Anda di halaman 1dari 4

”DAMPAK SOSIAL EKONOMI PENYAKIT MULUT dan KUKU

TERHADAP PEMBANGUNAN PETERNAKAN DI DESA MOYO


KECAMATAN MOYO HILIR”

Di Susun Oleh:
Dwipa Anzhori
NIM : 20.54231.1.048

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS SAMAWA
SUMBAWA BESAR
2021/2022
A. Kerangka Berpikir
Penyakit mulut dan kuku atau biasa disebut PMK pada hewan ternak kerap dijumpai akhir-akhir ini.
Kerugian dari dampak penyakit ini bukan hanya dirasakan oleh peternak, namun juga dapat dirasakan oleh
masyarakat luas.Penyakit mulut dan kuku (PMK) adalah penyakit infeksi virus yang bersifat akut dan
sangat menular. Penyakit ini menyerang semua hewan berkuku belah/genap, seperti sapi, kerbau, babi,
kambing, domba termasuk juga hewan liar seperti gajah, rusa dan sebagainya. PMK adalah penyakit
paling penting pada ternak karena dampak langsungnya terhadap produktivitas dan konsekuensi
ekonomi yang sangat besar terhadap perdagangan ternak dan produk ternak.

Dampak sosial ekonomi dapat kita lihat pada sapi yang terkena penyakit PMK akan menurunkan
produksi susu dan dagingnya, juga berkurang reproduksinya serta tenaganya. Dengan adanya kematian
dan turunnya produktivitas serta reproduktivitas ternak ini menimbulkan pendapatan peternak
menurun tajam. Suplai produk ternak berkurang sehingga dapat berdampak kerentanan dan kerawanan
pangan terutama sumber protein hewani. Harga sapi di sejumlah pasar hewan turun akibat maraknya
Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Hewan sapi yang terkapar usai terserang Penyakit Mulut dan Kuku
(PMK). Akibatnya seluruh hewan ternaknya kini mengalami penurunan harga jual dari Rp15 juta menjadi
Rp2 juta per ekor. Secara spesifik bahwa ancaman penyakit PMK dapat dilihat dari 3 komponen
yaitu,populasi ternak,kerugian ekonomi dan produktivitas ternak.

Potensi dampak negatif yang sedang dirasakan oleh peternak di pedesaan khususnya adalah
angka kematian yang semakin meningkat dan berdampak pada tersendatnya angka pertumbuhan
populasi ternak. Produksi ternak juga mengalami penurunan yang dilanjutkan dengan kerugian ekonomi
peternak.Pada jangka panjang, penurunan produksi dan populasi ternak dapat berdampak pada makin
sulitnya pencapaian swasembada pangan dan meningkatnya angka stunting.Peternak juga dihadapkan
pada potensi kerugian ekonomi. Merujuk Andrew McFadden dalam Naipospos (2004), Didiek
menjelaskan wabah PMK dapat menyebabkan kehilangan produktivitas diantaranya berupa penurunan
tingkat pertumbuhan sapi potong yang 10-20 persen lebih lama mencapai dewasa. Penurunan fertilitas
dan perlambatan kebuntingan serta kematian anak 20-40 persen untuk domba dan babi, juga
terganggunya perdagangan domestik oleh pengendalian lalu lintas ternak dan besarnya biaya eradikasi
PMK.

Untuk menghitung perkiraan dampak ekonomi bergantung pada tiga hal: (a) durasi wabah dan
jangkauan geografis wabah; (b) tingkat embargo perdagangan terhadap produk-produk ekspor; dan (c)
reaksi konsumen; dan (d) tindakan pengendalian penyakit. Nilai ekspor yang hilang akan menjadi
kerugian besar bagi perekonomian.Selain itu, upaya respons PMK akan melibatkan biaya langsung untuk
depopulasi, pembayaran ganti rugi, disposal hewan, disinfeksi, dan tindakan pengendalian lalu-lintas
hewan dan produknya, serta vaksin jika vaksinasi dipilih sebagai tindakan pengendalian penyakit.Biaya
tidak langsung tambahan akan dikeluarkan oleh konsumen dan sektor ekonomi terkait seperti produsen
dan pemasok pakan. Setiap wabah PMK kemungkinan akan berdampak ekonomi yang cukup besar dan
berkepanjangan.Begitu besarnya potensi kerugian yang harus ditanggung oleh industri peternakan .

Kerugian ekonomi bagi kegiatan usaha peternak juga disebabkan oleh kehilangan produktivitas
karena penurunan produksi susu (25% per tahun), penurunan tingkat pertumbuhan sapi potong (10% –
20%), kehilangan tenaga kerja (60% – 70%), penurunan fertilitas (10%) dan perlambatan kebuntingan,
kematian anak (20% – 40%), dan pemusnahan ternak yang terinfeksi secara kronis.
Dari pemaparan mengenai dampak sosial ekonomi penyakit mulut dan kuku ini dapat diambil
kesimpulan bahwa PMK ini sangat mempengaruhi pembangunan peternakan yang dikarenakan PMK
berdampak langsung terhadap produktivitas dan konsekuensi ekonomi yang sangat besar terhadap
perdagangan ternak dan produk ternak. Potensi dampak negatif yang sedang dirasakan oleh peternak di
pedesaan khususnya adalah angka kematian yang semakin meningkat dan berdampak pada
tersendatnya angka pertumbuhan populasi ternak.Untuk itu pembangunan peternakan ini diawali dari
pemulihan sektor peternakan dari wabah PMK hingga terwujudnya pembangunan peternakan yang di
harapkan dapat terpenuhi.

Berikut digambarkan bagan kerangka pemikiran dari penelitian ini :

PMK

DAMPAK SOSIAL
EKONOMI

PPOPULASI TERNAK KERUGIAN EKONOMI PRODUKTIVITAS TERNAK

PEMBANGUNAN
PETERNAKAN

Gambar Kerangka Pemikiran


B. Overasional Variabel

Variabel Devinisi Variabel Dimensi Ukuran No. Skala


Kuesioner Pengukuran
Dampak Dampak sosial adalah pengaruh atau akibat Pengaruh Tingkat produktivitas 1 Ordinal
sosial  dari gejala sosial sehingga mengakibatkan dan reproduktivitas
pada perubahan baik yang bersifat positif atau ternak
negatif bagi lingkungan sosial dan
keadaan sosial., (Soekanto, 2006: 374).

Tingkat pengendalian 2 Ordinal


penyakit pada ternak
Tingkat angka 3 Ordinal
stunting terhadap
ternak
Ekonomi Tingkat pendapatan 4 Ordinal
peternak
Tingkat konsekuensi 5 Ordinal
ekonomi terhadap
lalu-lintas
perdagangan ternak
dan produknya
Tingkat kerugian 6 Ordinal
ekonomi bagi
kegiatan usaha
peternak
Tingkat embargo 7 Ordinal
perdagangan
terhadap produk-
produk ekspor
Tingkat penurunan 8 Ordinal
harga jual beli ternak

Anda mungkin juga menyukai