Anda di halaman 1dari 17

JMEE Volume II Nomor 1, Juli 2012

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN INKUIRI DITINJAU DARI


KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI KABUPATEN BLORA

Imam Mashuri

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Manakah model pembelajaran yang
memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik, model pembelajaran berbasis masalah (PBM),
inkuiri atau konvensional, (2) Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik,
kemandirian belajar tinggi, kemandirian belajar sedang, atau kemandirian belajar rendah, (3) Pada masing-
masing model pembelajaran, manakah yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik,
kemandirian belajar tinggi, kemandirian belajar sedang, atau kemandirian belajar rendah. (4) Pada masing-
masing klasifikasi kemandirian belajar siswa, manakah model pembelajaran yang memberikan prestasi
belajar matematika yang lebih baik, model PBM, inkuiri atau konvensional.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas X SMA Negeri Kabupaten Blora Provinsi Jawa Tengah tahun pelajaran 2011/2012.
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan stratified cluster random sampling. Sampel dalam
penelitian ini berjumlah 287 siswa, dengan rincian 92 siswa pada kelas eksperimen satu, 96 siswa pada
kelas eksperimen dua, dan 99 siswa pada kelas kontrol. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan
data adalah tes kemampuan awal, angket kemandirian, dan tes prestasi belajar. Uji coba instrumen tes
meliputi validitas isi, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas. Uji coba instrumen angket
meliputi validitas isi, konsistensi internal, dan reliabilitas. Uji prasyarat meliputi uji normalitas
menggunakan metode Lilliefors dan uji homogenitas variansi menggunakan metode Bartlett. Dengan  =
0,05, diperoleh kesimpulan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan mempunyai
variansi yang homogen. Uji keseimbangan terhadap data kemampuan awal menggunakan analisis variansi
satu jalan dengan sel tak sama diperoleh kesimpulan bahwa ketiga kelas mempunyai kemampuan awal
yang seimbang. Pengujian hipotesis menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diperoleh kesimpulan bahwa (1) Model pembelajaran inkuiri
menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik dibandingkan model PBM, model PBM
menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik dibandingkan model pembelajaran konvensional, dan
model pembelajaran Inkuiri menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik dibandingkan model
pembelajaran konvensional, (2) Siswa dengan kemandirian belajar tinggi memiliki prestasi belajar
matematika lebih baik dibandingkan siswa berkemandirian belajar sedang, siswa dengan kemandirian
belajar sedang memiliki prestasi yang sama baiknya dengan siswa berkemandirian belajar rendah, dan
siswa dengan kemandirian belajar tinggi memiliki prestasi yang lebih baik dibandingkan siswa dengan
kemandirian belajar rendah, (3) Pada model pembelajaran inkuiri, siswa dengan kemandirian belajar
tinggi memiliki prestasi belajar matematika sama baiknya dengan siswa berkemandirian belajar sedang,
siswa dengan kemandirian belajar tinggi memiliki prestasi yang lebih baik dibandingkan siswa
berkemandirian belajar rendah, dan siswa dengan kemandirian belajar sedang memiliki prestasi yang sama
baiknya dengan siswa dengan kemandirian belajar rendah. Pada model PBM dan konvensional, ketiga
klasifikasi kemandirian belajar siswa memberikan prestasi belajar yang sama baiknya, (4) Pada siswa
dengan kemandirian belajar tinggi, model pembelajaran inkuiri menghasilkan prestasi belajar matematika
lebih baik dibandingkan model PBM, model PBM menghasilkan prestasi belajar matematika sama
baiknya dengan model pembelajaran konvensional, dan model pembelajaran inkuiri menghasilkan prestasi
belajar matematika lebih baik dibandingkan model pembelajaran konvensional. Pada siswa dengan
kemandirian belajar sedang dan rendah, ketiga model pembelajaran menghasilkan prestasi belajar
matematika yang sama baiknya.

19
JMEE Volume II Nomor 1, Juli 2012

Kata kunci: Inkuiri, Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM), Konvensional, Kemandirian Belajar
Siswa

PENDAHULUAN komunikasi dua arah yang dibangun untuk


mengembangkan kreativitas berpikir peserta didik
Pembangunan di bidang pendidikan
sehingga dapat meningkatkan kemampuan
merupakan masalah yang menonjol pada saat ini
mengkontruksikan pengetahuan baru sebagai
terkait dengan alokasi 20% anggaran negara bagi
upaya peningkatan penguasaan yang baik
pendidikan dalam rangka peningkatan dari segi
terhadap materi pelajaran.
kualitas maupun kuantitas. Pendidikan memegang
peranan penting dalam menciptakan masyarakat Keberhasilan suatu proses pembelajaran
yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. dipengaruhi oleh berbagai komponen yang ada di
Pendidikan menjadi salah satu modal penting dalamnya, antara lain: tujuan, bahan atau materi,
untuk memajukan sebuah bangsa karena metode atau model pembelajaran, media, guru
kesejahteraan dan kemajuan sebuah bangsa dapat dan siswa. Terkait dengan model pembelajaran,
dilihat dari tingkat pendidikannya. Peningkatan berdasarkan observasi peneliti pada beberapa
mutu pendidikan diharapkan dapat mengangkat sekolah di Kabupaten Blora, ditemukan bahwa
harkat dan martabat bangsa Indonesia. Hal ini hingga saat ini masih banyak pembelajaran yang
tercantum dalam Undang-Undang Republik digunakan guru dalam pembelajaran matematika
Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem di sekolah dengan menggunakan pembelajaran
Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 yang konvensional, yang cenderung berjalan searah,
menjelaskan: berpusat pada guru dan kurang melibatkan siswa
dalam belajar mengajar sehingga menyebabkan
Pendidikan adalah usaha sadar dan
siswa kesulitan dalam memahami konsep atau
terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar materi yang diberikan. Cara pembelajaran
peserta didik secara aktif konvensional seperti ini tidak merangsang siswa
mengembangkan potensi dirinya untuk
untuk mengerti tentang apa yang dipelajari, dan
memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, pada gilirannya nanti siswa tidak memiliki
kecerdasan, akhlak mulia, serta kemampuan untuk memecahkan masalah yang
keterampilan yang diperlukan dirinya,
terkait dengan materi pelajaran yang siswa
masyarakat, bangsa, dan negara.
pelajari.

Keberhasilan suatu pendidikan tidak Untuk mengatasi masalah-masalah


terlepas dari keberhasilan dalam proses tersebut, maka diperlukan suatu pembelajaran
pembelajaran. Pembelajaran merupakan proses yang sesuai, selain pembelajaran tradisional

20
JMEE Volume II Nomor 1, Juli 2012

(konvensional). Dalam proses pembelajaran ini kemandirian belajar sedang, atau kemandirian
tidak lagi siswa menjadi seorang pendengar, belajar rendah.
tetapi siswa dapat memecahkan masalah dengan 3. Untuk mengetahui pada masing-masing
sendirinya sesuai dengan kecakapan yang siswa model pembelajaran, manakah yang
miliki untuk berpikir kritis dalam menghadapi memberikan prestasi belajar matematika yang
masalah serta siswa menerima ataupun lebih baik, siswa dengan kemandirian belajar
menemukan dan menggali sendiri pemecahan tinggi, kemandirian belajar sedang, atau
masalah pada pelajaran Matematika. kemandirian belajar rendah.
Pembelajaran yang sesuai dengan yang dimaksud 4. Untuk mengetahui pada masing-masing
adalah Problem Based Learning (PBL) atau yang klasifikasi kemandirian belajar siswa,
sering dikenal dengan Pembelajaran Berbasis manakah yang memberikan prestasi belajar
Masalah (PBM). matematika yang lebih baik, model
pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran
Untuk mencapai hasil belajar yang
inkuiri atau model pembelajaran
maksimal pada akhir proses belajar mengajar,
konvensional.
siswa perlu untuk diberi tugas baik itu berupa
quis ataupun tugas rumah. Tugas berfungsi
sebagai balikan dan penguatan serta merupakan LANDASAN TEORI
kondisi yang diperlukkan untuk mengembangkan
Problem Based Learning (PBL)/ Pembelajaran
ketrampilan komplek, tugas tersebut dapat
Berbasis Masalah (PBM)
mengembangkan kemandirian siswa.
Menurut Wina Sanjaya (2010:217), tahap-
Tujuan Penelitian tahap pembelajaran berbasis masalah adalah
sebagai berikut:
Tujuan penelitian yang akan dicapai
1) Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa
dalam penelitian ini adalah:
menentukan masalah yang akan dipecahkan.
1. Untuk mengetahui manakah yang 2) Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa
memberikan prestasi belajar matematika yang meninjau masalah secara kritis dari berbagai
lebih baik, model pembelajaran berbasis sudut pandang.
masalah, model pembelajaran inkuiri atau 3) Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa
model pembelajaran konvensional. merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan
2. Untuk mengetahui manakah yang sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
memberikan prestasi belajar matematika 4) Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa
siswa dengan kemandirian belajar tinggi, mencari dan menggambarkan informasi yang
diperlukan untuk pemecahan masalah.

21
JMEE Volume II Nomor 1, Juli 2012

5) Penggunaan hipotesis, yaitu langkah siswa rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai
mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan
dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang kesimpulan.
diajukan. Dalam penelitian ini pembelajaran yang
6) Merumuskan rekomendasi pemecahan akan dilakukan adalah sebagaimana Tabel 1.
masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan
Tabel 1 Sintaksis untuk PBM

Fase Peran Guru

Fase 1: Memberikan Guru mempresentasikan materi pelajaran


orientasi/penjelasan dengan memanfaatkan alat peraga atau
tentang permasalahan media masih dimungkinkan.
yang akan dipelajari.

Fase 2: Mengorganisasikan siswa Guru memberi contoh soal, dan


untuk memahami masalah memecahkannya bersama-sama dengan
dan pemecahannya. siswa.

Fase 3: Memberikan masalah. Guru memberikan 1 atau 2 soal yang harus


dipecahkan siswa berdasarkan persyaratan
soal sebagai sebuah pemecahan masalah.

Fase 4: Penyelesaian soal Guru membimbing siswa untuk


pemecahan masalah. menyelesaikan soal pemecahan masalah.

Fase 5: Menganalisis dan Guru membantu siswa untuk melakukan


mengevaluasi proses refleksi terhadap hasil pemecahannya dan
mengatasi masalah proses-proses pemecahan yang mereka
lakukan.

Pembelajaran Inkuiri (inquiry) bukti, menguji hipotesis dan menarik


kesimpulan sementara, menguji kesimpulan
Menurut Gulo (2002:93-99), inkuiri
sementara supaya sampai pada kesimpulan
tidak hanya mengembangkan kemampuan
yang pada taraf tertentu diyakini oleh peserta
intelektual tetapi seluruh potensi yang ada
didik yang bersangkutan.
termasuk pengembangan emosional dan
pengembangan keterampilan. Pada Dari beberapa pendapat tentang
hakikatnya, inkuiri ini merupakan proses. langkah-langkah pembelajaran inkuiri maka
Proses ini bermula dari merumuskan masalah, langkah-langkah pembelajaran inkuiri dalam
mengembangkan hipotesis, mengumpulkan penelitian ini adalah sebagamana Tabel 2.
22
JMEE Volume II Nomor 1, Juli 2012

Tabel 2 Sintaksis untuk pembelajaran inkuiri

Tahap Peran Guru

Tahap 1: Observasi untuk menemukan Guru menyajikan kejadian-kejadian atau


masalah fenomena yang memungkinkan siswa
menemukan masalah

Tahap 2: Merumuskan masalah Guru membimbing siswa merumuskan


masalah penelitian berdasarkan kejadian dan
fenomena yang disajikannya

Tahap 3: Mengajukan hipotesis Guru membimbing siswa untuk mengajukan


hipotesis terhadap masalah yang telah
dirumuskannya

Tahap 4: Melaksanakan eksperimen Selama siswa bekerja, Guru membimbing


(cara pemecahan masalah yang dan memfasilitasi
lain)
Tahap 5: Analisis data Guru membantu siswa menganalisis data
(mengolah data dan informasi yang telah
diperoleh para siswa) supaya menemukan
suatu konsep

Tahap 6: Penarikan kesimpulan dan Guru membimbing siswa mengambil


penemuan kesimpulan berdasarkan data dan
menemukan sendiri konsep yang ingin
ditanamkan.

Pembelajaran Konvensional mengandalkan buku, siswa hanya melihat


Menurut Goos (2004:259): dan mendengar guru mengajar prosedur
matematika dan akhirnya siswa mengerjakan
“in Mathematics classroom using a
tradisional, textbook-dominated latihan. Pelaksanaan pembelajaran
approach, effective participation involves konvensional biasanya secara klasikal yaitu
students in listening to and wacthing the guru menyampaikan materi pelajaran kepada
teacher demonstrate mathematical
sejumlah siswa secara serempak pada waktu
procedures, and then practicing what
was demonstrated by completing textbook dan tempat yang sama. Karena pada model
exercise”. pembelajaran guru lebih dominan, maka
siswa cenderung pasif, kurang memperoleh
Dari pendapat ini, proses belajar kesempatan untuk mengembangkan
tradisional adalah proses belajar kreativitasnya. Dengan demikian pembela-

23
JMEE Volume II Nomor 1, Juli 2012

jaran konvensional dipandang tidak sesuai Dalam penelitian ini langkah-langkah


dengan pembelajaran yang berdasarkan pembelajaran konvensional yang akan
konstruktivisme. dilakukan adalah sebagaimaa Tabel 3.

Tabel 3. Sintaksis untuk pembelajaran konvensional

Fase Aktivitas Guru

Fase 1: Menyampaikan tujuan dan Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,


mempersiapkan siswa pentingnya pembelajaran, mempersiapkan
siswa untuk belajar

Fase 2: Mendemonstrasikan Guru mendemonstrasikan keterampilan


keterampilan (pengetahuan prosedural) dengan benar atau menyajikan informasi
atau mempresentasikan pengetahuan tahap demi tahap
(deklaratif)

Fase 3: Membimbing pelatihan Guru merencanakan dan memberi bimbingan


pelatihan

Fase 4: Mengecek pemahaman dan Guru mengecek apakah siswa telah berhasil
memberikan umpan balik melakukan tugas dengan baik, memberi
umpan balik

Fase 5: Memberikan kesempatan untuk Guru mempersiapkan kesempatan untuk


pelatihan lanjutan melakukan pelatihan lanjutan

Kemandirian Belajar Siswa dimiliki oleh siswa sebagai peserta didik karena
Kemandirian belajar atau Self-Regulated hal tersebut merupakan ciri dari kedewasaan
Learning diperlukan agar siswa mempunyai orang terpelajar. Manfaat dari kemandirian siswa
tanggung jawab dalam mengatur dan belum banyak dirasakan oleh para siswa. Akan
mendisiplinkan dirinya, selain itu dalam tetapi, sebagian dari mereka yang berhasil karena
mengembangkan kemampuan belajar atas kemandirian dalam belajar tidak terfokus pada
kemauan sendiri. Kemandirian dalam belajar kehadiran guru atau tatap muka di kelas,
dapat diartikan sebagai kegiatan belajar aktif, melainkan pada pemanfaatan perpustakaan atau
yang didorong oleh niat atau motif untuk membentuk kelompok belajar. Kemandirian
menguasai sesuatu kompetensi guna mengatasi belajar siswa memiliki manfaat terhadap
sesuatu masalah, dan dibangun dengan bekal kemampuan kognisi, afeksi, dan psikomotorik
pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki siswa, manfaat tersebut seperti di bawah ini:
(Haris Mudjiman, 2002:7). Sikap tersebut perlu
24
JMEE Volume II Nomor 1, Juli 2012

a. Memupuk tanggung jawab memperoleh informasi yang merupakan perkiraan


b. Meningkatkan keterampilan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan
c. Memecahkan masalah eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang
d. Mengambil keputusan tidak memungkinkan untuk mengontrol dan/atau
e. Berpikir kreatif memanipulasikan semua variabel yang relevan.
f. Berpikir kritis Sebelum memulai perlakuan, terlebih
g. Percaya diri yang kuat dahulu mengecek keadaan kemampuan awal dari
h. Menjadi guru bagi dirinya sendiri sampel yang akan dikenai perlakuan. Tujuannya
(Martinis Yamin & Bansu I. Ansari, 2008:19) untuk mengetahui apakah sampel tersebut dalam
keadaan seimbang. Data yang digunakan untuk
Menurut pengertian tersebut diatas,
menguji keseimbangan adalah data kemampuan
peneliti menyimpulkan bahwa kemandirian
awal. Ketiga kelompok sampel tersebut
belajar siswa merupakan cermin sikap kreatif,
diasumsikan sama dalam semua segi yang
kebebasan dalam bertindak dan tanggung jawab
relevan dan hanya berbeda dalam penggunaan
yang ditandai dengan adanya inisiatif belajar dan
model pembelajaran. Rancangan penelitian yang
keinginan mendapat pengalaman baru.
digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan
Kemandirian siswa mempunyai manfaat yang
faktorial 3 x 3. Populasi penelitian ini adalah
besar bagi siswa baik bagi pembentukan pribadi
siswa kelas X SMA Negeri di Kabupaten Blora
siswa maupun dalam peningkatan prestasi belajar
tahun pelajaran 2011/2012. Teknik pengambilan
siswa. Indikator bahwa individu sudah
sampel dilakukan dengan cara Stratified Cluster
menerapkan kemandirian belajar adalah individu
Random Sampling, yaitu dengan cara
tersebut mengalami perubahan dalam kebiasaan
pengelompokkan sekolah berdasarkan peringkat
belajar, yaitu dapat memahami masalah, dapat
nilai Ujian Nasional tahun pelajaran 2009/2010
menyusun perencanaan, melaksanakan rencana,
Kabupaten Blora menjadi tiga kelompok yaitu
melihat kembali atau memeriksa kesesuaian
kelompok atas, kelompok tengah, dan kelompok
dengan yang dipertanyakan, dan mampu belajar
bawah. Dengan cara diundi sehingga terambil
secara mandiri/individual.
masing-masing kelompok atas, tengah dan bawah
METODOLOGI PENELITIAN sebagai berikut:

Penelitian ini merupakan penelitian (1). SMA Negeri 1 Cepu dari kelompok atas,
eksperimental semu (quasi-experimental (2). SMA Negeri 1 Randublatung dari kelompok
research) yaitu peneliti tidak memungkinkan tengah dan
untuk mengontrol semua variabel yang relevan. (3). SMA Negeri 2 Cepu kelompok bawah.
Menurut Budiyono (2003:82-83), tujuan Dengan cara diundi pula, untuk memilih
penelitian eksperimental semu adalah untuk sampel masing-masing kelompok: 1). SMA
25
JMEE Volume II Nomor 1, Juli 2012

Negeri 1 Cepu dari 7 kelas, setelah diundi yang diberi skor 1, B diberi skor 2, C diberi skor 3, D
terambil adalah kelas XD, XF dan XG, 2). SMA diberi skor 4, dan E diberi skor 5.
Negeri 1 Randublatung dari 7 kelas, setelah
Metode Tes
diundi yang terambil adalah kelas XB, XF dan
XG dan 3). SMA Negeri 2 Cepu terdiri dari 6 Metode tes adalah cara pengumpulan
kelas, setelah diundi yang terambil adalah kelas data yang menghadapkan sejumlah pertanyaan
XA, XB dan XD. atau suruhan-suruhan kepada subjek penelitian
(Budiyono, 2003:54). Metode tes dalam

Teknik Pengumpulan Data penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan


data mengenai prestasi belajar matematika siswa.
Metode Dokumentasi Data tentang prestasi belajar matematika siswa
Menurut Budiyono (2003:54), metode diperoleh dari instrumen tes yang dibuat oleh
dokumentasi adalah cara pengumpulan data peneliti. Instrumen yang digunakan untuk
dengan melihatnya dalam dokumen-dokumen mengumpulkan data prestasi belajar matematika
yang telah ada. Metode dokumentasi yang siswa diujicobakan terlebih dahulu untuk
digunakan dalam penelitian ini adalah mengetahui daya beda, tingkat kesukaran dan
pengambilan nilai UN matematika SMA tahun reliabilitas. Dalam penelitian ini, bentuk tes yang
pelajaran 2009/2010 yang selanjutnya digunakan digunakan adalah soal pilihan ganda. Pemberian
untuk menentukan kriteria sekolah yang akan skor item tes adalah skor 1 untuk jawaban benar
digunakan untuk penelitian. dan skor 0 untuk jawaban salah.

Metode Angket
Menurut Budiyono (2003:47), metode HASIL DAN PEMBAHASAN
angket adalah cara pengumpulan data melalui Untuk menguji hipotesis penelitian ini
pengajuan pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada menggunakan perhitungan analisis variansi dua
subyek penelitian, responden, atau sumber data jalan sel tak sama dengan tingkat signifikansi
dan jawabannya diberikan pula secara tertulis. 0,05. Kemudian dilanjutkan uji pasca lanjut
Dalam penelitian ini angket yang digunakan anava dengan metode Scheffe’. Data yang
adalah angket tentang kemandirian belajar siswa, diambil dari 287 siswa yang berasal dari tiga
berupa angket pilihan ganda sebanyak 40 item, sekolah dengan kriteria sekolah yang berbeda
dengan alternatif 5 jawaban. Pemberian skor yaitu sekolah kategori tinggi, sedang dan rendah.
menggunakan skala Likert untuk item positif jika Perhitungan secara lengkap pada Lampiran 26.
menjawab A diberi skor 5, B diberi skor 4, C Rangkuman dari hasil perhitungan analisis
diberi skor 3, D diberi skor 2 dan E diberi skor 1. variansi dua jalan sel tak sama disajikan pada
Adapun untuk item negatif jika menjawab A Tabel 4.

26
JMEE Volume II Nomor 1, Juli 2012

Tabel 4. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama
JK dK RK Fobs Fα Keputusan
Metode (A) 6586,3131 2 3293,1566 12,8080 3,0282 H0A Ditolak
Kemandirian Belajar (B) 3268,6576 2 1634,3288 6,3564 3,0282 H0B Ditolak
Interaksi (AB) 4112,3790 4 1634,0948 3,9986 2,4041
H0AB Ditolak
Galat 21947,0265 278 257,1168
Total 7374,0232 286 12,8080

Dari tabel tersebut, dapat ditarik kesimpulan c. H0AB ditolak sehingga paling sedikit ada satu
sebagai berikut:  ij  0
a. H0A ditolak sehingga paling sedikit ada satu
Hal ini berarti terdapat interaksi antara model
i  0 pembelajaran dan kemandirian belajar siswa
Hal ini berarti terdapat perbedaan prestasi terhadap prestasi belajar matematika.
belajar matematika antara siswa yang
mendapat pembelajaran inkuiri, dengan siswa Uji Lanjut Pasca Anava
yang mendapat pembelajaran PBM, dan siswa Dari rangkuman analisis variansi dua jalan
yang mendapat pembelajaran dengan dengan sel tak sama di atas telah diperoleh
konvensional. bahwa:
b. H0B ditolak sehingga paling sedikit ada satu a. H0A ditolak, maka perlu dilakukan uji
j 0 komparasi ganda antar baris.

Hal ini berarti terdapat perbedaan prestasi


Uji lanjut analisis variansi dua jalan dengan
belajar matematika antara siswa yang
sel tak sama dengan menggunakan metode
mempunyai kemandirian belajar siswa tinggi,
Scheffe. Hasil perhitungan komparasi ganda antar
sedang, dan rendah.
baris dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 5 Rerata Marginal untuk data prestasi belajar siswa

Model Pembelajaran Kemandirian belajar siswa Rataan


Tinggi Sedang Rendah Marginal
Inkuiri 69,2501 57,8889 47,5758 60,3624
PBM 50,0000 53,6872 50,1389 51,8399
Konvensional 47,1767 47,3759 43,4375 46,0606
Rataan Marginal 58,3922 52,3116 46,6667

27
JMEE Volume II Nomor 1, Juli 2012

Tabel 6 Rangkuman Komparasi Antar Baris

1 1
H0 (Xi-Xj)²  RKG Fobs Fkritis Keputusan
ni n jj
 72,6317 0,0213 257,1168 13,2708 6,0565 H0 Ditolak

 33,4006 0,0205 257,1168 6,3313 6,0565 H0 Ditolak

 204,5400 0,0210 257,1168 37,9348 6,0565 H0 Ditolak

Berdasarkan tabel di atas dapat prestasi yang lebih baik daripada siswa
disimpulkan sebagai berikut : dengan pembelajaran konvensional.
1). Ada perbedaan prestasi belajar antara b. H0B ditolak, maka perlu dilakukan uji
siswa dengan pembelajaran inkuiri dan komparasi ganda antar kolom.
PBM. Apabila dilihat dari rerata Rangkuman uji komparasi ganda
pembelajaran inkuiri adalah 60,3624 dengan metode Scheffe’ disajikan dalam tabel 7.
dan PBM adalah 51,8399, siswa dengan Berdasarkan tabel 7 dapat disimpulkan
pembelajaran inkuiri mempunyai sebagai berikut:
prestasi yang lebih baik daripada siswa 1) Fobs  DK sehingga H0 ditolak artinya ada
dengan pembelajaran PBM. perbedaan prestasi belajar antara siswa
2). Ada perbedaan prestasi belajar antara dengan kemandirian belajar tinggi dan
siswa dengan pembelajaran PBM dan sedang. Apabila dilihat dari rerata
konvensional. Apabila dilihat dari rerata kemandirian belajar siswa yang tinggi adalah
PBM adalah 51,8399 dan pembelajaran 58,3922 dan rerata siswa dengan
konvensional adalah 46,0606, sehingga kemandirian belajar siswa yang sedang
siswa dengan PBM mempunyai prestasi adalah 52,3166, sehingga siswa dengan
yang lebih baik daripada siswa dengan kemandirian belajar siswa tinggi mempunyai
pembelajaran konvensional. prestasi yang lebih baik daripada siswa
3). Ada perbedaan prestasi belajar antara dengan kemandirian belajar siswa yang
siswa dengan pembelajaran inkuiri dan sedang.
konvensional. Apabila dilihat dari rerata 2) Fobs ∉ DK sehingga H0 diterima artinya tidak
pembelajaran inkuiri adalah 60,3624 ada perbedaan prestasi belajar antara siswa
dan pembelajaran konvensional adalah dengan kemandirian belajar sedang dan
46,0606, sehingga siswa dengan rendah.
pembelajaran inkuiri mempunyai 3) Fobs  DK sehingga H0 ditolak artinya ada
perbedaan prestasi belajar antara siswa

28
JMEE Volume II Nomor 1, Juli 2012

dengan kemandirian belajar tinggi dan adalah 46,6667, sehingga siswa dengan
rendah. Apabila dilihat dari rerata kemandirian belajar tinggi mempunyai
kemandirian belajar siswa tinggi adalah prestasi yang lebih baik daripada siswa
58,3922 dan rerata siswa dengan dengan kemandirian belajar rendah.
kemandirian belajar siswa yang rendah
Tabel 7 Hasil Uji Komparasi Ganda untuk Kemandirian belajar siswa

(Xi-Xj)² 1 1 RKG Fobs Ftabel Keputusan


H0 
ni n j
 .1  .2 36,9741 0,0213 257,1168 6,7557 6,0565 H0 Ditolak
 .2   .3 31,8648 0,0205 257,1168 6,0402 6,0565 H0 Diterima
.1  .3 137,4880 0,0210 257,1168 25,4991 6,0565 H0 Ditolak

c. H0AB ditolak, maka perlu dilakukan uji komparasi ganda antar sel.
Rangkuman uji komparasi ganda dengan metode Scheffe’ disajikan dalam tabel
berikut. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 22.
Tabel 8 Hasil uji komparasi ganda antar sel pada baris yang sama
H0 Fobs Ftabel Keputusan

 8,6060 15,7743 H0 

 25,9329 15,7743 H0 

 5,2504 15,7743 H0 

 0,8629 15,7743 H0 

 0,0009 15,7743 H0 

 0,7780 15,7743 H0 

 0,0024 15,7743 H0 

 0,6657 15,7743 H0 

 1,1485 15,7743 H0 

Berdasarkan tabel di atas dapat dengan kemandirian belajar tinggi dan


disimpulkan sebagai berikut: sedang pada pembelajaran inkuiri. Pada
1) Fobs∉ DK sehingga H0 diterima artinya tidak pembelajaran inkuiri siswa dengan
ada perbedaan prestasi belajar antara siswa
29
JMEE Volume II Nomor 1, Juli 2012

kemandirian belajar tinggi dan sedang pembelajaran PBM siswa dengan


mempunyai prestasi yang sama. kemandirian belajar tinggi dan rendah
2) Fobs  DK sehingga H0 ditolak artinya ada mempunyai prestasi yang sama.
perbedaan prestasi belajar antara siswa 6) Fobs ∉ DK sehingga H0 diterima artinya tidak
dengan kemandirian belajar tinggi dan ada perbedaan prestasi belajar antara siswa
rendah pada pembelajaran inkuiri. Apabila dengan kemandirian belajar sedang dan
dilihat dari rerata siswa dengan kemandirian rendah pada pembelajaran PBM. Pada
belajar tinggi adalah 69,2501 dan rerata pembelajaran PBM siswa dengan
siswa dengan kemandirian belajar rendah kemandirian belajar sedang dan rendah
adalah 47,5758. Pada pembelajaran inkuiri mempunyai prestasi yang sama.
siswa dengan kemandirian belajar tinggi 7) Fobs ∉ DK sehingga H0 diterima artinya tidak
mempunyai prestasi yang lebih baik daripada ada perbedaan prestasi belajar antara siswa
siswa dengan kemandirian belajar yang dengan kemandirian belajar tinggi dan
rendah. sedang pada pembelajaran konvensional.
3) Fobs ∉ DK sehingga H0 diterima artinya tidak Pada pembelajaran konvensional siswa
ada perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan kemandirian belajar tinggi dan
dengan kemandirian belajar sedang dan sedang mempunyai prestasi sama.
rendah pada pembelajaran inkuiri. Pada 8) Fobs ∉ DK sehingga H0 diterima artinya tidak
pembelajaran inkuiri siswa dengan ada perbedaan prestasi belajar antara siswa
kemandirian belajar sedang dan rendah dengan kemandirian belajar tinggi dan
mempunyai prestasi yang sama. rendah pada pembelajaran konvensional.
4) Fobs ∉ DK sehingga H0 diterima artinya tidak Pada pembelajaran konvensional siswa
ada perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan kemandirian belajar tinggi dan
dengan kemandirian belajar tinggi dan rendah mempunyai prestasi sama.
sedang pada pembelajaran PBM. Pada 9) Fobs ∉ DK sehingga H0 diterima artinya tidak
pembelajaran PBM siswa dengan ada perbedaan prestasi belajar siswa dengan
kemandirian belajar tinggi dan sedang kemandirian belajar sedang dan rendah pada
mempunyai prestasi yang sama. pembelajaran konvensional. Pada
5) Fobs ∉ DK sehingga H0 diterima artinya tidak pembelajaran konvensional.
ada perbedaan prestasi belajar antara siswa 10) l siswa dengan kemandirian belajar sedang
dengan kemandirian belajar tinggi dan dan rendah mempunyai prestasi sama.
rendah pada pembelajaran PBM. Pada

30
JMEE Volume II Nomor 1, Juli 2012

Tabel 9 Hasil uji komparasi ganda antar sel pada kolom yang sama
H0 Fobs Ftabel Keputusan
 22,1728 15,7743 H0 Ditolak
 25,2895 15,7743 H0 Ditolak
 0,3469 15,7743 H0 Diterima
 1,2573 15,7743 H0 Diterima
 7,8714 15,7743 H0 Diterima
 3,6407 15,7743 H0 Diterima
 0,2933 15,7743 H0 Diterima
 0,8683 15,7743 H0 Diterima
 2,3954 15,7743 H0 Diterima
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan 3) Fobs ∉ DK sehingga H0 diterima artinya tidak
sebagai berikut: ada perbedaan prestasi belajar antara siswa
1) Fobs  DK sehingga H0 ditolak artinya ada dengan kemandirian belajar tinggi pada
perbedaan prestasi belajar antara siswa pembelajaran PBM dan konvensional. Siswa
dengan kemandirian belajar tinggi pada dengan kemandirian belajar tinggi pada
pembelajaran inkuiri dan PBM. Apabila pembelajaran PBM dan konvensional
dilihat dari rerata dengan inkuiri adalah mempunyai prestasi sama.
69,2501 dan rerata dengan PBM adalah 4) Fobs ∉ DK sehingga H0 diterima artinya tidak
50,0000. Siswa yang mempunyai ada perbedaan prestasi belajar antara siswa
kemandirian belajar tinggi pada dengan kemandirian belajar sedang pada
pembelajaran Inkuiri mempunyai prestasi pembelajaran inkuiri dan PBM. Siswa
lebih baik daripada pembelajaran PBM. dengan kemandirian belajar tinggi pada
2) Fobs  DK sehingga H0 ditolak artinya ada pembelajaran inkuiri dan PBM mempunyai
perbedaan prestasi belajar antara siswa prestasi yang sama.
dengan kemandirian belajar tinggi pada 5) Fobs ∉ DK sehingga H0 diterima artinya tidak
pembelajaran inkuiri dan konvensional. ada perbedaan prestasi belajar antara siswa
Apabila dilihat dari rerata dengan inkuiri dengan kemandirian belajar sedang pada
adalah 69,2501 dan rerata dengan pembelajaran inkuiri dan konvensional.
konvensional adalah 47,1667. Siswa yang Siswa dengan kemandirian belajar tinggi
mempunyai kemandirian belajar tinggi pada pada pembelajaran inkuiri dan konvensional
pembelajaran inkuiri mempunyai prestasi mempunyai prestasi sama.
yang lebih baik daripada pembelajaran 6) Fobs ∉ DK sehingga H0 diterima artinya tidak
konvensional. ada perbedaan prestasi belajar antara siswa
dengan kemandirian belajar sedang pada

31
JMEE Volume II Nomor 1, Juli 2012

pembelajaran PBM dan konvensional. Siswa pembelajaran berbasis masalah maupun


dengan kemandirian belajar tinggi pada konvensional. Prestasi belajar matematika
pembelajaran PBM dan konvensional siswa pada pembelajaran berbasis masalah
mempunyai prestasi sama. lebih baik daripada prestasi belajar
7) Fobs ∉ DK sehingga H0 diterima artinya tidak matematika siswa pada pembelajaran
ada perbedaan prestasi belajar antara siswa konvensional.
dengan kemandirian belajar rendah pada 2. Siswa dengan kemandirian belajar tinggi
pembelajaran inkuiri dan PBM. Siswa memiliki prestasi belajar matematika lebih
dengan kemandirian belajar tinggi pada baik dibandingkan siswa berkemandirian
pembelajaran inkuiri dan PBM mempunyai belajar sedang, siswa dengan kemandirian
prestasi yang sama. belajar sedang memiliki prestasi yang sama
8) Fobs ∉ DK sehingga H0 diterima artinya tidak baiknya dengan siswa berkemandirian belajar
ada perbedaan prestasi belajar antara siswa rendah, dan siswa dengan kemandirian
dengan kemandirian belajar rendah pada belajar tinggi memiliki prestasi yang lebih
pembelajaran inkuiri dan konvensional. baik dibandingkan siswa dengan kemandirian
Siswa dengan kemandirian belajar tinggi belajar rendah.
pada pembelajaran inkuiri dan konvensional 3. Pada model pembelajaran inkuiri, siswa
mempunyai prestasi yang sama. dengan kemandirian belajar tinggi memiliki
9) Fobs ∉ DK sehingga H0 diterima artinya tidak prestasi belajar matematika sama baiknya
ada perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan siswa berkemandirian belajar sedang,
dengan kemandirian belajar rendah pada siswa dengan kemandirian belajar tinggi
pembelajaran PBM dan konvensional. Siswa memiliki prestasi yang lebih baik
dengan kemandirian belajar tinggi pada dibandingkan siswa berkemandirian belajar
pembelajaran PBM dan konvensional rendah, dan siswa dengan kemandirian
mempunyai prestasi sama. belajar sedang memiliki prestasi yang sama
baiknya dengan siswa dengan kemandirian
KESIMPULAN belajar rendah. Pada model pembelajaran
Berdasarkan kajian teori, hasil penelitian, PBM dan konvensional, ketiga klasifikasi
adanya analisis serta mengacu pada perumusan kemandirian belajar siswa memberikan
masalah dan pembahasan, dapat disimpulkan prestasi belajar yang sama baiknya.
sebagai berikut. 4. Pada siswa dengan kemandirian belajar
1. Prestasi belajar matematika siswa pada tinggi, model pembelajaran inkuiri
pembelajaran inkuiri lebih baik daripada menghasilkan prestasi belajar matematika
prestasi belajar matematika siswa pada lebih baik dibandingkan model pembelajaran
berbasis masalah (PBM), model
32
JMEE Volume II Nomor 1, Juli 2012

pembelajaran berbasis masalah (PBM) International Journal of Teaching and


menghasilkan prestasi belajar matematika Learning in Higher Education Volume
sama baiknya dengan model pembelajaran 19 Number 3 Page 315-324, diakses
konvensional, dan model pembelajaran dari http://www.isctl.org/ijtlhc/ pada
inkuiri menghasilkan prestasi belajar tanggal 4 Juli 2011.
matematika lebih baik dibandingkan model Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian
pembelajaran konvensional. Pada siswa Pendidikan. Surakarta: UNS Press.
dengan kemandirian belajar sedang dan ________. 2009. Statistika Untuk Penelitian Edisi
rendah, ketiga model pembelajaran Ke-2. Surakarta: UNS Press.
menghasilkan prestasi belajar matematika ________. 2011. Penilaian Hasil Belajar.
yang sama baiknya. Program Pascasarjana: UNS Press.
Depdiknas. 2003. Undang-undang Republik
Daftar Pustaka Indonesia nomor 20 tahun 2003
Agus Suprijono. 2010. Cooperative Learning tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Teori dan Aplikasi PAKEM. Depediknas: Jakarta.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Fransiskus Gatot Iman Santoso. 2010. Efektifitas
Alip Sutikno. 2004. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dan
Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pembelajaran Kooperatif Bertipe
Terhadap Prestasi Belajar Matematika Group Investigation Terhadap Prestasi
Ditinjau Dari Kemampuan Operasi Belajar Matematika Ditinjau Dari
Aljabar. Tesis: UNS Surakarta. Kecerdasan Majemuk Siswa Kelas VII
Arends, Richard I. 2008. Learning To Teach SMP Negeri Kota Madiun. Tesis: UNS
(Belajar Untuk Mengajar) Buku Dua. Surakarta
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Goos, Merrilyn. 2004. Learning Mathematics in a
Baharuddin dan Wahyuni. 2008. Teori Belajar. Classroom Community of Inquiry,
Jakarta: Rineka Cipta. Journal of Research of Mathematics
Bayazit, Ibrahim. 1996. “The Influence of Education, Vol. 35, no. 4, pp 258-291.
Teaching on Student Learning: The Gulo. 2002. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta:
Notion of Piecewise Function”. PT. Gramedia.
International Electronic Journal of Haris Mudjiman, 2002. Belajar Mandiri.
Mathematics Education. Vol 5 No.3. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Diakses pada 13 Mei 2011. Press
Beacham, Cindy V. and Shambaugh, Neal. 2007. Hmelo-Silver, Cindy and Barrows, Howard S.
“Advocacy a Problem-Based Learning 2006. “Goals and Strategies of a
(PBL) Teaching Strategy”. Problem-based Learning Facilitator”
33
JMEE Volume II Nomor 1, Juli 2012

The Interdisciplinary Journal of Pada Subpokok Bahasan Sistem


Problem-based Learning Volume 1 Persamaan Linear Dua Variabel
Number 1 Page 21-39, diakses dari Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa
http://docs.lib.purdue.edu/ijpbl/vol1/iss Kelas X SMK Se-Kabupaten Boyolali
1/ pada tanggal 19 Juli 2011 Tahun Pelajaran 2008/2009. Tesis:
Irzan Tahar dan Enceng. Hubungan Kemandirian UNS Surakarta
Belajar dan Hasil Belajar pada Strobel, Johannes and van Barneveld, Angela.
Pendidikan Jarak Jauh. Jurnal 2009. “When is PBL More Effective?
Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh. 7 A Meta synthesis of Meta analyses
(2). 91–101, diakses dari Comparing PBL to Conventional
http://lppm.ut.ac.id/ptjj/72sept06/tahar. Classrooms”. The Interdisciplinary
pdf pada tanggal 23 Juli 2011 Journal of Problem-based Learning
Lambas, dkk. 2004. Materi Pelatihan Volume 3 Number 1 Page 44-58.
Terintegrasi Mata Pelajaran diakses dari
Matematika,buku 3. Jakarta: Depdiknas. http://docs.lib.purdue.edu/ijpbl/vol3/iss
Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari. 2008. Taktik 1/ pada tanggal 19 Januari 2012
Mengembangkan Kemampuan Sugiyono. 2007. Statistik Untuk Penelitian.
Individual Siswa. Jakarta: Gaung Penerbit Alfabeta Bandung.
Persada Press Syaiful Bahri Djamarah. 2008. Psikologi Belajar.
Mulyono Abddurrahman. 2003. Pendidikan Bagi Edisi 2. Jakarta: Rineka Cipta.
Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: dan Aswan Zain. 2002.
Rineka Cipta. Strategi Belajar Mengajar. Bandung:
Paul Suparno. 1997. Filsafat Konstruktivisme Rineka Cipta.
Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Syaiful Sagala. 2009. Kemampuan Profesional
Kanisius. Guru dan Tenaga Kependidikan.
Ruseffendi. 1995. Pendidikan Matematika 3. Bandung: Alfabeta.
Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Tarono. 2006. Pengaruh Penggunaan Metode
Kebudayaan: Bagian Proyek Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Bebas
Peningkatan Mutu Guru SD Setara D- Termodifikasi Terhadap Prestasi
II. Belajar Fisika Ditinjau dari Sikap
Sofan Amri dan Ahmadi. 2010. Proses Ilmiah. Tesis: UNS Surakarta
Pembelajaran kreatif dan Inovatif Tedjo Susanto. 1999. Mengajar Sains Dengan
dalam kelas. Prestasi Pustaka Jakarta. Cara Discovery Inquiry. Yogyakarta:
Sri Wahyuni. 2009. Eksperimentasi Model Universitas Negeri Yogyakarta.
Pembelajaran Berdasarkan Masalah
34
JMEE Volume II Nomor 1, Juli 2012

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Education Journal Vol 4, No 4, 2004.
Pengembangan Bahasa. 2001. Kamus Diakses pada 21 Desember 2011.
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran .
Pustaka. Jakarta: Grasindo.
Wina Sanjaya. 2010. Strategi Pembelajaran Zulharman. 2009. Model Kemandirian Belajar
Berorientasi Standar Proses dan Peran Guru.
Pendidikan. Jakarta: Kencana http://zulharman79.wordpress.com/200
Winch-Dummett, Carlene . 2004. “Teaching 9/12/27/model-tentang-kemandirian-
Processes and Practices for an Australian belajar-siswa-dan-peran-guru. Diakses
Multicultural Classroom: Two tgl 17 Juni 2011
Complementary Models”. International

35

Anda mungkin juga menyukai