PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2. Klasifikasi
1. Stroke Hemorargik
2. Stroke Iskemik
b. Stroke Lakunar
dan arteri karotis interna. Para pasien stroke ini mungkin sudah
2.2.1. Etiologi
1. Thrombosis Cerebral.
biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur.
Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan
otak :
a. Atherosklerosis
aliran darah.
otak oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli
timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat
menimbulkan emboli :
Desease.(RHD)
b. Myokard infark
c. Fibrilasi
embolus-embolus kecil.
3. Haemorhagi
herniasi otak.
vena.
4. Hypoksia Umum
5. Hipoksia setempat
2.2.2.Manifestasi Klinis
v. Sulit bicara.
1. Kehilangan motoric
2. Kehilangan komunikasi
komunikasi, misalnya :
a. Disartria, yaitu kesulitan bicara yang ditunjukkan dengan bicara
3. Gangguan Persepsi
dari sisi tubuh yang sakit dan mengabaikan sisi/ruang yang sakit
tersebut.
a. Stroke iskemik
Ada peringatan
Nyeri kepala ringan
b. Stroke perdarahan
1.1.6. Patofisiologi
dari pembuluh darah diluar otak yang tersangkut di arteri otak. Saat
atheroma fragmen lemak yang akan terlepas dan terbawa darah hingga
intrakranial dan akan menimbulkan nyeri. Salah satu cara sel otak
kimiawi dan listrik di sel otak lain dengan melekat ke suatu molekul di
tersebut.
diri karena tidak bisa menggerakkan tubuh untuk merawat diri sendiri,
komunikasi.
1.1.7. Pathway/Kerangka Teori Stroke
Menjadi kapur/mengandung
Faktor Penimbunan lemak/kolesterol Lemak yang sudah nekrotik dan kolesterol dengan infiltrasi
pencetus/etiologi yang meningkat dalam darah berdegenerasi limfosit (trombus)
Nyeri Akut
Arteri carotis interna Arteri vertebra basilaris Arteri cerebri media
Refluks
Disfagia
Anoreksia
Defisit Nutrisi
2. Disritmia jantung.
3. Kontraktur.
atropi.
8. Malnutrisi
1. Angiografi serebral
2. Elektro encefalography
4. Ultrasonography Doppler
5. CT-Scan
adanya infark.
6. MRI
arachnois/perdarahan intracranial.
yang meluas.
8. Pemeriksaan Laboratorium
inflamasi.
kerusakan jaringan otak tidak meluas. Pada stadium ini, pasien diberi
itu, dilakukan tindakan juga terapi fisik, okupasi, wicara dan psikologis
terhadap pasien dan keluarga serta tata cara perawatan pasien yang
1. Terapi Umum
oral.
spectrum luas.
2. Terapi Khusus
malformation, AVM).
1. Terapi Umum
Letakkan kepala pasien pada posisi 300, kepala dan dada pada
intermittent).
nasogastric.
2-3 hari pertama. Hipoglikemia (kadar gula darah <60 mg% atau
2. Terapi Khusus
2. Penatalaksanaan komplikasi.
4. Prevensi sekunder.
2.2.5 Evaluasi
Menurut setiadi (2012) dalam buku konsep dan penulisan asuhan keperawatan
tahapan penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
Terdapa dua jenis evaluasi:
a. Evaluasi Formatif (Proses)
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan
keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi formatif ini meliputi 4
komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif, objektif, analisis data dan
perencanaan.
1) S (subjektif) : Data subjektif dari hasil keluhan klien, kecuali pada klien yang afasia
2) O (objektif) : Data objektif dari hasi observasi yang dilakukan oleh perawat.
3) A (analisis) : Masalah dan diagnosis keperawatan klien yang dianalisis atau dikaji dari
data subjektif dan data objektif.
4) P (perencanaan) : Perencanaan kembali tentang pengembangan tindakan keperawatan,
baik yang sekarang maupun yang akan datang dengan tujuan memperbaiki keadaan
kesehatan klien.
b. Evaluasi Sumatif (Hasil)
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas proses
keperawatan selesi dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan menilai dan memonitor
kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan.
Ada 3 kemungkinan evaluasi yang terkait dengan pencapaian tujuan keperawatan (Setiadi,
2012), yaitu:
1) Tujuan tercapai atau masalah teratasi jika klien menunjukan perubahan sesuai dengan
standar yang telah ditentukan
2) Tujuan tercapai sebagian atau masalah teratasi sebagian atau klien masih dalam proses
pencapaian tujuan jika klien menunjukkan perubahan pada sebagian kriteria yang telah
ditetapkan
3) Tujuan tidak tercapai atau masih belum teratasi jika klien hanya menunjukkan sedikit
perubahan dan tidak ada kemajuan sama sekali.
BAB III
LAPORAN KASUS
1. PENGKAJIAN
A. Identitas
1. Identitas klien
Nama : Ny. A
Umur : 62 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
No. RM : 00.9582.xx
Tanggal masuk RS : 21 November 2022
Tanggal Pengkajian : 21 November 2022
Alamat : Jl. Pelita 6 GG. Sepakat
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. M
Umur : 64 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan klien : Suami
B. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama
Klien mengalami kelemahan anggota gerak sebelah kiri.
2. Riwayat penyakit sekarang
Pada tanggal 21-11-2022 klien masuk IGD Siti Hajar dan langsung dirujuk ke
RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. klien masuk IGD dengan keluhan tidak dapat
menggerakan anggota tubuh bagian kiri dan bibir pelo yang mengakibatkan kesulitan
berbicara. Di IGD klien diobservasi selama 4 jam, kemudian dari IGD klien di masukkan
ke ruang perawatan angsoka dengan keluhan yang sama. Pada tanggal 21-11-2022 saat di
kaji keluarga klien mengatakan klien tidak dapat menggerakan anggota tubuh sebelah kiri
dan berbicara pelo.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga mengatakan klien pernah dirawat dengan keluhan yang sama di rumah
sakit sebelumnya. Tahun 2022 di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien stroke sering kali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang
melakukan aktivitas
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit jantung
dan hipertensi.
D. PEMERIKSAAN FISIK:
Keadaan Umum: Sedang
Kesadaran: Compos mentis
GCS: 15 (E4M6V5 )
TTV:
TD: 170/110mmHg,
N: 100x/mnt,
RR: 26x/mnt
T: 37oC
TB : 150 cm
BB : 55 kg
Spo2: 98%
Body System:
A. Sistem Syaraf
Refleks Fisiologis
Patella: 2 (Normal)
Achilles: 2 (Normal)
Bisep: 2 (Normal)
Trisep: 2 (Normal)
Brankioradialis : 2 (Normal)
Pemeriksaan syaraf kranial
1) N1 : Klien mampu membedakan bau minyak kayu putih dan alkohol
2) N2 : Klien mampu tidak mampu membaca dalam jarak 30 cm
3) N3: Klien mampu mengangkat kelopak mata
4) N4 : Klien mampu menggerakkan bola mata kebawah
5) N5 : Klien mampu mengunyah
6) N6 : Klien mampu menggerakkan mata kesamping
7) N7 : Klien mampu tersenyum dan mengangkat alis mata
8) N8 : Klien mampu mendengar dengan baik
9) N9 : Normal (Klien mampu membedakan rasa manis dan asam
10) N10 : Klien susah menelan
11) N11 : Klien mampu menggerakkan bahu dan melawan tekanan
12) N12 : Lidah klien tidak simetris lebih condong kearah sebelah kiri
B. Sistem Pencernaan
BB : 55 Kg
TB : 150 Cm
IMT : 24,4
Diet
- Frekuensi makan 3 kali/hari
- Porsi makan dihabiskan
BAB: 1 kali/hari
Abdomen:
Inspeksi:
- Bentuk : Bulat
- Tidak ada bayangan vena
- Tidak terlihat adanya benjolan
- Tidak ada luka operasi pada abdomen
- Tidak terpasang drain
Auskultasi: Peristaltik 10 kali/menit
Palpasi:
- Tidak ada nyeri tekan
- Tidak teraba adanya massa
- Tidak ada pembesaran pada hepar dan lien
Perkusi: Tidak ada nyeri pada pemeriksaan perkusi ginjal
C. Sistem Perkemihan
Kemampuan berkemih :
1) Menggunakan alat bantu
2) Jenis : Folley Chateter
3) Ukuran : 16
4) Hari ke – 4
Produksi urine 2200ml/hari
Warna : Kuning cerah
Bau : Khas urine
Tidak ada distensi kandung kemih
Tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih
- Keamanan Lingkungan (resiko jatuh): Total skor penilaian risiko klien jatuh dengan
skala morse adalah 60 klien dalam kategori risiko
- Status Fungsional Barthel Indeks: Total skor 8, dengan kategori tingkat
ketergantungan klien adalah ketergantungan berat
2. ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI PROBLEM
DS : - Hipertensi Risiko perfusi serebral tidak
DO : efektif
Kesadaran compos mentis
GCS 15 ( E4M6V5 )
TTV :
TD: 170/110mmHg
N: 100 x/menit
RR: 26 x/menit
S: 37 Oc
DS : Gangguan neuromuskular Gangguan mobilitas fisik
Klien mengatakan tangan
dan kaki kiri terasa lemah
Klien mengatakan lemah
untuk beraktifitas
Klien mengatakan selalu
membutuhkan bantuan
orang lain untuk
melakukan aktifitasnya
DO :
Kekuatan otot tampak
menurun
Aktifitas klien dibantu
oleh keluarga dan perawat
Rentang gerak (ROM)
menurun
Klien terlihat lemah dan
hanya berbaring ditempat
tidur
DS : - Kekuatan otot menurun Resiko jatuh
DO :
Skala morse klien kategori
risiko tinggi 60
Pagar pengaman klien
selalu terpasang
Kekuatan otot klien
menurun
DS : Penurunan sirkulasi serebral Gangguan komunikasi
Klien mengatakan sulit verbal
berbicara
DO:
Klien tampak sulit
berbicara
Klien telihat kurang jelas
saat berbicara
Bibir klien tampak pelo
3. PRIORITAS MASALAH/DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan hipertensi
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular
3) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi serebral
4) Resiko jatuh berhubungan dengan kekuatan otot menurun
4. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Dx Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
1. Risiko perfusi Setelah dilakukan Intervensi utama :
serebral tidak efektif tindakan keperawatan Manajemen peningkatan tekanan
berhubungan dengan selama 3x24 jam, perfusi intrakranial.
hipertensi. serebral meningkat
dengan Tindakan :
Kriteria hasil: Observasi
1) Tekanan intra cranial Identifikasi penyebab risiko
menurun peningkatan TIK (mis. Lesi,
2) Nilai rata-rata gangguan metabolisme, edema
tekanan darah serebral).
membaik Monitor tanda/gejala
3) Tekanan darah peningkatan TIK (mis. Tekanan
sistolik menurun darah meningkat, tekanan nadi
4) Tekanan darah melebar, bradikardia, pola
diastolik menurun napas ireguler, kesadaran
menurun).
Monitor MAP (Mean Arterial
Pressure)
Monitor CVP (Central Venous
Pressure)
Monitor PAWP
Monitor PAP
Monitor ICP (Intra Cranial
Pressure)
Monitor CPP (Cerebral
Perfusion Pressure)
Monitor gelombang ICP
Monitor status pernapasan,
Monitor intake dan output
cairan
Monitor cairan serebro-spinalis
(mis. Warna, konsistensi)
Terapeutik
Minimalkan stimulus dengan
menyediakan lingkungan yang
tenang
Berikan posisi semi fowler
Hindari maneuver Valsava
Cegah terjadinya kejang,
Hindari penggunaan PEEP
Hindari pemberian cairan IV
hipotonik
Atur ventilator agar PaCO2
optimal
Pertahankan suhu tubuh normal.
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian sedasi
dan antikonvulsan; jika perlu.
Kolaborasi pemberian diuretic
osmosis
Kolaborasi pemberian pelunak
tinja.
2 Gangguan mobilitas Setelah dilakukan Intervensi utama :
fisik tindakan keperawatan Dukungan mobilisasi
berhubungan dengan selama 3x24 jam,
gangguan mobilitas fisik Tindakan :
neuromuskular. meningkat dengan
Kriteria hasil: Observasi
1) Pergerakkan Identifikasi adanya nyeri atau
ekstermitas keluhan fisik lainnya
meningkat. Identifikasi toleransi fisik
2) Kekuatan otot melakukan pergerakan
meningkat. Monitor frekuensi jantung dan
3) Rentang gerak tekanan darah sebelum memulai
(ROM) meningkat. mobilisasi
4) Gerakkan terbatas Monitor kondisi umum selama
menurun. melakukan mobilisas
5) Kelemahan fisik
menurun. Terapeutik
Fasilitasi aktivitas mobilisasi
dengan alat bantu (misal. pagar
tempat tidur)
Fasilitasi melakukan
pergerakan, Jika perlu
Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
Anjurkan melakukan mobilisasi
dini
Ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan (misal.
duduk di tempat tidur, duduk di
sisi tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
Terapeutik
Gunakan metode komunikasi
alternatif (mis. menulis, mata
berkedip, papan komunikasi
dengan gambar dan huruf,
isyarat tangan, dan komputer)
Sesuaikan gaya komunikasi
dengan kebutuhan (mis. berdiri
didepan pasien, dengarkan
dengan seksama tunjukkan satu
gagasan atau pemikiran
sekaligus, bicaralah dengan
perlahan sambil menghindari
teriakan, gunakan komunikasi
tertulis, atau meminta bantuan
keluarga untuk memahami
ucapan pasien)
Modifikasi lingkungan untuk
meminimalkan bantuan
Ulangi apa yang disampaikan
pasien
Berikan dukungan psikologis
Gunakan juru bicara, jika perlu
Edukasi
Anjurkan berbicara perlahan
Ajarkan pasien dan keluarga
proses kognitif, anatomis, dan
fisiologis yang berhubungan
dengan kemampuan berbicara
Kolaborasi
Rujuk ke ahli patologibicara
atau terapis
4 Resiko jatuh Setelah dilakukan Intervensi Utama :
berhubungan dengan tindakan keperawatan Pencegahan Jatuh
kekuatan otot selama 3x24 jam tingkat
menurun jauh menurun dengan Tindakan :
Kriteria hasil : Observasi
1) Jatuh dari tempat Identifikasi faktor risiko jatuh
tidur menurun (mis. usia > 65 tahun,
2) Jatuh saat penurunan tingkat kesadaran,
dipindahkan defisit kognitif, hipotensi
menurun. ortostatik, gangguan
keseimbangan, gangguan
penglihatan, neuropati)
Identifikasi risiko jatuh
setidaknya sekali setiap shift
atau sesuai dengan kebijakan
institusi
Identifikasi faktor lingkungan
yang meningkatkan resiko jatuh
(mis. lantai licin, penerangan
kurang)
Hitung risiko jatuh dengan
menggunakan skala (mis. Fall
Morse Scale, Humpty Dumpty
Scale), jika perlu
Monitor kemampuan berpindah
dari tempat tidur ke kursi roda
dan sebaliknya
Terapeutik
Orientasikan ruangan pada
pasien dan keluarga
Pastikan roda tempat tidur dan
kursi roda selalu dalam kondisi
terkunci
Pasang handrall tempat tidur
Atur tempat tidur mekanis pada
posisi terendah
Tempatkan pasien berisiko
tinggi jatuh dekat dengan
pantauan perawat dari nurse
station
Gunakan alat bantu berjalan
(mis. kursi roda, walker)
Dekatkan bel pemanggil dalam
jangkauan pasien
Edukasi
Anjurkan memanggil perawat
jika membutuhkan bantuan
untuk berpindah
Anjurkan menggunakan alas
kaki yang tidak licin
Anjurkan berkonsentrasi untuk
menjaga keseimbangan tubuh
Anjurkan melebarkan jarak
kedua kaki untuk meningkatkan
keseimbangan saat berdiri
Ajarkan cara menggunakan bel
pemanggil untuk memanggil
perawat
5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN