini kita akan mengajarkan bagaimana cara orang tua mengenal
dan memahami kemampuan anaknya melalui Aktivitas, Yakni:
1. Mengajak anak bermain dengan menggunakan alat bantu pin board. Pin board merupakan
salah satu alat permainan edukatif untuk menstimulasi kemampuan motorik anak.
2. Fasilitator menjelaskan aturan permaian. Pin board diletakkan di pojok ruangan. Pin
dkumpulkan oleh ibu, sehingga masing-masing ibu membawa 5- 10 buah pin. Ibu akan
duduk ditempat yang disediakan, dan anak-anak secara bersamaan berlomba mengambil
pin dari ibu masing-masing, dan meletakkan ke dalam board.
10
STIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK
Pada aktivitas ke-2 ini, kita akan melatih kemampuan motorik anak dengan memanfaatkan media
11
STIMULASI PERKEMBANGAN EMOSI
Pada aktivitas 3 ini kita akan mengajarkan bagaimana cara orang tua mengenal dan memahami
kemampuan perkembangan emosi anaknya melalui Aktivitas, Yakni:
1. Ice Breaking
b. Fasilitator membisikkan nama hewan pada dua anak yang sama, namun berbeda dengan
yang lainnya
c. Tugas anak adalah mencari hewan yang sama dengan dirinya tanpa mengatakan nama
hewan tersebut, namun menggunakan suara hewan atau perilaku khas hewan
d. Peserta berhasil jika menentukan pasangannya dengan cara sesuai yang dinstruksikan
e. Fasilitator memberikan apresiasi pada anak yang melakukan permainan dengan baik
a. Fasilitator melihat kemampuan emosi nak dari KPSP yang sudah diisi oleh orang
tua
b. Menyiapkan alat permainan yang meliputi permainan untuk sitmulasi emosi seperti
gambar ekspresi wajah
Pada aktivitas 4 ini kita akan mengajarkan bagaimana cara orang tua mengenal dan memahami
kemampuan perkembangan sosial anaknya melalui Aktivitas, Yakni:
b. Fasilitator mengajak anak untuk bermain peran dengan cerita yang sudah disiapkan.
Anak berperan sebagai tokoh yang dipilihnya. Cerita yang dbuat bisa bervariasi
menyesuaikan usia anak, namun yang berkaitan dengan kehidupan sehari hari.
“ siapa yang pernah membantu orang lain? Misalnya membantu ibu atau adek dirumah?
(memberikan kesempatan pada anak untuk menjawab). Ya ternyata ada anak-anak yang sudah
melakukan membantu orang lain yang membutuhkan, “apa yang anak-anak rasakan ketika
bisa membantuk orang lain?” (memberikan kesempatan pada anak untuk menjawab). Ya
pastinya senang yah bisa membantu orang lain, dan kita juga bisa mendapatkan pahala dari
Allah dan akan banyak yang akan membantu kita jika dalam kesulitan.
“ Dita sedang bermain, tetapi kemudian ibu meminta bantuan dita untuk menunggu adek Dita,
karena ibu sedang melakukan pekerjaan yang lainnya, apa yang sebaiknya Dita lakukan?
(meminta anak untuk memperagakan langsung, maupun dengan boneka sesuai alat yang
digunakan)
Pada aktivitas 5 ini kita akan mengajarkan bagaimana cara orang tua mengenal dan memahami
kemampuan perkembangan kognitifanaknya melalui Aktivitas, Yakni:
1. Ice breaking
b. Fasilitator menyampaikan kepada peserta untuk menunjuk bagian tubuh sesuai yang
dikatakan oleh fasilitator. Misal fasilitator mengatakan hidung (sambil memegang
hidung), maka peserta harus segera memegang hidung.
