Anda di halaman 1dari 36

IMPLEMENTASI MANAJEMEN ALIH DAYA

Logo

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN


PT PLN (PERSERO)
LINGKUP BAHASAN

1. Overview Pengawasan Ketenagakerjaan pada Kontrak Alih Daya

2. Standarisasi Kontrak dan SLA

3. Komponen Pembayaran Hak Normative

4. Proses Pengawasan Perpindahan Tenaga Kerja Dari Vendor Lama Ke Vendor Baru
(Impassing)

5. Audit Ketenagakerjaan yang Sesuai Dengan Perundang-Undangan

z www.pln.co.id
| 2
LATAR BELAKANG

Sebagai salah satu perusahaan yang memiliki jumlah tenaga alih daya sebanyak lebih dari 100.000
tenaga alih daya (TAD) yang tersebar ke seluruh Indonesia, dan sebagai perusahaan yang tunduk
dan comply terhadap peraturan perundang-undangan terutama pada aspek ketenagakerjaan dimana
PT. PLN (Persero) sebagai perusahaan pemberi pekerjaan harus memastikan bahwa seluruh hak
normatif TAD sudah terbayarkan secara pass through (secara langsung dan tidak dipotong oleh
perusahaan alih daya) maka salah satu strategi perusahaan adalah dengan mengeluarkan peraturan
direksi yang mengatur tata cara serta hak dan kewajiban yang jelas antara pemberi pekerjaan dan
penerima pekerjaan.

Salah satu permasalahan yang sering mencuat dalam proses bisnis alih daya ini adalah efektifitas
perusahaan pemberi pekerjaan dalam melakukan pengawasan pemberian hak-hak normatif TAD
kepada perusahaan alih daya sebagai penerima pekerjaan kepada TADnya. Hal tersebutlah yang
menjadi titik berat dari disusunnya Materi Pembelajaran ini, dimana peserta harus memahami
bagaimana melakukan pengawasan ketenagakerjaan yang efektif sebagai salah satu amanat dari
perundang-undangan yang telah diejawantahkan dalam peraturan direksi.

Tentunya sebelum para peserta dapat melakukan pengawasan ketenagakerjaan yang efektif, peserta
harus terlebih dahulu memahami teori dasar serta dasar-dasar aturan yang berlaku dalam proses
bisnis alih daya ini.

3
BAB I
OVERVIEW PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN
1.1 Pengertian Alih Daya
Menurut Maurice F. Greaver II “Outsourcing is the act of transferring some of a company’s
recurring internal activities and decision rights to outside provider, as set forth in a contract.” Alih
Daya adalah tindakan pengalihan sebagian pekerjaan internal perusahaan, yang bersifat berulang
dan termasuk hak pengambilan keputusan oleh perusahaan alih daya berdasarkan ketentuan dalam
Perjanjian. Alih Daya di Indonesia dilakukan dengan mengalihkan sebagian pekerjaan dari
satu perusahaan ke perusahaan alih daya, yang bertujuan untuk sharing kompetensi dan risiko serta
optimalisasi biaya.

Tiga unsur penting tenang Alih Daya :

1. Adanya pengalihan pekerjaan.


2. Pekerjaan yang dialihkan dapat meliputi pelaksanaan, pengawasan dan pengambilan
keputusan.
3. Didasarkan pada kesepakatan dalam perjanjian antara pemberi pekerjaan dan penerima
pekerjaan.

1.2 Ketentuan Alih Daya UU 13 Tahun 2003

Gambar 1. 1 Ketentuan Alih Daya UU 13

Ketentuan Alih Daya pada UU 13 Tahun 2003 dibagi menjadi 2 pola yaitu :

1. Penyedia Jasa Pekerja (PJP)


2. Pemborongan Pekerjaan (PP)

4
Sesuai SKDIR 500/2013 menyatakan bahwa Alih Daya di PLN mengunakan pola PP

Gambar 1. 2 Perbedaan PJP dan PP


Gambar diatas menunjukan perbedaan antara pola penyediaan jasa pekerjaan dan pola
pemborongan pekerjaan.

1.3 Tenaga Alih Daya dan Pegawai


Dengan jumlah alih daya sebanyak 113.161, maka pada Perdir 0219/2019 menyatakan untuk
melakukan penambahan tenaga alih daya, divisi/unit induk harus meminta izin tertulis kepada EVP
OD dengan sebelumnya melakukan evaluasi efektivitas dan produktifitas tenaga alih daya di divisi
atauunitinduktersebut.
Catatan :

Surat DIRHCM Nomor 22284 tanggal 24 September 2020 terkait izin penambahan tenaga alih daya
harus melalui DIR HCM.

A. Tujuan Kebijakan Sistem Alih Daya di PLN

1. Acuan dalam penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan Alih Daya.
2. Dasar pengendalian dan pengawasan dalam pelaksanaan penyerahan sebagian pelaksanaan
pekerjaan kepada perusahaan Alih Daya.
3. Pedoman untuk mendapatkan perusahaan alih daya yang berkualitas dan mampu
melaksanakan pekerjaan sesuai SLA serta menjamin kesejahteraan pekerjannya.
4. Meminimalisir (menghilangkan) potensi masalah ketenagakerjaan yang timbul dari
implementasi Alih Daya

5
1.4 Packaging dan Grouping
Pemaketan (Packaging) adalah penggabungan beberapa kegiatan penunjang menjadi satu paket.

Gambar 1. 3 Packaging

Gambar diatas adalah karakteristik dari Packaging. Contoh sederhana dari Packaging :

1. Pencatatan, penggandaan, pendistribusian dan pengarsipan surat dan dokumen.

2. Pengoperasian dan pemeliharaan gedung dan pertamanan.

3. Pengamanan gedung dan instalasinya.

4. Pengelolaan kendaraan dan pengemudi.

Keempat nomor diatas menjadi 1 jenis perjanjian.

Pengelompokan (Grouping) adalah penggabungan beberapa paket dari beberapa unit/sub unit
menjadi satu paket :

• Menyederhanakan jumlah PJ;

• Mempermudah fungsi pengawasan dan pengendalian;

• Mendapat perusahaan Alih Daya yang berkualitas.

