Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR FISIKA

NAMA : Daffa Mudhaffar


NIM : 2008107010013
FAKULTAS : MIPA
JURUSAN : Informatika
TANGGAL PRAKTIKUM : 9 Desember 2020
JUDUL PRAKTIKUM : Gerak Parabola
ASISTEN : Nanda Nazira

JURUSAN INFORMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM-BANDA ACEH
2020
PERCOBAAN 4
GERAK PARABOLA

4.1 TUJUAN PERCOBAAN


Percobaan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang wujud gerak
dalam dua dimensi atau yang lebih dikenal dengan nama gerak parabola.
Beberapa parameter yang terlibat dalam analisis gerak parabola dapat diukur
melalui beberapa metode sederhana.

4.2 DASAR TEORI


Besaran-besaran gerak yang berupa besaran vektor dapat diuraikan menjadi
komponen-komponennya dalam setiap arah vektor-vektor basisnya. Sehingga
gerak dalam dua dimensi dapat diuraikan menjadi kombinasi dua gerak satu
dimensi dalam dua arah yang saling tegak lurus (misalnya dalam arah x dan y).
Demikian juga gerak dalam tiga dimensi dapat diuraikan menjadi kombinasi tiga
gerak satu dimensi dalam tiga arah yang saling tegak lurus (dalam arah x, y, dan
z). Semua persamaan-persamaan kinematika gerak lurus dalam bab sebelumnya,
dapat digunakan untuk mendeskripsikan gerak dalam masing-masing arah.
Sebagai contoh akan diberikan gerak partikel dalam dua dimensi (bidang) yang
mengalami percepatan konstan dalam arah vertikal dan tidak mengalami
percepatan dalam arah horizontal. Aplikasi dari gerak ini adalah gerak peluru,
yang lintasannya berupa lintasan parabolik.
Gerak parabola juga dikenal sebagai gerak peluru. Salah satu contoh gerak
parabola adalah gerak bola kaki ketika ditendang oleh pemain sepak bola, seperti
pada gambar 4.1. Bola ditendang dengan arah tendangan membentuk sudut α
terhadap arah horizontal. Saat bergerak, bola dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi
yang arahnya vertikal ke bawah. Arah gaya yang berbeda dengan arah gerak awal
benda menyebabkan sepanjang geraknya lintasannya mengalami pembelokan
seacara perlahan-lahan.
Dalam geraknya secara relatif terhadap masing-masing sumbu X dan Y,
besaran geraknya dapat diuraikan sebagai berikut. Percepatan benda ke arah
sumbu x adalah nol karena tidak ada gaya yang mengerjakan benda ke arah sumbu
x. Percepatan benda ke arah sumbu y adalah sebesar (- g) karena ada gaya
gravitasi yang bekerja pada benda ke arah sumbu y.
ax = 0, ay = - g

Gambar 4.1 Konsep gerak parabola


Vektor kecepatan awal benda dapat dibagi ke dalam dua komponen,
kecepatan ke arah sumbu x, Vox, dan kecepatan ke arah sumbu y, Voy. Masing
masing komponen itu dinyatakan sebagai berikut:
Vx = Vox = Vo cos α, Vy = Voy = Vo sin α
Karena tidak ada gaya yang bekerja pada arah sumbu x, maka kecepatan ke
arah sumbu x bersifat konstan. Sementara pada arah sumbu y, ada gaya yang
mempengaruhinya sehingga kecepatan ke arah sumbu y tidak konstan tetapi
berubah sebagai fungsi waktu:
Vx = Vox = Vo cos α, Vy = Vo sin α - g.t
Posisi benda setiap saat dapat dihitung dengan persamaan:
1 2
x = Vo cos α . t, y = Vo sin α . t - g.t
2

Gambar 4.2 Gerak benda yang bergerak horizontal lalu jatuh pada tebing
Jika benda bergerak di atas permukaan horizontal kemudian mencapai sisi
vertikal (seperti pada meja atau tebing jurang), benda akan bergerak menurun
pada lintasan lengkung hingga mencapai suatu permukaan di bawah. Pada gerak
ini, benda bergerak ke arah horizontal dengan kecepatan yang tetap dan bergerak
ke arah vertikal seperti gerak jatuh bebas (karena tidak ada komponen kecepatan
awal ke arah sumbu y).
Vx = Vo, Vy = g.t
Di sini kita menganggap arah vertikal ke bawah sebagai positif, sehingga
tidak perlu menggunakan tanda negatif di Vy. Posisi benda setiap saat dinyatakan
dengan:
1 2
x = Vx . t = Vo . t, y= g.t
2
Dengan menggunakan simbol ketinggian jatuhnya benda sebagai h, maka
persamaan di atas dapat dimodifikasi menjadi:
2
x 1  x  g
t= , h= g   = x2
Vo 2 Vo
  2. Vo 2

4.3 ALAT DAN BAHAN


1. Bola pingpong 1 buah
2. Bola karet 1 buah
3. Stopwatch (aplikasi smartphone) 1 buah
4. Meja 1 buah
5. Tali meter/mistar 1 buah
6. Aplikasi Slow Motion di smartphone
7. Phone holder 1 buah

4.4 METODOLOGI PERCOBAAN


1. Diletakkan meja pada satu sisi ruangan dan diukur tinggi permukaan meja
dari lantai (h) hingga skala milimeter dengan menggunakan mistar atau tali
ukur.
2. Dilapangkan bagian depan meja tempat bola akan meluncur jatuh dan
diberikan skala jarak bantuan di depan meja untuk memudahkan
pengukuran posisi jatuhnya bola di lantai.
3. Disentilkan bola pingpong dengan jari di permukaan meja.
4. Diberikan kekuatan di jari saat menyentil bola agar bola pingpong
meluncur dengan cepat saat tiba di pinggir meja.
5. Ditandai posisi jatuhnya bola di lantai.
6. Diukur waktu jatuhnya bola sejak meninggalkan meja hingga mencapai
lantai (t) dengan menggunakan stopwatch dan jarak jatuhnya bola
pingpong pada lantai dari posisi kaki meja (x) dengan menggunakan mistar
atau tali meter.
7. Diulangi beberapa kali hingga diperoleh 10 kali pencatatan waktu t dan
jarak x.
8. Diulangi percobaan di atas dengan mengganti bola pingpong dengan bola
karet.
9. Diunduh aplikasi yang dapat melakukan playback video dalam gerak
lambat.
10. Dilakukan beberapa pengambilan video dan dievaluasi kualitas gerak
lambat yang dihasilkan.
11. Diulangi percobaan menjatuhkan bola dari meja dan diambil gambar
dengan fitur multiple shot.
12. Dilempar bola ke atas dengan arah yang sedikit miring terhadap horizontal
(jangan vertikal). Dan diambil video gerakan benda dari sejak dilempar
hingga jatuh menyentuh lantai.

4.5 DATA DAN ANALISIS DATA


A. Data
Tabel 4.1 Data hasil pencatatan terhadap bola pingpong
Tinggi permukaan meja : 529 mm
Jarak horizontal
No. Waktu jatuh (s) jatuhnya bola Keterangan
(cm)
1 0,48 61
2 0,43 60
3 0,38 96,5
4 0,43 80
5 0,43 79
6 0,50 79
7 0,40 74,5
8 0,28 76
9 0,17 89,5
10 0,37 92,5

Tabel 4.2 Data hasil pencatatan terhadap bola karet


Tinggi permukaan meja : 529 mm
Jarak horizontal
No. Waktu jatuh (s) jatuhnya bola Keterangan
(cm)
1 0,30 56
2 0,38 53,5
3 0,35 51
4 0,20 75
5 0,23 50
6 0,31 47
7 0,31 52
8 0,28 61
9 0,44 65
10 0,35 69