13
b.Fasilitator mengajak peserta bermain menggunakan alat-alat yang sudah disediakan
Pada aktivitas 6 ini kita akan mengajarkan bagaimana cara orang tua melatih keterampilannya
dalam melakukan stimulasi perkembangan anak, Yakni:
1. Pembukaan
2. Ice breaking
b. Fasilitator meminta masing-masing ibu dan anak untuk bernyanyi bersama lagu favorit
c. Peserta yang lain menebak judul lagu yang dibawakan setelah lagu selesai dinyanyikan
3. Role play
c. Fasilitator mencatat cara ibu menstimulasi anak dan mencatat respon/reaksi anak saat
bermain
4. Istirahat
14
REFLECTION
Setelah aktivitas inti dalam setiap sesi, peserta kegiatan dituntut untuk memberikan
1. Fasilitator melakukan refleksi terkait hal-hal yang menarik dari sesi ini.
2. Fasilitator memberikan pertanyaan-pertanyaan refleksi kepada kepada peserta/ pasangan
kegiatan
3. Peserta/pasangan menjawab dan merefleksi pesan-pesan dan kesimpulan yang didapatkan
dari kegiatan ataupun aktivitas yang diberikan
4. Fasilitator menilai sejauh mana pesan dan kesimpulan yang didapatkan dipermainan atau
aktivitas
5. Fasilitator memberikan simpulan dan penguatan tentang materi yang telah diberikan
EXTENTION
Setelah aktivitas ini, peserta kegiatan diberikan kegiatan yang dapat dilakukan setelah
pelajaran berakhir untuk memperluas pembelajaran. Hal ini berupa bahan bacan tambahan yang
dapat di berikan.
15
TOPIK 2
16
Bahan Bacaan
Pola asih, asah dan asuh seimbang antara ibu dan ayah sangat penting dilakukan dan
berdampak baik pada tumbuh kembang anak. Walaupun saat ini teknologi semakin maju dan
dekat dengan kehidupan kita, namun orang tua dituntut mampu menjadi teladan dan panutan
utama bagi anak-anaknya. Orang tua, baik ayah maupun ibu harus saling berbagi peran dalam
pengasuhan anak, termasuk mampu bersama-sama menjadi panutan dalam penerapan protokol
kesehatan.
Ayah merupakan bagian dari keluarga yang memiliki peran penting bagi kebutuhan
tumbuh kembang anak. Ayah yang baik memiliki keterlibatan positif dalam pengasuhan anak
melalui aspek afektif, kognitif, dan perilaku. Hubungan positif yang terjalin tersebut
mempengaruhi kemampuan sosial anak. Anak usia 4- 6 tahun mulai mengenal orang
disekitarnya. Anak yang memiliki kemampuan sosial yang baik akan mudah dalam
menyesuaikan diri di lingkungannya
Introduction
b. Aktivitas
1) Jenis pola asuh
2) Membangun karakter anak
3) Positive parenting
c. Tujuan
Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi jenis-jenis pola asuh orang tua
2. Mengidentifikasi pengaruh pola asuh pada pembentukan karakter anak
17
3. Mengidentifikasi cara-cara yang positif dalam mendidik dan memaksimalkan kemampuan anak
Fasilitator
Fasilitator
menyampaikan Aktivitas 1
pentingnya topik ini Melakukan refleksi terkait
Jenis pola asuh
hal yang menarik dari
dan tujuan yang akan
kegiatan ini
dicapai
Aktivitas 2 Fasilitator
Fasilitator
Membangun karakter Memberikan refleksi dan
Menanyakan beberapa anak penguatan tentang
hal sebelum memasuki materi yang telah
kegiatan inti terkait diberikan
dengan pemahaman Aktivitas 3
mereka mengenai
Positive parenting
peran pengasuhan ayah
dan ibu
Pendahuluan
1. Menyampaikan kepada pasangan keluarga bahwa pada sesi ini mereka akan melakukan aktivitas
yang melatih kekompakan dan komunikasi mereka dalam mengasuh anak.
2. Menyampaikan tujuan-tujuan dari aktivitas yang akan dilaksanakan pada sesi ini.
18
Kegiatan Inti
Pada aktivitas 1 ini kita akan mengajarkan bagaimana pola asuh yang efektif melalui aktivitas
berikut:
1. Fasiliator memulai sesi dengan menanyakan pengalaman orang tua dalam mengasuh anak.
2. Aktivitas ini dilakukan untuk mengrtahui seberapa dekat orang tua dengan anak
3. Fasilitator memulai kegiatan dengan menjelaskan cara bermain. Orang tua dan anak diminta
untuk saling berhadapan, kemudian anak akan diarahkan untuk menuliskan kesukaan/favoritnya,
seperti makanan, minumana, ataupun benda menggunakan kertas dan spidol yang telah
disiapkan. Kemudian orang tua akan menebak sebanyak 3 kali apa yang ditulis oleh anak.
