Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH HASIL DISKUSI

CASE BASED LEARNING (CBL) 1

MATA KULIAH MANAJEMEN DATA

ALAT UKUR PENELITIAN

Di susun oleh Kelompok E

Anggota:

Farhan Arya Rabbany I1A021026

Nabila Dwi Pratama I1A021028

Ugeu Mitrazahryna I1A021030

Syaula Shofura I1A021032

Anggita Yunia Nugraheni I1A021080

Lutfi Alifiatur Rohmah I1A021084


Nadia Nisrina Razan I1A021100

Vincensia Welani Maga Kayame I1A021106

Melince Mbisikmbo I1A021114

KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

TAHUN 2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA) merupakan infeksi saluran


pernapasan akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang
berlangsung kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai struktur saluran diatas laring,
tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagaian saluran atas dan bawah secara
stimulan atau berurutan (Pitriani, 2020). ISPA berlangsung sampai 14 hari yang
dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin maupun udara pernapasan yang
mengandung kuman, dimana ISPA diawali dengan gejala seperti pilek biasa,
batuk, demam, bersin-bersin, sakit tenggorokan, sakit kepala, sputum menjadi
kental, nausea, muntah dan anoreksia (Wijayaningsih, 2013).

Penyakit ISPA merupakan masalah kesehatan yang masih menjadi


perhatian dunia sampai saat ini. Tahun 2016 didapatkan sebanyak 5,6 juta anak
dibawah lima tahun mengalami kematian dan 16% diantaranya diakibatkan oleh
pneumonia yang merupakan salah satu manifestasi dari ISPA. Isidensi kematian
terbanyak anak usia dibawah lima tahun terletak di sub-Sahara Afrika dimana
satu dari tiga belas anak meninggal sebelum dia ulang tahun yang ke lima
(WHO, 2017).

Prevalensi di Indonesia berdasarkanan Riset Kesehatan Dasar


(Riskesdas) 2007 adalah 25,5% dengan 16 provinsi diantaranya memiliki
prevalensi diatas angka nasional. Kasus ISPA pada umumnya terdeteksi
berdasarkan gejala penyakit. Di Sumatera Barat prevalensi kejadian ISPA
berdasarkan diagnosis adalah 8,98% dan berdasarkan diagnosis dan gejala
adalah 26,38%. Angka ISPA di Sumatera Barat ini termasuk dalam kategori
provinsi yang mempunyai prevalensi kejadian ISPA di atas.

Upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan terjadinya risiko


kematian yang disebabkan oleh penyakit ISPA yaitu dengan melakukan upaya
penanganan dan pencegahan yang telah dilakukan pemerintah seperti program
pemberian vitamin A, program imunisasi lengkap, dan program Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang telah dilakukan diberbagai puskesmas serta
pemberian pendidikan kesehatan tentang penatalaksanaan ISPA (Ani, 2014).
Upaya dalam menanggulangi penyakit ISPA baik yang dilakukan oleh Ibu atau
Keluarga lainnya dapat dilakukan dengan mengusahakan agar Balita
memperoleh gizi yang baik, memberikan imunisasi lengkap, menjaga
kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih serta mencegah Balita
berhubungan dengan klien ISPA (Silaban, 2015).

Peran aktif orang tua terhadap pencegahan ISPA sangat penting dalam
melakukan perawatan kepada Balita, karena yang biasa terkena dampak dari
ISPA adalah usia Balita yang kekebalan tubuhnya masih rentan terserang oleh
penyakit, sehingga orang tua harus mengerti tentang dampak negatif dari
penyakit ISPA serta mengetahui cara-cara pencegahan ISPA yaitu dengan
mengatur pola makan Balita, menciptakan lingkungan yang nyaman, dan
menghindari faktor pencetus (Sukarto dkk, 2016).

B. Rumusan Masalah
1. Variabel apa saja yang diperlukan untuk tujuan penelitian tentang faktor-
faktor yang berhubungan dengan kasus ISPA pada balita di Desa Z?
2. Apakah definisi operasional dari setiap variabel dalam penelitian?
3. Apa alat ukur penelitian yang sesuai untuk kasus tersebut?
C. Tujuan
1. Mengetahui variabel yang diperlukan untuk tujuan penelitian tentang
faktor-faktor yang berhubungan dengan kasus ISPA pada balita di Desa Z
2. Mengetahui definisi operasional dari setiap variabel tersebut
3. Mengetahui alat ukur penelitian yang sesuai untuk kasus
BAB II

ISI

A. Overview Kasus
Puskesmas Z ingin meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan
dengan kasus ISPA pada balita di Desa Z. Buatlah alat ukur penelitian untuk
digunakan dalam penelitian terkait faktor-faktor yang berhubungan dengan
kasus ISPA tersebut.
B. Pembahasan Kasus
1. Variabel apa saja yang diperlukan untuk tujuan penelitian tersebut?
Buatlah kerangka konsep!
Menurut (Sugiyono, 2015:95) “Variabel penelitian adalah segala
sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut”. Sedangkan
variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) dan variabel
dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas. Pada kasus ini pengelompokannya sebagai
berikut:
a) Variabel Dependen : ISPA pada balita
b) Variabel Independen :
 Faktor ibu (pendidikan),
 Faktor keluarga (perilaku),
 Faktor balita (riwayat ASI eksklusif, status gizi balita, status
imunisasi), dan
 Faktor lingkungan (kepadatan hunian, jenis lantai, ventilasi,
pencahayaan, jenis dinding, jenis atap, kelembaban, suhu,).

2. Apakah definisi operasional dari setiap variabel? Sajikan dalam


bentuk tabel!
a. Variable Dependen

No. Uraian Definisi Alat Cara Hasil Skala


Ukur Ukur Ukur

1. Indeksi Infeksi akut Kuesioner Melihat 0. Tidak Ordinal


Saluran yang laporan sakit
Pernapa menyerang data 1. Sakit
san salah satu sekunder ISPA
Akut bagian atau dari
(ISPA) lebih saluran puskesma
pernapasan s
berlangsung
sampai
dengan
empat belas
hari/akut
dengan gejala
batuk, pilek
dan atau
disertai
demam,
sampai di
temukan
adanya sesak
napas.
(DepKes RI,
2009).

b. Variable Independen

No. Uraian Definisi Alat Cara Hasil Skala


Ukur Ukur Ukur

1. Pendidik Pendidikan Kuesioner Wawanca 0. Tinggi Ordinal


an Ibu formal ra pada (jika
tertinggi ibu balita pendidika
yang telah n yang
diikuti ibu didapatka
balita n tamat
sampai SMA,
mendapat D3, S1,
ijazah pada dll)
saat 1.
dilakukan Rendah
penelitian. (jika
UU RI no.20 tidak
tahun 2003. tamat
sekolah,
tamat SD,
dan tamat
SMP).

2. Perilaku Kegiatan Kuesioner Wawanca 0. Baik Ordinal


yang ra pada (jika
dilakukan ibu balita presentas
oleh anggota e perilaku
keluarga ≥75%)
balita antara 1. Kurang
lain (jika
kebiasaan presentas
merokok e perilaku
dalam <75%).
rumah,
penggunaan
anti nyamuk
bakar,
penggunaan
bahan bakar
memasak,
menyapu
lantai,
membuka
jendela,
mengepel
lantai,
menjemur
kasur dan
bantal
(Notoatmod
jo, 2010).

3. Riwayat Riwayat Kuesioner Wawanca 0.ASI Ordinal


Asi pemberian ra ekslusif,
Ekslusif ASI saja jika bayi
kepada diberikan
balita ASI saja
sampai sampai
umur 6 usia 6
bulan tanpa bulan
pemberian tanpa
makanan tambahan
atau cairan makanan
lain. (Roesli, atau
2009). minuman
lain
kecuali
obat
1. Tidak
ASI
ekslusif,
jika bayi
diberikan
makanan
atau
minuman
lain
selain
ASI
sebelum
bayi
berusia 6
bulan.

4. Status Keadaan Kuesioner Wawanca 0. Gizi Ordinal


Gizi gizi balita , ra pada baik, jika
saat timbangan ibu balita hasil
penelitian , dan KMS dan pengukur
melalui penimban an
penimbngan gan. termasuk
, yang Melakuk kategori
diperoleh an gizi baik
dari berat penimban atau lebih
badan gan pada pada
menurut bayi atau table
umur sesuai balita, baku
dengan hasil status
KMS penimban gixi
berdasarkan gan BB/U
standar dibandin WHO-
WHO. gkan NCHS
(Kemenkes dengan 1. Gizi
RI, 2010). table kurang,
baku jika
status gizi termasuk
BB/U kateori
WHO- gizi
NCHS. buruk
atau
kurang
pada
table
baku
status gizi
BB/U
WHO-
NCHS.