6
Contoh Grouping :

Gambar 1. 4 Contoh Grouping

Pekerjaannya berbeda-beda, tapi dalam 1 kelompok fungsi.

FLOATING WORKFORCE

Diprioritaskan perusahaan alih daya yang sedang melakukan pekerjaan sejenis di luar PLN, sehingga
dapat melakukan rotasi pekerjanya secara lintas perusahaan (tidak hanya di lingkungan PLN).

Gambar 1. 5 Floating Workforce

Contoh pola ideal OS di PLN (to be), dimana perusahaan alih daya dapat merotasi pekerjanya,
contoh :

CS di PLN dapat di rotasi menjadi CS di PT. KAI setelahnya di rotasi kembali ke PT. Angkasa Pura
dst.

Hal ini bertujuan untuk memutus mindset mereka bahwa mereka bekerja bukan di PLN.

7
1.1 Appelin Dan Alur Kegiatan
Dalam ketentuan Permenakertrans RI Nomor 19 Tahun 2012 mengatur beberapa hal terkait alur
kegiatan proses pelaksanaan pekerjaan, yaitu :

1. Alur kegiatan proses pelaksanaan pekerjaan ditentukan oleh Asosiasi Sektor Usaha yang dibentuk
sesuai perundang-undangan yang berlaku àPasal 3 ayat (2) huruf c.
2. Asosiasi Sektor Usaha membuat alur kegiatan proses pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
sektor usaha masing-masing à Pasal 4 ayat (1);
3. Alur kegiatan proses pelaksanaan pekerjaan harus menggambarkan proses pelaksanaan
pekerjaan dari awal sampai akhir serta memuat kegiatan utama dan kegiatan penunjang dengan
memperhatikan persyaratan sebagaimana dimaksud Pasal 3 ayat (2) à Pasal 4 ayat (2);
4. Alur kegiatan proses pelaksanaan pekerjaan yang telah ditetapkan oleh Asosiasi Sektor Usaha
dijadikan dasar bagi Perusahaan pemberi pekerjaan dalam penyerahan sebagian pelaksanaan
pekerjaan melalui Pemborongan Pekerjaan à Pasal 4 ayat (3);
5. Jenis pekerjaan penunjang yang akan diserahkan kepada perusahaan penerima pemborongan
dan perubahannya harus dilaporkan secara tertulis oleh perusahaan pemberi pekerjaan kepada
instansi ketenagakerjaan di tingkat Kabupaten / Kota tempat pemborongan pekerjaan
dilaksanakan à Pasal 5 dan Pasal 8;
6. Perusahaan pemberi pekerjaan dilarang menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada
perusahaan penerima pemborongan apabila belum memiliki bukti pelaporan. Apabila perusahaan
pemberi pekerjaan menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan penerima
pemborongan sebelum bukti pelaporan maka hubungan kerja antara pekerja dengan perusahaan
penerima pemborongan beralih kepada perusahaan pemberi kerja à Pasal 7;
7. Pelaporan alur kegiatan tidak dikenakan biaya à Pasal 16
Adapun point penting terkait alur kegiatan proses pelaksanaan pekerjaan di PLN adalah sebagai
berikut :
a) Sebagai anggota Asosiasi Perusahaan Penyedia Listrik Nasional (APPELIN), alur kegiatan
proses pelaksanaan pekerjaan di PLN ditetapkan oleh APPELIN.
b) Pekerjaan yang merupakan kegiatan utama dilakukan oleh Pegawai PLN, sedangkan
kegiatan penunjang dapat dilakukan oleh Pegawai PLN atau Pekerja Alih Daya.
c) Secara umum kegiatan utama meliputi kegiatan perencanaan dan pengendalian.
d) Judul pada perjanjian pemborongan pekerjaan harus mengacu pada nama pekerjaan
penunjang dalam Penetapan Alur Kegiatan Proses Pelaksanaan Pekerjaan yang ditetapkan
APPELIN.
e) Penyediaan Tenaga Listrik yang merupakan Public Service Obligation adalah bukan kegiatan
utama.
f) Penyediaan Tenaga Listrik yang merupakan Public Service Obligation, memenuhi minimal
salah satu kriteria berikut :
 Merupakan pelaksanaan kewajiban pelayanan sosial kepada masyarakat;
 Berada pada sistem kelistrikan terpisah (isolated system) dan atau berskala kecil yang
ditetapkan lebih lanjut oleh General Manager.

8
Berdasarkan Keputusan Pengurus APPELIN Nomor 01/X/KEP/APPELIN/2013 tanggal 16 Oktober
2013 tentang Alur Kegiatan Proses Pelaksanaan Pekerjaan menentukan :

1. Alur kegiatan proses pelaksanaan pekerjaan usaha ketenagalistrikan

Alur bidang pembangkitan tenaga listrik

Alur bidang penyaluran tenaga listrik

9
Alur bidang distribusi tenaga listrik

Alur bidang penjualan tenaga listrik

10
2. Pengelompokkan kegiatan utama dan kegiatan penunjang
Pengelompokkan kegiatan utama dan kegiatan penunjang pada usaha penyediaan tenaga listrik
a. Bidang Pembangkitan

Catatan :

• A : sebagai asset owner, manager & operator


• B : sebagai asset owner & manager
• C : sebagai asset manager & operator
• D : sebagai asset owner
• E : sebagai asset manager
• F : sebagai asset operator
• KU : Kegiatan Utama
• KP : Kegiatan Penunjang
Penentuan posisi perusahaan dalam kategori A, B, C, D, E atau F ditetapkan lebih
lanjut oleh perusahaan anggota asosiasi.

11
b. Bidang Transmisi

c. Bidang Distribusi

12
d. Bidang Penjualan

e. Pengelompokkan kegiatan utama dan kegiatan penunjang pada usaha pendukung penyediaan
tenaga listrik

13
f. Pengelompokkan kegiatan utama dan kegiatan penunjang pada fungsi pendukung penyediaan
tenaga listrik

14
1.5.1 Kewajiban Alur Pelaporan Kegiatan Penunjang
A. Tahapan Pelaporan Sesuai Permen 19/2012 dan SKD 500/2013 :

1. Usulan alur kegiatan kegiatan pelaksanaan pekerjaan oleh Perusahaan kepada Asosiasi
2. Penyusunan & penetapan alur kegiatan pelaksanaan pekerjaan oleh Asosiasi
3. Pelaporan jenis kegiatan penunjang yang akan dialihkan melalui PP oleh Perusahaan
Pemberi Kerja kepada Disnaker
4. Disnaker mengeluarkan tanda bukti pelaporan kegiatan penunjang

Catatan :

 Judul kontrak PP /lingkup pekerjaan harus mengacu pada Alur Kegiatan APPELIN
 Pemberi pekerjaan dilarang menyerahkan sebagian pekerjaan kepada perusahaan penerima
pemborongan apabila belum memiliki bukti pelaporan.
 Apabila dilanggar, maka hubungan kerja antara pekerja/buruh dengan perusahaan
penerima pemborongan beralih kepada perusahaan pemberi pekerjaan (Pasal 7 Permen
19/2012)

B. SE Menakertrans No. 04/MEN/VIII/2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Permenakertrans


19/2012
1. Usulan alur kegiatan kegiatan pelaksanaan pekerjaan oleh Perusahaan kepada Asosiasi
2. Penyusunan & penetapan alur kegiatan pelaksanaan pekerjaan oleh Asosiasi
3. Pelaporan jenis kegiatan penunjang yang akan dialihkan melalui PP oleh Perusahaan
Pemberi Kerja kepada Disnaker (Form 1)
4. Disnaker mengeluarkan tanda bukti pelaporan kegiatan penunjang (Form 2)

1.5.2 Kebijakan Alih Daya

Ada 4 pointer dari kebijakan Alih Daya yang terdiri dari :

1. Perubahan Kebijakan Alih Daya : Standardisasi perjanjian per-fungsi seperti SLA, syarat bayar,
sanksi/denda, jangka waktu (60 bln dan 72 bln utk transportasi), waktu pemberian seragam,
template RAB.
2. Restrukturisasi Biaya Hak Normative : Restrukturisasi biaya : Koef (%) → BPK; TMK (% x UMK)
→ TMK (% rata-rata inflasi 4,61 x UMK); Penyesuaian tarif premi JKK (risiko kelompok jenis
usaha → risiko lingkungan kerja); Referensi tarif semula take home pay → upah pokok.
3. Pemanfaatan Teknologi melalui aplikasi https://alihdaya.pln.co.id.
4. Izin penambahan alih daya : Penambahan ruang lingkup yang mengakibatkan penambahan alih
daya, harus mendapat izin Kantor Pusat.

15
Berikut perbandingan kebijakan Alih Daya sebelum dan sesudah PERDIR 0219

Gambar 1. 6 Perbandingan PERDIR 0219

16
Dari gambar tersebut bisa kita bedakan perbedaan dari sebelum PERDIR 0219 dan setelah PERDIR
0219.

Restrukturisasi Biaya Ketenagakerjaan

Bantuan Pengembangan Kompetensi (BPK) :

1. Konversi nilai yang dulunya Koef menjadi BPK nilainya flat.

2. Standardisasi nilai BPK per fungsi.

3. Nilai BPK tidak mengikuti UMK.

4. Potensi saving minimal sebesar Rp.119.830.977.434,-/ tahun

5. Potensi saving untuk 1 periode kontrak sebesar Rp.1.311.098.165.401,-

Tunjangan Masa Kerja (TMK) :

1. Konversi nilai yang dulunya Koef menjadi TMK per-tahun.

2. Kenaikan TMK setiap tahunnya sebesar 4,61% (Rata2 inflasi dlm 10 thn terakhir).

3. Nilai TMK tidak mengikuti kenaikan UMK.

4. Potensi saving minimal sebesar Rp.8.439.274.786,-/ tahun.

5. Potensi saving untuk 1 periode kontrak sebesar Rp.48.721.148.744,-.

Penyesuaian Besaran Uang Pengakhiran :

1. Besaran Uang pengakhiran dari 9,2 x diubah menjadi 8 x.

17
BAB II
STANDARDISASI PERJANJIAN DAN SLA
2.1 Perubahan Kebijakan

Bersamaan dengan terbitnya Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor: 0219.P/DIR/2019 tentang
Perubahan Kedua Atas Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor: 500.K/DIR/2013 tentang
Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada Perusahaan Lain di Lingkungan PT PLN
(Persero) pada tanggal 20 Desember 2019, maka terdapat poin-poin perubahan yang secara garis
besar memuat hal-hal yang antara lain adalah sebagai berikut:

1. Standarisasi Kontrak Perjanjian


2. Restrukturisasi Biaya Ketenagakerjaan
3. Pemanfaatan Teknologi melalui aplikasi https://alihdaya.pln.co.id/
4. Izin penambahan alih daya

Service Level Agreement (SLA) merupakan kesepakatan antara PARA PIHAK mengenai tingkat
mutu layanan pelaksanaan Pekerjaan. Adapun tujuan ditetapkannya standarisasi perjanjian antara
lain:

1. Mengatur keberagaman
2. Adanya kepastian hukum
3. Peraturan dan atau ketentuan yang adil
4. Perusahaan Alih Daya Berkualitas
5. Mempermudah MONEV`

18
Tabel 2. 1 Before dan After Perdir 0219

NO. ASPEK SEBELUM PERDIR 0219 SESUDAH PERDIR 0219


Belum ada standardisasi berita Berita acara sudah dibuat secara
acara standard, dan akan dapat diunduh
pada aplikasi alih daya
Berita acara biasanya hanya BAPP, BAST, BA Persiapan
JANGKA WAKTU & ada BAPP dan BAST Pekerjaan, BA penetapan denda, BA
1
NILAI PEKERJAAN pemeriksaan ketenagakerjaan, BA
tambahan pekerjaan, BA
pemeriksaan K3

Diatur terkait Diatur terkait lokasi pekerjaan,


pelaksanaan pekerjaan Persiapan dan pelaksanaan
pekerjaan.

Belum diatur Persiapan pekerjaan diberikan waktu


selama 30 hari kalender, dengan
agenda: Persiapan material
Persiapan pekerja
Persiapan Dokumen izin
Persiapan pengisian data pada
2 RUANG LINGKUP aplikasi

Pelaksanaan pekerjaan secara Pekerjaan baru dapat dimulai setelah


umum, SLA ditaruh di lampiran ada BA
Persiapan Pekerjaan, dan SLA pada
pelaksanaan pekerjaan ada pada
pasal
pelaksaan pekerjaan yang sudah
terstandardisasi

SLA belum standar SLA dibuat terstandardisasi untuk 7


SERVICE LEVEL jenis pekerjaan penunjang yang
AGREEMENT terbagi menjadi SLA pekerjaan, K3,
3 DANSTANDARD pemenuhan hak normatif
OPERATIONAL ketenagakerjaan dan komitmen ILP.
PROCEDURE

19
NO. ASPEK SEBELUM PERDIR 0219 SESUDAH PERDIR 0219
Belum diatur SLA hak normatif:
Membayar upah setiap tanggal 1;
Membayar seluruh hak normatif;
Mengupdate data pekerja pada
aplikasi;
Memastikan jumlah data pekerja
sama; dan
Memiliki modal 3 bulan.

SOP belum standar SOP WAJIB dibuat oleh Direksi


Pekerjaan agar sesuai dengan
kebutuhan pekerjaan PLN

Hak dan kewajiban tersebar di Hak, kewajiban, dan larangan


pasal-pasal dalam perjanjian disatukan dalam satu pasal dan
dipisah untuk masing2 pihak

Vendor tidak memiliki batasan Vendor diberikan kewajiban untuk


waktu untuk memberikan data memberikan data yang diminta
terkait hak normatif pekerja pengawas ketenagakerjaan dalam hal
dalam hal diminta oleh dibutuhkan oleh PLN dalam waktu 3
HAK, KEWAJIBAN, pengawas ketenagakerjaan hari.
4
DAN LARANGAN

Vendor tidak dilarang Vendor dituntut harus memiliki modal


mengagunkanpekerjaan/ yang kuat, sehingga dilarang untuk
menjaminkan untuk melakukan penjaminan pekerjaan,
mendapatkan modal atau pekerjaan untuk mendapatkan
modal.

Jangka waktu 5 tahun Jangka waktu dibagi menjadi 60/72


bulan dan dibagi menjadi 6/7 periode.
Nilai pekerjaan di sebutkan total Nilai pekerjaan dibagi menjadi per
JANGKA WAKTU dan di breakdown per tahun periode dan disebutkan ROK yang
5 DAN NILAI diberikan, juga disebutkan biaya
PEKERJAAN administrasi (ROK) yang diberikan
untuk pekerjaan tambah kurang
(varcost) sesuai Dokumen
Pelelangan.

20
NO. ASPEK SEBELUM PERDIR 0219 SESUDAH PERDIR 0219
Besaran biaya tambahan Besaran biaya tambahan pekerjaan di
pekerjaan di luar lokasi luar lokasi pekerjaan (SPPD)
pekerjaan (SPPD) belum disesuaikan dengan tarif yang
standar. ditetapkan Unit dengan acuan
komponen dalam Perdir.

Besaran harga lembur diatur Besaran biaya lembur di luar waktu


dalam perjanjian tidak standar pelaksanaan, diatur sesuai ketentuan
TAMBAH dan kadang tidak sesuai peraturan perundang-undangan yang
6
PEKERJAAN peraturan. berlaku dan sesuai dengan
pemakaian (at cost) berdasarkan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi No.
KEP.102/MEN/VI/2004 Tentang
Waktu Kerja Lembur Dan Upah Kerja
Lembur

Besaran nilai jampel rata-rata Nilai jampel 9% dari nilai perjanjian


5% dari nilai perjanjian per selama 12 bulan yang diserahkan
tahun setiap periode

Belum diatur Jampel yang diserahkan harus asli,


JAMINAN benar, dan bisa dicairkan, bila tidak,
7 akan dikenakan blacklist
PELAKSANAAN

Belum diatur Syarat pencairan jampel, masa


pengembalian jampel, pembaruan
jampel, dan masa berlaku jampel

Pembayaran dilakukan untuk fix Pembayaran dilakukan untuk fix cost


cost. dan/atau
variable cost.
TATA CARA DAN
8
SYARAT BAYAR Tidak ada batas permohonan Permohonan pembayaran paling
pembayaran untuk vendor. lambat setiap
tanggal 15 setiap bulan.

21
NO. ASPEK SEBELUM PERDIR 0219 SESUDAH PERDIR 0219
Tidak ada batas waktu PLN Pembayaran wajib dilaksanakan
untuk melakukan pembayaran paling lambat 14 hari kerja sejak
kepada vendor dan tidak ada berkas lengkap, apabila tidak
sanksi apabila PLN telat dilaksanakan maka PLN akan
melakukan pembayaran dikenakan denda 9% dari tagihan
bulanan

Tidak ada bukti pemenuhan hak Pemenuhan hak-hak normatif pekerja


normatif sebagai syarat bayar menjadi syarat bayar tagihan bulanan.

Pembayaran tagihan dilakukan Pembayaran Tagihan dilakukan


sesuai realisasi setelah sesuai realisasi setelah dikurangi
dikurangi denda saja denda dan/atau ganti rugi

Perlindungan tenaga kerja Penegasan Perlindungan tenaga


kerja dalam perjanjian.

Memenuhi kewajiban Memenuhi kewajiban pengupahan :


pengupahan (minimal Upah Pokok = UMK+TMK
110%)/koefisien Upah Tidak Tetap = Bantuan
Pengembangan Kompetensi (BPK)

PERLIDUNGAN Tidak ada Penyedia wajib menjamin dan


9 memastikan data yang diinput pada
TENAGA KERJA
aplikasi memiliki jumlah yang sama
selama masa perjanjian

Kemampuan finansial untuk Penyedia mempunyai kemampuan


melakukan pembayaran modal yang cukup selama 90 hari
pekerjanya kalenderr untuk memenuhi hak
normatif pekerjanya

Terdapat Direksi Pekerjaan, Adanya Penunjukan dan penjelasan


Direksi Lapangan, Pengawas tugas dan tanggungjawab Direksi
Pekerjaan, Pengawas Pekerjaan, Direksi Lapangan,
Ketenagakerjaan, dan Pengawas Pekerjaan, Pengawas
PENUNJUKAN Pengawas K3/K2 namun masih Ketenagakerjaan, dan Pengawas
TUGAS DAN belum jelas tugas dan K3/K2.
10
TANGGUNG tanggungjawabnya.
JAWAB

22
NO. ASPEK SEBELUM PERDIR 0219 SESUDAH PERDIR 0219
Seluruh perizinan Seluruh perizinan dilaksanakan dan
dilaksakanakan dan pembiayaan ditanggung oleh
pembiayaan ditanggung oleh penyedia.
11 PERIJINAN
penyedia.

Penyedia dapat dituntut untuk


memberikan ganti rugi apabila terjadi
kesalahan pekerjaan, kecelakaan,
kerusakan, kebakaran atau
Penyedia dapat dituntut untuk
kehilangan pada fasilitas, sarana dan
memberikan ganti rugi apabila
prasarana milik PLN.
terjadi kerugian yang dialami
12 GANTI RUGI
oleh PLN dalam pelaksanaan
pekerjaan pada fasilitas, sarana
dan prasarana milik PLN. Dapat dilakukan penunjukan appraisal
untuk menentukan besaran ganti rugi,
dengan beban penyedia

Dibagi 2, yaitu wanprestasi PLN dan


wanprestasi penyedia. Jenisnya ada 2
yaitu wanprestasi yang dapat
diperbaiki dan wanprestasi yang tidak
dapat diperbaiki.

Wanprestasi yang dapat diperbaiki :


SLA dan SOP
Penyimpangan ILP

Wanprestasi adalah merupakan Wanprestasi yang tidak dapat


13 WANPRESTASI kesalahan penyedia yang tidak diperbaiki :
dapat diperbaiki. Melakukan tindakan pidana;
Pailit, dibubarkan, likuidasi;
Mengalihkan pekerjaan tanpa ijin
PLN;
Jampel terbukti tidak benar;
Tidak memperpanjang Jampel;
Memberikan pernyataan tidak benar;
Tidak melakukan pekerja yang tidak
berintegritas;
Tidak memenuhi kewajiban dalam
perjanjian

23
NO. ASPEK SEBELUM PERDIR 0219 SESUDAH PERDIR 0219
Wanprestasi yang dapat diperbaiki:
Surat Peringatan dengan jangka
waktu 10 hari kalender.
Setelah SP3, PLN dapat mencairkan
Jampel dan tetap menagihkan denda
Surat Peringatan (jangka waktu serta mengakhiri Perjanjian.
7 hari kalender), Surat
Pemutusan Perjanjian,
Pencairan Jaminan
Pelaksanaan. Wanprestasi yang tidak dapat
AKIBAT diperbaiki :
14
WANPRESTASI PLN mengakhiri perjanjian dan akan
mencairkan Jampel.

PLN akan mengenakan sanksi PLN akan mengenakan sanksi


Blacklist kepada penyedia yang Blacklist kepada penyedia yang
perjanjiannya diakhiri karena perjanjiannya diakhiri karena
wanprestasi. wanprestasi.

Denda sesuai SLA Formulasi Denda sudah


diperhitungkan untuk untuk seluruh
SLA maksimal sebesar 9% dari
tagihan bulanan.

15 DENDA
Tidak ada Penyedia dikenakan denda 9% dari
tagihan bulanan apabila tidak
melakukan penagihan dalam waktu
yang ditentukan.

Penyelesaian Sengketa di Penyelesaian Sengketa di Pengadilan


PENYELESAIAN Pengadilan Negeri lokasi Negeri lokasi pekerjaan
16 pekerjaan / BANI.
SENGKETA

24
BAB III
KOMPONEN PEMBAYARAN HAK NORMATIVE
1.
2.
3.

3.1 UMK
Penentuan UMK ditetapkan sesuai dengan Dasar Hukum PP No. 78 tahun 2015 tentang
Pengupahan dan ketetapan Gubernur setempat, serta diberlakukan hanya bagi pekerja dengan masa
kerja kurang dari 1 (satu) tahun.

3.1.1 Formula Perhitungan UMK

UMn = UMt + {UMt x (INFLASIt + %ΔPDBt)}

UMn : Upah Minimum yang akan ditetapkan


UMt : Upah Minimum tahun berjalan
INFLASIt : Inflasi dari periode Sept tahun lalu s.d Sept tahun berjalan
ΔPDBt : Pertumbuhan PDB yang dihitung dari PDB yang mencakup
kwartal III dan IV tahun sebelumnya serta periode kwartal I
dan II tahun berjalan

3.1.2 Pola Penetapan UMK


Skema UMK diberlakukan flat 1-5 tahun dengan ketentuan adanya addendum setiap
tahunnya. Berikut di bawah ini adalah contoh penetapan pola UMK (flat):

Tabel 3. 1 Pro & Kontra Pola Penetapan UMK (Flat)

25
3.2 BANTUAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI
Terbitnya Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor: 0219.P/DIR/2019 membawa
perubahan berupa Restrukturisasi Biaya Ketenagakerjaan, dalam hal ini mengenai Bantuan
Pengembangan Kompetensi (BPK) adalah meliputi hal-hal sebagai berikut:
a) Konversi nilai yang dulunya Koefisien menjadi BPK yang nilainya flat.
b) Standardisasi nilai BPK per fungsi.
c) Nilai BPK tidak mengikuti UMK.
d) Potensi saving minimal sebesar Rp.119.830.977.434,-/ tahun
e) Potensi saving untuk 1 periode kontrak sebesar Rp.1.311.098.165.401,-

3.3 TUNJANGAN MASA KERJA


Terbitnya Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor: 0219.P/DIR/2019 membawa perubahan
berupa Restrukturisasi Biaya Ketenagakerjaan, dalam hal ini mengenai Tunjangan Masa Kerja (TMK)
adalah meliputi hal-hal sebagai berikut:
a) Konversi nilai yang dulunya Koef menjadi TMK per-tahun
b) Kenaikan TMK setiap tahunnya sebesar 4,61% (Rata2 inflasi dlm 10 thn terakhir)
c) Nilai TMK tidak mengikuti kenaikan UMK.
d) Potensi saving minimal sebesar Rp.8.439.274.786,-/ tahun
e) Potensi saving untuk 1 periode kontrak sebesar Rp.48.721.148.744,-

26
3.3 IURAN BPJS JKK

Tabel 3.4.1 – Tabel Penetapan Besaran Iuran BPJS JKK

Tabel 3. 2 Penetapan Besaran (%) JKK Berdasarkan Tingkat Risiko Lingkungan Kerja

27
3.4 THR
Perhitungan Pengganggaran Tunjangan Hari Raya (THR) adalah sesuai dengan ketentuan
sebagai berikut:
a) Dihitung berdasarkan Permenaker No.PER-06/MEN/2016 tentang THR Keagamaan
Bagi Pekerja di Perusahaan
b) Pekerja/buruh yang telah mempunyai masa kerja 12 (dua belas) bulan secara terus
menerus atau lebih, diberikan sebesar 1 (satu) bulan upah
c) Pekerja/buruh yang telah mempunyai masa kerja 1 (satu) bulan secara terus menerus
tetapi kurang dari 12 (dua belas) bulan, diberikan secara proporsional sesuai masa kerja
dengan perhitungan masa kerja / 12 X 1 (satu) bulan upah.

3.5 UANG PENGAKHIRAN


Perhitungan Uang Pengakhiran adalah dengan mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a) Uang pengakhiran wajib dititipkan kepada DPLK / Bank yang dijamin LPS
b) Perhitungan mengacu kepada perhitungan uang pengakhiran untuk pekerja dengan
masa kerja 5 tahun berdasarkan UU No 11 tahun 2020
c) Besaran uang pengakhiran adalah sebesar 8x Upah Pokok yang terdiri atas :
1. Uang pesangon sebesar 6x Upah Pokok;
2. Uang penghargaan masa kerja sebesar 2x Upah Pokok

3.6 JAMINAN SOSIAL


Penentuan Besaran Tarif Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dihitung berdasarkan tingkat risiko
lingkungan kerja PP No 44 Tahun 2015.

BPJS Ketenagakerjaan
Penentuan besaran BPJS Ketenagakerjaan dilaksanakan sesuai dengan:
- Surat Kemenakertrans No. B.234/BINWASK3-PNKJ/IV/2019 tanggal 5 April 2019
- Surat BPJS Naker No. B/13996/042019 tanggal 24 April 2019
- Surat EVP OD No. 0027/SDM.01.01/DIVOD/2019 tanggal 4 Januari 2019 perihal
Iuran JKK BPJS Ketenagakerjaan

Tabel 3. 3 Penentuan Besaran BPJS Ketenagakerjaan

BPJS Kesehatan
Penentuan besaran BPJS Kesehatan dilaksanakan sesuai dengan Perpres No.111 tahun
2013, yakni Pemberi Kerja sebesar 4% dan Peserta/Pekerja sebesar 1%. Adapun iuran
bagi Peserta/Pekerja meliputi pegawai swasta, WNA, dan penerima upah lainnya.
28
3.7 PENGANGGARAN SERAGAM
Penganggaran seragam bagi tenaga kerja alih daya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) Besaran nilai dan spesifikasi seragam ditetapkan oleh masing-masing unit PLN
2) Harus menunjukkan identitas perusahaan alih daya serta tidak menggunakan attribut yang
sama dengan seragam / simbol / logo yang digunakan pegawai PLN
3) Minimal 2 set per tahun

3. 8 RAB NAKER
Sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor: 0219.P/DIR/2019
Pasal 8, bahwa “Perusahaan alih daya wajib bekerjasama dengan bank tertentu untuk
melakukan pembayaran upah dengan sistem pendebitan otomatis (autodebit) pada tanggal 1
setiap bulannya” maka demikian untuk perhitungan RAB tidak ada lagi komponen penghasilan
non take home pay selain yang telah ditentukan melalui ketentuan yang berlaku.

Tabel 3. 4 Standarisasi RAB Naker (Upah Pokok + BPK)

Tabel 3. 5 Standarisasi RAB Naker (Upah Non Take Home Pay)

29
Tabel 3. 6 Standarisasi RAB Naker (Fasilitas Kesejahteraan)

a. TAMBAH PEKERJAAN
Tambah Pekerjaan dalam bentuk Lembur Kerja maupun SPPD harus dengan memperhatikan 3
(tiga) hal berikut:
1) Lokasi Kerja
Wilayah DKI Jakarta dan Bodetabek, Wilayah Kota Bandung dan radius 50 km
2) Waktu Kerja
a. pukul 08.00 – 17.00
b. pukul 06.00 – 14.00
c. pukul 10.00 – 18.00
3) Kondisi Normal
Kondisi kerja normal tanpa ada kejadian luar biasa

i. Kewajiban terhadap Kerja Lembur


a) Membayar upah lembur;
b) Memberi kesempatan istirahat;
c) Memberi makanan & minuman min. 1.400 kalori (untuk pekerjaan > 4 jam)

UPAH LEMBUR PER JAM = 1/173 x Upah Pokok

Maksimal jam kerja lembur adalah 4 (empat) jam per hari dan 18 (delapan belas) jam
per minggu; Dengan pemberlakuan ketentuan sesuai Pasal 78 UU 11 tahun 2020.

ii. Perhitungan Lembur


1. Perhitungan Lembur untuk 5 (lima) hari kerja
1) Pada hari kerja/ hari normal bekerja
a. 1 jam pertama sebesar 1,5 x upah sejam
b. Setiap jam berikutnya sebesar 2 x upah sejam
2) Pada hari istirahat mingguan/ hari libur resmi
a. 8 jam pertama sebesar 2 x upah sejam;
b. Jam ke-9 sebesar 3 x upah sejam;
c. Jam ke-10 & ke-11 sebesar 4 x upah sejam

