Anda di halaman 1dari 2

KAJIAN TEORI

A. Rekonstruksi Dalam
Rekonstruksi menggunakan satu bahasa. Hal ini bertujuan untuk memulihkan suatu
bahasa pada tahap perkembangan tertentu pada masa lampau, dengan menggunakan
bahan dari satu bahasa saja. Rekonstruksi dapat dilakukan dengan sebab-sebab dalam
sebuah bahasa, sebagai berikut:
1. Adanya alomorf
Pada bahasa Indonesia kita dapat menemukan beberapa bentuk kata seperti,
berlari, berjalan, belajar, dan lain sebaginya. Dalam Linguistik Historis
Komparatif kita perlu membahas bagaimana bentuk dasar pada masa lampau.
Apakah bentuknya itu ber-, be-, atau bel.

2. Netralisasi
Bahasa Jerman Modern memiliki beberapa konsonan, diantaranya ada enam, yaitu
/p/,/t/,/k/,/b/,/d/, dan /g/. Semuanya dapat muncul di posisi awal dan tengah tetapi
pada posisi akhir hanya ada /p/, /t/, dan /k/. Kata dasar dari kata benda dan kata
sifat yang berakhir dengan setop akan menunjukkan dua pola yang berlainan
apabila mendapat imbuhan akhiran infleksi:
a. Ty.p – ty.pen ‘tipe’
b. Tawp – tawben ‘tuli’
Pada analisis deskriptif fenomena ini juga dipersoalkan. Pada konsonan /b/,
/d/, dan /g/ secara deskriptif mengalami proses netralisasi pada posisi akhir,
dan diganti dengan konsonan /p/, /t/, /k/. Fenomena ini dapat disimpulkan
bahwa secara historis dalam bahasa Jerman yang lebih tua yaitu konsonan
/b/, /d/ dan /g/ harus muncul pada posisi akhir.

3. Reduplikasi
Reduplikasi adalah fenomena dalam bahasa yang digunakan untuk mengadakan
rekonstruksi dalam. Seperi bahasa Sansekerta, Yunani, dan Latin terdapat
reduplikasi bentuk perfik kata kerja:
Sansekerta : da – dau ‘saya telah memberi’
Yunani : de – do – ka ‘saya telah memberi’
Latin : de – di ‘saya telag memberil’

4. Bentuk Infleksi
Fenomena tentang hilangnya aspirate dalam infleksi, khususnya pada infleksi
nomen. Bentuk nominatif kata rambut di bahasa Yunani adalah thriks, sedangkan
bentuk genetifnya yakni trikhos. Hal ini nominatif aspirate hilang dari konsonan
/k/ karena ada penanda /s/.

B. Rekonstruksi di atas Morfem


Pengguna metode korespondensi fonemis, rekonstruksi fonemis dan rekonstruksi
morfemis mengandung asumsi bahwa terdapat hubungan antar bangsa yang
dibandingkan, dengan melalui rekonstruksi melalui korespondesi fonemis dapat
disusun:
1. Fonem proto: yaitu fonem purba yang menurunkan satu fonem atau lebih dalam
bahasa sekarang
2. Morfem proto: yaitu morfem purba yang menurunkan satu morfem atau lebih
dalam bahasa sekarang
3. Bahasa proto: yaitu bahsa yang menurunkan beberapa bahasa baru

C. Penerapan Rekonstruksi
Bahasa proto tidak serta-merta terjadi sejumlah bahasa kerabat. Terdapat proses
perubahan di dalamnya. Dalam hal ini malah ada bahasa yang hilang karena
penuturnya lenyap atau pendukungnya sudah beralih menggunakan bahasa lain.
Pada saat ini kita member kesempatan atau peluang untuk menimbulkan suatu bahasa
proto dapat diturunkan menjadi lebih dari dua bahasa, hal ini tergangung dari faktor
yang mendominasi terjadinya pencabangan tersebut.
Misalnya suatu wilayah terjadi bencana alam dan mengharuskan masyarakat terbagi
ke lima daerah yang secara geografis terpisah satu dengan yang lainnya, maka secara
logis akan dapat diterima bahwa timbul lima bahasa baru. Mengadakan rekonstruksi
baik fonemis maupun morfemis pada prinsipnya adalah suatu usaha untuk menelusuri
jejak perpisahan bahasa itu.

Anda mungkin juga menyukai