B. Analisis Data
Tinggi permukaan meja : 529 mm
Bola pingpong

Jarak horizontal Kecepatan


Waktu Jatuh Waktu jatuh
No. jatuhnya bola awal bola
(s) bola (hitung, s)
(m) (m/s2)
1 0,48 0,61 1,85 0,32
2 0,43 0,60 1,82 0,32
3 0,38 0,965 2,93 0,32
4 0,43 0,80 2,43 0,32
5 0,43 0,79 2,4 0,32
6 0,50 0,79 2,4 0,32
7 0,40 0,745 2,26 0,32
8 0,28 0,76 2,31 0,32
9 0,17 0,895 2,72 0,32
10 0,37 0,925 2,81 0,32
gx 2 (9,8 m / s 2 )(0,61 m) 2
Vo    1,85 m / s
2h 2(0,529m)
1)
2h 2(0,529 m)
t   0,32 s
g 9,8 m / s 2

gx 2 (9,8 m / s 2 )(0,60 m) 2
2) Vo    1,82 m / s
2h 2(0,529 m)

gx 2 (9,8 m / s 2 )(0,965 m) 2
3) Vo    2,93 m / s
2h 2(0,529 m)

gx 2 (9,8 m / s 2 )(0,80 m) 2
4) Vo    2,43 m / s
2h 2(0,529 m)

gx 2 (9,8 m / s 2 )(0,79 m) 2
5) Vo    2,4 m / s
2h 2(0,529 m)

gx 2 (9,8 m / s 2 )(0,79 m) 2
6) Vo    2,4 m / s
2h 2(0,529 m)

gx 2 (9,8 m / s 2 )(0,745 m) 2
7) Vo    2,26 m / s
2h 2(0,529 m)

gx 2 (9,8 m / s 2 )(0,76 m) 2
8) Vo    2,31 m / s
2h 2(0,529 m)

gx 2 (9,8 m / s 2 )(0,895 m) 2
9) Vo    2,72 m / s
2h 2(0,529 m)

gx 2 (9,8 m / s 2 )(0,925 m) 2
10) Vo    2,81 m / s
2h 2(0,529 m)

Tinggi permukaan meja : 529 mm


Bola karet
Jarak horizontal Kecepatan
Waktu Jatuh Waktu jatuh
No. jatuhnya bola awal bola
(s) bola (hitung, s)
(m) (m/s2)
1 0,30 0,56 1,70 0,32
2 0,38 0,535 1,62 0,32
3 0,35 0,51 1,55 0,32
4 0,20 0,75 2,28 0,32
5 0,23 0,50 1,52 0,32
6 0,31 0,47 1,43 0,32
7 0,31 0,52 1,58 0,32
8 0,28 0,61 1,85 0,32
9 0,44 0,65 1,97 0,32
10 0,35 0,69 2,1 0,32

gx 2 (9,8 m / s 2 )(0,56 m) 2
Vo    1,70 m / s
2h 2(0,529m)
1)
2h 2(0,529 m)
t   0,32 s
g 9,8 m / s 2
gx 2 (9,8 m / s 2 )(0,535 m) 2
2) Vo    1,62 m / s
2h 2(0,529 m)
gx 2 (9,8 m / s 2 )(0,51 m) 2
3) Vo    1,55 m / s
2h 2(0,529 m)
gx 2 (9,8 m / s 2 )(0,75 m) 2
4) Vo    2,28 m / s
2h 2(0,529 m)
gx 2 (9,8 m / s 2 )(0,50 m) 2
5) Vo    1,52 m / s
2h 2(0,529 m)
gx 2 (9,8 m / s 2 )(0,47 m) 2
6) Vo    1,43 m / s
2h 2(0,529 m)
gx 2 (9,8 m / s 2 )(0,52 m) 2
7) Vo    1,58 m / s
2h 2(0,529 m)
gx 2 (9,8 m / s 2 )(0,61 m) 2
8) Vo    1,85 m / s
2h 2(0,529 m)
gx 2 (9,8 m / s 2 )(0,65 m) 2
9) Vo    1,97 m / s
2h 2(0,529 m)
gx 2 (9,8 m / s 2 )(0,69 m) 2
10) Vo    2,1 m / s
2h 2(0,529 m)

2. Kecepatan awal terbesar yang didapatkan pada percobaan bola tenis


adalah 2,93 m/s dan kecepatan awal terbesar pada percobaan bola karet
adalah 2,28 m/s. Salah satu cara untuk menghasilkan kecepatan awal yang
lebih besar adalah dengan melakukan percobaan pada meja yang lebih
rendah. Kecepatan awal benda berbanding terbalik dengan ketinggian,
sehingga semakin rendah permukaan tersebut maka semakin besar
kecepatan awal yang dihasilkan.
3. Pada perekaman video, jarak yang diperoleh untuk bola pingpong adalah
91 cm dengan waktu jatuhnya bola 0,57 s. Maka untuk perhitungan
kecepatan awalnya:

gx 2 (9,8 m / s 2 )(0,91 m) 2
Vo    2,76 m / s
2h 2(0,529 m)

Pada percobaan untuk bola karet diperoleh jaraknya adalah 32 cm

dengan waktu jatuhnya bola 0,37 s. Maka untuk perhitungan kecepatan

awalnya:

gx 2 (9,8 m / s 2 )(0,32 m) 2
Vo    0,97 m / s
2h 2(0,529 m)

4. Lintasan lengkung dari percobaan pada bola pingpong :


Lintasan lengkung dari percobaan pada bola karet :
Analisa :

Bola karet diberi kecepatan awal yang kecil, sehingga bentuk

lengkungan yang diperoleh lebih rapat dibandingkan dengan bentuk

lengkungan pada bola pingpong.

5. Perhitungan tinggi maksimum pada lintasan parabola :

Pada percobaan dengan bola pingpong, diperoleh waktunya 0,36 s dengan

jarak jatuhnya 72 cm. Untuk mengetahui tinggi maksimumnya, terlebih

dahulu kita cari kecepatan awalnya.


x 0,72 m
Vo    2m/s
t 0,36 s

Dilanjutkan dengan menghitung ketinggian maksimum:


gx 2 (9,8 m / s 2 )(0,72m) 2
h   0,63 m
2Vo 2 2( 2 m / s ) 2

Pada percobaan dengan bola pingpong, diperoleh waktunya 0,58 s

dengan jarak jatuhnya 83 cm. Untuk mengetahui tinggi maksimumnya,

terlebih dahulu kita cari kecepatan awalnya.


x 0,83 m
Vo    2,02 m / s
t 0,41 s
Dilanjutkan dengan menghitung ketinggian maksimum:
gx 2 (9,8 m / s 2 )(0,83m) 2
h   0,82 m
2Vo 2 2(2,02 m / s ) 2

C. Pembahasan
Waktu yang didapatkan pada hasil percobaan bola pingpong terlihat
sedikit jauh selang waktunya dengan waktu teoritis, namun jika dihitung
waktu rata-rata dengan membagi total jarak dengan kecepatan, maka waktu
yang didapatkan akan sama dengan waktu teoritis.
X tot 0,61  0,6  0,965  0,8  0,79  0,79  0,745  0,76  0,895  0,925
t  
Votot 1,85  1,82  2,93  2,43  2,4  2,4  2,26  2,31  2,72  2,81
7,88
t   0,32 s
23,93

Begitu juga dengan bola karet. Setelah dibagi total jarak dengan total
kecepatan awal, maka diperoleh waktu rata-rata yang sama dengan waktu
teoritis.
X tot 0,56  0,535  0,51  0,75  0,5  0,47  0,52  0,61  0,65  0,69
t  
Votot 1,7  1,62  1,55  2,28  1,52  1,43  1,58  1,85  1,97  2,1
5,795
t   0,32 s
17,6
4.6 KESIMPULAN
 Waktu yang diperoleh dari percobaan dengan waktu teoritis tidak berbeda
jauh.
 Waktu rata-rata hasil pembagian total jarak dengan total kecepatan awal tiap
bola akan sama dengan waktu teoritis.
DAFTAR PUSTAKA

Satriawan, Mirza. 2007. Fisika Dasar. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai