Anda di halaman 1dari 2

Nama : Rofi hainur rofiq

Nim : 858917806

1. Belajar dilihat sebagai penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas


kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi. Mengajar berarti menata lingkungan agar si belajar
termotivasi dalam menggali makna serta menghargai ketidakmenentuan. Atas dasar ini maka
siswa yang belajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung
pada pengalamannya, dan perspektif yang dipakai dalam menginterpretasikannya.

Teori ini lebih menekankan perkembangan konsep dan pengertian yang mendalam,
pengetahuan sebagai konstruksi aktif yang dibuat siswa. Jika seseorang tidak aktif membangun
pengetahuannya, meskipun usianya tua tetap saja tidak akan berkembang pengetahuannya. Suatu
pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itu berguna untuk menghadapi dan memecahkan
persoalan atau fenomena yang sesuai. Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja, melainkan
harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing orang. Pengetahuan juga bukan sesuatu yang
sudah ada, melainkan suatu proses yang berkembang terus-menerus. Dalam proses ini keaktifan
seseorang sangat menentukan perrkembangan pengetahuannya.
2. ENKULTURASI adalah suatu proses belajar yang berlangsung seumur hidup di mana
seseorang menyesuaikan pikiran juga sikap dan perilakunya atas adat dan istiadat, norma juga
perangkat peraturan yang merupakan bagian dari kebudayaan.

Enkulturasi ini pada pokoknya adalah suatu proses dalam mempelajari sistem nilai juga sistem
norma dalam kebudayaan yang berlangsung seumur hidup pada diri seseorang.

Contoh enkulturisasi kebudayaan ini adalah seseorang anak yang sejak kecil belajar betapa
pentingnya untuk sarapan sehingga hal ini kemudian menjadi bagian dari kebudayaan yang
tertanam kuat.

AKULTURASI adalah pertemuan dua atau lebih kebudayaan yang berbeda di mana masing-
masing kebudayaan ini saling memperkaya kebudayaannya tanpa meninggalkan identitas budaya
aslinya.

Contoh akulturasi budaya ini adalah bangunan masjid yang merupakan perpaduan budaya
indonesia dan arab (islam).

3. Karakteristik pembelajaran STES adalah :

a. Siswa dibawa ke dalam situasi yang pemanfaatan konsep sains yang berbentuk teknologi.

b. Siswa diminta untuk berpikir tentang berbagai kemungkina akibat yang terjadi dalam proses
pengalihan sains ke dalam bentuk teknologi.
c. Siswa diminta untuk menjelaskan keterhubungan antara unsur sains yang dipelajari denga
unsur unsur lain dalam SETS yang mempengaruhi berbagai ketertarikan antar unsur tersebut.

d. Siswa dibawa untuk mempertimbangkan manfaat atau kerugian dari penggunaan konsep sains
tersebut apabila diubah dalam bentuk teknologi.

c. Dalam konteks konstruktivisme, siswa diajak berbincang tentang SETS dari berbagai macam
arah dan dari berbagai macam titik awal tergantung pengetahuan dasar yang dimiliki oleh
bersangkutan.
4. Bahwa semua ide yang terkandung dalam butir-butir rumusan tujuan pendidikan nasional
sesungguhnya merupakan esensi pendidikan demokrasi dan HAM. Artinya sejak tahun 1945
pemerintah sudah menyadari dan menunjukkan komitmennya terhadap pendidikan demokrasi
dan HAM. Selanjutnya dalam UU No 4 tahun 1950, dalam Bab II Pasal 3 (Djojonegoro,1996)
dirumuskan secara lebih eksplisit menjadi: “membentuk manusia susila yang cakap dan
warganegara yang demokratis, serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan
tanah air" dan dalam UU No 12 tahun 1954 yang dilengkapi dengan Keputusan Presiden RI No
145 tahun 1965, rumusannya diubah menjadi: “melahirkan warganegara sosialis, yang
bertanggung jawab atas terselenggaranya Masyarakat Sosialis Indonesia, adil dan makmur baik
spirituil maupun materiil dan yang berjiwa Pancasila". Kemudian dalam UU No 2 tahun 1989
tentang Sisdiknas, dirumuskan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah: "mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,", yang ciri-cirinya dirinci
menjadi "beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap
dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan" (Pasal 4, UU No
2/1989). Walaupun dalam rumusan tujuan itu tidak terdapat kata demokrasi, tapi makna dari
"kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan", sesungguhnya merupakan esensi dari pendidikan demokrasi. Dengan kata lain
sejak tahun 1945 sampai sekarang instrumen perundangan sudah menempatkan pendidikan
demokrasi dan HAM sebagai bagian integral dari pendidikan nasional.
5. Guna mencapai semua itu, pendidikan demokrasi dan HAM seyogianya mengorganisasikan
pengalaman belajar yang beragam untuk berbagai jalur, jenis, jenjang dan situasi pendidikan, dan
dengan cara melibatkan siswa dalam proses pengambilan keputusan dalam masyarakat.
Oleh karena itu, disarakan agar dalam pendidikan demokrasi dan HAM dikembangkan berbagai
strategi belajar yang berorientasi pada pengembangan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan
masalah sosial yang secara bertujuan memfasilitasi siswa untuk menjadi warga negara yang
dewasa.

Anda mungkin juga menyukai