Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

PERADABAN ISLAM DI ASIA, ASIA TENGGARA DAN


INDONESIA

Dosen Pengampu :
Samsiah S.Ag., M.Ag

Disusun oleh :
1197010051 Neng Hani Rahmawati

Jurusan Matematika
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamua’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena limpahan rahmat-Nya kami
diberi kesehatan walafiat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Peradaban
Islam di Asia, Asia Tenggara dan Indonesia yang menjadi tugas mata kuliah Sejarah
Peradaban Islam.
Makalah disusun semaksimal mungkin kami upayakan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Sejarah Peradaban Islam pada semester ini. Semoga makalah ini memberikan
informasi dan manfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan
bagi kita semua. Dalam makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
segala saran dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan sangat kami nantikan.
Wa’alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bandung, 28 Maret 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI
BAB 1.............................................................................................................................3
PENDAHULUAN..........................................................................................................3
BAB 2.............................................................................................................................5
PEMBAHASAN............................................................................................................ 5
BAB 3...........................................................................................................................30
PENUTUP.................................................................................................................... 30
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................30
Daftar Pustaka.............................................................................................................. 31

2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peradaban islam mulai di bangun oleh Nabi Muhammad saw, ketika berhasil
merumuskan masyarakat Madani dan piagam Madinah. Kemudian dilanjutkan oleh
Khulafa Rasyidin (Abu Bakar, Umar Ibn Khatab, Ustman Ibn Affan dan Ali Ibn
Thalib) sistem yang dikembangkan pada saat itu adalah sistem demokrasi di mana
pucuk pimpinan dipilih mulai musyawarah oleh beberapa orang yang di tunjuk oleh
kaum muslimin atau khalifah sebelumnya.
Pada masa itu umat islam telah mencapai pusat kemuliaan. Baik dalam bidang
ekonomi, peradaban dan kekuasaan. Selain itu juga telah brkembang berbagai macam
cabang ilmu pengetahuan pasca meninggalnya Ali dan naiknya Muawiyah, sistem
pemerintahan dalam Islam berubah dratis dari sistem kekhilafahan ke Monarkhi
Absolut. Monarkhi Absolut di buktikan dengan di pilihnya Yazid sebagai putra
mahkota, kemudian mengangkat dirinya sebagai Kholifah fi Allah, mulailah babak
baru dalam pemerintahan Islam dan berlangsung terus menerus sampai kepada
Khalifah Turki Usmani sebagai konsep pemerintahan Khalifah (penguasa dan
pemimpin tertinggi rakyat) terakhir dalam dunia Islam.
Kesempurnaan ini lah yang menjadikan Islam begitu mudah untuk diterima di
semua kalangan. Selain kesempurnaan ajaranya, tersebarnya Islam ke berbagai
penjuru dunia juga sangat dipengaruhi oleh pembawanya. Para pendakwah yang
membawakan Islam dengan cara yang santun erta bersifat akomodif terhadap
pembawanya. Para pendakwah yang membawakan Islam dengan cara yang santun
serta bersifat akomodif terhadap budaya lokal membuat Islam mudah tersebar ke
berbagai penjuru. Meskipun terkadang terjadi peperangan, namun jika ditelusuri,
peperangan-peperangan itu bukanlah untuk tujuan keagamaan, melainkan lebih ke
tujuan politis. Adapun ternyata dari situ Islam turut tersebar, maka hal itu bisa
dibilang sebagai keuntunga.
Sejarah dan peradaban islam di Asia Tenggara dapat kita lihat pada beberapa
negara seperti Filipina, Thailand, Singapura dan Malaysia. Minoritas muslim di
Filiphina dan di Thailand merupakan kedudukan yang tak menyenangkan karena
berada pada palu Separatis yang penuh semangat yang didukung oleh gerilya dan

3
landasan-landasan persatuan nasional. Lingkungan politik di Malaysia ini
kelihatannya telah menandai kelangsungan kebangkitan Islam. Meskipun sangat
diragukan bahwa kalangan radikal dan fundamentalis akan mampu mencapai tujuan
mereka. Barangkali kita akan melihat kekerasan sporadis yang berlanjut karena
aktivitas-aktivitas yang frustasi. Yang lebih penting, kebijakan-kebijakan di Malaysia
telah membantu meningkatkan rasa identitas Islam dan ini akan menimbulkan
pengaruh jangka panjang dalam sistem-sistem politik mereka.
Kedatangan Islam di Nusantara membawa aspek-aspek peradaban dalam
dimensi yang sangat luas, termasuk sistem politik, ekonomi, budaya, bahasa, dan
aksara. Mengikuti pendapat Koentjaraningrat, yang diikuti pula oleh Badri Yatim,
peradaban sering dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang mempunyai
sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan dan ilmu pengetahuan
yang maju dan kompleks1 . Peradaban Islam adalah peradaban umat islam yang lahir
dari ruh ajaran Islam dan mewujud dalam berbagai bentuk. Landasan peradaban Islam
adalah kebudayaan Islam, terutama wujud idealnya, sehingga aspek-aspek yang
dijangkau oleh peradaban Islam pun meliputi tujuh aspek kebudayaan. Ketujuh aspek
tersebut ialah sistem religi, sistem ilmu pengetahuan, organisasi kemasyarakatan,
bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian, serta sistem teknologi dan peralatan.
Sementara itu, kebudayaan Islam lahir dari realisasi semangat tauhid yang bersumber
pada Al Qur’an. Jadi, peradaban Islam tidak lain dari hasil manifestasi nilai-nilai Al
Qur’an dalam seluruh bidang kehidupan umat Islam.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana peradaban islam di Asia ?
2. Bagaimana peradaban islam di Asia Tenggara ?
3. Bagaimana peradaban islam di Indonesa ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui peradaban islam di Asia.
2. Mengetahui peradaban islam di Asia Tenggara.
3. Mengetahui peradaban islam di Indonesia.

4
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Peradaban Islam

Sejarah terdapat beberapa perbedaan dalam penekanannya menurut para ahli,


namun semua sepakat bahwa studi yang dinamakan sejarah itu ialah tentang peristiwa
masa lalu yang tidak hanya sekedar memberi informasi tentang terjadinya suatu
peristiwa, tetapi juga memberikan interprestasi atas peristiwa yang terjadi dengan
melihat hukum sebab akibat. Oleh karena itu, interprestasi baru mungkin terjadi
disebabkan ditemukan bukti-bukti baru, apalagi karena ilmu ini mempelajari tentang
manusia yang senantiasa mempunyai sifat terus berubah dengan perubahan yang
sangat besar, hingga kadang-kadang sulit dipahami disebabkan keterbatasan
pengetahuan manusia. Setelah dikemukakan pengertian sejarah secara umum
penjelasan selanjutnya yang diperlukan dalam studi sejarah peradaban Islam adalah
tentang peradaban.
Istilah peradaban muncul di tengah-tengah bangsa Indonesia kira kira pada
tahun 1920, ketika sedang digelorakan rasa kebangsaan. Siapa yang mengusulkan
istilah ini untuk dipergunakan tidak diketahui secara tepat. Karena istilah ini lahir
diketika Nusantara ini. Dalam Bahasa Belanda sudah dikenal istilah cultur (Inggrisnya
culture), yang jika dikupas dalam etymologi dalam bahasa Latin berasal dan kata
kerja colere, yang semula bergarti mengusahakan tanah, memelihara tanah atau
menggarap tanah untuk ditanami. Lambat laun, istilah kultur ini dipakai juga untuk
semua usaha pertanian, perkebunan dan kehutanan. Pada zaman penjajahan Belanda,
dahulu kita mengenal istilah suiker cultur, tabacs cultur dan sebagainya. Untuk kultur
dalam arti pertanian itu sejak dahulu sudah ada istilah padanannya dalam bahasa di
Nusantara ini, yaitu dalam bahasa Jawa yang berbunyi “Kabudidaya”. Demikianlah,
setelah mengalami perubahan-perubahan kecil, kata benda abstrak “Peradaban”
mempunyai pengertian yang sama dengan istilah kultur, dalam artian sebagai usaha
otak manusia atau akal budi manusia. Sama dengan pengertian yang telah
dikemukakan, A.W Wijaya memberikan pengertian peradaban dengan segala daya
upaya manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Selain istilah kultur dalam anti

5
peradaban, dikenal juga istilah sivilisasi (civilization). Antara kedua istilah ini, yakni
kultur dan sivilisasi sering kali dicampuradukkan atau dianggap mempunyai arti atau
pengertian yang lama.
Dengan arti-arti dan pengertian yang telah dikemukakan ini, civilization
dalam arti lengkapnya ialah :
1. Proses menjadikan seseorang manusia berkeadaban.
2. Satu masyarakat manusia yang sudah berkembang maju.
Karena bermacam-macam pendapat tentang istilah culture dan civilisasi jalan
yang terbaik ialah memilih salah satu pendapat yang telah dikemukakan guna
memudahkan kita dalam memahami peradaban itu selanjutnya. Dalam hal ini
pemahaman Wensink ada baiknya dipilih, sebab ia menjelaskan pengertian yang
dikemukakannya dengan rinci yang didahului rincian pengertian masing-masing
istilah tersebut dari segi pengertian bahasa. Dengan demikian, kita kemukakan bahwa
peradaban adalah merupakanm suatu sikap batin sifat dari jiwa manusia, yaitu
usahanya untuk mempertahankan hakikat dan kebebasannya sebagai makhluk yang
membuat hidup ini lebih indah dan mulia. Sedangkan Peradaban ialah suatu aktivitas
akhir. Walaupun antara keduanya, peradaban dan kebudayaan sangat erat
hubungannya, namun pengertiannya tetap berbeda. Seseorang yang beradab belum
tentu berbudaya. Kemajuan dalam bidang materi tidak mesti bersesuaian dengan
berkembangan akal. Sebaliknya manusia yang berbudaya belum tentu sungguh-
sungguh berkeadaban
Setelah memahami pengertian sejarah, peradaban, dan islam, kini dapat
dirumuskan bahwa pengertian Sejarah. Peradaban islam adalah segala peristiwa yang
dialami manusia pada masa lalu sebagai manifestasi atau penjelmaan kegiatan muslim
yang didasari ajaran Islam. Dengan demikian, peristiwa-peristiwa yang dialami umat
islam sejak lahirnya agama Islam sampai sekarang merupakan kajian sejarah
peradaban islam. Peristiwa-peristiwa yang dialami umat islam dikaji secara
keseluruhan, tidak hanya membahas yang baik-baiknya saja, yang bermanfaat bagi
kehidupan manusia seperti pembukuan Al-Qur’an, pembangunan tempat-tempat
ibadah, penemuan dan pengembangan berbagai disiplin ilmu yang mencapai
puncaknya pada masa Dinasti Abbasiyah, atau yang lainnya. Namun, peristiwa-
peristiwa negatif yang dialami umat Islam masa lalu seperti terjadinya peperangan
antar sesama umat Islam (perang Jamal dan perang Shiffin pada masa Khalifah Ali

6
Ibn Abi Thalib), pembunuhan dalam perebutan kekuasaan (Abu Abbas as-Shaffah
membunuh semua keturunan Dinasti Umayyah kecuali Abdurrahman ad-Dakhil),
peristiwa Mihnah pada masa pemerintahan Khalifah al-Ma’mun dari Dinasti
Abbasiyah, dan yang lainnya juga dibahas agar menjadi ibrah (pelajaran) bagi umat
Islam di masa yang akan datang.

