H. Capaian Belajar 3
Setelah mempelajari dan menyelesaikan modul 2 dan kegiatan belajar 3 peserta
didik diharapkan mampu memahami dan menjelaskan tentang berbagai jenis metode
pengolahan pakan secara kimiawi yang meliputi penggunaan kaustik soda, larutan
amonia dan bahan kimia lainnya. Disamping itu peserta didik juga mampu mampu
memahami perlakuan pakan secara biologis dan proses teknisnya. Setelah perlakuan
pakan secara kimiawi dan biologi dipahami dengan baik, peserta didik diharapkan dapat
menjelaskan respon biologi ternak terhadap pakan yang mendapatkan perlakuan secara
kimiawi dan biologis. Agar tujuan pembelajaran 3 dapat dipahami dengan baik, peserta
didik diharapkan untuk melakukan pendalaman materi dengan mencermati uraian
modul , latihan, dan evaluasi yang tersedia pada kegiatan belajar 3. Pada bagian akhir
dari proses belajar ini, disajikan rangkuman yang merupakan inti sari dari uraian proses
16
belajar 3. Peserta didik yang belum memahami kontek isi modul ini dapat membaca
berulang-ulang hingga dapat memahami isi modul dengan jelas.
I. Proses Pembelajaran 3
dioksida (SO2), asam sulfat (H2SO4), asam klorida (HCL) dan natrium klorida (NaCl).
Perlakuan dengan alkali dipandang paling efektif menambah kualitas nutrisi bahan
pakan berbasis limbah pertanian. Sistem kerja perlakuan alkali pada bahan pakan adalah
sebagai berikut:
a. Pemutusan sebagian ikatan selulosa dan hemiselulosa dengan lignin dan silika,
a. Pembentukan asam uronat dengan cara esterifikasi gugus asetil
b. Perombakan struktur dinding sel melalui pengembangan jaringan serat sehingga
dapat meningkatkan akses bagi enzim untuk melakukan penetrasi molekul
Mekanisme kerja alkali dalam memecah ikatan lignoselulosa dan
lignohemiselulosa hingga saat ini belum secara jelas diketahui. Kemampuan alkali
dalam melakukan pengurangan ikatan hidrogen di dalam molekul kristal menyebabkan
pembengkakan pada selulosa yang dapat menghasilkan pengurangan selulosa kristal.
Alkali juga dapat merubah struktur dinding sel yang dengan menghilangkan grup asetil
17
dan asam fenolik, terjadinya pelarutan silika dan hemiselulosa serta terjadinya hidrólisis
ikatan hemiselulosa lignin. Selulosa yang mengalami pembengkakan dikelompokkan
menjadi dua macam yakni pembengkakan di dalam kristal (intercrystalline swelling)
dan pembengkakan antar kristal (intracrystalline swelling). Pada proses tersebut, air
tidak dapat menembus struktur selulosa, akan tetapi berpengaruh terhadap
pembengkakan antar kristal di dalam selulosa. Pembengkakan selulosa menyebabkan
renggangnya ikatan lignoselulosa dan lignohemiselulosa dan pecah sehingga dinding sel
menjadi lemah.
18
Tabel 3.1. Respon kecernaan pakan dan perubahan bobot badan domba yang
mendapatkan jerami gandum dengan metode perlakuan sodium hidroksida yang berbeda
(Mulholland, 1981).
19
CO (NH2)2 + H2O 2 NH2 + CO2
Berat molekul : 60 18
Berat yang dihasilkan 60 18 34 44
Perombakan urea menjadi amonia selain membutuhkan enzim urease, juga
membutuhkan dukungan lingkungan (kelembaban dan suhu) yang optimal saat
perlakuan. Kelembaban ideal untuk proses ureolysis adalah 100%, yang tidak mungkin
tercapai pada media yang heterogen. Kisaran kelembaban media yang dapat secara
teknis untuk proses ureolysis sekitar 30-60%. Pada saat kelembaban udara media di
bawah 30%, perombakan urea akan mengalami perlambatan sedangkan bila dan
kelembaban melebihi 60% dapat menurunkan tingkat kekompakan substrat, peluruhan
larutan urea ke bagian bawah media dan menyuburkan jamur untuk tumbuh.
Suhu juga berperan dalam mempengaruhi proses perombakan urea, dimana
kisaran suhu yang optimum yaitu 30-60oC. Proses perombakan urea secara sempurna
dapat terjadi setelah satu minggu pada kisaran suhu 20-45oC. Bila suhu suhu rendah (5-
10oC) proses perombakan urea akan mengalami perlambatan.
Tingkat keberhasilan perlakuan bahan pakan dengan amonia dapat diukur pada
kandungan protein dan kecernaaan bahan pakan tersebut. Bila kedua parameter terbut
mengalami peningkatan maka dapat disimpulkan bahwa perlakuan dengan amonia
mengalami keberhasilan. Adapun beberapa faktor yang menentukan tingkat
keberhasilan dengan menggunakan amonia meliputi dosis amonia, suhu dan tekanan,
lama pengolahan, kadar air, jenis dan kualitas bahan serta perlakuan lain yang dilakukan
terhadap bahan.
a. Dosis amonia
Dosis amonia dapat dihitung dari berat nitrogen yang dipergunakan
dibandingkan dengan berat bahan kering bahan. Dosis amonia optimum untuk
perlakuan bahan berserat adalah 3-5% dari bahan kering bahan. Konsentrasi amonia
kurang dari 3% dari bahan, tidak efektif untuk menaikkan kecernaan pakan dan
kandungan protein kasar bahan. Dalam kondisi tersebut perlakuan amonia hanya
berperan sebagai pengawet. Konsentrasi amonia yang melebihi 5% menyebabkan
perlakuan tidak efisien karena banyak amonia yang terbuang. Sebagai bahan asumsi
untuk setiap kilogram urea secara sempurna akan dikonversi menjadi amonia dan
20
dihasilkan sebanyak 0,57 kg amonia. Oleh karena itu dosis optimum urea untuk
perlakuan amoniasi berkisar antara 5-8,7%.
b. Suhu dan tekanan
Suhu yang tinggi dapat meningkatkan terjadinya reaksi kimia lebih cepat. Suhu
optimum yang paling ideal untuk proses amoniasi adalah berkisar 20-100oC. Suhu juga
berkaitan dengan tekanan, dimana tekanan 16,2 kg/cm3 pada suhu 121oC dengan lama
perlakuan 4 menit dapat meningkatkan kecernaan bahan pakan.
c. Lama Perlakuan
Lama perlakuan yang dimaksud adalah banyaknya waktu pemeraman bahan
pakan pada larutan amonia. Kemampuan reaksi kimia amonia relatif lebih rendah
dibanding dengan kaustik soda, oleh karena itu bila digunakan amonia diperlukan
proses pemeraman dengan waktu yang lebih lama. Lama waktu yang dibutuhkan pada
perlakuan amonia bervariasi namun juga tergantung pada suhu saat perlakuan dan
metode yang digunakan. Pada suhu yang lebih tinggi, kimia reaksi akan berjalan lebih
cepat. Proses perombakan urea oleh enzim urease menjadi amonia diperlukan waktu
yang lama. Pada kondisi suhu 5oC, diperlukan waktu sekitar 8 minggu dan pada suhu
30oC hanya diperlukan waktu sekitar 1 minggu. Kandungan air bahan juga berpengaruh
terhadap keberhasilan perlakuan dengan amonia. Kandungan air bahan yang optimal
untuk amoniasi adalah 30% dan tidak boleh lebih dari dari 50% (rasio air dan jerami
adalah 1:1).
d. Jenis dan Kualitas Bahan
Jenis dan kualitas bahan berasosiasi dengan tingkat keberhasilan perlakuan
amoniasi. Karakteristik bahan pakan akan memberikan respon yang berbeda terhadap
perlakuan. Bahan pakan yang memiliki kualitas nutrisi rendah pada umumnya
memberikan respon yang lebih baik terhadap amoniasi dibanding dengan bahan yang
memiliki kandungan nutrisi yang lebih tinggi.
21
lebih tinggi dapat mempercepat proses perombakan urea menjadi amonia. Perlakuan
fisik bahan seperti pemotongan atau penggilingan mampu meningkatkan luas
permukaan bahan sehingga dapat meningkatkan akses kontak amonia dengan bahan
yang dibuat amoniasi.
22
yang yang kandungan nutrisinya dapat ditingkatkan nutrisinya untuk meningkatkan
produktifitas ternak.
Proses fermentasi diikuti dengan adanya proses enzimatis yang berasal dari
metabolisme mikroorganisme. Agar dapat berlangsung, proses fermentasi diperlukan
adanya berbagai jenis mikroorganisme yang dapat menghasilkan enzim. Beberapa
mikroba yang umum digunakan pada proses fermentasi adalah mikrobia selulolitik
(mendegradasi utama serat kasar), mikrobia yang dapat mendegradasi keratin (protein
sulit dicerna), atau mikrobia yang mampu mengeliminasi zat antinutrisi (tannin,
mimosin dan lainnya). Perlakuan secara biologi memiliki kelebihan yaitu diperlukan
waktu yang tidak terlalu lama dan relatif berjalan secara efisien, tidak tergantung cuaca.
Namun demikian agar diperoleh hasil yang maksimal diperlukan kondisi lingkungan
(suhu, kelembaban, pH dan lainnya) yang optimum untuk mendukung pertumbuhan
mikrobia.
Proses fermentasi terjadi sebagai akibat keberadaan sejumlah sel yang memiliki
karakteristik sama yang dikembangbiakkan pada kondisi yang disiapkan. Dari proses
pengembangbiakkan ini akan dihasilkan enzim, antibiotika, zat kimia organik atau
protein sel tunggal. Protein sel tunggal merupakan substrat dari mikroorganisme yang
dihasilkan pada proses fermentasi atau fotosintesis. Enzim yang diproduksi dari proses
fermentasi dapat menaikkan kandungan nutrisi, meningkatkan produktivitas ternak
melalui peningkatan kecernaan pakan. Kandungan NDF dan ADF serta hemiselulosa
tongkol jagung mengalami penurunan setelah difermentasi dengan Trichoderma
harzianum selama 9 hari dengan dosis inokulum 7%. Beberapa enzim yang diproduksi
pada fase pertumbuhan kapang, terdapat adanya perubahan pada komponen dari bahan
substrat. Kandungan protein dedak padi yang difermentasi dengan kapang Trichoderma
harzianum, mengalami peningkatan dari 8,74 % menjadi 14,66 %., sedangkan
kandungan serat kasar mengalami penurunan dari 18,90 % menjadi 12,81 %
23
J. Latihan 3
Jawablah soal-soal berikut dengan singkat dan jelas
1. Jelaskan sistem kerja perlakuan alkali pada bahan pakan
2. Sebut Karakteristik ideal bahan kimia yang dapat digunakan untuk
meningkatkan nilai nutrisi bahan pakan
3. Sebutkan 1 contoh perlakuan pakan secara biologi
K. Rangkuman 3
Perlakuan pakan secara kimiawi dapat berupa alkali, asam dan oksidasi.
Perlakuan tersebut dapat menggunakan bahan kimia yang meliputi kaustik soda
(NaOH), potas (KOH), kalsium hidroksioda (Ca (OH)2), ammonia anhydrase (NH3),
larutan amonia (NH4OH), sulfur dioksida (SO2), asam sulfat (H2SO4), asam klorida
(HCL) dan natrium klorida (NaCl). Kualitas nutrisi bahan pakan yang berbasis limbah
dapat ditingkatkan secara efektif dengan perlakuan secara kimiawi. Perlakuan pakan
secara biologis dilakukan melalui proses fermentasi dengan melibatkan mikroba yang
yang bersumber dari kapang, khamir, dan bakteri. Melalui teknologi fermentasi, bahan-
bahan yang yang kandungan nutrisinya rendah dapat ditingkatkan sehingga nilai
pakannya meningkat.
L. Evaluasi 3
24