Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN TEMPAT IBADAT

GEREJA SANTO SIMON

Dusun Susuru, Desa Kertajaya, Kecamatan Panawangan,

Kabupaten Ciamis

Mata Kuliah: Multikulturalisme

Dosen Pengampu: Wiwin Siti Aminah Rohmawati, M.Ag

Kelompok 1:

Iban Maulana

Ihin

Miftahul Hasan

Riska Dewi Karlina

Sayyid Sabiq
SEJARAH
BERDIRINYA
GEREJA SANTO
SIMON

Umat Katholik berada di dusun Susuru pada tahun 1965,


dan menyebar karena adanya pengaruh dari Cigugur
kabupaten Kuningan, baik ajaran, paham dan tenaga
pastornya pun masih dari Kuningan.
Tahun 1965 belum ada gereja di dusun Susuru. Ibadat
(misa) waktu itu masih di rumah yang dipegang oleh
sesepuh yaitu Bapak Darmini.
Sebelum tahun 1982, Bapa Anang selaku ketua Gereja
Santo Simon saat ini mengikuti Paroki di tasik, ada sekitar
200 jiwa umat Katholik saat itu. Dari tahun 1982 sampai
sekarang Bapak Anang mengikuti Paroki di Cigugur.
Ada 5 kepengurusan dari tahun 1965 sampai sekarang.
Mendirikan tempat Ibadat tidak bisa sembarang
mendirikan, tetapi ada peraturannya. Sebagaimana PMB
(Peraturan Bersama Mentri) yang menyatakan bahwa
“pendirian tempat ibadat minimal memiliki anggota 90
orang/jiwa”. Sehingga Gereja Santo Simon baru bisa M
dibangun pada tahun 1970, ada sekitar 117 anggota umat U
Katholik di dusun Susuru. Gereja Santo Simon baru 1 kali
renovasi pada tahun 1984. L

E
Kegiatan Di Gereja Santo Simon

Peribadatan (misa) di Gereja Santo Simon dilaksanakan pada setiap hari Kamis, dimulai pukul 09.00-
10.30 wib. Seharusnya misa di lakukan pada hari minggu sebagaimana 10 perintah gereja, namun
dikarenakan tenaga pastornya terbatas, dusun Sururu mendapat hari kamis.
Peribadatan di Gereja Santo Simon masih tradisional. Biasanya puji-pujian di iringi organ dan
berbahasa Indonesia, tetapi di Gereja Santo Simon puji-pujian masih diiringi gamelan dan berbahasa
sunda juga menggunakan pupuh.
KEYAKINAN DI
DUSUN SUSURU:
1. Islam
2. Katholik
3. Kristen protestan
4. Penganut kepercayaan tterhadap
tuhan yang maha esa

“Kerukunan di dusun
Susuru bukan hasil
pembinaan dari
pemerintah, melainkan
hasil dari kesadaran dan
turun-temurun orang tua”

Bentuk Kerukunan Di Dusun Susuru


1. Perayaan keagamaan: jika ada prayaan, contoh maulid nabi, natal. Setiap perayaan
keagamaan tokoh-tokoh agama lain akan di undang.
2. Ketika ada orang yang meninggal: semua akan datang, ikut mendoakan untuk kebaikan
jenazah. Dan makam ny a pun campur, hanya saja yang membedakan jika umat kristen
dan katholik menggunakan tanda salib.
3. Asimilasi pernikahan/pernikahan campuran: di anjurkan memilih salah satu agama agar
anak tidak menjadi korban. Dan sesama umat beraga tidak melarang maupun mengekang
keyakinan ynag akan dipilih.
4. Pembangunan rumah ubadat: saling berpartisipasi baik dari segi tenaga maupun
materinya.
PERBEDAAN KATHOLIK DAN PROTESTAN
NO JENIS PERBEDAAN KATHOLIK PROTESTAN
1 Pemimpin Ibadat Pastor (tidak menikah) Pendeta (menikah dan memiliki
keturunan)
2 Tata cara Ibadat Deposi (persembahan) Tidak ada deposi kepada Bunda
kepada Bunda Maria Maria
3 Aliran Hanya 1, jika akan Banyak aliran, seperti GKB, GKI,
beribadat cukup mencari GKJ, GKP, dll. Jika akan beribadat
Gereja Katholik maka harus mencari sesuai
dengan alirannya.
4 Cara masuk agama Sebelum masuk agama Tidak ada pendidikan terlebih
Katholik maka harus dahulu
mengikuti pendiidkan
katholik terlebih dahulu
baru di sah kan dengan
Baptis
5 Cara baptis Cukup ada air yang megalir, Harus di selamkan, biasanya
1 gelas air pun cukup dilakukan di sungai
6 Istilah lain zakat Darmasah Sepersepuluh

HIRARKI GEREJA KATHOLIK


(PEMIMPIN UMAT KATHOLIK):
PAUS
USKUP
IMAM
DIAKON

Anda mungkin juga menyukai