2.2 Batasan Sejarah Peradaban Islam


Pembatasan terhadap bahasan materi Sejarah Peradaban Islam sangat
diperlukan guna kepastian dalam pengkajiannya. Adapun batasan Sejarah Peradaban
Islam adalah sejak agama Islam lahir yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. sampai
dengan sekarang. Arab pra Islam menjadi kajian pengantar untuk mengetahui situasi
dan kondisi Arab sebelum risalah Islam lahir. Kajian selanjutnya adalah masa Nabi
Muhammad saw., Khulafaur Rasyidin, Dinasti Umayyah, Islam di Andalusia, Dinasti
Abbasiyah, Dinasti-dinasti Kecil, Perang Salib, Tiga Kerajaan Besar, Dunia Islam
Abad 19 dan 20, Gerakan Pembaharuan dalam Islam, Islam di Asia Tenggara, dan
Negara Islam pada Periode Modern. Tentang Islam di Andalusia merupakan bagian
dari Dinasti Umayyah sejak dikuasai Islam sampai Muluk al-Thawaif dan Dinasti
Abbasiyah ketika dikuasai oleh Dinasti Murabithun dan Dinasti Muwahhidun.
Adapun bahasan tentang Dinasti-dinasti Kecil merupakan bagian dari Dinasti
Abbasiyah karena dinastidinasti itu terbentuk ketika Dinasti Abbasiyah berada pada
masa kemunduran dan mereka masih mengakui Abbasiyah sebagai pusat
kekhalifahannya. Sementara itu, Perang Salib terjadi pada masa Dinasti Abbasiyah
dan merupakan penyebab eksternal kemunduran Dinasti Abbasiyah itu.

2.3 Sejarah Peradaban Islam Sebagai Ilmu


Kedudukan sejarah sebagai sebuah ilmu, yaitu “ilmu sejarah” merupakan
sebuah disiplin yang berusaha menentukan pengetahuan tentang masa lalu suatu
masyarakat tertentu, contohnya tentang masa lalu masyarakat muslim. Disiplin
sejarah sejajar dengan disiplin ilmu pengetahuan sosial lainnya dilihat dari
karakteristiknya sebagai pengetahuan mengenai masyarakat manusia seperti ilmu
politik, sosiologi, antropologi, dan psikologi. Suatu ilmu dikatakan termasuk ke dalam
kategori ilmu pengetahuan apabila paling sedikit memiliki tiga syarat yaitu obyektif,
logis, dan sistematis. Berkenaan dengan Sejarah Peradaban Islam sebagai ilmu
pengetahuan yang memiliki ke tiga syarat itu adalah sebagai berikut. Objektif artinya

7
mengenai keadaan yang sebenarnya tanpa dipengaruhi pendapat atau pandangan
pribadi. Sejarah Peradaban Islam memaparkan semua peristiwa berdasarkan fakta dan
data yang ada dengan sebenarnya tanpa ada yang memanipulasinya. Contohnya: Nabi
Muhammad saw berkedudukan sebagai pemimpin agama saja ketika periode Mekah
karena tidak memiliki kekuasaan politik. Namun, ketika periode Madinah, Nabi
Muhammad saw berkedudukan sebagai pemimpin agama dan pemerintahan. Contoh
lain, Masjid yang pertama dibangun oleh Nabi adalah masjid Quba, Masa setelah
Nabi adalah Khulafaur Rasyidin, Umayyah, Abbasiyyah, Tiga Kerajaan Besar, dll.
Logis artinya sesuai dengan logika; benar menurut penalar; masuk akal.
Semua peristiwa yang dipaparkan dalam Sejarah Peradaban Islam, dapat diterima oleh
akal. Contohnya, perang Badar terjadi pada masa Nabi Muhammad saw dimenangkan
oleh kaum muslimin mengalahkan kaum kafir Quraisy. Perang Badar tersebut sebagai
penentu kelanjutan Islam hingga kini bahkan sampai yaumil akhir. Kalau umat Islam
mengalami kekalahan dalam perang Badar tersebut maka agama Islam hanya sampai
di situ. Contoh lain, Muawiyah dapat menjatuhkan Ali dari jabatan Khalifah dalam
peristiwa tahkim (arbitrase) pada perang Siffin karena kelicikannya (walaupun Ali
tidak menyerahkan jabatan khalifah sampai meninggalnya), Dinasti Abbasiyah
mengalami kemajuan dalam Ilmu, Sain, dan Filsafat karena khalifahnya gemar pada
ilmu pengetahuan dan diberlakukannya faham Mu’tazilah dengan metoda berfikir
rasional, dll. Sistematis artinya teratur menurut sistem; memakai sistem; dengan cara
yang diatur baik Sejarah Peradaban Islam tersusun dengan baik, sistematisasinya
antara lain senada dengan periodisasi sejarah Islam menurut Harun Nasution, terdiri
dari masa klasik (650-1250 M), masa pertengahan (1250-1800 M), dan masa modern
(1800-sekarang). Pada masa klasik, umat Islam mengalami kemajuan yang luar biasa
hingga menjadi negara Super Power sedangkan Barat masih terbelakang (gelap gulita)
dan masih terkungkung oleh gereja. Pada masa pertengahan, Barat mulai maju dan
umat Islam mengalami kemunduran setelah penghancuran Baghdad oleh Hulagu
Khan tahun 1258. Walaupun begitu, umat Islam masih memiliki Tiga Kerajaan Besar
sebagai simbol bahwa pemerintahan Islam masih eksis. Pada masa modern, umat
Islam sadar akan ketertinggalannya oleh Barat. Umat Islam bangkit untuk mencapai
kejayaan sebagaimana terjadi pada masa klasik. Berdasarkan uraian tersebut, jelaslah
bahwa kajian Sejarah Peradaban Islam memiliki ciri-ciri: obyektif, logis, dan
sistematis. Oleh karena itu maka Sejarah Peradaban Islam termasuk ke dalam Ilmu
Pengetahuan.

8
2.4 Dasar - Dasar Peradaban Islam
Umat Islam mencapai puncak keemasan pada masa Dinasti Abbasiyyah. Pada
masa tersebut, tumbuh dan berkembang berbagai bidang ilmu pengetahuan, baik ilmu
agama maupun ilmu umum tanpa adanya dualisme. Oleh karena itu, umat Islam
memiliki peradaban yang tinggi pada masa Dinasti Abbasiyah tersebut. Peradaban
yang tinggi itu dihasilkan oleh umat Islam setelah melewati perjalanan panjang sejak
masa Nabi Muhammad saw.
Dasar-dasar yang merupakan pondasi umat Islam sehingga dapat
menggerakkannya untuk berkarya dalam kehidupan di dunia ini dan menghasilkan
Peradaban Islam adalah:
1. Iman, merupakan keyakinan yang dimiliki setiap manusia. Rasulullah
Muhammad saw. sebagai peletak dasar, pembawa risalah Islam yang mengajak
umat manusia menyembah Allah swt. Berkat kegigihan perjuangannya dan
rahmat Allah swt, beliau berhasil menegakkan Islam, agama rahmatan lil
‘alamin, di muka bumi ini. Kini sebagian besar umat manusia dari berbagai
penjuru dunia telah memilih Islam sebagai anutannya. Dengan keimanannya,
umat Islam mengisi hidupnya dengan tuntunan ilmu.
2. Ilmu, merupakan pengetahuan yang dimiliki umat Islam yang bersumber pada
al-Quran dan al-Hadis. Dengan keuletan dan semangat berijtihad, menyebabkan
timbulnya berbagai macam ilmu pengetahuan terutama ilmu agama, filsafat,
dan sain. Dengan ilmu-ilmu itu, umat Islam mengekspresikan dirinya dan
membaktikan hidupnya demi kemaslahatan umat manusia.
3. Amal, merupakan sesuatu yang telah dihasilkan oleh umat Islam berdasarkan
ilmu yang dimilikinya. Sepanjang sejarah, umat Islam telah menjadi pelopor
kemajuan peradaban dunia. Hal ini terbukti dengan ditemukannya angka
(aljabar) oleh al-Khawarizmi yang sangat berpengaruh pada percepatan
perubahan dunia terutama kemajuan sain dan teknologi. Tokoh lainnya seperti
al-Razi dan Ibnu Sina ahli kedokteran, Jabir Ibn Hayyan ahli ilmu kimia, al-
Biruni ahli astronomi, Ibn Haitsam ahli optik, al Khazini ahli fisika,
Zamakhsyari ahli geografi, dll.

2. 5 Periode Perkembangan Peradaban Islam

9
Para ahli sejarah berbeda-beda dalam memandang periodisasi perkembangan
peradaban Islam. Hal ini terbukti dengan hasil pemikiran yang terdapat dalam karya-
karya mereka. Harun Nasution membagi periodisasi sejarah Islam ke dalam tiga
bagian yakni periode klasik, periode pertengahan dan periode modern.
1. Periode Klasik : 650 - 1250 M
Periode klasik ini dibagi ke dalam dua masa yaitu masa Kemajuan
Islam (650 – 1000 M) dan masa Disintegrasi (1000 – 1250 M). Masa
Kemajuan Islam I merupakan masa ekspansi, integrasi dan keemasan Islam.
Masa ini meliputi zaman pemerintahan Khulafa Al-Rasyidin (632 – 661 M),
zaman Dinasti Bani Umayyah (661 – 750 M), dan separuh dari zaman Dinasti
Bani Abbas (750 – 1000 M). Adapun masa Disintegrasi --dalam bidang politik,
sebenarnya telah mulai terjadi pada akhir zaman Bani Umayyah, namun
memuncak di zaman Bani Abbas yaitu ketika Khalifah-khalifah menjadi
boneka dalam tangan tentara pengawal. Daerah-daerah yang jauh letaknya dari
pusat pemerintahan di Damaskus dan kemudian di Baghdad, melepaskan diri
dari kekuasaan Khalifah di pusat dan bermunculanlah dinasti-dinasti kecil.
Dinasti-dinasti kecil itu antara lain; Dinasti Idrisi yang beribukota Fas (Fez) di
Maroko (788 - 974 M), Dinasti Aghlabi di Tunis (800 - 969 M), Dinasti Ibn
Tulun di Mesir (686 - 905 M), Dinasti Ikhsyid di Mesir (935 - 969 M), Dinasti
Mamalik di Mesir (1250 - 1517 M ), Khalifah Fathimiah di Mesir (909 - 1171
M), Dinasti Ayyubiyah di Mesir (1171 - 1250 M), Dinasti Hamdani di Suria
(944 - 1003 M), Dinasti Tahiri di Khurasan (820 - 872 M), Dinasti Saffari di
Khurasan (872 - 908 M), Dinasti Samani di Transoxania (874 - 999 M), dll.
2. Periode Pertengahan: 1250 – 1800 M.
Periode pertengahan ini dibagi ke dalam dua masa yaitu masa
Kemunduran I (1250 - 1500 M) dan masa Tiga Kerajaan Besar (1500 - 1800
M). Masa Kemunduran I ditandai dengan penyerangan-penyerangan yang
dilakukan oleh Jengis Khan dan keturunannya dari Mongolia, sehingga dunia
Islam menjadi hancur. Benteng kota Baghdad dapat ditembus dan dihancurkan
oleh Hulagu Khan (cucu Jengis Khan) beserta pasukannya pada tanggal 10
Pebruari 1258 M. Hulagu kemudian meneruskan serangannya ke Suriah.
Ketika ingin memasuki Mesir tahun 1260 M di daerah Ain Jalut (Goliath), ia
dikalahkan oleh Jenderal Baybars dan Jenderal Qutuz dari dinasti Mamluk
yang berkuasa di Mesir saat itu. Hulagu selanjutnya membentuk Dinasti

10
Ilkhan di Baghdad dan daerahdaerah taklukkannya yang dapat bertahan
hampir 100 tahun. Dinasti tersebut akhirnya pecah menjadi beberapa kerajaan
kecil yaitu: Kerajaan Jaylar (1336 - 1411 M) yang beribu kota di Baghdad,
Kerajaan Salghari (1148 - 1282 M) di Faris, dan Kerajaan Muzaffari (1313 -
1393 M) di Faris juga. Pada tahun 1369 M, Timur Lenk (keturunan Jengis
Khan) dapat menguasai Samarkand. Dari sana, ia melakukan serangan-
serangan ke sebelah Barat dan dapat menguasai daerah-daerah yan terletak
antara Delhi dan Laut Marmara. Dinasti Timur Lenk ini berkuasa sampai
pertengahan kedua abad XV.
Pada tahun 1174 M, Khalifah Fathimiah yang beraliran Syi’ah di Mesir
digantikan oleh Dinasti Salah al-Din al-Ayubi yang beraliran Sunni dan
pahlawan Islam dalam Perang Salib. Tahun 1250 M, kekuasaan Dinasti
Ayubiah beralih ke Dinasti Mamluk sampai tahun 1517 M. Dinasti Ghaznawi
di India dapat bertahan sampai tahun 1175 M dan diganti oleh pengikut Ghaur
Khan (berasal dari salah satu suku bangsa Turki) sampai tahun 1206 M.
Selanjutnya, Qutbuddin Aybak sebagai pendiri Dinasti Mamluk India
berkuasa tahun 1206-1290 M. Tahun 1296 - 1316 oleh Dinasti Khalji
kemudian Dinasti Tughluq (1320 - 1413 M) dan Dinasti-dinasti lain sampai
Babur membentuk Kerajaan Mughal India pada permulaan abad XVI.
Di Spanyol, Dinasti-dinasti Islam dapat diadu-domba oleh Raja-raja
Kristen yang sudah bersatu sehingga Cordova jatuh tahun 1238 M, Seville
tahun 1248 M, Granada tahun 1491 M, dan pada tahun 1609 M sudah tidak
ada satu pun orang Islam di Spanyol karena mereka disuruh memilih masuk
Kristen atau keluar dari Spanyol oleh Ratu Isabela dan Raja Ferdinand. Masa
Tiga Kerajaan Besar (1500 - 1800 M) dibagi ke dalam dua fase yaitu Fase
Kemajuan (1500 – 1700 M) dan Fase Kemunduran (1700 – 1800 M). Pada
fase kemajuan sebagai Masa Kemajuan Islam II, Tiga Kerajaan Besar yang
terdapat di dunia Islam yaitu Kerajaan Usmani di Turki, Kerajaan Safawi di
Persia, dan Kerajaan Mughal di India mengalami kejayaan terutama dalam
bentuk literatur dan arsitek. Pada fase kemunduran sebagai Masa Kemunduran
Islam II, ke Tiga Kerajaan Besar tersebut mengalami kemunduran dan
kehancuran setelah mengalami kekalahan-kekalahan dalam menghadapi
pemberon-takan-pemberontakan di dalam negeri dan peperangan dengan
negara tetangga. Kerajaan Turki Usmani akhirnya lenyap setelah kalah dalam

11
Perang Dunia I dan menjadi Republik Turki pada tahun 1924 M. Kerajaan
Safawi di Persia pada tahun 1750 M dirampas oleh Dinasti Zand lalu tahun
1794 M oleh Dinasti Qajar sampai tahun 1925 M. Kerajaan Mughal di India
pada tahun 1857 M dijajah Inggris hingga mencapai kemerdekaan tahun 1947
M.
3. Periode Modern: 1800 M – Sekarang
Periode modern ini merupakan Zaman Kebangkitan Islam. Periode ini
ditandai dengan pendudukan Napoleon Bonaparte atas Mesir pada tahun 1798-
1801 M yang menginsafkan duniaIslam akan kelemahan-nya dan
menyadarkan umat Islam bahwa di Barat telah timbul peradaban yang tinggi
dari peradaban Islam. Raja dan pemuka-pemuka Islam mulai berfikir dan
mencari jalan untuk mengembalikan balance of power yang telah pincang dan
membahayakan Islam sendiri. Oleh karena itu, maka timbullah pemikiran dan
aliran pembaharuan atau modernisasi dalam Islam. Para pemuka Islam
mengeluarkan pemikiran-pemikiran bagaimana caranya membuat umat Islam
maju kembali sebagaimana pada Periode Klasik. Di antara para pemuka Islam
itu adalah Muhammad Abduh, Muhammad Rasyid Rida, Muhammad Iqbal,
Jamaluddin al-Afghani, al-Tahtawi, dll. Meskipun usaha-usaha ke arah
kejayaan Islam kembali dijalankan terus oleh kalangan umat Islam, namun
Barat juga semakin maju. Hassan Ibrahim Hassan42 membagi periodisasi
sejarah Islam ke dalam sepuluh bagian, yaitu:
1. Periode Muhammad dan Kebangkitan Islam (571-632 M)
2. Kekhalifahan Ortodok (632-661 M)
3. Zaman Bani Umayyah (661-749 M)
4. Zaman Abbasiyah I (750-847 M)
5. Zaman Abbasiyah II (847-1055 M)
6. Zaman Abbasiyah Terakhir (1055-1258 M)
7. Timur Tengah Setelah Bagdad Jatuh (1258-1520 M)
8. Timur Tengah Sampai Abad ke -18 (1520-1800 M)
9. Timur Tengah pada Abad ke-19 dan ke-20 Sampai Perang Dunia I (1798-
1914 M)
10. Dunia Islam Sejak Perang Dunia I (1914-1968 M)

2.6 Peradaban Islam di Asia

12
Islam disebarkan dengan cara yang bermacam-macam sesuai kondisi target
membuat Islam mudah masuk ke negara negara yang berada dalam wilayah tersebut.
Lebih dari itu, Islam pun mampu menggusur agama-agama lain yang telah ada
sebelumnya. Di Asia, negara-negara yang menjadi basis Islam sejak zaman klasik
hingga zaman modern di antaranya Arab Saudi, Yaman, Irak, serta negara - negara
timur tengah lainnya. Dengan mengetahui bagaimana perkembangan Islam di
Asia diharapkan umat Islam mampu mengambil ibrah atau pelajaran dari berbagai
peristiwa yang ada. Ibrah atau pelajaran-pelajaran itu hendaknya tidak
sebatas dijadikan pelajaran belaka, namun diharapkan mampu menjadi pijakan
dalam menentukan arah dan langkah ke depan. Bangsa yang besar adalah bangsa
yang menghargai sejarahnya, begitu pun agama yang besar adalah agama yang
menghargai sejarahnya.
1. Asia sebelum Islam
Berbicara mengenai keadaan Asia sebelum Islam tidak bisa lepas dari
sejarah keberagamaan bangsa Arab sebelum masa kerasulan Muhammad.
Mayoritas bangsa Arab kala itu –meskipun Yahudi dan Kristen sudah
memasuki wilayah Jazirah Arab– merupakan penyembah berhala dan
penganut kepercayaan terhadap para dewa. Uniknya, meskipun mereka sama-
sama penyembah berhala, namun berhala yang menjadi sesembahan suatu
kabilah berbeda dengan berhala yang menjadi sesembahan kabilah lain. Hubal
(dewa terbesar), Lata (dewa tertua), Uzza (secara hierarkis berkedudukan di
bawah Hubal), dan Manat, merupakan “dedengkot” para dewa yang secara
berurutan masing-masing terletak di Ka‟bah (Makkah), Taif, Hijaz, Yatsrib
(sekarang Madinah) dengan Ka‟bah sebagai pusat berhala-berhala mereka.
Mereka (bangsa Arab) mempunyai sekumpulan dewa-dewa pagan dan
beribadat di tempat-tempat suci para dewa itu, namun tidak mengembangkan
mitologi yang menjelaskan relevansi dewa-dewa dan tempat-tempat suci ini
bagi kehidupan ruhani. Mereka tak memiliki pandangan tentang kehidupan
setelah mati, namun mereka pecaya bahwa dahr, yang dapat diterjemahkan
sebagai waktu dan nasib, sangatlah penting –sebuah sikap yang barangkali
esensil dalam masyarakat yang angka kematiannya begitu tinggi.
Dari penjelasan singkat tersebut, dapat diambil suatu pemahaman
bahwa mayoritas bangsa Arab kala itu adaah penyembah berhala. Mereka
menjadikan berhala-berhala itu sebagai tuhan mereka. Jika bangsa Arab saja

13
kala itu belum beragama Islam hingga datangnya Nabi Muammad Saw, maka
secara otomatis dapat diambil kesimpulan bahwa negara-negara lain pun
belum ada yang beragama Islam.
2. Islam Di Benua Asia
a. Islam di Asia Barat
Asia Barat merupkan wilayah benua Asia yang menjadi basis agama
Islam sejak masa Nabi Muhammad saw. Hal ini sebagaimana diungkap oleh
George Walter Prothero bahwa ekspansi Islam dimulai di benua Asia dan
berlanjut terus ke arah Syria dan Persia. Persia, pada zaman Nabi Muhammad
Saw merupakan salah satu negara yang dikirimi utusan oleh Nabi untuk
mendakwahkan Islam, meskipun pada saat itu raja Persia menolak untuk
memeluk Islam. Masuknya Islam ke Persia dan negara-negara lain di sebagian
wilayah Asia Barat terjadi pada masa Khalifah Umar bin Khattab (13 H/634
M-23 H/644 M) yang sebagian besarnya ditandai dengan penaklukan-
penaklukan ke luar Jazirah Arab.6 Inilah awal perkembangan Islam ke luar
Jazirah Arab hingga akhirnya sampai ke berbagai wilayah di Asia dan Afrika.
Setelah masa Khulafa Rasyidun, perkembangan Islam ke wilayah Asia
Barat dilanjutkan pada masa Dinasti Bani Umayyah dan Dinasti Bani Abbas.
Ekspansi Bani Umayyah dalam rangka memperluas wilayah kekuasaan
merupakan lanjutan dari ekspansi yang dilakukan oleh para pemimpin Islam
sebelumnya. Pada masa Dinasti Bani Umayyah ini, salah satu wilayah Asia
Barat yang menjadi kekuasaan Bani Umayyah yaitu Afganistan yang kala itu
Bani Umayyah masih dipimpin oleh Muawiyyah.7 Adapun pada masa
pemerintahan Dinasti Abbasiyah, tidak begitu tampak penambahan wilayah
kekuasaan di Asia Barat ini karena memang mayoritas sudah ditaklukkan oleh
pemerintahan-pemerintahan sebelumnya. Pemerintah Dinasti Abbasiyah ini
justru lebih menekankan pada peningkatan peradaban serta ilmu pengetahuan
hingga akhirnya Bagdad menjadi kota paling indah kala itu.8 Berkaitan
dengan perkembangan Islam di Asia Barat khususnya pada periode modern, di
sini penulis akan sedikit memaparkan beberapa perkembangan Islam di
negara-negara Asia Barat pada masa moder.
1) Saudi Arabia
Kawasan dengan luas mencapai kurang lebih 2.2500.000 km2
menjadikan Saudi Arabia yang terletak di benua Asia bagian Barat

14
Daya sebagai pemilik kawasan terbesar semenanjung Arab.9 Secara
garis besar, masa pemerintahan di Arab Saudi terbagi menjadi tiga
periode, yaitu tahun 1139-1233 H/1726-1817 M (periode pertama),
tahun 1235-1309 H/1819-1891 M (periode kedua), dan tahun 1319
H/1901 M-sekarang (periode ketiga). Periode pertama ditandai dengan
adanya perjanjian pada tahun 1157 H/1744 M antara Pangeran
Muhammad bin Saud –pemimpin Ad-Dir‟iyah– dengan Syekh
Muhammad bin Abdul Wahhab yang menyepakati untuk
ditegakkannya syariat Islam secara murni. 10 Sementara itu, periode
kedua ditandai dengan kembalinya Turki bin Abdullah ke Ad-Dir‟iyah,
dan periode ketiga diawali dengan diusirnya keluarga Ar Rasyid dari
Riyadh oleh Raja Abdul Aziz bin AbdurrahmanDengan adanya
₂perjanjian antara Pangeran Muhammad Sa‟ud dengan Syekh.
Muhammad bin Abdul Wahhab menjadikan Saudi Arabia
terikat dengan aliran Wahhabi yang berafiliasi kepada madzhab
Hambali. 12 Namun demikian, secara otoritatif Saudi Arabia tidak
melarang eksisensi mazhab Sunni lainnya selagi tidak bertentangan
dengan aturan yang diberlakukan oleh pihak kerajaan.
2) Republik Arab Yaman
Tak jauh dari Saudi Arabia, Yaman atau dikenal juga dengan
sebutan Republik Rakyat Yaman, merupakan sebuah negara dengan
luas wilayah 536.500 km². Pada tahun 1419 H/1998 M, jumlah
penduduknya sekitar 17.500.000 jiwa dengan 99% beragama Islam dan
seperempat dari jumlah pemeluk Islam di Yaman adalah pengikut
madzhab Az-Zaidiyah.
3) Irak
Negara dengan konflik tak berujung hingga saat ini merupakan
salah satu negara Islam di wilayah Asia Barat. Negara dengan luas
wilayah seluas 438.317, pada tahun 1419 H/1998 M berpenduduk
sejumlah 23.000.000 jiwa, dengan prosentase kaum muslimin sebesar
97 %. Menurut data yang ada, kaum muslimin Irak secara umum
terbagi menjadi dua kubu, yaitu kubu pengikut Ahlussunnah (Sunni)
dan kubu pengikut Syi‟ah (Syi‟i). Negara yang menyandarkan

15
perekonomiannya pada minyak ini tak begitu banyak penduduk yang
beragama Yahudi dan Nasrani.
4) Kerajaan Yordania Al-Hasyimiah
Sebuah negara bercorak kerajaan ini meruapakan negara Islam
dengan 92% penganut Islam yang selruhnya bermadzhab Sunni. Secara
geografis, Yordania terletak di bagian barat benua Asia tepatnya antara
Irak dan Palestina, di bagian timur sungai Yordan. Luas wilayah
Yordania mencapai 97.740 km2 dengan jumlah penduduknya
berdasarkan data statistik tahun 1419 H/1998 M mencapai 4.600.000
jiwa.15 Dalam perang tahun 1973 M, Yordania turut serta menyerang
Israel bersama Mesir dan Suriah. Pada saat perng Teluk pada tahun
1411 H/1991M, Yordania membantu Irak. Inilah yang menyebabkan
hancurnya hubungan Yordania dengan Saudi Arabia, Mesir, dan
negara-negara Teluk lainnya.

b. Islam Di Asia Timur


Cina, Hongkong, Jepang, Makau, Mongolia, Korea Utara, Korea
Selatan, dan Taiwan merupakan sederetan yang termasuk dalam kawasan Asia
Timur. Adapun dalam kajian ini, penulis hanya akan memfokuskan penjelasan
pada perkembangan Islam di Cina. Alasan penulis memilih Cina adalah selain
nama negara ini sudah dikenal sejak zaman Rasulullah Saw, negara ini juga
termasuk negara yang dikenal dengan komunis dan konfusiusnya. Cina,
meskipun tidak pernah dikenal sebagai negara Islam, akan tetapi telah
memiliki hubungan dengan Arab sejak sebelum lahirnya Islam. Pada saat
munculnya Islam, kaum Muslimin juga mulai mengenal Cina.17 Nabi sendiri
pernah mengatakan dalam sebuah hadits yang isinya memerintahkan untuk
menuntut ilmu sampai ke Cina. Ini artinya bahwa Cina kala itu telah memiliki
peradaban yang sudah cukup maju meskipun bukan berkaitan dengan
peradaban Islam. Secara garis besar, Islam masuk ke daratan Cina melalui dua
jalur, yaitu jalur laut dan jalur darat. Jalur laut dimulai dari pelabuhan Siraf
yang berada di atas teluk, melewati pantai-pantai India, Selon, dan Melayu,
hingga ke beberapa pelabuhan di Cina Selatan. Adapun jalur darat, dimulai
dari pantai-pantai Syam melewati Iraq dan Iran, lalu selanjutnya terdapat dua
pendapat. Pendapat pertama yaitu melalui Turkistan kemudian melalui

16
Samarkand yang dikenal dengan Jalur Sutera, sedangkan pendapat yang kedua
adalah melalui Kasymir yang dikenal dengan jalur rempah - rempah.
Perkembangan Islam di Cina tidak jauh berbeda dengan perkembangan
Islam di negara-negara non-Islam lainnya. Sebagai agama dengan pemeluk
minoritas, muslim di Cina berusaha menunjukkan eksistensinya dengan
membangan beberapa fasilitas penduung keagamaan seperti masjid, madrasah,
serta sejumlah yayasan dan badan wakaf. Sekalipun demikian, muslim Cina
bukanlah merupakan sebuah kelompok yang terorganisisr. Mereka tidak
memiliki unsur kesatuan diantara sejumlah jamaah yang beragam, dan Hui
telah tersebar luas di seluruh penjuru wilayah negeri Cina. Dinasti Manchu
memperlakukan Hui melalui sebuah kebijakan pragmatis berupa penekanan
terhadap yang menentang dan toleransi terhadap keberagaman agama.
Sepanjang identitas Muslim tidak bertabrakan dengan konformitas lahiriah
mereka, maka identitas tersebut dapat diterima bagi bangsa Cina. Situasi
berdampingan seperti ini berlangsung hingga berkobarnya sejumlah
pembenrontakan Muslim pada abag kesembilanbelas.

c. Islam Di Asia Selatan


Perkembangan Islam memang tak diragukan lagi setelah terbukti
mampu menaklukkan berbagai wilayah di beberapa belahan dunia termasuk
benua Asia. Asia Selatan merupakan belahan benua Asia yang memiliki
peradaban Islam cukup maju. India, salah satu negara di kawasan Asia Selatan
yang memiliki perkembangan Islam cukup pesat terbukti dengan berdirinya
salah satu tiga kerajaan besar yang sangat terkenal dalam sejarah Islam, yakni
kerajaan Mughol. Islam di anak benua India diperkenalkan dalam bentuk
sebuah peradaban yang telah berkembang yang diwarnai dengan budaya
pertanian (agrikultural), urbanisasi, dan keagamaan yang terorganisir secara
mapan. Sementara itu peradaban India diwarnai sistem kasta, Hinduisme
Brahmanik dan keyakinan Budha, dan diwarnai dengan dominasi elite Rajput
dan elite politik Hindu lainnya.
Hampir semua wilayah India telah dikuasai oleh Islam. India yang
notabene kala itu didominasi oleh agama Hindu dan Budha, pada akhirnya
dapat dikuasai juga oleh pasukan Islam hingga berdirilah sebuah kerajaan
yang cukup terkenal yaitu kerajaan Mughal. Kerajaan Mughal didirikan oleh

17
Babur, seorang pangeran dari Timurid, ayahnya seorang penguasa Ferghana
yang meninggal pada tahun 899 H/1494 M telah meninggalkan lebih dari
sekedar jabatan kekuasaan kepada putranya, Babur yang kala itu berusia
sebelas tahun. Babur harus berjuang tidak hanya memperthankan Ferghana
tetapi juga juga untuk memenuhi ambisinya menguasai Samarkand
dikarenakan kota itu merupakan kota penting di Asia Tengah. Pada mulanya,
ia mengalami kekalahan tetapi karena medapat bantuan dari Raja Syafawi,
Ismail I akhirnya berhasil menaklukkan Samarkand tahun 1949 M. Pada tahun
1504 M, ia menduduki Kabul, ibu kota Afghanistan. Dengan demikian, maka
ia pun menguasai Afghanistan.

d. Islam Di Asia Tengah


Perkembangan Islam di Asia Tengah berkaitan erat dengan
perkembagan pereadaban Islam di Iran. Islam pertama kali tersebar ke wilayah
ini sebagai akibat dari penaklukan Arab terhadap Iran dan Transoxania dan
perpindahan kalangan pedagang Muslim dan kaum sufi dari wilayah perkotaan
ke padang rumput yang
terjadi pada akhir abad ketujuh.36 Kedua wilayah tersebut juga
berhubungan melalui migrasi Turki pada abad sepuluh sampai abad empat
belas yang mengantarkan bangsa Asia Tengah ke Iran dan mengantarkan
kultur kerajaan Iran dan peradaban Islam ke Asia Tengah.37 Penaklukan ini
berlangsung pada masa Dinasti Umayyah yang kala itu mengadakan ekspansi
ke wilayah Timur dengan menduduki beberapa wilayah di Asia Tengah yang
meliputi wilayah yang berada di antara sungai Sayhun dan Jayhun.

2.7 Islam Di Asia Tenggara


Sebenarnya sudah banyak kajian yang membahas tema Islam di Asia Tenggara
dari berbagai sudut pandang dan pendekatan. Bahkan, beberapa sumber mengaitkan
masuknya Islam ke Asia Tenggara dengan sejarah masuknya Islam ke Indonesia. hal
ini tiada lai karena wilayah kepulauan Indonesia merupakan pintu gerbang masuknya
Islam ke wilayah Nusantara dan Asia Tenggara. Umat Islam merupakan mayoritas
pendudukan Asia Tenggara, khususnya di Indonesia, Malaysia, Pattani (Thailand
Selatan), dan Brunei.45 Islam masuk di Asia Tenggara sejak Abad VII didasarkan bukti
arkiologis berupa batu nisan yang bertuliskan arab kufi dengan menyebut nama

18
Ahmad bin Abu Ibrahim bin Abu Aradah alias Abu Kamil wafat pada hari Kamis, 29
Safar 431 H. ditemukan di jalur pelayaran dan perdagangan di Pharang, Campa
Selatan, yang kini masuk daerah Vietnam. Pada abad VII tersebut Islam di Asia
Tenggara belum terorganisir secara massif, sehingga masih sebatas Islam masuk ke
Asia Tenggara. Seiring berjalannya waktu, Islam mulai tersebar ke beberapa negara di
Kawasan Asia Tenggara hingga akhirnya muncullah kerajaa-kerajaan Islam yang di
antara kerajaan-kerajaan tersebut berada di wilayah yang sekarang menjadi wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan adanya kerajaan-kerajaan itu lah maka
Islam di Asia Tenggara sudah mulai mapan dalam segala lini termasuk politik,
ekonomi, hingga pendidikan.
Sejarah dan peradaban islam di Asia Tenggara dapat kita lihat pada beberapa
negara seperti Filipina, Thailand, Singapura dan Malaysia. Minoritas muslim di
Filiphina dan di Thailand merupakan kedudukan yang tak menyenangkan karena
berada pada palu Separatis yang penuh semangat yang didukung oleh gerilya dan
landasan-landasan persatuan nasional. Lingkungan politik di Malaysia ini
kelihatannya telah menandai kelangsungan kebangkitan Islam. Meskipun sangat
diragukan bahwa kalangan radikal dan fundamentalis akan mampu mencapai tujuan
mereka. Barangkali kita akan melihat kekerasan sporadis yang berlanjut karena
aktivitas-aktivitas yang frustasi. Yang lebih penting, kebijakan-kebijakan di Malaysia
telah membantu meningkatkan rasa identitas Islam dan ini akan menimbulkan
pengaruh jangka panjang dalam sistem-sistem politik mereka

Terdapat tiga teori –sebagaimana ditulis oleh Ira. M. Lapidus– yang


diharapkan dapat membantu menjelaskan penerimaan Islam yang sebenarnya, yaitu
teori perdagangan, teori misionari kaum sufi, dan teori solidaritas masyarakat. Teori
pertama menekankan peran kaum pedagang yang telah melembagakan diri mereka di
beberapa wilayah pesisir Indonesia, menikah dengan beberapa keluarga lokal, dan
yang telah menyumbangkan peran diplomatik, dan pengakaman internasional
terhadap perusahaan perdagangan para penguasa pesisir. Dalam teori ini, bisa diambil
pemahaman bahwa Islam masuk ke wilayah Asia Tenggara melaui pesisir dimana di
sana terdapat banyak interaksi antar pedagang hingga akhirnya tersebarlah Islam.
Teori kedua, yaitu teori misionari kaum sufi, merupakan teori yang
menekankan peran kaum sufi khususnya yang berasal dari Gujarat, Bengal, dan
Arabia dalam menyebarkan Islam ke wilayah Asia Tenggara. Kedatangan para sufi

19
bukan hanya sebagai guru tetapi sekaligus juga sebagai pedagang dan politisi yang
memasuki lingkungan istana para penguasa, perkampungan para pedagang, dan
memasuki perkampungan di wilayah pedalaman.49 Di sini lah keunikan mereka dalam
berdakwah. Mereka mampu mengkomunikasikan ajaran Islam dengan keyakinan
masyarakat Asia Tenggara kala itu. Dengan demikian masyarakat tidak merasa
dipaksa untuk memeluk agama baru, sehingga Islam pun dapat diterima dengan
mudah. Di antara ciri pengaruh dakwah berdasarkan teori kedua ialah masih kuatnya
tradisi-tradisi sufisme di Indonesia, masih bertahannya tradisi ziarah para wali
khususnya Walisongo di tanah Jawa, dan tradisi-tradisi keagamaan yang berbau
budaya lainnya.
Teori ketiga yang penulis sebut dengan teori solidaritas dikarenakan teori ini
menekankan pada solidaritas para pembawa ajaran Islam terhadap rakyat jelata atau
bukan penguasa. Menurut Ira. M. Lapidus, Islam telah menyumbang sebuah landasan
ideologis bagi kebijakan individu, bagi solidaritas kaum tani dan komunitas pedagang,
dan bagi integrasi kelompok parochial yang lebih kecil menjadi masyarakat yang
lebih besar.50 Intinya, teori ini menjelaskan bahwa Islam masuk dan mudah diterima
oleh masyarakat Asia Tenggara kala itu karena mereka hidup di bawah tekanan
penguasa kerajaan Hindu Budha terutama dengan adanya system kasta. Sehingga,
dengan datangnya Islam, system kasta itu pun ditiadakan karena memang Islam tidak
menegenal system kasta. Dengan demikian, maka masyarakat merasa dihargai
keberadaannya karena mereka merasa sama dan sederajat dengan penguasa.
1. Filipina
a. Sejarah Masuknya Islam
Islam masuk di Filipina sejak tahun 1360 melalui Malaysia dan
Indonesia di bagian selatan, tengah, dan utara Filipina. Jelasnya setelah
mundurnya Majapahit, yang dibawa oleh muballigh Brunei dan Johor
Malaysia. Berdasarkan berita Sulu, agama islam masuk di pulau Sulu dibawa
oleh Syarif Al-Makhdum, seorang mubaligh Arab, pada tahun 1380M, lalu
dilanjutkan oleh Syarif Abu Bakar sebagai mubaligh keliling. Demi
kelangsungan perjuangan umat Islam di masa mendatang, Syarif Abu Bakar
mendirikan sebuah kerajaan Islam di bawah pimpinan Muhammad
kebungsuan. Ia sebagai sultan mindanau, namun belum lama berdiri, datanglah
bangsa Portugis ke Filipina yang dipimpin oleh Villa Jobos dengan membawa
ajaran Nasrani tahun 1543 M di samping ingin mengeruk kekayaan dengan

20
menguasai ekonomi dan perdagangan negara yang di jajah dan mendapat
perlawanan dari putera Muhammad Kebungsuan yang bernama Syarif
Makaalang.
Tidak lama pada tahun 1565 Negara Spanyol menjajah Filiphina
dengan misi yang sama yang dipimpin oleh Legazpi. Karena kekuatan Islam
yang sangat besar dengan berdirinya kesultanan Buayan, Sulu dan
Maquindanau, spanyol mendapatkan perlawanan hebat dari Filiphina. Orang
Islam di Filiphina mendapat julukan “Moro” sampai sekarang dan julukan itu
dari orang-orang Khatolik. Perang moro terjadi beberapa kali dan diakhiri
dengan kemenangan Spanyol (Drs. Ja’far Sanusi. DKK, Sejarah Peradaban
Islam, 1983). Luzon dapat direbut oleh Spanyol, lewat Luzon Spanyol ingin
menghabiskan Islam Di sebelah selatan cukup kuat. Kekuatan Spanyol
berakhir pada tahun 1889 tanpa menguasai Mindanau.
Tahun 1891 Negara Amerika Serikat menjajah dibawah pimpinan
Commodore Dedey yang berhasil menghancurkan angkatan laut Spanyol di
Manila. Pemaksaan untuk membuka tanah orang filiphina selatan yang hanya
untuk kepentingan orang Katholik sangat ditentang keras oleh orang Islam.
Orang-orang Islam merasa berpikiran modern ditempat lain yang sedang
menghadapi situasi serupa, dan dengan kreativitas mereka sendiri
menemukan pemecahan yang diridhoi Tuhan, yang dapat menentramkan hati
nurani mereka sebagai Muslim. Sesungguhpun demikian seperti dinyatakan
oleh Profesor Smith dengan jitu sekali mengenai minoritas Muslim di India:
….Sesungguhnya semua Muslim secara keseluruhan mempunyai situasi
serupa dengan umat manusia lain. Sekarang ini, kemerdekaan relatif bagi
peradaban telah mati. Setiap kebudayaan manusia perlu mengembangkan
suatu unsur baru, yaitu kemampuan untuk menyesuaikan diri. Barat
barangkali banyak belajar mengenai hal ini, tetapi tidak ada peradaban yang
terkecualikan. Pada masa lampau, peradaban-peradapan hidup dalam isolasi,
berdekatan atau konflik. Kini kita harus belajar hidup dalam kolaborasi. Islam
seperti yang lain-lain harus membuktikan dirinya kreatif dalam hal ini, dan
barangkali ia akan mempelajari hal ini di India.
Di pihak lain, pemerintah dan rakyat non muslim Filiphina dan
Thailand harus mengakui, memahami dan memberikan kelonggaran untuk
menangani kesulitankesulitan khusus yang dialami oleh kaum minoritas
Muslim dalam menyesuaikan peranan mereka sebagai warga negara yang

21
penuh dan berjanggung jawab. Bagaimanapun kaum muslim tersebut adalah
warga negara yang tidak mempunyai pilihan karena pendirian negara itu
tanpa keikutsertaan mereka, dan karena itu, sebagai suatu fakta sejarah,
mereka ditaklukan.Setelah merdeka pemerintah Filiphina meneruskan
perjuangan Spanyol yaitu ingin mengapuskan Islam dari bumi Filiphina,
sehingga Filiphina menjadi 100% Katolik. Orang Islam dianggap sebagai
warga negara kelas dua dan umat Islam mendapat perlakuan diskriminasi
dalam segala bidang. Dalam pendidikan daerah-daerah Islam sengaja dibuat
terbelakang supaya mereka tetap bodoh. Kalaulah pemerintah Filiphina
mendirikan sekolah atau perguruan tinggi di Filiphina selatan itupun
diperioritaskan untuk orang-orang Katolik. Anak orang Islam yang ingin
masuk sekolah atau perguruan tinggi segaja dipersulit dengan bermacam-
macam alasan. Di Filiphina dikenal dengan adanya pasukan Illaga yang
dibentuk oleh orang Katolik, pasukan ini terus-menerus mendesak dan
memburu umat Islam. Aparat keamanan Filiphina kelihatan tidak berusaha
untuk mencegah perbuatan-perbuatan keji ini. Wilayah yang ditempati muslim
ini merupakan daerah yang subur, sehingga walaupun masyarakat muslim
ingin melepaskan diri dari pemerintah Filiphina, pemerintah tepat tidak akan
melepaskannya.

2. Thailand
a. Jalur Masuk Islam di Thailand
Agama Islam datang di Thailand pada abad 10 M, dibawa oleh
pedagang - pedagang Arab dan Hindustan. Umat Islam Thailand bertempat
tinggal di Bangkok Noi (Bangkok kecil) dengan izin raja, karena mereka tidak
suka hidup bersama penduduk asli yang masih memelihara babi. Bangsa
Thailand menyebut umat Islam Khek Islam. Di Bangkok Noi, umat Islam
mendirikan masjid agung yang pertama kali di Thailand. Pengikut umat Islam
pada umumnya keturunan dari saudagar-saudagar Arab dan Hindustan dalam
perkawinannya dengan putri penduduk asli Thailand. Anak keturunan mereka
pada akhirnya sebagai penerus perjuangan agama Islam di Thailand. Ketika
Thailand diserbu Birma di bawah pimpinan raja Alaung Phya dan berhasil
menduduki kota Ayuthaya, umat Islam Thailand ikut membantu Phya Thaksin
berhasil mengusirnya. Kemudian ia membangun kota Islam, Phiya Thaksin
membari kebebasan umat Islam menyebarkan agama Islam dan bebas datang

22
ke Thailand.Pengembangan Islam dilakukan juga oleh tawanan-tawanan dari
samudera pasai ketika raja Zainal Abidin di boyong oleh kerajaan
Siam/Thailand. Selama tawanan samudera pasai di Thailand, mereka
menyebarkan agama Islam kepada penduduk Thailand. Pelarian tentara
Hasanudin Makasar akibat kekalahannya menghadapi Belanda, ikut aktif juga
menyebarkan agama Islam di Thailand. Penduduk Samsam bertempat tinggal
di Thailand yang berdekatan dengan Malaya sudah masuk Islam, karena
pengaruh dari Malaya. Dengan demikian, pengembangan agama Islam di
Thailand bertambah maju.
b. Keadaan Islam di Thailand
Masyarakat Islam Pattani pada umumnya adalah keturunan bangsa
melayu yang taat beragama. Sayangnya pemerintah Thailand yang Budhisme
sejak dahulu sampai sekarang kurang memperhatikan nasib umat Islam.
Mereka dituduh sebagai sparatis muslim sehingga pemerintah Thailand selalu
memburu mereka. Umat di bawah pemerintahan Budhisme benar-benar
mengalami nasib yang memprihatinkan. Dari segi pendidikan mereka sangat
terbelakang, karena mereka hanya di beri kesempatan mengenyam pendidikan
sampai ketingak SLTA saja. Selebihnya jika mereka ingin meneruskan
pelajaran agama, harus berusdaha sendiri keluar negri misalnya kenegrinegri
timur tengah Pendidikan agama pada umumnya diselenggarakan di pondok.
Orang Muslim Pattani yang belajar agama di timur tengah setelah
kembali ke daerahnya, mereka mendirikan pondok-pondok dalam sistem
pendidikan dan bangunan ada yang masih kuno dan modern. Mereka
mempunyai 26 Majelis Ulama’ Islam. Majelis ini bertugas untuk mengurus
segala sesuatu tentang umat Islam Pattani

3. Singapore
Di Singapura terdapat suatu mahkamah Islam yang disebut dengan Mahkamah
Syariah. Mahkamah ini bertugas untuk mengurusi dan memutuskan segala sesuatu
yang berkaitan dengan kegiatan Islam, antara lain tentang zakat, wakaf, nikah, dll.
Organisasi yang lain adalah PERDAUS (Persatuan Pelajar-pelajar Agama Dewasa).
Organisasi ini menyelenggarakan pendidkan luar sekolah seperti kursus ketrampilan
atau semacam kursus dakwah. Lewat dakwah ini angka perceraian dari tahun ke tahun
semakin menurun karena pernah diadakan kursus bagi umat Islam yang akan

23
menjalani perkawinan. Organisasi Islam yang lain dapat dikemukakan misalnya
MENDAKI, di dirikan pada tahun 1981 oleh 9 anggota Parlemen Muslim Melayu.
Tujuannya adalah meningkatkan status sosial ekonomi masyarakat muslim yang
lemah dan kurang terdidik.

4. Malaysia
Manifestasi terpenting dari gerakan kebangkitan Islam di Malaysia dewasa ini
adalah munculnya banyak organisasi dakwah dan sejumlah kebijakan pemerintah
yang memberikan perhatian lebih besar tentang pentingnya Islam. Islam merupakan
agama yang di anut oleh kira-kira setengah dari jumlah penduduk dan berkaitan erat
dengan etnis melayu. Hampir semua orang melayu adalah Muslim, dengan sejumlah
kecil muslim dari kalangan pribudi yang lain. Dan sejumlah muallaf china ditambah
orang - orang keturuna arab dan Pakistan. Penduduk lainnya, terutama orang China
(sekitar 35%) dan India. Dengan konservatisme yang tinggi dan tekan npada unsur-
unsur ritual kepercayaan, Malaysia terlihat lebih Homogen. Baru-baru ini, pengaruh
teologi regional yang ekstrim kurang berarti terhadap Islam Malaysia karena
memberinya kepicikan tertentu. Akhirnya masih terdapat dasar kepercayaan animistik
yang substansial yang mempengaruhi sikap atau perilaku di kalangan umat Islam,
unsur-unsur Hindu dan Budha tampaknya tidak begitu kuat. Lingkungan politik
sangat mempengaruhi kebangkitan Islam di Malaysia yang merupakan demokrasi
kompetitif yang dibatasi sejak kemerdekaan diperintah oleh suatu koalisi multirasial
(sekarang disebut Front Nasional) yang pada gilirannya telah didominasi oleh mitra
melayunya UMNO (United Malaysia National Organization). Ciri-ciri pluralis dari
front nasional yang terdiri dari partai melayu. Cina dan India, menuntut adanya
perimbangan kebijakan-kebijakan agar dapat memelihara dan mempertahankan
stabilitas dalam koalisi itu. Oposisinya berasal dari kalangan Cina, yang memandang
mitra Cina front itu, Asosiasi Cina Malaysia (MCA) dan gerakan, sebagai kompromi
kepentingan kalangan mereka dan dari partai Islam Se-Malaysia (PAS), sebagai partai
muslim melayu yang menginginkan dukungan yang lebh besar untuk kepentingan
etnik keagamaan mereka. Oleh karena itu, kepentingan UMNO berkewajiban untuk
bereaksi terhadap tuntutan-tuntutan dari para pemilih muslim melayunya di dalam dan
diluar partai itu dan untuk memelihara keseimbangan dalam koalisi

2.8 Peradaban Islam Di Indonesia

24
1. Masuknya Islam di Inonesia
Sampai berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di negara ini,
perkembangan agama Islam di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga fase. (1)
Singgahnya pedagang-pedagang Islam di pelabuhan-pelabuhan Indonesia.
Sumbernya adalah berita luar negeri, terutama Cina. (2) Adanya komunitas-
komunitas Islam di beberapa daerah kepulauan Indonesia. Sumbernya, di
samping berita-berita asing, juga makam-makam Islam. (3) Berdirinya
kerajaan-kerajaan Islam.
Tentang masuknya Islam di Indonesia semula diduga bahwa yang
membawa dan memperkenalkan Islam di kawasan ini ialah pedagang-
pedagang dari Gujarat, India. Sejak saat itu, perdagangan dipandang sebagai
saluran utama bagi pesatnya perkembangan Islam di kepulauan Nusantara.
Tetapi, penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa faktornya sangat kompleks.
Sebelum berkembang pesat, Islam harus menempuh jalan yang berliku-liku
dan rumit serta panjang, dan faktornya bukan hanya perdagangan semata-mata.
Bukti-bukti yang lebih absah seperti berita-berita Arab, Persia, Turki, dan teks-teks
sejarah lokal memperkuat keterangan bahwa Islam hadir di kepulauan Nusantara dibawa
langsung dari negeri asalnya oleh pedagang-pedagang Arab, Persia, dan Turki. Gujarat dan
bandar-bandar lain di India seperti Malabar dan Koromandel hanyalah tempat persinggahan
saja sebelum mereka melanjutkan pelayaran ke Asia Tenggara dan Timur Jauh. Pada abad ke-
12 dan 13 M, disebabkan banyaknya kekacauan dan peperangan di Timur Tengah termasuk
Perang Salib, mendorong penduduk Timur Tengah semakin ramai melakukan kegiatan
pelayaran ke Asia Tenggara.
Faktor lain bagi pesatnya perkembangan Islam ialah mundurnya perkembangan
agama Hindu dan Budha, mengikuti surutnya kerajaan Hindu dan Buddha yang diikuti oleh
mundurnya peranan politiknya. Abad ke-13 M, ketika agama Islam mulai berkembang pesat
di kepulauan Melayu, sebagai contoh, ditandai dengan mundurnya Kerajaan Sriwijaya atau
Swarnabhumi. Pusat imperium Buddhis di Nusantara ini mulai mengalami kemunduran
disebabkan rongrongan dua kerajaan Hindu Jawa–Kediri dan Singasari–disusul dengan krisis
ekonomi yang membelitnya. Seabad berikutnya negeri ini dua kali diserbu Majapahit, sebuah
imperium Hindu yang mulai bangkit di Jawa Timur. Serbuan terakhir pada penghujung abad
ke-14 M menyebabkan negeri itu hancur dan tamat riwayatnya.
2. Tiga Lingkaran Pusat Peradaban
Faktor yang menyebabkan Islam berkembang pesat ialah penempatan pusat-pusat
lingkaran peradaban di tiga titik yang tepat, yaitu istana, pesantren, dan pasar. Istana sebagai
pusat kekuasaan berperan di bidang politik dan penataan kehidupan sosial. Di sini dengan
dukungan ulama yang terlibat langsung dalam birokrasi pemerintahan, hukum Islam

25
dirumuskan dan diterapkan. Di sini pula kitab sejarah ditulis sebagai landasan legitimasi bagi
penguasa Muslim. Pesantren berperan di bidang pendidikan, dan merupakan pusat
kebudayaan kedua setelah istana. Di sini jaringan-jaringan pengajian agama di lingkungan
masyarakat luas dibangun, di kota ataupun di pedesaan, begitu pula tema-tema pengajian. Di
sini pula kitab-kitab keagamaan ditulis dan disalin untuk disebarkan.
Peran pesantren, atau dayah dan meunasah di Aceh, surau di Minangkabau, semakin
menonjol pada abad ke-18 M di seluruh pelosok Nusantara. Lembaga yang semula bersifat
kedaerahan ini berkembang menjadi lembaga supra-daerah yang kepemimpinan dan peserta
didiknya tidak lagi berdasarkan kesukuan. Ia tumbuh menjadi lembaga universal yang
menerima guru dan murid tanpa memandang latar belakang suku dan daerah asal. Pada masa
itulah, pesantren atau dayah mampu membentuk jaringan kepemimpinan intelektual dan
penyebaran agama dalam berbagai tingkatan dan antardaerah.
3. Cara Islamisasi di Indonesia
a. Perdagangan
Pada taraf permulaan kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke 7 hingga ke
16 membuat pedagang-pedagang muslim turut ambil bagian dalam mengislamisasi bangsa
Indonesia, apalagi yang terlibat dalam perdagangan seperti ini adalah para raja, hingga Islam
sangat cepat berkembang
b. Perkawinan
Saat itu orang Muslim dikenal sebagai saudagar yang kaya, maka tak heran banyak
warga pribumi khususnya para wanita yang tertarik untuk menjadi istri mereka. Dan tentu
sebelum nikah, mereka diislamkan dulu, hingga kemudian Islam semakin meluas lewat
keturunan mereka.
c. Tassawuf
Tokoh-tokoh ahli tasawuf adalah Hamzah Fansuri di Aceh, Syekh Lemah Abang,
dan Sunan Panggung di Jawa. Mereka mengajarkan Islam dengan dicampur ajaran yang
sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia saat itu yaitu agama hindu.
d. Pendidikan
Contohnya adalah pesantren yang didirikan oleh Raden Rahmat di Ampel Denta
Surabaya, dan Sunan Giri di Giri. Keluaran pesantren Giri ini banyak yang diundang ke Maluku
untuk mengajarkan agama Islam.
e. Kesenian
Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukkan
wayang. Dikatakan, Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan
wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukkan, tetapi ia meminta para penonton
untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat.
f. Politik

26
Di Maluku dan Sulawesi selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya
memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di
daerah ini

4. Bukti Peradaban Islam di Indonesia


Sebuah Tim Arkeolog yang berasal dari Ecole Francaise D’extreme-Orient (EFEO)
Perancis yang bekerja sama dengan peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (PPAN)
di Lobu Tua-Barus, telah menemukan bahwa pada sekitar abad 9-12 Masehi, Barus telah
menjadi sebuah perkampungan multi-etnis dari berbagai suku bangsa seperti Arab, Aceh,
India, China, Tamil, Jawa, Batak, Minangkabau, Bugis, Bengkulu, dan sebagainya.
Tim tersebut menemukan banyak benda-benda berkualitas tinggi yang usianya
sudah ratusan tahun dan ini menandakan dahulu kala kehidupan di Barus itu sangatlah
makmur. Di Barus dan sekitarnya, banyak pedagang Islam yang terdiri dari orang Arab, Aceh,
dan sebagainya hidup dengan berkecukupan. Mereka memiliki kedudukan baik dan
pengaruh cukup besar di dalam masyarakat maupun pemerintah (Kerajaan Budha Sriwijaya).
Bahkan kemudian ada juga yang ikut berkuasa di sejumlah bandar. Mereka banyak yang
bersahabat, juga berkeluarga dengan raja, adipati, atau pembesar-pembesar Sriwijaya
lainnya. Mereka sering pula menjadi penasihat raja, adipati, atau penguasa setempat. Makin
lama makin banyak pula penduduk setempat yang memeluk Islam. Bahkan ada pula raja,
adipati, atau penguasa setempat yang akhirnya masuk Islam. Tentunya dengan jalan damai.
Dari bukti-bukti di atas, dapat dipastikan bahwa Islam telah masuk ke Nusantara
pada masa Rasulullah masih hidup. Secara ringkas dapat dipaparkan sebagai berikut:
Rasulullah menerima wahyu pertama di tahun 610 M, dua setengah tahun kemudian
menerima wahyu kedua (kuartal pertama tahun 613 M), lalu tiga tahun lamanya berdakwah
secara diam-diam—periode Arqam bin Abil Arqam (sampai sekitar kuartal pertama tahun
616 M), setelah itu baru melakukan dakwah secara terbuka dari Makkah ke seluruh Jazirah
Arab. Menurut literatur kuno Tiongkok, sekitar tahun 625 M telah ada sebuah
perkampungan Arab Islam di pesisir Sumatra (Barus). Jadi hanya 9 tahun sejak Rasulullah
SAW memproklamirkan dakwah Islam secara terbuka, di pesisir Sumatra sudah terdapat
sebuah perkampungan Islam.
Kenyataan inilah yang membuat sejarawan Ahmad Mansyur Suryanegara sangat
yakin bahwa Islam masuk ke Nusantara pada saat Rasulullah masih hidup di Makkah dan
Madinah. Bahkan Mansyur Suryanegara lebih berani lagi dengan menegaskan bahwa
sebelum Muhammad diangkat menjadi Rasul, saat masih memimpin kabilah dagang
kepunyaan Khadijah ke Syam dan dikenal sebagai seorang pemuda Arab yang berasal dari
keluarga bangsawan Quraisy yang jujur, rendah hati, amanah, kuat, dan cerdas, di sinilah ia
bertemu dengan para pedagang dari Nusantara yang juga telah menjangkau negeri Syam
untuk berniaga.

27
Sedangkan Nusantara menjadi Islam keseluruhan pada abad 17, karena pada saat
itu semua pemimpin dan tokoh masyarakat di kepulauan Nusantara sudah memeluk Islam.
Dari catatan sejarah, pemimpin masyarakat yang paling akhir memeluk Islam adalah Gowa
Tallo. Ini terjadi pada tahun 1605 bertepatan dengan abad 17. Pada saat itu, VOC memang
sudah masuk ke sebagian wilayah Nusantara tapi belum bisa mencengkeramkan pengaruh
dan kekuasaannya. VOC pertama kali datang ke Nusantara pada tahun 1596 dengan
mendarat di Banten.

5. Kerajaan - Kerajaan Islam di Indonesia


a. Sumatera
Samudera Pasai, kemunculannya sebagai kerajaan Islam diperkirakan
mulai awal atau pertengahan abad ke 13 M. sebagai dalil dari proses islamisasi
daerah-daerah pantai yang pernah disinggahi pedagang-pedagang muslim
sejak abad ke-7, ke-8, dan seterusnya. Bukti berdirinya kerajaan ini adalah
nisan kubur, yang diketahui bahwa raja pertamanya meninggal bulan
Ramadhan tahun 696 H, atau sekitar tahun 1297 M. Malik al-Saleh adalah raja
pertama sekaligus pendirinya. Kerajaan ini berlangsung tahun 1524 M.
Aceh Darussalam Anas Machmud berpendapat, Kerajaan Aceh berdiri
pada abad ke-15 M, di atas puing-puing kerajaan Lamuri, oleh Muzaffar Syah
(1465-1497 M). Dialah yang membangun kota Aceh Darussalam.[13]
Kerajaan ini berlangsung hingga masuk abad-18 M.
b. Jawa
Demak, saat posisi Raja Majapahit melemah, penguasa-penguasa Islam
di pesisir ingin membentuk pusat kekuasaan yang independen. Maka di bawah
Sunan Ampel Denta, Wali Songo bersepakat mengangkat Raden Patah
menjadi raja pertama kerajaan Demak dengan gelar Senopati Jimbun
Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama.[14]
Pemerintahan dia berlangsung kira-kira di akhir abad ke-15 hingga awal abad
ke-16. Dan pemerintahan Demak berakhir dengan dibunuhnya Prawoto oleh
Aria Penangsang dari Jipang (Bojonegoro) pada tahun 1549.
Pajang, Kerajaan Pajang terletak di daerah Kartasura sekarang, dan ia
dipandang sebagai pewaris kerajaan Islam Demak. Diperintah oleh Jaka
Tingkir setelah ia berhasil membunuh Aria Penangsang. Kekuasan dan
kebesarannya tidak lama dan kemudian diambil alih oleh kerajaan Mataram.
Jaka Tingkir adalah penguasa Pajang pertama, ia berasal dari Pengging, lereng

28
Gunung Merapi, sekaligus menantu dari Sultan Trenggono, raja Demak ketiga.
Riwayat Pajang berakhir tahun 1618 yang dihancurkan oleh Mataram, atas
ulah pemberontakan mereka.
Mataram, awal dari kerajaan Islam Mataram adalah ketika Sultan
Adiwijaya dari Pajang meminta bantuan kepada Ki Pamanahan yang berasal
dari daerah pedalaman untuk menghadapi dan menumpas pemberontakan Aria
Penangsang tersebut di atas. Sebagai hadiah atasnya, Sultan kemudian
menghadiahkan daerah Mataram kepada Ki Pamanahan yang menurunkan
raja-raja Mataram Islam kemudian. Senapati anaknyalah yang menjadi Sultan
Mataram yang pertama. Runtuhnya Keraton Mataram adalah karena
pemberontakan para ulama pada tahun 1677 M dan 1678 M yang dipimpin
oleh Raden Kajoran. Pemberontakan ini sebagai wujud keprihatinan atas
maraknya pembunuhan terhadap para ulama dan santri oleh Amangkurat I.
Disebutkan 5000-6000 ulama beserta keluarganya dibunuh tanpa dosa.
Cirebon, didirikan oleh Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah.
Menjadi kerajaan Islam pertama di Jawa Barat.
Banten disebutkan, penguasa Pajajaran di Banten menerima Sunan
Gunung Jati dengan ramah tamah dan tertarik masuk Islam. Langkah Sunan
Gunung Jati setelah Banten masuk Islam, adalah menduduki pelabuhan Sunda,
tahun 1552, kemudian pelabuhan-pelabuhan Jawa Barat lainnya. Setelah
kembali ke Cirebon, kekuasaannya atas Banten diserahkan kepada putranya,
Hasanuddin.
c. Kalimantan, maluku dan sulawesi
Kerajaan-kerajaan Islam juga mulai tumbuh di luar Jawa seperti di
Kalimantan, kerajaan-kerajaan itu adalah: Kerajaan Banjar di Kalimantan
Selatan. Kutai di Kalimantan Timur. Kemudian berakhir pada kerajaan
terakhir yaitu yang berada di Maluku, dan Sulawesi (Gowa-Tallo, Bone, Wajo,
Soppeng, dan Luwu).

29
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sejarah perkembangan Islam di Asia merupakan contoh konkret
bahwa dakwah bi al-hal cenderung lebih efektif dari pada bi al-lisan. Hal ini
terlihat dari beberapa cara penyebaran Islam tidak dilakukan melalui ceramah-
ceramah keagamaan tetapi justru melalui akulturasi budaya seperti perkewinan,
hubungan perdagangan, serta interaksi sosial lainnya meskipun di sana juga
ada peran dakwah bi al-lisan. Pada intinya harus ada keseimbangan di antara
keduanya. Selain itu, yang tidak kalah pentingnya bahwa penyebaran Islam
yang dilakukan dengan cara yang damai dan santun cenderung akan lebih
mudah diterima daripada melalui jalan kekerasan atau peperangan.
sejarah Islam di Asia sangat mungkin untuk kita jadikan cermin
khususnya dalam upaya mengembangkan Islam di Nusantara ini. Kegemilangan
yang dicapai pada masa itu bisa dijadikan sebagai contoh dan teladan yang bisa
diterapkan di era sekarang. Sementara itu, kemunduran atau keruntuhan Islam
di beberapa negara Asia pada masa itu bisa dijadikan sebagai refleksi diri
seluruh umat Islam duni, khususnya NusantaraDemikian secara singkat
pemaparan peradaban Islam di Indonesia, yang tentu tidak menutup kita untuk
hanya mengetahuinya dari tulisan yang sangat singkat ini. Banyak hal lain
yang juga sangat penting untuk dimengerti, supaya kita bisa berbangga atas
perjuangan pendahulu kita yang melewati onak duri dan jalan yang berliku
namun berakhir dengan kejayaan. Semoga Allah memberikan balasan yang
terbaik kepada pendahulu kita yang berjuang menyampaikan risalah Islam
kepada manusia. Dan pada akhirnya mohon maaf atas segala kekurangan dan
kekhilafan dari penulisan ini. Wallahu A’lam bish Shawab.

30
Daftar Pustaka
al-Hamsyari, Muhammad Ali, dkk. Al-Qamus al-Islami li al-Nasyi‟in wa al-Syabab
al-Juz al-„Asyir: Intisyaru al-Islam fi Asia. Riyad: Maktabah al-Ubaikan,1997.
al-Sallabi, Ali Muhammad Muhammad. Safahatu min Tarikhi Libya al-Islami wa al
Syimal al-Ifriqiyyi. Beirut: Daar al-Bayariq, 1998.
Armstrong, Karen. Sejarah Tuhan terj. Zainul Am. Bandung: Mizan, 2014.
Bazinah, Abdullah Salim Muhammad. Intisyar al-Islam fi Ifriqiyya Janubi al-Sakhra‟.
Libya: Daar al-Kutub al-Watabniyyah, 2010.
Wacana Yoga. 2001.
Ibrahim Ahmad.DKK. Islam di Asia Tenggara. Jakarta. LP3ES. 1990
Misbah Ma’ruf, Drs, Sejarah Peradaban Islam. Semarang : Waicaksana. 1980
Thalabi Tajuddin, Drs, M.Ag. Pendidikan Agama Islam. Bungah. 2000
Yatim MA, Drs Badri.1995. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Pers
Guillot Claud dkk..2008. Barus Seribu Tahun Yang Lalu. Jakarta: Gramedia
Hariwijaya, S.S,,M.Si,. 2007. Kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Yogyakarta:
Pustaka Insan Madani
Islam Masuk ke Nusantara saat Rasulullah SAW masih hidup dalam
www.kebunhikmah.com/article-detail.php?artid=181 – 50k
Manuskrip Ulama Nusantara Dijarah Penjajah, dalam http://www.sabili.or.id dan
http://www.eramuslim.or.id
A. Hasjmy. 1975. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Abbas Mahmud Aqqad. 1993. Keagungan Umar Ibn Khattab.
Terj. Abdulkadir Mahdany. Solo: Pustaka Mantiq.
Nawawi Rambe. Jakarta: Penerbit Widjaya.
Tim Penyusun Texbook. 1981/1982. Sejarah dan Kebudayaan
Islam. Ujung Pandang: Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama IAIN
Alaudin.
W.J.S. Poerwadarminta. 1952. Kamus Umum Bahasa Indonesia,Jakarta:

31

Anda mungkin juga menyukai