Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN RESIDENSI

IDENTIFIKASI PEMBERIAN INFORMASI TENTANG DOSIS


RADIASI KEPADA PASIEN DI RSUD MARDI WALUYO BLITAR

Disusun Oleh:

FALENTINA SYIVASARI

NIM. 1952B0043

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT ILMU KESEHATAN (IIK) STRADA INDONESIA
TAHUN 2021
LAPORAN RESIDENSI

IDENTIFIKASI PEMBERIAN INFORMASI TENTANG DOSIS


RADIASI KEPADA PASIEN DI RSUD MARDI WALUYO BLITAR

Disusun Oleh:

FALENTINA SYIVASARI

NIM. 1952B0043

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT ILMU KESEHATAN (IIK) STRADA INDONESIA
TAHUN 2021

i
HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN RESIDENSI

IDENTIFIKASI PEMBERIAN INFORMASI TENTANG DOSIS RADIASI


KEPADA PASIEN DI RSUD MARDI WALUYO BLITAR

Diajukan Oleh

Falentina Syivasari
NIM. 1952B0043

TELAH DISETUJUI UNTUK DILAKUKAN UJIAN

Menyetujui,

Pembimbing Institusi

Dr. Indasah, Ir.,M.Kes


NIDN. 0730086801

ii
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN RESIDENSI

IDENTIFIKASI PEMBERIAN INFORMASI TENTANG DOSIS RADIASI


KEPADA PASIEN DI RSUD MARDI WALUYO BLITAR

Diajukan Oleh

Falentina Syivasari
NIM. 1952B0043

TELAH DISETUJUI UNTUK DILAKUKAN UJIAN

Mengetahui,

Institut Ilmu Kesehatan (IIK) STRADA Indonesia


Program Magister Kesehatan Masyarakat

Direktur Pascasarjana Ka.Prodi

Dr. Yuly Peristiowati, S.Kep., Ns., M.Kes Ratna Wardani, S.Si., M.M
NIDN. 0706077601 NIDN. 0706127802

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat TuhanYang Maha Esa atas segala

rahmat-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga laporan residensi ini

yang berjudul “Identifikasi Pemberian Informasi Tentang Dosis Radiasi Kepada

Pasien di RSUD Mardi Waluyo Blitar” dapat terselesaikan dengan baik. Tujuan

laporan residensi ini adalah memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Kesehatan Masyarakat pada Program Studi Magister Kesehatan

Masyarakat di Institut Ilmu Kesehatan Strada Indonesia. Dengan dilakukannya

residensi ini diharapkan hasil yang dicapai dengan segala masalah dan

hambatannya dapat digunakan untuk memberikan informasi dan langkah kebijakan

yang bisa diambil oleh RSUD Mardi Waluyo Blitar dalam meningkatkan

pelayanan.

Dalam penyusunannya, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan

dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. dr. Sentot Imam Suprapto, MM selaku Plt Rektor Institut Ilmu Kesehatan

Strada Indonesia.

2. Dr.Yuly Peristiowati, S.Kep.,Ns., M.Kes, selaku Direktur Pasca Sarjana

Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Ilmu Kesehatan Strada Indonesia.

3. Ratna Wardani, S.Si., MM, selaku Ketua Program Studi Pascasarjana Ilmu

Kesehatan Masyarakat Institut Ilmu Kesehatan Strada Indonesia.

4. Sri Rahayu, SKM., M.Kes selaku pembimbing residensi RSUD Mardi Waluyo

Blitar.

iv
5. Semua dosen dan staf Institut Ilmu Kesehatan Strada Indonesia yang telah

memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusun laporan residensi ini.

6. Semua pihak yang membantu penyelesaian laporan residensi ini.

Laporan residensi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis menerima

kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakan laporan

residensi ini. Harapan penulis semoga laporan residensi ini dapat memberikan

manfaat dan menambah pengetahuan bagi pembaca.

Kediri, Oktober 2021

Penulis

v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Tujuan Residensi .................................................................................. 3
1.3 Rumusan Masalah ................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) .................................... 5
2.1.1 Pengertian Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) ............................ 5
2.1.2 Tujuan dan Jenis KIE ........................................................................ 6
2.2 Konsep Radiologi ................................................................................. 7
2.3 Konsep Dosis Radiasi .......................................................................... 8
2.3.1 Pengertian Radiasi ............................................................................. 8
2.3.2 Pengertian Dosis Radiasi................................................................... 8
2.3.3 Konsep Dosis .................................................................................... 9
2.3.4 Proses Identifikasi Maksimum .......................................................... 10
2.4 Konsep Penentuan Prioritas Masalah ................................................... 12
2.4.1 Diagram Fishbone (Diagram Tulang Ikan) ....................................... 11
2.4.2 Metode USG (Urgency, Seriousness dan Growth) ........................... 14
2.4.3 Metode SWOT .................................................................................. 15
BAB III HASIL RESIDENSI
3.1 Kondisi Tempat Residensi ................................................................... 17
3.1.1 Lokasi ................................................................................................ 17
3.1.2 Visi dan Misi ..................................................................................... 17
3.2 Pengkajian ............................................................................................ 22
3.3 Perumusan Masalah ............................................................................. 26

vi
3.4 Prioritas Masalah .................................................................................. 27
3.5 Rencana Intervensi ............................................................................... 28
3.5.1 Perhitungan SWOT ........................................................................... 28
3.5.2 Diagram Layang SWOT ................................................................... 29
3.5.3 Analisis SWOT ................................................................................. 30
3.6 Implementasi ........................................................................................ 31
3.6.1 Implementasi Residensi .................................................................... 33
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan .......................................................................................... 35
4.2 Saran ..................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 38
LAMPIRAN ................................................................................................................................ 40
Lampiran 1 SOP Pelayanan Edukasi Pemberian Informasi Dosis Radiasi........................ 41
Lampiran 2 Dokumentasi Residensi ........................................................................................ 43

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit merupakan salah satu industri jasa yang memberikan

pelayanan kesehatan bagi orang banyak. Salah satu pelayanan kesehatan yang

ada di rumah sakit adalah pelayanan radiologi yang dilakukan oleh sebuah unit

instalasi radiolog. Instalasi radiologi merupakan tempat penyelenggaraan

pelayanan radiologi dan atau radioterapi kepada pasien yang membutuhkan

pelayanan kesehatan dengan menegakan diagnosa dengan cepat dan tepat.

Instalasi radiologi menggunakan teknologi radiasi untuk pemeriksaan

diagnostik seperti memberikan pelayanan mammografi, Dental, CT Scan,

pelayanan pemeriksaan khusus (pemeriksaan dengan menggunakan bahan

kontras media) serta pemeriksaan konvensional biasa (Sudarmo et al., 2017).

Penggunaan teknologi radiasi, bila tidak secara dini diperhatikan dan

dipelihara dengan baik akan menimbulkan resiko dan bahaya seperti kebocoran

pesawat radiasi, kecelakaan kontaminasi, kebakaran dan sebagainya yang dapat

berdampak pada pekerja sehingga berdampak pula pada produktivitas dan

kinerja kerjanya (Japeri et al., 2016). Pekerja radiasi merupakan pekerja /

tenaga kesehatan yang selalu berada didalam medan radiasi pengion (Akhadi

M, 2012).

1
2

Dosis radiasi adalah jumlah energi radiasi yang diserap atau diterima oleh

materi yang dilaluinya. Dosis maksimum radiasi yang diijinkan yaitu jumlah

maksimum penyerapan radiasi yang sampai pada seluruh tubuh individu, atau

sebagai dosis spesifik pada organ tertentu yang masih dipertimbangkan aman.

Aman dalam hal ini berarti tidak adanya bukti bahwa individu mendapatkan

dosis maksimal yang telah di tetapkan, dimana cepat atau lambat efek radiasi

tersebut dapat membahayakan tubuh secara keseluruhan atau bagian tertentu

(Swamardika, 2009).

Identifikasi dosis maksimum radiasi untuk setiap pemeriksaan

Radiodiagnostik, Imajing dan Radiologi Intervensional di Rumah Sakit

merupakan bagian dari sistem pelayanan keamanan proteksi radiasi baik pada

pasien, pekerja maupun masyarakat di Rumah Sakit. Hal ini dilakukan agar

dapat mengetahui dan menghindari terjadi nya pemilihan faktor eksposi yang

tinggi sebelum melakukan tindakan foto. Identifikasi dosis maksimum radiasi

mempunyai peranan yang penting yaitu untuk menjaga pemakaian faktor

eksposi yang menghasilkan dosis radiasi oleh Radiografer setiap pemeriksaan

Radiodiagnostik, Imajing dan Radiologi Intervensional tidak melebihi dari

batas acuan yang diberikan oleh Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga

Nuklir (Alatas, 2006).

Tujuan adanya identifikasi dosis maksimum radiasi adalah untuk

mengetahui nilai dosis maksimum yang didapatkan oleh pasien dan sekaligus

sebagai proteksi radiasi bagi pasien agar pada saat mendapat paparan radiasi

tidak melebihi dari Acuan Dosis yang diberikan oleh BAPETEN dan AAPM.
3

Dengan adanya batasan dosis maksimal yang terima oleh pasien, maka perlu

adanya edukasi atau informasi tentang dosis yang diterima oleh pasien ketika

pasien tersebut melakukan pemeriksaan penunjang yang menggunakan

modalitas dengan memanfaatkan sumber radiasi (sinar-x), terutama pada

pemeriksaan radiologi yang membutuhkan paparan radiasi lama atau berulang,

seperti pemeriksaan CT Scan kontras, foto rontgen serial dan pemeriksaan yang

menggunakan teknik flouroscopy (foto rontgen kontras, cateterisasi,

penggunaan c-arm pada waktu melakukan operasi).

Setiap pasien berhak untuk mengetahui seberapa besar dosis radiasi yang

diterima selama pemeriksaa menggunakan modalitas sinar-x, sehingga pasien

lebih peduli terhadap dirinya dan tidak ada pemeriksaan atas dasar permintaan

pribadi. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka tujuan

residensi ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor kendala implementasi

edukasi pemberian informasi dosis radiasi kepada pasien, mengetahui variabel-

variabel yang merupakan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman serta

mengetahui strategi yang akan diambil oleh RS Mardi Waluyo Blitar.

1.2 Tujuan Residensi

1.2.1 Tujuan Umum

Secara umum residensi ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-

faktor untuk meningkatkan dilakukannya edukasi pemberian informasi

tentang dosis radiasi kepada pasien di RSUD Mardi Waluyo Blitar sehingga
4

pelaksaan edukasi pemberian informasi tentang dosis radiasi kepada pasien

terlaksana dengan optimal.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi faktor-faktor untuk meningkatkan dilakukannya

edukasi pemberian informasi tentang dosis radiasi kepada pasien dengan

menggunakan analisis Fishbone.

2. Mengidentifikasi faktor-faktor untuk meningkatkan dilakukannya

edukasi pemberian informasi tentang dosis radiasi kepada pasien dengan

menggunakan analisis USG.

3. Mengidentifikasi faktor-faktor untuk meningkatkan dilakukannya

edukasi pemberian informasi tentang dosis radiasi kepada pasien dengan

menggunakan analisis SWOT.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan diatas, maka diajukan

perumusan masalah residensi ini, yaitu: “Bagaimana faktor-faktor untuk

meningkatkan dilakukannya edukasi pemberian informasi tentang dosis radiasi

kepada pasien di RSUD Mardi Waluyo Blitar sehingga pelaksaan edukasi

pemberian informasi tentang dosis radiasi kepada pasien terlaksana dengan

optimal?”.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)

2.1.1 Pengertian Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)

Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) adalah suatu kegiatan

penyampaian pesan atau informasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap,

dan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam program

Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN, 2010).

1. Komunikasi

Penyampaian pesan secara langsung ataupun tidak langsung

melalui saluran komunikasi kepada penerima pesan, untuk

mendapatkan suatu efek (Depkes RI, 1984). Menurut Effendy (1998),

komunikasi adalah pertukaran pikiran atau keterangan dalam rangka

menciptakan rasa saling mengerti dan saling percaya, demi terwujudnya

hubungan yang baik antara seseorang dengan orang lain. Komunikasi

adalah pertukaran fakta, gagasan, opini atau emosi antara dua orang

atau lebih. Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk

mempengaruhi secara positif perilaku kesehatan masyarakat, dengan

menggunakan berbagai prinsip dan metode komunikasi, baik

menggunakan komunikasi antar pribadi maupun komunikasi massa

(Notoatmodjo, 2012).

5
6

2. Informasi

Informasi adalah keterangan, gagasan, maupun kenyataan-

kenyataan yang perlu diketahui oleh masyarakat (BKKBN, 1993).

Sedangkan menurut Jain (1989) informasi adalah merupakan pesan

yang disampaikan. Informasi yang disampaikan pada klien paling

sedikit membantu klien memahami tentang komunikasi, informasi dan

edukasi yang diberikan.

3. Edukasi

Pendidikan adalah proses perubahan perilaku kearah yang positif

(Depkes RI, 1990). Menurut Effendy (1998), pendidikan kesehatan

merupakan salah satu kompetensi yang dituntut dari tenaga kesehatan,

karena merupakan salah satu peranan yang harus dilaksanakan dalam

setiap memberikan pelayanan kesehatan, baik itu terhadap individu,

keluarga, kelompok ataupun masyarakat.

2.1.2 Tujuan dan Jenis KIE

Menurut Hartanto (2010) tujuan dan jenis dari KIE adalah:

1. Meningkatkan pengetahuan.

2. Membina kelestarian responden.

3. Meletakkan dasar bagi mekanisme sosio-kultural yang dapat menjamin

berlangsungnya proses penerimaan.

Jenis kegiatan KIE adalah meliputi:

1. Motivasi berfokus pada permintaan, komunikasi individu dan

kelompok atau massa.


7

2. Edukasi atau pendidikan yang mengandung unsur pendidikan seperti

menyediakan seluruh informasi metode yang tersedia, menyediakan

informasi terkini dan isu, menggunakan komunikasi satu arah atau dua

arah, dapat melalui komunikasi individu, kelompok atau massa,

menghilangkan rumor dan konsep yang salah.

3. Konseling, mendorong responden untuk mengajukan pertanyaan,

menjadi pendengar aktif, menjamin responden penuh informasi,

membantu responden membuat pilihan sendiri.

2.2 Konsep Radiologi

Radiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan

penggunaan semua modalitas yang menggunakan radiasi untuk diagnosis dan

prosedur terapi dengan menggunakan panduan radiologi, termasuk teknik

pencitraan dan penggunaan radiasi dengan sinar X dan zat radioaktif (Perka

BAPETEN Nomor 8, 2011). Radiologi dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Radiologi Diagnostik

Adalah kegiatan yang berhubungan dengan penggunaan fasilitas

untuk keperluan diagnostik.

2. Radiologi Intervensional

Adalah cabang ilmu radiologi yang terlibat dalam terapi dan diagnosis

pasien, dengan melakukan terapi dalam tubuh pasien melalui bagian luar

tubuh dengan kawat penuntun, stent, dan lain-lain dengan menggunakan sinar

X.
8

2.3 Konsep Dosis Radiasi

2.3.1 Pengertian Radiasi

Radiasi adalah gelombang elektromagnetik dan partikel bermuatan

yang karena energi yang dimilikinya mampu mengionisasi media yang

dilaluinya (Perka BAPETEN Nomor 6, 2010). Radiasi merupakan pancaran

energi dalam bentuk gelombang atau partikel yang dipancarkan oleh sumber

radiasi atau zat radioaktif (Swamardika, 2009). Zat radioaktif ialah zat yang

memancarkan radiasi karena inti atomnya tidak stabil (pemancar sinar α, β,

γ, dan neutron) (Fayanto et al., 2016).