30
2. Perhitungan Lembur untuk 6 (enam) hari kerja
1) Pada hari kerja/ hari normal bekerja
a. 7 jam pertama sebesar 2 x upah sejam;
b. Jam ke-8 sebesar 3 x upah sejam;
c. Jam ke-9 & ke-10 sebesar 4 x upah sejam
2) Pada hari istirahat mingguan/ hari libur resmi
a. 5 jam pertama sebesar 2 x upah sejam;
b. Jam ke-6 sebesar 3 x upah sejam;
c. Jam ke-7 & ke-8 sebesar 4 x upah sejam

b. KEBIJAKAN WAKTU KERJA ALIH DAYA


Terkait pemberlakuan waktu kerja alih daya terdapat beberapa kebijakan yang harus
diperhatikan, antara lain:
1) Kebijakan waktu kerja alih daya tetap mengacu ketentuan Pasal 77 ayat (2) UU
11/2020
2) Pada sistem PP Alih Daya tidak dikenal perintah kerja lembur dari pemberi kerja
dikarenakan seluruh volume pekerjaan telah ditentukan dalam volume PP
3) Penambahan volume pekerjaan, maka kerja lembur dibuat dalam bentuk perintah
kerja tambah kepada perusahaan alih daya
4) Perintah kerja lembur kepada pekerja secara tertulis dibuat oleh perusahaan alih
daya
5) Pemberi kerja dilarang memberikan perintah kerja lembur tertulis secara langsung
kepada pekerja Alih Daya
6) Segala biaya upah lembur pekerja wajib dibayarkan perusahaan alih daya kepada
pekerja Alih Daya sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku
7) Kerja lembur sebagai akibat upaya pemenuhan SLA atau karena kesalahan
perusahaan alih daya, bukan merupakan perkerjaan tambah sehingga biaya yang
timbul akibat adanya kerja lembur menjadi tanggung jawab perusahaan alih daya

c. HAL YANG TIDAK BOLEH DILAKUKAN OLEH PLN


Dalam implementasi pengelolaan alih daya, tentunya terdapat DO & DON’TS yang sangat
penting untuk diperhatikan. Berikut di bawah ini adalah hal-hal yang tidak boleh (DON’TS)
dilakukan oleh PLN:
1) Pembayaran hak normative secara langsung ke Tenaga Alih Daya;
2) Perintah (SK, Notadinas, Penugasan) secara langsung ke Tenaga Alih Daya
3) Absensi Tenaga Alih Daya
4) Sertifikasi diklat Tenaga Alih Daya harus menyertakan Perusahaan dimana dia bekerja
5) Melakukan penambahan tenaga Alih Daya sebelum menerima IZIN

31
BAB IV
PROSES PENGAWASAN PERPINDAHAN TENAGA KERJA (IMPASSING)

4.1 Hubungankerja

Hubungan kerja adalah hubungan (hukum) antara pengusaha daengan pekerja/buruh (karyawan)
berdasarkan perjanjian kerja. Dengan demikian hubungan kerja tersebut adalah merupakan sesuatu
yang abstrak, sedangkan perjanjian kerja adalah sesuatu yang konkrit, nyata. Dengan adanya
perjanjian kerja, maka akan lahir perikatan

Syarat sahnya perjanjian kerja, mengacu pada syarat sahnya perjanjian (perdata) pada umumnya,
yakni :

 adanya kesepakatan antara para pihak tidak ada dwang-paksaan- dwaling –


penyesatan/kekhilafan – atau bedrog – penipuan);
 pihak-pihak yang bersangkutan mempunyai kemampuan atau kecakapan untuk (bertindak)
melakukakn perbuatan  hukum (cakap usia dan tidak dibawah perwalian/pengampuan);
 ada (objek) pekerjaan yang diperjanjikan; dan
 (cause) pekerjaan yang diperjanjikan tersebut tidak bertentangan dengan ketertiban umum,
kesusilaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Dalam pelaksanaannya, Perjanjian Kerja wajib dibuat secara tertulis dalam bahasa Indonesia dan
menggunakan huruf latin, serta sekurang-kurangnya memuat:

1. Nama, alamat perusahaan, & jenis usaha;


2. Nama, jenis kelamin, umur, & alamat pekerja/buruh;
3. Jabatan atau jenis pekerjaan;
4. Tempat pekerjaan;
5. Besarnya upah & cara pembayarannya;
6. Syarat-syarat kerja yang memuat hak & kewajiban pengusaha dan pekerja/buruh;
7. Mulai dan jangka waktu berlakunya Perjanjian Kerja;
8. Tempat dan tanggal Perjanjian Kerja dibuat;
9. Tanda tangan para pihak dalam Perjanjian Kerja.

Gambar 4. 1 Hubungan Kerja

32
A = Perjanjian (hubungan perdata) antara PLN dengan perusahaan alih daya

B = Perjanjian kerja (hubungan industrial) antara perusahaan alih daya dengan OS dengan bentuk
PKWTT/PKWT/harian.

Dari gambar diatas dijelaskan bahwa Tidak ada hubungan hukum yang terjadi antara PLN dengan
Tenaga Alih Daya.

Jenis Hubungan kerja antara perusahaan Alih Daya (perusahaan Alih Daya) dengan tenaga kerja
(Alih Daya). Ada 3 terdiri dari :

1. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) Pekerja Perjanjian.


2. Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) Pekerja Tetap.
3. Harian lepas.

Perbedaan antara Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dan Perjanjian Kerja Waktu Tidak
Tertentu (PKWTT) sebagai berikut

Gambar 4.1 Perbedaan PKWT dan PKWTT

Perbedaan antara pekerjaan Multiyears dan Project Based

1. Pekerjaan Rutin / Multiyears :

a. Perjanjian dengan perusahaan alih daya

b. Perjanjian Perusahaan alih daya dengan tenaga kerja berbentuk PKWTT / PKWT
dengan TUPE (Transfer Undertaking of Protection of Employment) (Mk No. 27 thn.
2011)

c. Kebijakan PLN :

 Perjanjian antara perusahaan alih daya dengan PLN berbentuk PP dengan jangka
waktu 5 tahun dan 6 tahun (kegiatan pengelolaan transportasi) dan dapat di repeat
order 1 kali

33
 Perjanjian perusahaan alih daya dengan tenaga kerja berbentuk PKWTT

2. Pekerjaan Tidak Rutin / project based

a. Perjanjian dengan perusahaan alih daya dengan tenaga kerja berbentuk PKWT

b. Kebijakan PLN :

 Perjanjian antara perusahaan alih daya dengan PLN sesuai umur proyek
 Perjanjian perusahaan alih daya dengan tenaga kerja mengikuti ketentuan
perundangan-undangan

Amanat UU 11/2020 dan Permenakertrans 19/2012:

1. Perjanjian dengan perusahaan alih daya (perusahaan alih daya) dapat berbentuk :
 PP -> merupakan kegiatan penunjang sesuai alur kegiatan.
 PJP -> hanya untuk pekerjaan usaha pelayanan kebersihan, usaha penyediaan
makanan bagi pekerja/buruh, usaha tenaga pengaman, usaha jasa penunjang di
pertambangan dan perminyakan; dan usaha penyediaan angkutan bagi
pekerja/buruh.
2. Perjanjian antara perusahaan alih daya dengan tenaga kerja dapat berbentuk :
 PKWTT.
 PKWT dengan TUPE (Transfer Undertaking of Protection of Employment) -Mk
No. 27 thn. 2011.

Kebijakan PLN:

1. Perjanjian antara perusahaan alih daya dengan PLN berbentuk PP dengan jangka
waktu 5 tahun dan 6 tahun (kegiatan pengelolaan transportasi) dan dapat di repeat
order 1 kali.
2. Perjanjian perusahaan alih daya dengan tenaga kerja berbentuk PKWTT.

34
BAB V
AUDIT KETENAGAKERJAAN
Bahwa dalam melaksanakan audit ketenagakerjaan terdapat 3 fase pelaksanaan audit, fase itu
adalah sebagai berikut :

5.1 Pra Pelaksanaan Audit


Sebelum Pengawas Ketenagakerjaan melakukan Audit Ketenagakerjaan yang harus
dilakukan adalah :
1. Memastikan Pengawas Ketenagakerjaan memahami peraturan ketenagakerjaan dan
peraturan alih daya yang berlaku di PLN;
2. Berkoordinasi dengan Pengawas Pekerjaan (user) terkait rencana dan agenda Audit
Ketenagakerjaan;
3. Memastikan kelengkapan dokumen pendukung bersama user yang berkaitan dengan
Pelaksanaan Audit Ketenagakerjaan;
4. Berkoordinasi dengan Perusahaan Alih Daya terkait data dan dokumen apa saja yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan Audit Ketenagakerjaan;

5.2 Pelaksanaan Audit


Pada saat melakukan Audit Ketenagakerjaan yang harus dilakukan adalah :
1. Menjelaskan dasar hukum, hak dan kewajiban, SLA Ketenagakerjaan dan Denda bagi para
pihak sesuai perjanjian (terkait Audit ketenagakerjaan);
2. Memastikan data perjanjian dan dokumen pendukung sudah lengkap;
3. Memastikan validitas data eviden pemenuhan hak normatif valid dan benar;
4. Memaparkan temuan-temuan dengan jelas dan menjelaskan tindaklanjut yang diharapkan
untuk dipenuhi oleh perusahaan alih daya yang dituangkan dalam Berita Acara Pengawasan
Ketenagakerjaan;
5. Membuka forum diskusi dan memberi masukan serta informasi yang jelas dan benar terkait
pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan kepada Perusahaan Alih Daya.
6. Melakukan Input temuan pada aplikasi alih daya

5.3 Pasca Pelaksanaan Audit


Setelah Pengawas Ketenagakerjaan melakukan Audit Ketenagakerjaan yang harus dilakukan
adalah :

1. Memastikan perusahaan alih daya sudah paham terhadap temuan-temuan yang didapatkan
saat Audit Ketenagakerjaan;
2. Memastikan Pengawas Ketenagakerjaan berkoordinasi dengan Pengawas Pekerjaan (user)
terkait hasil Audit Ketenagakerjaan;
3. Memastikan perusahaan alih daya menindaklanjuti seluruh temuan-temuan.
4. Memberikan usulan/rekomendasi apakah perusahaan alih daya perlu diberikan teguran / surat
peringatan;
5. Memberikan laporan kepada Direksi Pekerjaan hasil dari Audit Ketenagakerjaan

35
REFERENSI

1. UU No. 11 Tahun 2020 Ciptakerja bagian Ketenagakerjaan


2. PP No. 78 tahun 2015 tentang Pengupahan
3. Kep. Mahkamah Konstitusi No. 27/PUU-IX/2011
4. Kep. Mahkamah Kontitusi No. 7/PUU-IX/2014
5. Permenakertrans RI No. 19 tahun 2012 Tentang Syarat-syarat Penyerahan Sebagian
Pelaksanaan Pekerjaan Kepada perusahaan alih daya
6. Permenakertrans RI No. 27 tahun 2014 tentang Perubahan atas Permenakertrans RI No. 19
tahun 2012
7. Permenakertrans RI No. 11, Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas Permenakertrans RI
No.19 tahun 2012
8. Permenakertrans RI No. 1, Tahun 2020 tentang Pengawasan Ketenagakerjaan
9. SE Menakertrans RI No. SE.04/MEN/VIII/2013 Tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. 19 Tahun 2012
10. SE Dir. Jen. PHI & Jamsos Kemenkertrans RI No. B. 31/PHIJSK/I/2012 Tentang Pelaksanaan
Putusan mahkamah konstitusi No. 27/PUU-XI/2011
11. Per Dir No 022/2020 tentang Pengadaan barang dan Jasa
12. SE Men. BUMN No. SE-06/MBU/2013 Tentang Kebijakan Ketenagakerjaan di BUMN
13. SE Men. BUMN No. SE-02/MBU/2014 Tentang Penyerahan Sebagian Pekerjaaan Kepada
perusahaan alih daya (Outsourcing)
14. Perpres No. 19 tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua atas Perpres No. 12 tahun 2013
tentang Jaminan Kesehatan
15. Perpres No. 44 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja
dan Jaminan kematian
16. Perpres No. 45 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun
17. Perpres No. 60 Tahun 2015 Tentang Perubahan Perpres No. 46 tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Hari Tua
18. Permenakertrans RI nomor 6 Tahun 2016 tentang Tunjangan Hari Raya Keagamaan Bagi
Pekerja/ Buruh di Perusahaan
19. Kep. Dir. PLN No. 500.K/DIR/2013 Tentang Penyerahan Sebagian Pelaksana Pekerjaan
Kepada perusahaan alih daya di Lingkungan PT PLN (Persero)

36

Anda mungkin juga menyukai