Permainan ini dilakukan bergiliran, orang tua juga akan melakukan hal yang sama kemudian
anak yang akan menebak.
4. Setelah menyelesaikan permainan, fasilitator mengajak orang tua dan anak mengambl manfaat
dari permainan tersebut. Mulai dari kedekatan anatara orang tua dan anak, serta melatih daya
ingat.
19
Aktivitas 3 (Positive Parenting)
Pada aktivitas 3 ini, kita akan mengajarkan bagaimana membangun kerja sama yang baik antara
orang tua dan anak dan bangaimana membantu anak dalam berkreasi dengan melakukan aktivitas
berikut:
1. Yang pertama kali dilakukan adalah fasilitator mengintrupsikan untuk membentuk kelompok,
antara ibu dan anak atau ayah dan anak
2. Fasilitator memberi tahu bahwa origami yang dibuat bebas, tetapi kreatif
3. Fasilitator memberi tahu bahwa origami yang dibuat setidaknya 3 perkelompok
4. Origami yang dibuat harus bekerja sama dengan kelompok. Jadi, setiap kelompok harus saling
membantu
5. Yang kelompoknya memiliki origami paling bagus adalah pemenangnya dan akan di pajang
Reflection (Penguatan)
Setelah Aktivitas inti dalam setiap sesi , peserta kegiatan dituntut untuk memberikan kesimpulan -kesimpulan
dan pesan dari setiap kegiatan yang ada
2. Pasangan menjawab dan merefleksikan pesan-pesan dan kesimpulan yang di dapatkan di permainan atau
aktivitas
3. Fasilitator menilai sejauh mana pesan dan kesimpulan yang dapat diambil oleh peserta kegiatan.
Extention (Tantangan)
Setelah aktivitas ini, peserta kegiatan diberikan kegiatan yang dapat dilakukan setelah
pelajaran berakhir untuk memperluas pembelajaran. Hal ini berupa bahan bacan tambahan yang
dapat di berikan.
20
TOPIK 3
21
BAHAN BACAAN
Menurut Hadisubrata (2003), perkawinan adalah persatuan cinta. Cinta yang menjadi dasar
perkawinan harus mempunyai unsur-unsur tertentu yang dapat menjamin kelanggengan suatu
perkawinan. Pertama unsur kehendak untuk membahagiakan pasangan, unsur kesetiaan, dan unsur
Pemberian diri secara total.
Konflik-konflik dalam keluarga yang menyebabkan keretakan hubungan suami-istri atau
bahkan menyebabkan perceraian, biasanya bersumberkan pada kepribadian suami istri dan hal-hal
yang erat kaitannya dengan perkawinan (Hadisubrata, 2003) ;
1. Konflik yang bersumber pada kepribadian, pada umumnya disebabkan oleh:
a. Ketidak matangan, kepribadian Cinta suami istri dapat menjamin kebahagiaan dan
kelanggengan satu perkawinan, kalau benar-benar diamalkan dalam kehidupan sehari-
hari.
b. Adanya sifat-sifat kepribadian yang tidak cocok untuk menjalin hubungan perkawinan
Watak-watak kepribadian yang tidak cocok untuk menjalin hubungan perkawinan dan
apabila ini dimiliki sepasang suami istri maka akan terjadi konflik dalam kehidupan
perkawinannya.
c. Adanya kelainan mental, Kelainan mental yang mudah memicu konflik perkawinan
adalah perilaku abnormal, homosek, lesbian, psikosis dsb.
2. Konflik yang bersumber pada hal-hal yang erat kaitannya dengan perkawinan, antara lain
menyangkut masalah-masalah sebagai berikut :
a. Keuangan, Keuangan dapat menimbulkan konflik kalau ada perbedaan pendapat antara
suami-istri tentang makna uang bagi mereka, kalau penghasilan tidak stabil, salah satu
atau keduanya tidak terbuka mengenai pemasukan dan pengeluaran, kalau salah satu
atau keduanya tidak bijaksana dalam membelanjakan uang.
b. Kehidupan sosial, Kehidupan sosial dapat menimbulkan konflik kalau suami istri
mempunyai temperamen sosial yang berbeda, kalau salah satu kurang mengerti
kebutuhan sosial pasangannya, kalau salah satu atau kedua belah fihak menggunakan
kegiatan sosial untuk menutupi ketidak puasannya terhadap situasi keluarga.
22
c. Pendidikan anak, Pendidikan anak dapat menimbulkan konflik kalau suami istri
memiliki perbedaan prinsip dalam mendidik anak, dan kalau salah satu atau keduanya
bersikap pilih kasih Suami-istri hendaknya bersepakat, satu kata, bersikap sama dalam
mendidik anak dan setia dalam melaksanakan kesepakatan tersebut.
INTRODUCTION
A.Pengantar
B. Aktivitas
C. Tujuan Kegiatan
• LCD
• Laptop
23
• Alat Games ( Make up)
Fasilitator
Aktivitas 1
Menyampaikan pentingnya “Menonton Film Fasilitator
topik ini dan tujuan yang Bersama” Melakukan Refleksi
akan dicapai dalam sesi ini terkait hal yang menarik
Aktivitas 2 dari sesi ini
Fasilitator
dd Games “Make Up Fasilitator
Challenge” Memberikanrefleksi dan
Menanyakan kepada
penguatan tentang
peserta apa yang dirasakan
Aktivitas 3 materi yang telah
ketika mengalamai masalah
“Kerja Bakti Harmonis” diberikan
dan konflik dalam keluarga
24
TAHAPAN KEGIATAN
CONNEC
PENDAHULUAN
3. Menyampaikan kepada pasangan keluarga bahwa pada sesi ini mereka akan melakukan aktivitas
yang melatih kekompakan dan komunikasi mereka
4. Menyampaikan tujuan-tujuan dari aktivitas yang akan dilaksanakan pada sesi ini.
5. Sebelum lanjut pada kegiatan inti, fasilitator menjelaskan ilmu-ilmu dasar mengenai keluarga
kepada pasangan (keluarga) mengenai konflik keluarga, apa faktor konflik keluarga, dan bagaimana
cara mengatasi konflik berkepanjangan dalam keluarga
6. Memberi pertanyaan dan stimuli mengenai apa yang pernah dirasakan ketika terkena konflik dan
masalah dalam keluarga
KEGIATAN INTIS
Menonton Film Bersama
Pada aktivitas 1 ini kita akan melakukan aktivitas nonton film bertema keluarga “ Keluarga
cemara” dengan tujuan keluarga bisa memahami makna keluarga ,yakni :
1. Fasilitator menyiapkan film yang akan dinonton untuk keluarga menggunakan Laptop dan
LCD
2. Keluarga diminta untuk menyaksikan film “keluarga cemara”
3. Setelah menyaksikan film keluarga, fasilitator mengajak keluarga untuk mengambil
pelajaran dari film tersebut. Mulai dari menjadi pendengar yang baik, berusaha berbagi
cerita saat memiliki masalah dan belajar menerima dan bersyukur
Pada aktivitas 2 ini kita akan bermain “games yang dapat melatih kekompakkan suami istri”
dengan tujuan dapat meningkatkan kekompakkan antara suami istri, yaitu:
1. Fasilitator menyiapkan perlengkapan apa saja yang digunakan dalam bermain games
tersebut ( make up, kursi, cermin dan sebagainya)
2. Pasangan suami istri diminta menyimak baik-baik penyampaian fasilitator terkait peraturan
dalam games tersebut
25
3. Pasangan pria di minta untuk meng make up istrinya dengan kondisi tutup mata, dan
pasangan wanita menjadi yang di make up sekaligus memberi arahan kepada suami.
4. Setelah bermain games, fasilitator diminta menyimpulkan makna apa yang tersirat di dalam
games tersebut .
Pada aktivitas 3 ini kita melakukan aktivitas bekerja sama dalam membersihkan rumah
dengan tujuan selain untuk melatih ke kompakkan di dalam rumah
1. Fasilitator menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam kegiatan bekerja sama
dalam membersihkan rumah
2. Fasilitator mengarahkan hal-hal yang saja yang perlu dibersihkan oleh keluarga
tersebut
3. Pasangan di minta untuk kompak membersihkan rumah dengan cara yang adil dan
kompak
4. Keluarga diminta menyimpulkan bagaimana pentingnya pembagian peran di dalam
rumah tangga tersebut
26
REFLECTION (PENGUATAN)
Setelah Aktivitas inti dalam setiap sesi , peserta kegiatan dituntut untuk
memberikan kesimpulan -kesimpulan dan pesan dari setiap kegiatan yang ada
6. Fasilitator menilai sejauh mana pesan dan kesimpulan yang dapat diambil
oleh peserta kegiatan.
Pada tahap ini , pasangan diberikan tugas rumah untuk di kumpulkan di sesi
selanjutnya.
27
TOPIK 4
28
Bahan Bacaan
29
Tak sengaja, si anak melihat sekilas nelayan itu. Seperti ayahnya! Si anak baru menyadari, bahwa
ternyata ayahnya bekerja keras untuknya.
Sementara ia sendiri tak pernah puas dengan apa yang dimiliki.
Sesekali, ombak menyapu perahu. Olala, tiba-tiba perahu itu terbalik. Si anak menjerit memanggil
ayahnya.
Ia pun bergegas pulang ke rumah untuk memberi tahu ibunya.
Namun sesampainya di rumah, ia terkejut karena ayahnya sudah di rumah.
“Ayo kita main, anakku. Katanya, kau mau bermain dengan Ayah,” ucap sang ayah tanpa terlihat lelah.
Si anak pun langsung memeluk ayahnya. Tak henti-hentinya ia berterima kasih kepada ayahnya atas
pengorbanannya selama ini.
Kasih sayang ayah memang tiada tara. Sejak saat itu, Si anak tak pernah menuntut apa pun.
Ia juga berjanji akan menjadi anak yang baik.
Pesan moral dari Contoh Cerpen Bahasa Indonesia adalah ayah bekerja membanting tulang untuk kita.
Sayangilah dan kasihilah ia. Jangan membuat susah, ya.
Introduction
A. Pengantar
Hukuman dijatuhkan sebagai vonis atas perilaku, dan pembentukan perilaku dikendalikan oleh
sistem hukuman dan hadiah. Seperti sistem reward dan punishment bagi tikus percobaan. Saat mereka
menekan tombol merah, tikus akan terserang listrik. Jika menekan tombol hijau mereka akan
mendapat makanan. Pola dan pengalaman tentang makanan dan sengatan listrik ini yang akan
membentuk perilaku tikus selanjutnya.
Dalam mendidik perilaku seorang manusia tentu saja berbeda dengan membentuk perilaku tikus.
Karena pada dasarnya manusia memiliki kesadaran internal dan mampu menciptakan makna atas apa
yang dia lakukan. Maka di sinilah disiplin positif keluarga atau orangtua berperan. Didalam
pembentukan sikap disiplin dengan menumbuhkan kesadaran internal dan menumbuhkan ketaatan
jangka panjang dan memelihara harga diri kemanusiaan.
Pada sesi ini akan memperkenalkan kepada keluarga atau orangtua tentang bagaimana dan apa
yang dimaksud dengan hukuman dan disiplin positif, bentuk-bentuk, dan bagaimana membangun
hukuman dan disiplin positif dalam keluarga. Hal ini perlu dan penting untuk diperhatikan dengan
mengingat hukuman dan disiplin positif akan menentukan didalam pendisiplinan keluarga atau
sebagai orangtua dengan mendampingi anak untuk membangun jembatan menuju cita-citanya.
Dengan begitu, hal ini kemudian yang menjadi dasar mengapa pelatihan hukuman dan disiplin positif
keluarga perlu dan penting untuk diberikan kepada keluarga atau sebagai orangtua sebagai salah satu
bentuk dukungan psikososial dan Kesehatan mental bagi mereka.
30
B. Tujuan Kegiatan
Adapun tujuan kegiatan ini dilaksanakan diantaranya:
1. Mengidentifikasi hukuman didalam keluarga
2. Mengidentifikasi disiplin positif didalam keluarga
3. Menstimulasi perkembangan anak didalam hukuman keluarga atau orang tua
4. Menstimulasi perkembangan anak didalam disiplin positif keluarga atau orangtua
Aktivitas 1
Pendekatan dalam
Fasilitator
mendidik anak
Menyampaikan Fasilitator
pentingnya topik
ini dan tujuan Melakukan
Aktivitas 2
yang akan dicapai refleksi terkait
dalam sesi ini Stimulasi hal yang menarik
dari sesi ini
Fasilitator Aktivitas 3
Mengenal peran Fasilitator
Menanyakan
kepada peserta apa sosial dalam Memberikan
yang dirasakan lingkungan refleksi dan
ketika mengalami keluarga
penguatan
Hukuman dan tentang materi
disiplin positif yang telah
keluarga dan Aktivitas 4
diberikan
bagaimana cara
Mengenali dan
mebgatasinya menggambarkan
peran anggota
keluarga
31
Application (Tahapan Kegiatan)
Pada aktivitas 1 ini kita akan mengajarkan bagaimana cara orang tua dalam pendekatan mendidik anak
melalui aktivitas, yakni:
1. Fasilitator meminta agar anak dapat berdiri dan meminta anak untuk mencari orangtua (ibu)
dan duduk berhadapan
2. Fasilitator memberikan intruksi kepada anak dan orangtua untuk mendiskusikan kegiatan yang
dilakukan sebelum berangkat ke sekolah
3. Fasilitator menunjuk salah satu anak naik didepan kelas menceritakan hasil diskusi dengan
ibunya mengenai kegiatannya sebelum berangkat ke sekolah
4. Fasilitator memberikan apresiasi kepada anak yang mampu menceritakan kegiatannya sebelum
berangkat ke sekolah didepan kelas
Aktivitas 2
Stimulasi
Pada aktivitas 2 ini kita akan mengajarkan bagaimana cara orang tua mengenal dan memahami
kemampuan perkembangan disiplin positifnya melalui aktivitas, yakni
1. Ice Breaking
a. Fasilitator membagi kelompok peserta didik
b. Setiap kelompok duduk secara melingkar sesuai dengan kelompoknya
c. Fasilitator memberikan sebuah kertas kepada masing-masing kelompok
d. Tugas anak yaitu mencocokkan gambar hewan yang ada di kertas dan menyesuaikannya
dengan bunyi atau suara dari hewan tersebut
e. Fasilitator akan menyebutkan nama hewan lalu semua anggota kelompok bersuara sesuai
dengan hewan yang disebutkan fasilitator
f. Setiap kelompok diberikan kesempatan dari fasilitator
Aktivitas 3
32
2. Setelah menyimak cerpen yang telah dibacakan, fasilitator menstimuli anak untuk dapat
bercerita tentang kesehariannya dan ayahnya mereka didalam lingkungan keluarganya (rumah)
3. Setelah menstimuli anak untuk dapat menceritakan pengalamannya dengan ayahnya, fasilitator
kemudian memberikan penguatan terhadap perannya didalam keluarga.
Aktivitas 4
Reflection
Setelah aktivitas inti dalam setiap sesi, peserta kegiatan dituntut untuk memberikan kesimpulan-
kesimpulan dan pesan dari setiap kegiatan yang ada
1. Fasilitator memberikan pertanyaan-pertanyaan refleksi kepada pasangan/peserta kegiatan
lainnya
2. Pasangan menjawab dan merefliksi pesan-pesan dan kesimpulan yang di dapatkan didalam
permainan atau aktivitas sebelumnya dari ringkatan sesi/topik
3. Fasilitator menilai sejauh mana pesan dan kesimpulan yang dapat diambil oleh peserta kegiatan
Extention
Pada tahap ini, pasangan diberikan tugas rumah untuk dikumpulkan di sesi selanjutnya
1. Fasilitator memberikan pertanyaan kepada peserta agar mengaplikasikan seluruh unsur
aktivitas-aktivitas yang telah dilakukan sebelumnya
2. Pasangan diperkenankan melaksanakan aktivitas-aktivitas yang dilakukan sebelumnya di
kegiatan sehari-hari mereka
33
DAFTAR PUSTAKA
Atieka, N. (2011). Mengatasi Konflik Rumah Tangga ( Studi BK Keluarga). Guidena, 45-50.
34