2.3.2 Pengertian Dosis Radiasi

Dosis Radiasi adalah jumlah energi radiasi yang diserap atau diterima

oleh materi yang dilaluinya. Dosis maksimum radiasi yang diijinkan yaitu

jumlah maksimum penyerapan radiasi yang sampai pada seluruh tubuh

individu, atau sebagai dosis spesifik pada organ tertentu yang masih

dipertimbangkan aman. Aman dalam hal ini berarti tidak adanya bukti

bahwa individu mendapatkan dosis maksimal yang telah di tetapkan, dimana

cepat atau lambat efek radiasi tersebut dapat membahayakan tubuh secara

keseluruhan atau bagian tertentu. Daftar Informasi Dosis yang diterima oleh

Pasien untuk setiap jenis pemeriksaan baik rontgen maupun ct scan yang

sesuai dengan acuan Perka BAPETEN No. 8 Tahun 2011, DRL Nasional

BAPETEN 2017, AAPM No.96 Tahun 2008 dan ICRP No. 103 Tahun 2007.

Setelah pasien atau keluarga pasien memberikan persetujuannya,

Radiografer melakukan pemeriksaan foto sesuai dengan surat permintaan


9

online atau surat pengantar tertulis dari dokter dan menggunakan faktor

eksposi dengan paparan dosis radiasi yang sesuai dengan acuan dari Perka

Bapeten No. 8 Tahun 2011.

2.3.3 Konsep Dosis

Dosis adalah jumlah radiasi yang terdapat dalam medan radiasi atau

jumlah energi radiasi yang diserap atau diterima oleh materi yang dilaluinya

(Perka BAPETEN Nomor 4, 2013).

1. Dosis Efektif

Hubungan antara peluang timbulnya efek biologi tertentu akibat

penerimaan dosis ekuivalen pada suatu jaringan juga bergantung pada

organ atau jaringan yang tersinari. Untuk menunjukkan keefektifan

radiasi dalam menimbulkan efek tertentu pada suatu organ diperlukan

besaran baru yang disebut besaran dosis efektif. Besaran dosis

merupakan penurunan dari besaran ekuivalen yang dibobot.

2. Dosis Ekuivalen

Besaran dosis ekuivalen lebih banyak digunakan berkaitan

dengan pengaruh radiasi terhadap tubuh manusia atau sistem

biologinya. Dalam konsep dosis ekuivalen ini, radiasi apapun jenisnya

asal nilai dosis ekuivalennya sama akan menimbulkan efek biologi yang

sama pula terhadap jaringan tertentu. Faktor yang menentukan dalam

perhitungan dosis ekuivalen ialah kualitas radiasi yang mengenai

jaringan. Kualitas radiasi ini mencakup jenis dan energi dari radiasi

yang bersangkutan.
10

2.3.4 Proses Identifikasi Dosis Maksimum

Proses identifikasi dosis maksimum radiasi dilakukan oleh Fisikawan

Medik dan Radiografer. Adapun proses identifikasi dosis maksimum radiasi

dibagi sesuai dengan pesawat sinar-x yang dimiliki:

1. Identifikasi Dosis Maksimum Radiasi X-Ray Konvensional

Proses Identifikasi Dosis Maksimum Radiasi Rontgen berdasarkan

acuan pada Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Perka

BAPETEN) No.8 Tahun 2011. Berikut adalah Standart Acuan Dosis

Radiasi X-Ray Konvensional yang digunakan:

No Jenis Pemeriksaan Posisi Dosis Maksimum


(mGy)
1 Lumbal AP 10
LAT 30
LSJ 40
2 Abdomen, Intravenous AP 10
Urography, dan
Cholecystography
3 Pelvis AP 10
4 Sendi Panggul AP 10
(Hip Joint)
5 Paru PA 0,4
(Chest)
LAT 1,5
6 Torakal AP 7
(Thoracic Spine) LAT 20
7 Kepala PA 5
(Skull) LAT 3
Sumber: Peraturan Kepala BAPETEN No. 8 Tahun 2011

2. Identifikasi Dosis Maksimum Radiasi CT-Scan

Proses Identifikasi Dosis Maksimum Radiasi CT Scan berdasarkan

acuan pada Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Perka

BAPETEN) No.8 Tahun 2011, AAPM No. 96 Tahun 2008, ICRP No.
11

103 Tahun 2007 dan DRL BAPETEN. Berikut adalah Standar Acuan

Dosis Radiasi CT Scan yang digunakan:

No Jenis Pemeriksaan Pasien Dosis Maksimum


(mSv)

Dewasa 2,5
1 CT Kepala Anak-anak 4

Bayi 9

2 CT Kepala+Kontras Dewasa 4

3 CT Kepala dan Leher Dewasa 13

4 CT Sinus Dewasa 2,5

5 CT Nasofaring+Kontras Dewasa 12

6 CT Thorax Dewasa 5-7

7 CT Thorax+Kontras Dewasa 20

8 CT FNAB Dewasa 5-7

Dewasa 8-14
9 CT Abdomen
Anak-anak 4-7

10 CT Abdomen+Kontras Dewasa 25

11 CT Pelvis Dewasa 8

12 CT Thoracolumbal Dewasa 35

13 CT Lumbal Dewasa 35

14 CT Ekstremitas Dewasa 22
15 CT Cardiac Dewasa 69

16 CT Calsium Score Dewasa 1-3


12

2.4 Konsep Penentuan Prioritas Masalah

2.4.1 Diagram Fishbone (DiagramTulang Ikan)

Diagram ini menggambarkan hubungan antara masalah dengan semua

faktor penyebab yang mempengaruhi masalah tersebut (Dewi, 2012).

Permasalahan yang ingin diketahui penyebabnya terletak pada bagian

kepalaikan, sedangkan faktor-faktor yang mengakibatkan sebuah

permasalahan dituliskan pada bagian tulang ikan (Djuari, 2021). Setiap

factor memiliki akar permasalahannya masing-masing, melalui diagram

fishbone maka akar-akar permasalahan dapat dengan mudah untuk

diketahui. Manfaat menggunakan diagram fishbone adalah membantu

menentukan akar penyebab masalah dengan pendekatan yang terstruktur dan

mendapatkan ide-ide yang dapat memberikan solusi untuk pemecahan suatu

masalah (Kurniasih, 2020).

Gambar 3.1 Diagram Fishbone


13

Menurut Mangundjaya (2020) langkah-langkah untuk membuat

diagram fishbone adalah sebagai berikut:

1. Tulis permasalahan utama pada bagian kepala ikan. Gambar garis panah

dari kiri ke kanan mengarah ke permasalahan.

2. Identifikasi semua faktor atau kategori utama penyebab masalah sesuai

bidang yang tepat. Beberapa contoh faktor atau kategori utama adalah

sebagai berikut:

a. Kategori 4 M yang biasa digunakan dalam industry manu faktur

meliputi faktor Machine (Equipment), Method

(Process/Inspection), Material (Raw, Consumables dll.), dan Man

power.

b. Kategori 8P yang biasa digunakan dalam industry jasa meliputi

factor Product (produk/jasa), Price(harga), Place(tempat),

Promotion( promosi atau hiburan), People (orang), Process

(proses), Physical Evidence(bukti fisik), dan Productivity&Quality

(produktivitas dan kualitas).

c. Kategori 5S yang biasa digunakan dalam industri jasa meliputi

faktor Surroundings (lingkungan), Suppliers (pemasok), Systems

(sistem), Skills (keterampilan), danSafety (keselamatan).

3. Gunakan panah yang lebih kecil untuk menjelaskan akar permasalahan

sehingga menjadi lebih detail.

4. Ulangi langkah (3) berulang-ulang sehingga menemukan akar

permasalahan yang paling mendasar pada setiap faktor/kategori utama.


14

2.4.2 Metode USG (Urgency, Seriousness, dan Growth)

Metode USG adalah salah satu metode scoring untuk menyusun

prioritas isu yang harus diselesaikan (Hidayati dan Istiqomah, 2020).

Metode USG terdiri atas tiga faktor meliputi:

1. Urgency

Urgency dilihat dari tersedianya waktu, dan mendesak atau tidak

masalah tersebut diselesaikan.

2. Seriousness

Suatu masalah dianggap lebih serius apabila masalah tersebut dapat

menimbulkan masalah lain dari pada suatu masalah yang berdiri sendiri.

3. Growth

Growth berkaitan dengan pertumbuhan masalah.Semakin cepat

berkembang masalah tersebut maka semakin tinggi tingkat

pertumbuhannya. Suatu masalah yang cepat berkembang tentunya

makin prioritas untuk diatasi permasalahan tersebut.

Pada metode ini masing-masing masalah dinilai tingkat risiko dan

dampaknya. Nilai yang tertinggi dianggap sebagai prioritas masalah yang

harus segera diselesaikan. Langkah scoring dengan menggunakan metode

USG dimulai dengan membuat daftar akar masalah, membuat table matriks

prioritas masalah dengan bobot scoring 1-5 (Lina, 2021). Adapun

keterangan pemberian skor dapat dilihat pada Tabel 2.1.


15

Tabel 2.1 Keterangan Pemberian Skor

Skor Keterangan
5 Sangat Penting
4 Penting
3 Netral
2 TidakPenting
1 Sangat Tidak Penting

2.4.3 Metode SWOT

Secara sederhana pola pikir Analisis SWOT dapat digambarkan sebagai

berikut:

Gambar 2.2 SWOT Matrix

Pada dasarnya SWOT merupakan akronim dari empat kata yaitu

Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats (Fatimah, 2016).

Analisis SWOT ini merupakan salah satu metode yang digunakan untuk

mengevaluasi strengths (kekuatan), weaknesses (kelemahan), opportunities

(peluang), dan threats (ancaman) (Mujiburrahman, 2019). Pendekatan


16

analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan strengths

dan opportunities sekaligus dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses)

dan ancaman (threats).

Analisis SWOT terdiri dari empat factor yang dijelaskan sebagai

berikut:

1. Strengths (kekuatan)

Strength atau kekuatan adalah berbagai karakteristik yang

menambah nilai kepada sesuatu, dan membuatnya lebih unggul

dibandingkan kompetitor, serta kekuatan yang positif, bermanfaat, dan

kreatif.

2. Weaknesses (kelemahan)

Weakness atau kelemahan adalah hal-hal yang tidak dimiliki

sebagai akibat dari keterbatasan, kekurangan sumber daya, dan

kemampuan yang sangat berpengaruh terhadap performa.

3. Opportunities (peluang)

Opportunities merupakan kondisi peluang berkembang di masa

datang yang akan terjadi. Peluang dapat muncul dari pasar, persaingan,

industri/pemerintah dan teknologi. Meningkatnya permintaan disertai

dengan deregulasi merupakan peluang besar.

4. Threat (ancaman)

Ancaman adalah factor eksternal yang tidak dapat dikendalikan.

Dengan analisis threats, setidaknya dapat dijadikan sebagai acuan

dalam menyusun rencana cadangan terhadap kondisi yang merugikan.


BAB III

HASIL RESIDENSI

3.1 Kondisi Tempat Residensi

3.1.1 Lokasi

RSUD Mardi Waluyo menjalankan tugas pokok, fungsi dan tata

kerjaberdasarkan Peraturan Walikota Blitar Nomor 42 tahun 2014 tentang

TugasPokok, Fungsi dan Tata Kerja RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar.

Sebagai Rumah Sakit Daerah Badan Layanan Umum Daerah (berdasarkan

keputusan Walikota Blitar nomor 188/154/HK/422.010.2/2009), serta

Rumah Sakit kelas B Pendidikan (berdasarkan Keputusan Menteri

Kesehatan nomor 735/MENKES/SK/VI/2007), maka RSUD Mardi Waluyo

Kota Blitar bertekad berupaya untuk memberikan yang terbaik bagi

masyarakat, melalui berbagai terobosan, yang antara lain dengan

dilaksanakannya Pelembagaan Citizens’Charter atau Kontrak Pelayanan

sejak tahun 2009.

3.1.2 Visi dan Misi

1. Visi

Peranan Rumah Sakit Umum Daerah sebagai Rumah Sakit Rujukan

diKota Blitar dan sekitarnya, maka untuk mencapai tujuan dimaksud perlu

menetapkan Visi, Misi, Tujuan, Filosofi dan Moto RSUD Mardi Waluyo

Kota Blitar.Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Walikota Blitar No 57

tahun 2017 perubahan atas Peraturan Walikota Blitar No 40 Tahun 2016

17
18

tentang Tata Kelola RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar. Pernyataan Visi

tersebut adalah sebagai berikut :“ MENUJU RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH MARDI WALUYO SEBAGAIRUMAH SAKIT PILIHAN

UTAMA YANG TERPERCAYA MELAYANISEMUA

MASYARAKAT PADA TAHUN 2021”.

2. Misi

a. Memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna, berkualitas, dengan

mengutamakan keselamatan membangun citra pelayanan kesehatan

yang partisipatif serta menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, dan

penelitian.

b. Mewujudkan tata kelola Rumah Sakit yang profesional, akuntabel dan

transparan.

3. Sumber Daya Manusia (SDM)

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Blitar Nomor 4 Tahun 2013

tentangStruktur Organisasi Perangkat Daerah Kota Blitar dan Peraturan

Walikota Blitar Nomor 42 Tahun 2014 tentangTugas Pokok Fungsi dan

Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Mardi Waluyo Kota Blitar, dalam

melaksanakan tugas pemerintah dan pembangunan di bidang pelayanan

kesehatan RSUD ”Mardi Waluyo” Kota Blitar dipimpin oleh seorang

Direktur dalam menjalankan tugas dan fungsinya dibantu oleh 2 (dua)

orang Wakil Direktur, Komite, Kelompok Sub Fungsional, Satuan

Pengawas Internal (SPI).


19

Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi,

profesional dan memberikan pelayanan yang memuaskan bagi semua

pelanggan di rumah sakit, diperlukan adanya ketersediaan SDM yang

mencukupi dari segi jumlah dan kualifikasinya. Data Ketenagaan Rumah

Sakit Umum Daerah Mardi Waluyo Blitar dapat dilihat padaTabel 3.1

berikut.

Tabel 3.1 Data Ketenagaan RSUD Mardi Waluyo Blitar

No. Profesi/Jabatan Pendidikan Jumlah


I. Tenaga Medis
1 Dokter Umum S-1 14
2 Dokter Gigi S-1 3
3 Sokter Spesialis Dasar
- Sp. Anak S-2 3
- Sp. Bedah Umum S-2 2
- Sp. Obgyn dan Ginekologi S-2 4
- Sp. Penyakit Dalam S-2 3
4 Dokter Spesialis Penunjang
- Sp. Anestesiologi S-2 2
- Sp. Radiologi S-2 2
- Sp. Patologi Klinik S-2 1
- Sp. Rehabilitasi Medik S-2 2
5 Dokter Spesialis Mata
- Sp. Mata S-2 2
- Sp. THT S-2 1
- Sp. Syaraf S-2 2
- Sp. Jantung dan Pembuluh Darah S-2 3
- Sp. Kulit dan Kelamin S-2 1
- SP. Paru S-2 2
- Sp. Orthopedi S-2 2
- Sp. Urologi S-2 1
- Sp. Bedah Syaraf S-2 1
6 Dokter Gigi Spesialis
- Sp. Orthodonti S-2 1
II. Tenaga Psikologis Klinis
1 Psikologis Klinis S-1/D-IV 1
III. Tenaga Keperawatan
1 Keperawatan S-2 2
S-1/D-IV 96
D-III 152
2 Bidan S-1/D-IV 9
20

D-III 25
IV. Tenaga Kefarmasian
1 Apoteker S-1/D-IV 13
2 Teknis Kefarmasian S-1/D-IV 1
D-III 22
V. Tenaga Kesehatan Lingkungan
1 Tenaga Sanitasi Lingkungan S-1/D-IV 2
D-III 4
SLTA 1
VI. Tenaga Gizi
1 Nutrisionis (klinis) S-1/D-IV 5
D-III 11
VII. Tenaga Keterapian Fisik
1 Fisioterapis S-1/D-IV 1
D-III 5
2 Terapis Wicara D-III 2
VIII. Tenaga Keteknisan Medis
1 Perekam Medis dan Informasi S-1/D-IV 1
Kesehatan
D-III 16
2 Refraksionis Obtision D-III 2
3 Teknisi Gigi D-III 3
4 Terapis Gigi dan Mulut D-III 3
IX. Tenaga Teknik Biomedika
1 Radiografer S-1/D-IV 1
D-III 8
2 Elektromedis D-III 11
3 Ahli Teknologi Laboratorium Medik D-III 18
4 Fisikawan Medik S-1/D-IV 1
X. Tenaga Non Medis (Struktural dan Staf)
1 Dokter S-1 3
2 Dokter Spesialis S-2 1
3 Dokter Gigi S-1/D-IV 1
4 Magister Kesehatan S-2 1
5 Magister Manajemen S-2 1
6 Sarjana Keperawatan Ners S-1/D-IV 5
7 Sarjana Kesehatan MAsyarakat S-1/D-IV 1
8 Sarjana Ekonomi/ Akuntansi S-1/D-IV 7
9 Sarjana Sosial S-1/D-IV 6
10 Sarjana Komputer S-1/D-IV 3
11 Sarjana Muda (DIII)
Keperawatan DIII 1
SLTA 1
12 Teknik Manajemen Informatika DIII 3
Teknik Elektronika S-1/D-IV 1
DIII 1
13 Teknik Mesin DIII 1
Ekonomi/ Akuntansi/ Lainnya DIII 3
21

Kebidanan DIII 2
Teknik Sipil DIII 1
14 SLTA Sederajat SLTA 157
SMK Keperawatan SLTA 4
15 SLTP SLTP 5
16 SD SD 5
JUMLAH TOTAL 686

4. Manajemen Tugas

Dalam melaksanakan tugas pemerintah dan pembangunan di bidang

pelayanan kesehatan RSUD”Mardi Waluyo” Kota Blitar dipimpin oleh

seorang Direktur dalam menjalankan tugas dan fungsinya dibantu oleh 2

(dua) orang Wakil Direktur, Komite, Kelompok SubFungsional, Satuan

Pengawas Internal (SPI) adalah sebagai berikut:

a. Wakil Direktur Pelayanan dan Penunjang Medis, membawahi 3 (tiga)

Bidang:

1) Bidang Pelayanan Medis

a) Seksi Pengembangan Medis

b) Seksi Monitoring dan Evaluasi Pelayanan Medis

2) Bidang Pelayanan Keperawatan

a) Seksi Pengembangan Keperawatan

b) Seksi Monitoring dan Evaluasi Keperawatan

3) Bidang Penunjang Medis

a) Seksi Pengembangan Penunjang Medis

b) Seksi Monitoring dan Evaluasi Penunjang Medis

b. Wakil Direktur Umum dan Keuangan, membawahi 3 (tiga) Bagian:

1) Kepala Bagian Program & Kepegawaian


22

a) Sub Bag Program

b) Sub Bag Kepegawaian

c) Sub Bag Evaluasi dan Pelaporan

2) Bagian Keuangan

a) Sub Bag Anggaran

b) Sub Bag Perbendaharaan

c) Sub Bag Akuntansi

3) Bagian Humas dan Umum

a) Sub Bag Humas

b) Sub Bag Perlengkapan

c) Sub Bag Umum dan Kearsipan

4) Instalasi – Instalasi

5) Komite – Komite

6) Staf Medik Fungsional dan Staf Fungsional Lainnya

7) Satuan Pengawas Internal

3.2 Pengkajian

Berdasarkan hasil dari wawancara dan survey langsung di lapangan

pada bulan Oktober 2021 menunjukkan bahwa agar pelaksanaan edukasi

pemberian informasi dosis radiasi ke pasien dapat dilaksanakan, maka RSUD

Mardi Waluyo Blitar perlu mencari solusi untuk menjamin terlaksana proses

tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan pengkajian lebih mendalam terhadap

masalah tersebut dan mencari srategi yang tepat untuk mengetahui kendala
23

pada implementasi edukasi pemberian informasi dosis radiasi kepada pasien,

mengetahui variabel-variabel yang merupakan kekuatan, kelemahan, peluang

dan ancaman serta untuk mengetahui strategi yang bisa diambil oleh RSUD

Mardi Waluyo Blitar.

Pengkajian atau identifikasi masalah pada laporan residensi ini

menggunakan diagram Fishbone (diagram tulang ikan). Diagram fishbone

menggambarkan hubungan antara masalah dengan semua faktor penyebab

yang mempengaruhi masalah tersebut. Diagram fishbone membantu

menentukan akar penyebab masalah dengan pendekatan yang terstruktur dan

mendapatkan ide-ide yang dapat memberikan solusi untuk pemecahaan suatu

masalah.
24

FISHBONE DIAGRAM
(Diagram Tulang Ikan)

Measurement Machine Man

Sarana dan prasaran Kurangnya pemahaman


Belum adanya Kebijakan Tingkat pemahaman
terkait pemberian terhadap kewajiban pentingnya
tentang kewajiban RS pasien resiko radiasi
informasi tentang dosis pemberian informasi dosis
dalam memberikan masih masih relatif
radiasi belum tersedia radiasi kepada pasien
informasi tentang dosis rendah
radiasi

Belum dilakukan pemberian


informasi dosis radiasi di RS
Mardi Waluyo Blitar
Belum ada SPO tentang pemberian Tidak adanya
informasi dosis radiasi kepada pendelegasian pemberian
pasien informasi dosis radiasi
kepada pasien
Belum ada formulir Media informasi belum
tentang pemberian Tidak ada penggolongan terhadap termanfaatkan untuk
informasi dosis radiasi pasien yang dilakukan pemberian informasi tentang radiasi
kepada pasien informasi dosis radiasi

Waktu pemberian informasi


dosis radiasi, relatif lama

Method Material
25

Pengkajian masalah mengenai keinginan terpenuhinya pemberian

informasi dosis radiasi kepada pasien dan SOP tentang pelaksanaan pemberian

informasi dosis radiasi kepada pasien, dikategorikan menggunakan 5 M yaitu Man,

Method , Material, Machine, dan Measurement dengan uraian sebagai berikut:

1 Man : Kurangnya pemahaman tentang pentingnya


kewajiban pemberian informasi dosis radiasi
2 Method : - Belum ada SPO tentang pemberian informasi
dosis radiasi kepada pasien
- Belum ada formulir tentang pemberian informasi
dosis radiasi kepada pasien
- Tidak adanya pendelegasian pemberian informasi
dosis radiasi kepada pasien
- Tidak ada penggolongan terhadap pasien yang
dilakukan pemberian informasi dosis radiasi
- Waktu pemberian informasi dosis radiasi yang
relatif lama

3 Material : - Media informasi belum termanfaatkan

4 Machine : - Sarana dan prasaran terkait pemberian informasi


tentang dosis radiasi belum tersedia
5 Measurement : - Tingkat pemahaman pasien tentang resiko
radiasi rendah
- Belum adanya kebijakan tentang kewajiban RS
dalam memberikan informasi dosis radiasi
26

3.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan diagram fishbone yang telah dibuat terkait dengan keinginan

terpenuhinya pemberian informasi dosis radiasi kepada pasien dan SOP tentang

pemberian informasi dosis radiasi kepada pasien di RSUD Mardi Waluyo Blitar,

dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Kurangnya pemahaman tentang pentingnya kewajiban pemberian

informasi dosis radiasi

2. Belum ada SPO tentang pemberian informasi dosis radiasi kepada pasien

3. Belum ada formulir pemberian informasi dosis radiasi kepada pasien

4. Tidak adanya pendelegasian pemberian informasi dosis radiasi pasien

5. Tidak ada penggolongan pasien yang dilakukan pemberian informasi

6. Waktu pemberian informasi dosis radiasi pasien, relatif lama

7. Sarana dan prasaran terkait pemberian informasi tentang dosis radiasi

belum tersedia

8. Belum adanya kebijakan kewajiban RS dalam memberikan informasi

dosis radiasi kepada pasien

9. Tingkat pemahaman pasien tentang resiko radiasi relatif rendah

10. Media informasi belum termanfaatkan.


27

3.4 Prioritas Masalah

Berdasarkan perumusan masalah terkait terlaksananya pemberian

informasi dosis radiasi kepada pasien di RSUD Mardi Waluyo Blitar, untuk

menentukan prioritas masalah maka digunakan metode USG (Urgency,

Seriousness, Growth). Berikut penentuan prioritas masalah dengan metode USG:

Tabel 3.2 Penentuan Prioritas Masalah Dengan Metode USG


No Indikator U S G UxSxG Rangking
1 Kurangnya pemahaman tentang kewajiban 3 3 3 27 8
penting nya pemberian informasi dosis
radiasi kepada pasien
2 Belum ada SPO pemberian 5 5 4 100 1
informasi dosis radiasi pada pasien
3 Belum ada formulir pemberian informasi 5 4 4 80 2
dosis radiasi pada pasien
4 Tidak adanya pendelegasian pemberian 4 4 4 64 5
informasi dosis radiasi pada pasien
5 Tidak ada penggolongan pasien yang 4 3 4 48 6
dilakukan pemberian informasi dosis
6 Waktu pemberian informasi dosis radiasi 4 4 4 64 4
dan relatif lama
7 Sarana dan prasaran terkait pemberian 3 4 4 48 7
informasi tentang dosis radiasi belum
tersedia
8 Tingkat pemahaman masyarakat tentang 3 3 3 27 9
resiko radiasi masih rendah
9 Belum adanya kebijakan kewajiban RS 5 4 4 80 3
dalam memberikan informasi dosis radiasi
10 Media informasi belum termanfaatkan 3 3 3 27 10

Dari tabel tersebut maka prioritas masalah yang diambil adalah belum ada

standar prosedur operasional tentang edukasi pemberian informasi dosis radiasi

di RSUD Mardi Waluyo Blitar.


28

3.5 Rencana Intervensi

Berdasarkan prioritas masalah tersebut, maka rencana intervensi untuk

residensi ini akan dianalisis menggunakan analisis SWOT (Strength, Weakness,

Opportunitiess, Threats). Berikut analisis penyelesaian masalah yang dapat

dilakukan berdasarkan analisis SWOT.

3.5.1 Perhitungan SWOT Pemberian Informasi Dosis Radiasi Kepada Pasien di

RSUD Mardi Waluyo Blitar

Tabel 3.3 Perhitungan Matriks Internal Faktor Evaluation (IFE)

No Faktor-Faktor Analisa Bobot Rating Skor


A. Kekuatan – Strengths (S)
1 Adanya sumber daya manusia yang kompeten, terlatih dan 0,4 4 1,6
bersertifikasi dilihat dari gelar Fismed, PPR, D4
2 Adanya peraturan Undang-undang yang dijadikan 0,2 5 1,0
pedoman penetapan SOP pemberian informasi dosis
kepada pasien
3 Adanya kerjasama dengan institusi lain untuk evaluasi diri 0,2 5 1,0
4 Adanya dukungan dari BAPETEN dan Kementerian 0,2 5 1,0
Kesehatan
Total Strengths 1 4,6
B. Kelemahan – Weakneses (W)
1 Belum ada SOP tentang pemberian informasi dosis radiasi 0,4 5 2,0
kepada pasien.
2 Belum ada formulir pemberian informasi dosis radiasi 0.4 5 2.0
kepada pasien
3 Belum ada penggolongan pasien tentang jenis pemeriksaan 0,3 4 1,2
yang akan diberikan informasi dosis radiasi
4 Belum ada pendelegasian tentang siapa saja yang berhak 0,3 4 1,2
melakukan pemberian informasi dosis radiasi kepada
pasien
Total Weakness 1.4 6,4
Total IFE : S - W (4,6 – 6,2) -1,8
29

Tabel 3.4 Perhitungan Matriks Eksternal Faktor Evaluation (EFE)

No Faktor-Faktor Analisa Bobot Rating Skor


C. Peluang – Opportunities (O)
1 Adanya kebijakan KARS untuk mendukung proses 0,4 3 1,2
pemberian informasi tentang dosis radiasi kepada pasien di
RS
2 Adanya kebijakan BAPETEN meningkatkan pemberian 0,6 4 2,4
informasi dosis kepada pasien
Total Strengths 1 3,6
D. Ancaman – Threats (T)
1 Persepsi tentang pemberian informasi dosis radiasi kepada 0,5 3 1,5
pasien masih relatif rendah
2 Adanya masa pandemic sehingga menyulitkan proses 0,5 4 2,0
pelaksanaan pemberian informasi dosis kepada pasien
Total Weakness 3,5
Total EFE : O - T (3,6 – 3,5) 0,1
30

3.5.2 Diagram Layang SWOT


O

0,1

-1,4 II I
W
S
IV III

T
3.5.3 Analisis SWOT

Tabel 3.5 Analisis SWOT Pemberian Informasi Dosis Radiasi Kepada Pasien
di RSUD Mardi Waluyo Blitar

Strengths (S) Weakneses (W)


a. Adanya sumber daya a. Belum ada SOP
manusia yang kompeten, pemberian informasi
terlatih dan bersertifikasi dosis radiasi pada pasien
dilihat dari gelar Fismed, b. Belum ada formulir
PPR, D4 pemberian informasi
b. Adanya peraturan dosis radiasi kepada
Undang-undang yang pasien
dijadikan pedoman c. Belum ada
penetapan SOP tentang penggolongan tentang
pemberian informasi jenis pemeriksaan yang
dosisi radiasi pada pasien akan diberikan informasi
c. Adanya kerjasama dosis radiasi
dengan institusi lain d. Belum ada
untuk evaluasi diri pendelegasian tentang
d. Adanya dukungan dari siapa saja yang berhak
BAPETEN dan melakukan pemberian
Kementerian Kesehatan informasi dosis radiasi
kepada pasien
Opportunities (O) Strategi SO Strategi WO
a. Adanya kebijakan KARS a. Membuat kebijakan a. Pembuatan SOP
untuk mendukung proses tentang tentang edukasi Pelayanan edukasi
pemberian informasi pemberian informasi pemberian informasi
tentang dosis radiasi dosis radiasi kepada dosis radiasi pasien
kepada pasien di RS pasien b. Pembuatan formulir
b. Adanya kebijakan b. Optimalisasi kebijakan edukasi pemberian
BAPETEN meningkatkan terkait edukasi pemberian informasi dosis radiasi
pemberian informasi dosis informasi dosis radiasi pasien
kepada pasien kepada pasien

Threats (T) Strategi ST Strategi WT


a. Persepsi tentang a. Mengoptimalksan a. Melakukan
pemberian informasi dosis persepsi edukasi pendelegasian tugas dan
radiasi kepada pasien pemberian informasi wewenang tentang
masih relatif. dosis radiasi kepada bedukasi pemberian
b. Adanya masa pandemic petugas informasi dosis radiasi
sehingga menyulitkan b. Melakukan kebijakan pasien.
proses pelaksanaan hanya foto tertentu yang
pemberian informasi dosis dilakukan edukasi
kepada pasien pemberian informasi
31
32

dosis radiasi kepada


pasien

Berdasarkan penilaian yang telah dilakukan menggunakan diagram layang

SWOT strategi yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah yang ada maka

rencana intervensi residensi ini adalah pembuatan Standar Operasional Prosedur

(SOP) dan Formulir tentang Edukasi Pemberian Informasi Dosis Radiasi kepada

Pasien di RSUD Mardi Waluyo Blitar.

3.6 Implementasi

SOP atau yang sering disebut sebagai prosedur tetap (protap) adalah

penetapan tertulis mengenai apa yang harus dilakukan, kapan, dimana dan oleh

siapa dan dibuat untuk menghindari terjadinya variasi dalam proses pelaksanaan

kegiatan oleh pegawai yang akan mengganggu kinerja organisasi (instansi

pemerintah) secara keseluruhan. SOP memiliki manfaat bagi organisasi antara

lain (Permenpan No 41 Tahun 2018) :

1. Sebagai standarisasi cara yang dilakukan pegawai dalam menyelesaikan

pekerjaan khusus, mengurangi kesalahan dan kelalaian.

2. SOP membantu staf menjadi lebih mandiri dan tidak tergantung pada

intervensi manajemen, sehingga akan mengurangi keterlibatan pimpinan

dalam pelaksanaan proses sehari-hari.

3. Meningkatkan akuntabilitas dengan mendokumentasikan tanggung jawab

khusus dalam melaksanakan tugas.


33

4. Menciptakan ukuran standar kinerja yang akan memberikan pegawai. cara

konkret untuk memperbaiki kinerja serta membantu mengevaluasi usaha

yang telah dilakukan.

5. Menciptakan bahan-bahan training yang dapat membantu pegawai baru

untuk cepat melakukan tugasnya.

6. Menunjukkan kinerja bahwa organisasi efisien dan dikelola dengan baik.

7. Menyediakan pedoman bagi setiap pegawai di unit pelayanan dalam

melaksanakan pemberian pelayanan sehari-hari.

8. Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas pemberian pelayanan.

9. Membantu penelusuran terhadap kesalahan-kesalahan prosedural dalam

memberikan pelayanan.

10. Menjamin proses pelayanan tetap berjalan dalam berbagai situasi.

Dalam PERMENPAN PER/21/M-PAN/11/2008 disebutkan bahwa

penyusunan SOP harus memenuhi prinsip-prinsip antara lain: kemudahan dan

kejelasan, efisiensi dan efektivitas, keselarasan, keterukuran, dimanis,

berorientasi pada pengguna, kepatuhan hukum, dan kepastian hukum.

1. Konsisten. SOP harus dilaksanakan secara konsisten dari waktu ke waktu,

oleh siapapun, dan dalam kondisi apapun oleh seluruh jajaran organisasi

pemerintahan.

2. Komitmen. SOP harus dilaksanakan dengan komitmen penuh dari seluruh

jajaran organisasi, dari level yang paling rendah dan tertinggi.


34

3. Perbaikan berkelanjutan. Pelaksanaan SOP harus terbuka terhadap

penyempurnaan-penyempurnaan untuk memperoleh prosedur yang benar-

benar efisien dan efektif.

4. Mengikat. SOP harus mengikat pelaksana dalam melaksanakan tugasnya

sesuai dengan prosedur standar yang telah ditetapkan.

5. Seluruh unsur memiliki peran penting. Seluruh pegawai peran-peran tertentu

dalam setiap prosedur yang distandarkan. Jika pegawai tertentu tidak

melaksanakan perannya dengan baik, maka akan mengganggu keseluruhan

proses, yang akhirnya juga berdampak pada proses penyelenggaraan

pemerintahan.

6. Terdokumentasi dengan baik. Seluruh prosedur yang telah distandarkan

harus didokumentasikan dengan baik, sehingga dapat selalu dijadikan

referensi bagi setiap mereka yang memerlukan (Riadi, Muchlisin 2016).

3.6.1 Implementasi Residensi

Implementasi dari hasil residensi adalah sebagai berikut :

1. Membuat SOP tentang edukasi pemberian informasi dosis radiasi kepada

pasien.

2. Membuat Formulir tentang edukasi pemberian dosis radiasi kepada

pasien.

3. Melakukan pengawasan tentang implementasi pelaksanaan SOP edukasi

pemberian dosis radiasi kepada pasien yang akan di laksanakan oleh

petugas Instalasi radiologi RS Mardi Waluyo


35

4. Melakukan pengawasan tentang kelengkapan pengisian formulir dosis

radiasi akan dilaksanakan oleh petugas Instalasi radiologi RS Mardi

Waluyo

5. Melakukan sosialisasi kepada staf radiologi dan unit lain yang terkait

tentang pentingnya pemahaman pemberian edukasi dosis radiasi kepada

pasien, Untuk unit terkait akan dilaksanakan oleh petugas Instalasi

radiologi RS Mardi Waluyo


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Dosis radiasi adalah jumlah energi radiasi yang diserap atau diterima oleh

materi yang dilaluinya. Dosis maksimum radiasi yang diijinkan yaitu jumlah

maksimum penyerapan radiasi yang sampai pada seluruh tubuh individu, atau

sebagai dosis spesifik pada organ tertentu yang masih dipertimbangkan aman.

2. Setiap pasien berhak untuk mengetahui seberapa besar dosis radiasi yang

diterima selama pemeriksaan menggunakan modalitas sinar-x, sehingga pasien

lebih peduli terhadap dirinya dan tidak ada pemeriksaan atas dasar permintaan

pribadi. Oleh karena itu penting mengetahui faktor-faktor kendala

implementasi edukasi pemberian informasi dosis radiasi kepada pasien,

mengetahui variabel-variabel yang merupakan kekuatan, kelemahan, peluang

dan ancaman serta mengetahui strategi yang akan diambil oleh RS Mardi

Waluyo Blitar.

3. Penilaian yang telah dilakukan menggunakan diagram layang SWOT untuk

memprioritaskan strategi yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

yang ada maka rencana intervensi residensi ini adalah pembuatan standar

36
37

prosedur operasional tentang edukasi pemberian informasi dosis radiasi kepada

pasien di RSUD Mardi Waluyo Blitar di RSUD Mardi Waluyo Blitar.

4. Rencana intervensi pada residensi pelaksanaan kegiatan guna pelaksanaan

standar prosedur operasional tentang edukasi pemberian informasi dosis radiasi

kepada pasien di RSUD Mardi Waluyo Blitar di RSUD Mardi Waluyo Blitar

dapat berlangsung secara kontinyu dan dilakukan evaluasi pelaksanaannya

secara berkala sehingga pelaksanaan standar prosedur operasional dapat

dilakukan secara maksimal.

5. Implementasi dari kegiatan residensi guna pelaksanaan kegiatan standar

prosedur operasional tentang edukasi pemberian informasi dosis radiasi di

RSUD Mardi Waluyo Blitar di RSUD Mardi Waluyo Blitar dapat berlangsung

secara kontinyu dan dilakukan evaluasi pelaksanaannya secara berkala

sehingga pelaksanaan standar prosedur operasional dapat dilakukan secara

maksimal.

6. Evaluasi dari kegiatan pelaksanaan kegiatan guna pelaksanaan standar prosedur

operasional tentang edukasi pemberian informasi dosis radiasi di RSUD Mardi

Waluyo Blitar di RSUD Mardi Waluyo Blitar dapat berlangsung secara

kontinyu dan dilakukan evaluasi pelaksanaannya secara berkala sehingga

pelaksanaan standar prosedur operasional dapat dilakukan secara maksimal.


38

4.2 Saran

1. SPO tentang pemberian informasi dosis radiasi kepada pasien yang telah

dibuat harus disosialisasikan kepada semua pelaksana yang terlibat dalam

pelayanan pemberian informasi dosis radiasi kepada pasien di RSUD Mardi

Waluyo Blitar sehingga tidak ada kendala yang muncul dan kegiatan bisa

berjalan dengan optimal.

2. Agar pelaksanaan pemberian informasi dosis radiasi kepada pasien bisa

berlangsung secara kontinyu dan dilakukan evaluasi pelaksanaannya secara

berkala sehingga pelaksanaan pemberian informasi dosis radiasi di RSUD

Mardi Waluyo Blitar dapat dilakukan secara maksimal.


DAFTAR PUSTAKA

Akhadi M. (2012). Dasar-Dasar Proteksi Radiasi. Bineka Cipta.

Alatas, Z. (2006). EFEK PEWARISAN AKIBAT RADIASI PENGION. Buletin


Alara.

Anies. (2007). Mengatasi Gangguan Keseshatan Masyarakat Akibat Radiasi


Elektromagnetik dengan Manajemen Berbasis Lingkungan. Universitas
Diponegoro.

Anizar. (2019). Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di industri. Graha Ilmu.

BAPETEN. (2007). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2007


tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif.
Peraturan Pemerintah.

Dewi, I.N. (2012). Diagram Fishbone. Retrieved from


https://repository.dinus.ac.id/docs/ajar/Diagram_Fisbone.pdf

Dianasari, tri. herry koesyanto. (2014). Penerapan Manajemen Keselamatan Radiasi


di Instalasi Radiologi Rumah Sakit. Unnes Journal of Public Health.

Dianasari, T., & Koesyanto, H. (2017). PENERAPAN MANAJEMEN


KESELAMATAN RADIASI DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT.
Unnes Journal of Public Health. https://doi.org/10.15294/ujph.v6i3.12690

Djuari, L., (2021). Buku Ajar Manajemen Pelayanan Kesehatan. Surabaya: Airlangga
University Press.

Fatimah, F.N.D. (2016).Teknik Analisis SWOT. Yogyakarta: Anak Hebat Indonesia

Fayanto, S., Pati, S., Suwardi, E., Afiudin, A., Uleo, H. H., Nigsih, S. A., Jurusan, M.,
& Fisika, P. (2016). Peluruhan Zat Radioaktif. Jurnal Praktikum Fisika Modern.

Japeri, J., Helmi, Z. N., & Marlinae, L. (2016). Analisis Pengaruh Pengawasan,
Pengetahuan Dan Ketersediaan Terhadap Kepatuhan Pemakaian Alat Pelindung
Diri. Jurnal Berkala Kesehatan, 2(1), 41. https://doi.org/10.20527/jbk.v2i1.4845

Kurniasih, D., (2020). Metode Analisis Kecelakaan Kerja. Sidoarjo : Zifatama Jawara.

39
40

Mangundjaya, W.L.H. (2020). Pengembangan Organisasi: Diagnosis dan Intervensi.


Surabaya: Jakad Media Publishing

Marpaung, T. (2006). PROTEKSI RADIASI DALAM RADIOLOGI


INTERVENSIONAL. Makalah.

Mayerni, Ahmad, A., & Abidin, Z. (2013). Dampak Radiasi Terhadap Kesehatan
Pekerja Radiasi di RSUD Arifin Achmad, RS Santa Maria Dan RS Awal Bros
Pekanbaru. Jurnal Ilmu Lingkungan.

Pipit, P. M. (2020). GAMBARAN GAMBARAN SISTEM MANAJEMEN


KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI RUMAH SAKIT P. Gema
Wiralodra. https://doi.org/10.31943/gemawiralodra.v11i2.131

Riadi, M. (no date) Pengertian, Tujuan, Fungsi dan Manfaat SOP, 2016.

Ridley, A. J. (2006). Rho GTPases and actin dynamics in membrane protrusions and
vesicle trafficking. In Trends in Cell Biology.
https://doi.org/10.1016/j.tcb.2006.08.006

Sudarmo, S., Helmi, Z. N., & Marlinae, L. (2017). Faktor Yang Mempengaruhi
Perilaku Terhadap Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (Apd) Untuk
Pencegahan Penyakit Akibat Kerja. Jurnal Berkala Kesehatan, 1(2), 88.
https://doi.org/10.20527/jbk.v1i2.3155

Swamardika, I. B. A. (2009). Pengaruh Radiasi Gelombang Elektromagnetik Terhadap


Kesehatan Manusia. Teknologi Elektro.

Utari, E., Sultan, U. and Tirtayasa, A. (2020) ‘Analisis Matriks USG (Urgency,
Seriousness and Growth) Banten Mangrove Center Bagi Masyarakat
Kelurahan’, Biodidaktika: Jurnal Biologi dan Pembelajarannya, 15(2), pp. 31–
42. Available at: https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/biodidaktika/article/
download/8720/5797
LAMPIRAN

41
42

Lampiran 1 SOP Pelayanan Edukasi Pemberian Informasi Dosis Radiasi

SOP PELAYANAN EDUKASI Kode/ No : SOP/Pntp/Std/01


PEMBERIAN INFORMASI DOSIS
RADIASI KEPADA PASIEN Tanggal : 23/10/2021

Revisi :-
RSUD MARDI WALUYO BLITAR
Halaman : 1

1 Tujuan SOP ini bertujuan untuk memberikan informasi dan edukasi tentang dosis
radiasi ke pasien atau keluarga.
2 Ruang Lingkup SOP ini berlaku sebagai pedoman dalam proses pemberian informasi dan
edukasi tentang dosis radiasi kepada pasien atau keluarga di RSUD Mardi
Waluyo Blitar meliputi proses pelaksanaan dan tindak lanjut.
3 Definisi Dosis Radiasi adalah jumlah energi radiasi yang diserap atau diterima oleh
materi yang dilaluinya. Dosis maksimum radiasi yang diijinkan yaitu jumlah
maksimum penyerapan radiasi yang sampai pada seluruh tubuh individu,
atau sebagai dosis spesifik pada organ tertentu yang masih dipertimbangkan
aman. Aman dalam hal ini berarti tidak adanya bukti bahwa individu
mendapatkan dosis maksimal yang telah di tetapkan, dimana cepat atau
lambat efek radiasi tersebut dapat membahayakan tubuh secara keseluruhan
atau bagian tertentu.
Pemberian informasi terkait dosis radiasi penting dilakukan untuk
penambahan informasi kepada pasien dan keluarga tentang dosis radiasi
yang diterima oleh pasien tidak melebihi dosis maksimum dari standar yang
di tetapkan dalam memberikan pelayanan pemeriksaan radiologi yang
optimal.
Identifikasi dosis maksimum radiasi mempunyai peranan yang penting yaitu
untuk menjaga pemakaian faktor eksposi yang menghasilkan dosis radiasi
oleh Radiografer dalam setiap pemeriksaan Radiodiagnostik, Imajing dan
Radiologi Intervensional tidak melebihi dari batas acuan yang diberikan
oleh Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir.
4 Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
43

3. Peraturan Menteri Kesehatan No 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan


Perijinan Rumah Sakit
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 71 tahun 2013
tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional

5 Kompetensi Petugas Radiografer, Fisikawan medis dan petugas lain penerima


Pelaksana pendelegasian tugas.
6 Pengawasan Laporan bukti pengisian formulir edukasi pemberian informasi dosis radiasi
Internal kepada pasien
7 Pelaksana Petugas Radiografer, Fisikawan medis dan petugas lain penerima
pendelegasian tugas.
8 Posedur 1. Lakukan analisa perhitungan dari rata-rata nilai dosis radiasi yang
didapat oleh pasien berdasarkan masing-masing jenis pemeriksaaan.
2. Buatlah daftar informasi dosis yang diterima oleh pasien untuk setiap
jenis pemeriksaan.
3. Jelaskan informasi dosis yang akan diterima kepada pasien atau
keluarga
4. Isi formulir pernyataan pemberian informasi dan persetujuan tentang
paparan radiasi.
5. Lakukan pemeriksaan sesuai surat permintaan dari dokter pengirim
6. Catat dosis yang telah diterima oleh pasien.
7. Sampaikan ke pasien atau keluarga pasien.
9 Unit Terkait 1. Kamar operasi
2. Ruang keperawatan
44
45

Checklist Kelengapan Pengisian Formulir Edukasi Dosis


Radiasi
Bulan :
Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Minggu JUMLAH
LENGKAP
TIDAK
LENGKAP

Petugas Kepala Instalasi Radiologi

( ) ( )
46

Lampiran 2 Dokumentasi Residensi

Anda mungkin juga menyukai