NAMA DPJP:
drg. Bambang Tri Hartomo, M.Si.
NAMA MAHASISWA:
Eka Dhamma Dina Anjasrini
G4B017033
Nilai
Tanda tangan
DPJP
Gigi tiruan cekat dapat berupa gigi tiruan jembatan dan mahkota jaket. Gigi
tiruan yang menggantikan kehilangan satu atau lebih gigi-geligi alami yang
dilekatkan secara permanen dengan semen serta didukung sepenuhnya oleh satu
atau beberapa gigi, akar gigi atau implan yang telah dipersiapkan disebut dengan
gigi tiruan jembatan. Gigi tiruan jembatan (GTJ) adalah gigi tiruan sebagian yang
dilekatkan secara tetap pada satu atau lebih gigi penyangga dan tidak dapat dilepas
oleh pemakainya. Pembuatan GTJ memerlukan beberapa pertimbangan yaitu
pertimbangan mekanis, fisiologis, hygiene, estetik, dan fonetik yang disesuaikan
dengan kasus, rencana perawatan, preparasi gigi, dan bahan restorasi. Empat desain
dasar gigi tiruan jembatan yang perbedaannya terletak pada dukungan yang ada
pada masing-masing ujung pontik, yaitu gigi tiruan jembatan lekat (fixed-fixed
bridge), setengah lekat (semi-fixed bridge), lekat sebelah (cantilever bridge), dan
konektor panjang (spring cantilever bridge). Keempat desain di atas dapat
dikombinasikan antara satu dengan yang lain dan disebut gigi tiruan jembatan
gabungan (compound bridge) (Tiku dan Jubhari, 2019).
Perawatan gigi tiruan jembatan yang paling sering dilakukan pada pasien
kehilangan gigi sebagian adalah fixed-fixed bridge. Fixed-fixed bridge adalah jenis
gigi tiruan cekat dengan pontik melekat permanen pada kedua sisi gigi asli sebagai
penyangga. Gigi tiruan cekat memiliki beberapa bagian penting yaitu pontik,
konektor, retainer, dan gigi penyangga. Fixed-fixed bridge merupakan salah satu
gigi tiruan jembatan yang memiliki dua atau lebih abutment dengan konektor rigid
pada kedua ujung pontiknya. Gigi tiruan ini memberikan kekuatan dan stabilitas
yang sangat baik dan juga mendistribusikan tekanan secara lebih merata ke restorasi
dan memberikan efek splinting yang sangat baik (Sulistiawaty et al., 2017).
Secara global, agenesis gigi non-sindrom sering ditemukan pada praktek klinis.
Walaupun begitu, penanganannya kompleks dan membutuhkan tim multidisipliner
untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Ketika berbagai pilihan tersedia,
pertimbangan perawatan tidak hanya didasarkan kondisi dentofacial tetapi juga latar
belakang budaya dan social serta preferensi personal pasien. Jadi, pendekatan
perawatan yang terpusat pada pasien harus selalu dipraktikkan untuk mendapatkan
hasil yang optimal. Pada kasus ini, seorang pasien dengan pertumbuhan kraniofasial
yang sudah mapan menunjukkan adanya agenesis bilateral gigi insisivus lateral
maksila dan over retensi gigi caninus desidui kiri maksila menginginkan perbaikan
estetika. Pasien tidak menginginkan perawatan ortodontik karena durasi optimal
sebagai penghambat, dengan demikian, pendekatan prostodontik diambil dengan
menyediakan conventional cantilever bridge dan veneer keramik untuk mencapai
tujuan perawatan. Laporan ini mendiskusikan mengenai batasan yang
memungkinkan dari pendekatan prostodontik khususnya gigi tiruan jembatan dalam
menangani agenesis gigi.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum
Agenesis insisivus lateral rahang atas (MLIA) adalah kondisi gigi permanen
bawaan yang paling sering hilang di daerah anterior rahang atas (zona estetik).
Telah ditemukan bahwa perempuan lebih terpengaruh daripada laki-laki dan
MLIA bilateral lebih sering dilaporkan daripada kasus unilateral. Banyaknya
teori agenesis gigi menunjukkan etiologi multifaktorial yang melibatkan regulasi
genetik dan faktor lingkungan. Agenesis insisivus lateral maksila apakah
unilateral atau bilateral dapat memengaruhi kepercayaan diri, estetika senyum
dan hubungan sosial individu dapat terdampak (Fatimah dan Narmada, 2019).
Agenesis insisivus lateral maksila dapat menyebabkan berbagai masalah
estetik dan fungsional; hal tersebut dapat menyebabkan diastema antara gigi seri
sentral, jarak antara gigi seri permanen dan gigi taring, migrasi mesial gigi taring,
pergeseran garis tengah jika gigi hilang unilateral. Pilihan yang tersedia untuk
ortodontis adalah dengan mengkoreksi ruang dengan reposisi mesial gigi
kaninus, diikuti oleh gigi yang dikontur ulang; atau kombinasi pembukaan ruang
dan penggantian prostetik gigi insisivus lateral yang hilang. Gigi yang hilang
adalah alasan yang cukup signifikan untuk rehabilitasi oral yang luas yang
membutuhkan prosedur ortodontik, restoratif dan prostodontik di klinik gigi,
karena berbagai kombinasi estetika yang buruk dan disfungsi oklusal dapat
terjadi (Fatimah dan Narmada, 2019).
Pilihan perawatan kasus kehilangan gigi dengan gigi tiruan jembatan memiliki
indikasi dan kontraindikasi sebagai berikut (Jubhari, 2016):
Indikasi:
3. Tinggi mahkota klinis yang cukup untuk memberikan retensi yang baik
(perbandingan antara mahkota dan akar adalah 1:2)
5. Sebagai backing pada gigi asli yang fraktur, untuk dikombinasikan dengan
restorasi lain.
Kontraindikasi:
3. Gigi malposisi
4. Pada kondisi email yang buruk, misalnya pada email yang mudah rapuh
GTJ terdiri dari beberapa komponen seperti retainer, konektor, dan pontik yang
didukung oleh gigi penyangga (Pickard, 2000).
1. Retainer
Retainer adalah bagian dari GTJ yang dilekatkan pada gigi abutment.
Beberapa macam retainer, yaitu:
3. Pontik
Pontik yang dirancang untuk daerah yang mudah terlihat appearance zone
harus dapat memberi gambaran seperti gigi asli tanpa mengabaikan
prinsip- prinsip kebersihan. Sementara itu pontik yang dirancang untuk
daerah yang tidak mudah terlihat non-appearance zone (biasanya pada
gigi-gigi posterior rahang bawah) diutamakan hanya untuk merestorasi
fungsi dan mencegah gigi tetangganya bergeser. Pontik sebaiknya segaris
dengan retainer, hal ini untuk mencegah gerakan pada retainer/gigi
pegangannya. Pontik juga dibuat lebih sempit dibanding dengan gigi
pegangannya, sehingga tekanan pengunyahan yang berasal dari gigi
antagonisnya dapat diperkecil dan beban pada gigi pegangan akan menjadi
berkurang (Jubhari, 2007).
Pontik berdasarkan desain:
a. Saddle Pontic
Pontik ini paling menyerupai gigi asli, karena dapat menggantikan
seluruh gigi yang hilang tanpa merubah bentuk anatominya. Bagian
embrasure mesial dan distal tertutup, permukaan bukal overlaps pada
daerah edentulous ridge dengan bagian yang kontak berbentuk
cekung. Keadaan ini menyebabkan kebersihan kurang terjamin
sehingga akan menghasilkan peradangan pada jaringan di
bawahnya. Sebaiknya pontik jenis ini tidak dipakai/dipergunakan
(Tylman, 1970).
b. Hygienic Pontic
Pontik jenis ini tidak mempunyai bagian yang menempel sama sekali
dengan jaringan di bawahnya/ridge. Bentuk ini sering disebut juga
sebagai "sanitary pontic" tetapi hal ini sebetulnya keliru, karena
sanitary pontic merupakan nama dagang yang tergolong di dalam tipe
pontik
bukan pada kelompok desain pontik. Jenis ini dirancang untuk daerah yang tidak mudah
terlihat (non-appearance zone) dengan demikian daerah yang paling tepat adalah posterior
RB. Ketebalan oklusogingival pontik ini tidak boleh kurang dari 3 mm, dan jarak antara
ridge dengan pontik cukup lebar untuk memberikan fasilitas pembersihan (Prajitno, 2002).
Gambar 4. Hygienic Pontic
c. Conical Pontic
Pontik ini mempunyai bentuk konus pada daerah yang menempel dengan
jaringan di bawahnya, sehingga mempunyai kecenderungan untuk terjadi
akumulasi sisa makanan sering disebut sebagai bullet /spheroid pontic
(Prajitno, 2002).
Alloy ini memiliki kekuatan dan kelenturan yang cukup sehingga tidak
mudah menjadi patah atau berubah bentuk (deformasi) akibat tekanan
pengunyahan. Pontik logam biasanya dibuat untuk daerah-daerah yang
kurang mementingkan faktor estetis, namun lebih mementingkan faktor
fungsi dan kekuatan seperti pada jembatan posterior.
b. Pontik porselen
Pontik jenis ini merupakan pontik dengan kerangka dari logam sedangkan
seluruh permukaannya dilapisi dengan porselen. Pontik ini biasanya
diindikasikan untuk jembatan anterior dimana faktor estetis menjadi hal
yang utama. Pontik porselen mudah beradaptasi dengan gingival dan
memberikan nilai estetik yang baik untuk jangka waktu yang lama.
c. Pontik akrilik
Pontik akrilik adalah pontik yang dibuat dengan memakai bahan resin
akrilik. Dibandingkan dengan pontik lainnya, pontik akrilik lebih lunak
dan tidak kaku sehingga membutuhkan bahan logam untuk kerangkanya
agar mampu menahan daya kunyah/gigit. Pontik ini biasanya
diindikasikan untuk jembatan anterior dan berfungsi hanya sebagai bahan
pelapis estetis saja.
d. Kombinasi Logam dan Porselen
Pontik ini merupakan kombinasi logam dan porselen dimana logam akan
memberikan kekuatan sedangkan porselen pada jenis pontik ini
memberikan estetis. Porselen pada bagian labial/bukal dapat
dikombinasikan dengan logam yang bertitik lebur tinggi (lebih tinggi dari
temperatur porselen). Tidak berubah warna jika dikombinasikan dengan
logam, sangat keras, kuat dan kaku dan mempunyai pemuaian yang sama
dengan porselen. Porselen ditempatkan pada bagian labial/bukal dan
daerah yang menghadap linggir, sedangkan logam ditempatkan pada
oklusal dan lingual. Pontik ini dapat digunakan pada jembatan anterior
maupun posterior.
e. Kombinasi Logam dan Akrilik
Pada kombinasi logam dan akrilik ini, akrilik hanya berfungsi sebagai
bahan estetika sedangkan logam yang memberi kekuatan dan dianggap
lebih dapat diterima oleh gingival sehingga permukaan lingual/palatal dan
daerah yang menghadap gusi dibuat dari logam sedangkan daerah
labial/bukal dilapisi dengan akrilik.
4. Penyangga/abutment
Penyangga/abutment sesuai dengan jumlah, letak dan fungsinya antara lain:
a. Single abutment hanya mempergunakan satu gigi penyangga
b. Double abutment bila memakai dua gigi penyangga
c. Multiple abutment bila memakai lebih dari dua gigi penyanggal
d. Terminal abutment
e. Intermediate/pier abutment
f. Splinted abutment
g. Double splinted
5. Saddle
Saddle adalah bagian dari gigi tiruan yang menutupi mukosa di atas prosesus
alveolaris dan mendukung elemen gigi tiruan. Letak saddle yaitu:
a. Di antara gigi asli disebut bounded saddle
b. Di bagian posterior dari gigi asli disebut free end saddle
A. Jenis GTJ
Jenis-jenis GTJ adalah sebagai berikut:
1. Rigid fixed bridge
Gigi tiruan jembatan yang menggantikan kehilangan satu atau lebih gigi yang
berurutan. Gigi tiruan ini didukung oleh satu atau lebih gigi penyangga pada
masing-masing ujung diastema dan dalam pemakaiannya tidak ada pergerakan
individual dari gigi penyangga. Pada bagian gigi yang hilang
4. Maryland bridge
Dentures maryland bridge adalah salah satu jenis dari gigi tiruan jembatan
yang bagian pontiknya terbuat dari porselen. Kedua sayapnya terbuat dari metal
atau bisa juga dari komposit. Sayap maryland bridge ini dilekatkan pada kedua
sisi dari gigi penyangga dengan penyemenan (Pickard, 2000).
Pengurangan gigi hanya dilakukan untuk menyiapkan tempat saat sayap akan
dilekatkan pada gigi penyangga. Preparasi dilakukan tidak diperlukan anastesi
pada pasien karena hanya akan melakukan pengasahan yang minimal pada gigi
penyangga, kecuali pada pasien yang memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi.
Kekurangan dari gigi tiruan ini adalah hanya bisa diindikasikan pada pasien
yang memiliki kasus dengan space yang kecil atau terjadi kehilangan gigi tidak
banyak (Setiawan dkk, 2016).
a. Indikasi:
1) Periodontal Splinting
3) Prosthodontic splinting
b. Kontra indikasi:
1) Sensitivitas terhadap paduan logam dasar
5) Persempit embrasure
8) Maloklusi
9) Tinggi tingkat karies atau resiko karies tinggi
5. Compound bridge
Compound bridge merupakan bridge dengan menyederhanakan suatu
kompleks GTJ menjadi dua GTJ sederhana. Struktur pada bridge ini
memperkecil kemungkinan terjadinya kegagalan, tidak mengorbankan gigi
sehat terlalu banyak serta memudahkan melakukan insersi (Prajitno 2002).
1. Identitas pasien
Jenis Kelamin: perempuan
Usia : 25 tahun
2. Pemeriksaan Subjektif
a) CC: Pasien berusia 25 tahun dirujuk ke klinik residensi
prosthodontic karena terdapat masalah estetik pada gigi anterior
atas yang dialami setelah pendaftaran mahasiswa kedokteran gigi
b) PI : Pasien tidak memiliki insisivus ke dua RA dan gigi taring yang erupsi
ektopik
c) PDH : Tidak tercantum pada jurnal
d) PMH: Tidak tercantum pada jurnal
e) FH : Keluarga tidak ada yang mengalami hal serupa
f) SH: Seorang mahasiswi kedokteran gigi
3. Pemeriksaan Intraoral
Tidak adanya kedua insisivus lateral rahang atas dengan gigi 13 dan 23
yang erupsi ektopik diamati pada pemeriksaan intra-oral. Diastema diamati
antara gigi 11-21 dan 13-14. Kedua working side adalah group function yang
meliputi kontak dari premolar pertama hingga molar kedua terhadap
lawannya. Tidak terdapat gangguan oklusal saat dilakukan pergerakan
mandibula secara eksentrik. Kontak antara insisivus sentral maksila terhadap
semua gigi insisivus mandibula terlihat saat pergerakan protrusif mandibula.
b. Kunjungan kedua
1) Preparasi gigi penyangga dengan Flat End Tapering Bur sebanyak 1,5mm,
oklusal 2mm, servikal 1mm berbentuk shoulder)
c. Kunjungan ketiga
1) Try in gigi tiruan jembatan (estetik, adaptasi tepi retainer, adaptasi ujung
pontik terhadap gusi, titik kontak dengan gigi sebelah dan artikulasi.
2) Sementasi bridge dengan menggunakan GIC tipe 1
3) DHE pasien (menjaga OH, kontrol 7 hari kemudian)
d. Kunjungan keempat
Kontrol, apakah ada keluhan atau tidak, pemeriksaan intraoral pasien apakah
ada lesi pada area rongga mulut dan pastikan keadaan bridge dalam keadaan
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Barclay, C. W., Walmsley, A. D., 2001, Fixed and Removable Prosthodontics, edisi
2, h. 115-122, Churchill livingstone, Tottenham.
Ewing J., E., Fixed Partial Prosthesis, 2nd ed, Lea & Febinger, Philadelphia, 1959:
169-77.
Jubhari, E. H., 2007, Upaya Untuk Mengurangi Preparasi Gigi: Fung Shell Bridge,
Jurnal Kedokteran Gigi Dentofasial, 6(1): 27-29.
Pickard, 2000, Manual Konservasi Restorative Menurut Pickard, Terjemahan oleh
Narlan Sumawinata, 2000, edisi 6, Widya Medika, Jakarta.
Prajitno, H., R., 2002. Ilmu Geligi Tiruan Jembatan: Pengetahuan Dasar dan
Rancangan Pembuatan, EGC, Jakarta.
Setiawan, A., Catur, S., Triwindiari, 2016, Prosedur Pembuatan Gigi Tiruan
Jembatan Immediate 543 Dengan Ovate Pontic Sebagai Restorasi Sementara,
Jurnal Kesehatan, 7(1): 144-147.
Smith, B., G., Howe, N., Leslie C., 2007, Planning and Making Crown and Bridges,
4th ed. Informa Healthcare, New York.
Tylman S., D., Construction of Pontics For Fixed Partial Dentures: Indications,
Types, and Materials. In Theory and Practice of Crown and Fixed Partial
Prosthodontics, 6th ed, CV Mosby, Saint Louis, 1970: 26, 165, 650-81.
Walmsley, A.D., Walsh, T.F., Lumley, P.J., Burke, F.J.T., Shortall., A.C., Hayes-
hall., R., Pretty, I.A., 2007, Restorative Dentistry Second Ed., Chuchill
Livingstone Elsevier, China