5. Status Pemberian Kuesioner Wawanca 0. Ordinal


Imunisa imunisasi dan buku r dan Lengkap,
si sesuai KIA atau observasi bila bayi
dengan KMS buku KIA mendapat
umur balita. atau kan
Imunisasi KMS imunisasi
BCG 1 kali sesuai
pada usia 0- usia
2 bulan, 1. Tidak
imunisasi lengkap,
DPT 3 kali bila
pada usia 2- bayi tidak
6 bulan, atau
imunsasi belum
polio 4 kali mendapat
pada usia 0- kan
6 bulan, imunisasi
imunisasi sesuai
Hepatitis B dengan
3 kali pada usianya.
usia 0-6
bulan dan
imunisasi
campak 1
kali pada
usia 9 bulan.
(DepKes,
2009).

6. Kepadat Tingkat Kuesioner Menguku 0. Ordinal


an kepadatan dan r luas Memenu
hunian yang Rollmeter lantai hi syarat
dihitung dari kamar (jika
jumlah tidur ruangan
orang kemudian ≥8m2/2
kecuali hasil ukur orang
balita yang dibandin 1. Tidak
tidur gkan memenuh
dikamar dengan i syarat
tidur anggota (jika
responden keluarga ruangan
dibagi yang <8m2/2
dengan luas tidur di orang.
kamar tidur. ruangan
(Kemenkes tersebut.
RI, 1999).

7. Jenis Bahan dari Kuesioner Observas 0. Ordinal


Lantai alas atau i bahan Memenu
dasar lantai di hi syarat
sebagai kamar (jika
penutup tidur. Jika terbuat
bagian lantai dari
bawah dari bahannya semen,
kamar tidur terbuat keramik,
(Kemenkes dari tanah kayu)
RI, 1999). maka 1. Tidak
akan memenuh
dikategor i syarat
ikan tidak (jika
memenuh lantai
i syarat. hunian
adalah
tanah).
8. Ventilas Lubang Kuesioner Observas 0. Ordinal
i hawa yang dan i pada Memenu
berfungsi Rollmeter kamar hi
sebagai tidur syarat
tempat responde (jika
pertukaran n dengan jendela
udara pada menguku dengan
kamar tidur r luas luas
responden jendela ≥10%
(Kemenkes dan terhadap
RI, 1999). dibagi luas
dengan lantai)
luas 1. Tidak
ruang memenuh
dikali i syarat
100%. (jika
jendela
dengan
luas
<10%
terhadap
luas
lantai)
9. Pencaha Intensitas Kuesioner Observas 0. Ordinal
yaan cahaya yang dan i pada Memenu
masuk pada Luxmeter kamar hi
kamar tidur tidur
dan ruang responde syarat
keluarga n dengan (jika
responden meletakk hasil
(Kemenkes an pengukur
RI, 1999) luxmeter an
setinggi 1 cahaya
m dari ≥60
lantai dan lux)
berada 1. Tidak
ditengah- memenuh
tengah i
ruangan syarat
pada jam (jika
10.00- hasil
13.00 pengukur
hidupkan an
luxmeter cahaya <
kemudian 60 lux)
tunggu
sampai
didapatka
n angka
yang
stabil

10. Jenis Bahan yang Observasi Observas 0. Ordinal


dinding membatasi i jenis Memenu
setiap ruang dinding hi
rumah yang syarat
responden digunaka (jika
(Kemenkes n di dinding
RI, 1999). kamar rumah
tidur menggun
responde ak
n. an
tembok
diplester)
1. Tidak
memenuh
i syarat
(jika
dinding
rumah
terbuat
dari kayu,
bambu,
dll).
11. Jenis Bahan yang Observasi Obserjasi 0. Ordinal
atap melindungi jenis atap memenuh
babian yang i syarat (
rumah digunaka jika
respon dari n di memiliki
panas rumah plafon
matahati dan responde atau
hujan. n. langit-
(Kemenkes langit)/
RI, 1999). terbuat
dari
genteng
dan
tembok.
1. tidak
memenuh
i syarat (
jika tidak
memiliki
plafon
atau
langit-
langit)/
terbuat
dari
genteng
dan
tembok.
12. Kelemb Presentase Kuisioner Dilakuka 0. Ordinal
aban jumlah air dan n memenuh
dalam udara hygromete observasi i syarat
di kamar r. di kamar (jika hasil
tidur tidur pengukur
responden. responde an
(Kemenkes n dengan menunju
RI, 1999). meletaka kan hasil
n antara
hygromet 40% -
er 70% )
setinggi 1 1. tidak
meter memenuh
dari lantai i syarat
dan (jika hasil
berada di pengukur
tengah- an
tengah menunju
ruangan kan hasil
pada jam antara
10:00 - <40%
13:00 atau >70
hidupkan %).
hygromet
er dan
tunggu
sampai
mendapat
kan
angka
yang
stabil.

13. Suhu Besaran Kuisioner Dilakuka 0. Ordinal


yang dan n memenuh
menyetakan hygromete observasi i syarat
panas atau r pada (jika suhu
dingin suatu kamar 18 C - 30
ruangan di tidur C ).
dalam responde
kamar tidur n dengan 1. tidak
responden. meletakk memenuh
(Kemenkes an i syarat (
RI, 1999). hygromet jika suhu
er < 18 C
setinggi 1 atau >30
meter C ).
dari lantai
dan
berada di
tengah-
tengah
ruangan
pada jam
10:00 -
13:00
hidupkan
hygromet
er dan
tunggu
sampai
mendapat
kan
angka
yang
stabil.

3. Susunlah alat ukur penelitian yang sesuai untuk kasus tersebut!


Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) ialah infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian atau lebih saluran pernapasan berlangsung
sampai dengan empat belas hari/akut dengan gejala batuk, pilek dan atau
disertai dengan demam, sampai ditemukan adanya sesak napas (DepKes
RI,2009). Alat ukur yang digunakan menggunakan kuesioner dengan cara
ukur. Melihat laporan data sekunder dari fasilitas pelayanan kesehatan
setempat dengan hasil ukur 0 dan 1, angka nol mewakili “Tidak” sakit ISPA
dan angka satu mewakili “Ada” sakit ISPA, skala tersebut termasuk
kedalam skala ordinal.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara kepada ibu bayi
atau balita dengan instrumen kuesioner. observasi KMS, lingkungan rumah
dan melakukan pengukuran dengan alat ukur (rollmeter, hygrometer,
luxmeter). Cara dan alat pengumpulan data masing - masing variabel adalah
sebagai berikut:
a. Wawancara
1. Faktor Ibu (Pendidikan Ibu)
 Pendidikan formal apa yang terakhir diikuti ibu balita?
2. Faktor Keluarga (Perilaku)
 Apakah ada anggota keluarga yang merokok dalam rumah
tempat balita tinggal?
 Apakah ada anggota keluarga yang menggunakan anti nyamuk
bakar?
 Apakah ada anggota keluarga yang menggunakan bahan bakar
berupa kayu bakar?
 Apakah lantai rumah tempat balita tinggal disapu dan dipel
dengan rutin?
 Apakah jendela yang terdapat pada tempat tinggal balita rutin
dibuka?
 Apakah kasur dan bantal milik balita rutin dijemur?
3. Faktor Balita
 Riwayat ASI Eksklusif
Apakah balita menerima pemberian makanan atau cairan lain
sampai umur 6 bulan?
 Status Gizi
Apakah berat badan balita mengalami kenaikan tiap bulannya?
 Status Imunisasi
Apakah balita menerima imunisasi lengkap sesuai umur nya?
4. Faktor Lingkungan
 Kepadatan hunian
Apakah ada orang lain selain orang tua balita yang tidur di kamar
balita?
 Jenis lantai
Apakah jenis lantai yang digunakan masih berbahan tanah?
 Ventilasi
Apakah terdapat ventilasi di kamar tidur balita?
 Pencahayaan
Apakah terdapat cahaya yang masuk ke kamar tidur balita?
b. Observasi
Observasi KMS (Kartu Menuju Sehat) atau buku KIA
(Kesehatan Ibu dan Anak) dilakukan untuk mengetahui:
1. Riwayat ASI Eksklusif
Riwayat ASI Eksklusif didapatkan dengan observasi Kartu Menuju
Sehat (KMS) milik balita yang telah dilakukan pencatatan oleh
petugas KIA setempat.
2. Status Gizi
Pengumpulan data status gizi balita didapatkan dengan observasi
pada KMS milik bayi , serta melakukan penimbangan pada balita.
3. Status Imunisasi
Observasi KMS juga dilakukan untuk pengumpulan data variabel
status imunisasi.
Observasi di lapangan secara langsung juga dilakukan untuk
mengamati kondisi lingkungan kondisi fisik rumah responden meliputi,
jenis lantai, jenis dinding dan jenis atap.
1. Jenis lantai
Dilakukan observasi bahan lantai di kamar tidur balita, jika lantai
berbahan tanah maka akan dikategorikan tidak memenuhi syarat.
2. Jenis dinding
Observasi jenis dinding yang digunakan pada kamar tidur balita, jika
tidak menggunakan dinding plester maka dikategorikan tidak
memenuhi syarat.
3. Jenis atap
Dilakukan observasi pada variabel jenis atap, jika pada kamar tidur
balita tidak memiliki plafon/langit atau menggunakan jenis atap
selain genteng dan tembok maka dikategorikan tidak memenuhi
syarat.
c. Pengukuran
Pengukuran dilakukan untuk pemenuhan data mengenai variabel
kepadatan hunian, ventilasi, pencahayaan, kelembaban, dan suhu.
1. Kepadatan hunian
Pengumpulan data variabel kepadatan hunian dilakukan dengan
mengukur luas kamar tidur menggunakan rollmeter. Hasil
pengukuran dibandingkan dengan jumlah anggota keluarga yang
tinggal di kamar tersebut. Memenuhi syarat jika ruangan ≥8 m2/2
orang.
2. Ventilasi
Pengukuran dilakukan untuk pengumpulan data variabel ventilasi
menggunakan rollmeter. Luas jendela tersebut dibagi dengan luas
lantai dan dikali 100%. Jika ventilasi ≥ 10% terhadap luas lantai
kamar tidur, maka ventilasi tersebut memenuhi syarat kesehatan.
3. Pencahayaan
Pengukuran intensitas cahaya untuk pengumpulan data variabel
pencahayaan dilakukan menggunakan luxmeter. Caranya dengan
meletakkan luxmeter di tengah-tengah ruangan dan diletakkan pada
tempat yang datar dengan ketinggian sekitar 1 meter dari atas lantai,
antara pukul 10.00-13.00 waktu setempat. Jika hasilnya ≥60 lux
maka pencahayaan memenuhi syarat.
4. Kelembaban
Pengumpulan data untuk variabel kelembaban dilakukan dengan
pengukuran menggunakan alat ukur hygrometer. Cara pengukuran
yaitu dengan meletakan hygrometer ditengah-tengah ruangan dan
diletakan pada tempat yang datar dengan ketinggian 1 meter dari
atas lantai, antara pukul 10.00-13.00 waktu setempat. Hidupkan
hygrometer lalu tunggu sampai menunjukkan angka yang stabil.
Dikatakan memenuhi syarat jika hasil pengukuran antara 40%-70%.
5. Suhu
Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengukuran
menggunakan alat ukur hygrometer. Cara menggunakan alat ukur
hygrometer yaitu dengan meletakkan alat tersebut di tengah-tengah
ruangan dan diletakan pada tempat yang datar dengan ketinggian 1
meter dari atas lantai, dengan waktu antara pukul 10.00-13.00 waktu
setempat, lalu tunggu sampai angka menunjukkan stabil. Dikatakan
memenuhi syarat jika suhu ruang antara 18°C-30°C.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
ISPA berlangsung sampai 14 hari yang dapat ditularkan melalui air
ludah, darah, bersin maupun udara pernapasan yang mengandung kuman,
dimana ISPA diawali dengan gejala seperti pilek biasa, batuk, demam, bersin-
bersin, sakit tenggorokan, sakit kepala, sputum menjadi kental, nausea, muntah
dan anoreksia.
Peran aktif orang tua terhadap pencegahan ISPA sangat penting dalam
melakukan perawatan kepada Balita karena yang biasa terkena dampak dari
ISPA adalah usia Balita yang kekebalan tubuhnya masih rentan terserang oleh
penyakit, sehingga orang tua harus mengerti tentang dampak negatif dari
penyakit ISPA serta mengetahui cara-cara pencegahan ISPA.
B. Saran
Saran yang dapat disampaikan berdasarkan kasus tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Masyarakat dapat meningkatkan kualitas hunian sehingga memenuhi syarat
kesehatan dengan prioritas pertama adalah lingkungan rumah yang sehat.
2. Rutin membersihkan rumah dari debu, membuka jendela dan pintu, serta
PHBS setiap anggota keluarga dan membuat hal tersebut menjadi kebiasaan
dengan cara melakukannya setiap hari.
3. Memperbaiki pencahayaan hunian dengan pemasangan genteng kaca pada
atap dan membuat ventilasi yang cukup
4. Ibu-ibu yang memiliki balita harus memberikan ASI secara eksklusif selama
6 bulan kepada anaknya, memperhatikan status gizi keluarga memakan
makanan yang beragam dan berimbang, sera melakukan imunisasi secara
lengkap pada anaknya.
DAFTAR PUSTAKA

Lenni Marlina,Sorimuda Sarumpaet, R (2014). Faktor-Faktor Yang


Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa)
Pada Anak Balita Di Puskesmas Panyabunganjae, Kabupaten Mandailing
Natal Tahun 2014.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002, Pedoman Pemberantasan Infeksi
saluran Pernafasan Akut untuk Penanggulangan Pneumonia pada Balita,
Dirjen PPM dan LPP, Depkes RI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai