Anda di halaman 1dari 44

MATERI LEVEL 2 PT.

PAMA PERSADA
NUSANTARA DISTRICT KIDE 2015

P 12 4 C 8x4 420
Cab Model Forward
Engine Swept Volume (12 dm3)
Development Stage (Generasi / seri)
Chasis Class Adaptation
Wheel Configuration (sistem Penggerak/three axle
with two drive axle
Power Code (420 HP)

POWER TRAIN
3
4

6
7
98 8
10

11
1. Engine 6. Drave shaft
2. Frame / Chasis 7. Propellar shaft
3. Clutch 8. U.Joint
4. Transmissi 9. Transfer case
5. Differential 10. Front axle
11. Final Drave

B. Pengetahuan Dasar Engine


1. Definisi
Engine : Adalah suatu alat yang menghasilkan tenaga melalui proses tertentu , dimana
proses termis (panas) dirubah menjadi tenaga mekanis(putar) .

Machine : Suatu unit secara keseluruhan, yang mencakup engine sampai power train .

2. Fungsi

Engine berfungsi sebagai sumber tenaga utama unit.

3. Prinsif Kerja

Diesel engine : Udara yang dimasukan kedalam cylinder, kemudian di kompressikan


sehingga mencapai temperatur 300 – 400o Celcius dan tekanan 30 – 40
kg/cm2, kemudian di semprotkan bahan bakar sehingga terjadi
pembakaran, yang menghasilkan tekanan bekisar 60-80 kg/cm 2, dengan
temperature sekitar 600 – 800o Celcius .
1. SISTEM ENGINE
I. Air Intake & Exhaust System ( Sistem Udara )

 AIR INTAKE & EXHAUST SYSTEM


Fungsi Componen Utama:

1. Pre Cleaner
Fungsi : Sebagai penyaring awal udara terhadap kotoran – kotoran yang kasar
sebelum udara tersebut masuk kedalam air cleaner, dengan daya
saring berkisar + 60%

2. Air Cleaner
Fungsi : Menyaring udara dengan sebersih – bersihnya sebelum udara
dimasukkan kedalam ruang pembakaran.

3. Air Intake
Fungsi : Sebagai saluran udara bersih yang akan masuk kedalam engine, baik
itu sebelum turbo maupun sesudah turbo

4. Turbo Charger
Fungsi : Meningkatkan jumlah udara yang akan masuk keruang bakar dengan
tekanan, sehingga semakin banyak bahan bakar yang dapat dibakar
dan tenaga engine akan bertambah sekitar 30% tanpa banyak merubah
konstruksi engine tersebut.

5. Inter Cooler
Fungsi : Mendinginkan udara yang di pompakan oleh turbo sebelum masuk
kedalam engine, supaya udara tersebut manjadi dingin dan padat, dan
pada akhirnya juga mampu menaikkan tenaga engine + 5 - 10%

6. Intake Valve
Fungsi : Sebagai pintu masuk udara kedalam cylinder liner

7. Cylinder Liner
Fungsi : Sebagai tempat terjadinya proses pembakaran

8. Piston
Fungsi : Menghisap udara, sebagai alat
kompressi, penerus tenaga dan membuang asap – asap sisa
pembakaran dalam cylinder

9. Exhaust Valve
Fungsi : Sebagai pintu keluar gas buang dari dalam cylinder liner

10. Mufflar
Fungsi : Sebagai peredam suara, menahan percikan api serta menurunkan
temperature gas buang

11. Exhaust Pipe


Fungsi : Sebagai saluran akhir gas bekas untuk menuju udara luar

12. Dust Indicator


Fungsi : Suatu alat yang terpasang pada air cleaner yang berfungsi untuk
mengetahui kondisi air cleaner bersih / kotor.

13. Vacuator Valve


Fungsi : Valve pembuang debu yang terdapat pada air cleaner

14. By Pass Valve ( Waste Gate )


Fungsi : Untuk membatasi tekanan udara yang berlebihan disaluran keturbin.
Componen ini terpasang di turbo

15. Turbo Compressor


Fungsi : Turbo compressor yang bertekanan tinggi umumnya dipasang pada
engine D16C 520 dan D12C 420 guna untuk lebih meningkatkan lagi
volume udara yang masuk ke engine. Biasanya setiap engine yang
menggunakan turbo compressor jenis ini selalu dilengkapi dengan
waste gate ( by pass valve )

16. Starting Heater


Fungsi : Memanaskan udara dalam intake manifold bila engine sedang dingin
2. FUEL SYSTEM
Sistem Bahan Bakar

Keterangan :
1. Fuel tank 6. Fuel return pipe
2. Fuel filter 7. Fuel delivery pipe
3. Fuel section pipe 8. Injector ( Nozzle )
4. F I P (Fuel Injection Pump) 9. Return line
5. Feed Pump

Air bleed plug

Nozzle

Fuel filter
Fuel tank

Feed pump
FIP Governor
Priming pump
Gauze filter
KOMPONEN FUEL SYSTEM

1. Fuel Tank
Fungsi : Menampung bahan bakar, tempat pengendapan kotoran serta tempat terjadi
pengembunan air ( kondensasi )

2. Water Separator / Racoor


Fungsi : Memisahkan air dengan bahan bakar sebelum masuk kesistem

3. Fuel Suction Pipe


Fungsi : Pipa saluran masuk bahan bakar

4. Feed Pump
Fungsi : Menyuplai bahan bakar dari fuel tank kesistem

5. Fuel Filter
Fungsi : Menyaring bahan bakar sebelum dikirim ke F I P
6. Fuel Injection Pump / F I P
Fungsi : Menyuplai bahan bakar dengan tekanan tinggi ke nozzle ( injector ) serta
menentukan jumlahnya bahan bakar sesuai beban engine.

7. Fuel Delivery Pipe


Fungsi : Pipa saluran bahan bakar yang bertekanan tinggi antara FIP dengan injecttor/
nozzle

8. Injector / Nozzle
Fungsi : Menyemprotkan bahan bakar keruang bakar dan merubahnya menjadi bentuk
kabut / gas

9. Fuel Return / Return Line


Fungsi : Mengembalikan sisa bahan bakar dari nozzle ke dalam fuel tank

10. Over Flow Valve


Fungsi : Membatasi tekanan maximum bahan bakar di dalam F.I.P dengan cara
dikembalikan sebagian ke fuel tank
3. LUBRICATING SYSTEM
Sistem Pelumasan
Oil Valve

Keterangan :
1. Safety Valve 5. Piston Cooling Valve
2. Thermostat Valve untuk Oil Cooler 6. Full Flow Filter
3. Over Flow Valve untuk Oil Filter 7. Full Flow Filter
4. Reduction Valve 8. By Pass Filter

Turbocharger
Camshaft

Crankshaft
Fuel Injection pump (FIP)

Safety valve
Jet cooling nozzle

Regulator valve
Bypass filter

Thermostat
Oil cooler
Oil filter

Main relief valve


Strainer
Oil pump
KOMPONEN LUBRICATING SYSTEM

1. Oil Pan
Fungsi : Sebagai tempat penampungan oil engine

2. Screen
Fungsi : Menyaring oil terhadap kotoran – kotoran yang kasar terdapat dalam
oil pan

3. Oil Pump
Fungsi : Menyuplai oil dengan tekanan dari oil pan ke sistem

4. Safety Valve / Main Relief Valve


Fungsi : Membatasi tekanan maximum oil didalam sistem

5. Oil Cooler
Fungsi : Mendinginkan oil engine sebelum bersirkulasi didalam sistem dengan
media pendingin air radiator

6. Thermostat Valve Cooler


Fungsi : Mengatur aliran oil engine apakah harus masuk atau tidak kedalam oil
cooler pada proses sirkulasinya, tentunya tergantung dari suhu oil
tersebut, suhu kurang dari 105 –1150C oil tidak masuk ke oil cooler

7. Piston Cooling Valve


Fungsi : Suatu valve yang berperan mengirim oil untuk pendinginan piston

8. Oil Filter Full Flow & By Pass


Fungsi : Menyaring oil terhadap kotoran / partikel sebelum oil tersebut
melumasi bagian – bagian engine

9. Over Flow Valve / Safety Valve


Fungsi : Sebagai pengaman aliran / sirkulasi pada saat oil filter tersumbat

10. Reduction Valve / Regulator Valve


Fungsi : Untuk mengatur tekanan oil dalam sistem

11. Main Galery / Chanel Distributor


Fungsi : Sebagai saluran utama oil dan tempat pendistribusianya keseluruh
bagian – bagian yang yang memerlukan pelumasan.
4. COOLING SYSTEM

Sistem Pendinginan

Keterangan :
1. Expansion tank 5. Oil cooler
2. Heat Exchanger 6. Coolant filter
3. Thermostat 7. Coolant pump
4. Coolant distributor pipe
KOMPONEN COOLING SYSTEM

1. Radiator
Fungsi : Sebagai tempat penampungan air radiator dan juga untuk tempat
mendinginkannya

2. Water Pump
Fungsi : Menyuplai air radiator dengan tekanan keseluruh bagian – bagian
yang memerlukan pendinginan ( sistem )

3. Oil Cooler
Fungsi : Air radiator tersebut masuk kedalam oil cooler untuk mendinginkan
oil engine

4. Cylinder Liner / Water Jacket


Fungsi : Mendinginkan cylinder liner bagian luar

5. Cylinder Head
Fungsi : Mendinginkan bagian – bagian yang ada sekitar cylinder head,
secara bersirkulasi terus menerus

6. Water Manifold
Fungsi : Salah satu saluran tempat akhirnya sirkulasi air pendingin serta
tempat dimana dipasangnya alat ukur temperature air tersebut.

7. Thermostat Switch / Sender


Fungsi : Mengukur suhu / temperature air pendingin engine setelah keluar
dari dalam engine

8. Thermostart
Fungsi : Suatu alat untuk mengatur suhu air pendingin engine supaya tetap
constant / stabil, umumnya antara 700C – 900C

9. Fan
Fungsi : Mendinginkan air radiator

10. Coolant Filter / Corrosion Resistor


Fungsi : Menyaring air radiator serta mencampurnya dengan cairan anti karat

11. Heat Exchanger


Fungsi : Salah satu tabung berisi air engine panas untuk sarana pemanas
cabin
MATERI MEKANIKAL

FLY WHEEL & CLUTCH


FLY WHEEL
Fungsi : Memindahkan tenaga putar engine ke power train. atau sebagai sumber
tenaga.

Fly Wheel Clutch


MAIN CLUTCH

Definisi : Adalah suatu komponen penghubung dalam rangkaian penerus tenaga


pada suatu kendaraan / alat.

Lokasi : Terpasang antara engine dan transmissi

Fungsi : 1. Menghubungkan dan memutuskan tenaga dari engine ketransmissi


melalui dua buah benda padat yaitu disc dan clutch
2. Sebagai sarana untuk mengaktifkan gear transmissi, baik saat
memulai maupun pemindahan

Persyaratan : 1. Harus mampu menghubungkan dan memutuskan tenaga engine ke


transmissi dengan baik ( tidak slip )
2. Harus memiliki kemampuan meneruskan tenaga yang cukup dan tidak
dipengaruhi oleh temperature kerja

Fungsi Komponen – Komponen Clutch


1. Fluid Reservoir
Fungsi : Tempat penampungan oil clutch

2. Clutch Master Cylinder


Fungsi : Tempat oil clutch yang stand by pressure dan siap dikirim keservo clutch
untuk membuka valve

3. Clutch Pedal
Fungsi : Digerakkan oleh operator untuk mengirim oil clutch dengan tekanan keservo
clutch

4. Clutch Servo/ Boster


Fungsi : Meringankan beban operator untuk mengoperasikan pedal clutch dengan
prinsip membuka valve udara menggunakan tenaga oil clutch yang bertekanan

5. Air Reservoir
Fungsi : Tempat penyimpanan udara yang bertekanan tinggi berfungsi untuk menekan
power piston dalam pengoperasian clutch engage dan disengage

Yang Perlu Diperhatikan Pada Sistem Clutch


 Oil clutch harus cukup
 Pastikan tidak ada kebocoran pada sistem ini
 Jangan operasikan clutch jika tekanan udara dalam air reservoir belum mencapai standart
operasi
 Jika sistem clutch control kemasukan udara, maka buanglah melalui saluran pembuangan
hingga busa yang bercampuran oil clutch tidak ada ( habis )
 Dalam pengoperasian clutch tidak dibenarkan kaki menempel pada pedal clutch saat
clutch engage dan setiap penekanan pedal harus penuh.
Oil Clutch

Master Clutch

Pedal Clutch
Main Clutch

GR 90 0

Gear Box Type


Strength
Development
A. Lokasi : Terletak antara main clutch dengan profeller shaft
( differential )
B. Fungsi : Mengatur kecepatan unit,dan mendapatkan posisi
bergerak maju - mundur
C. Prinsip kerja : Dalam fungsinya mengatur tingkat kecepatan unit
yaitu dengan cara menggeser – geser gear didalam box transmissi yang
akan diaktifkan melalui garfu pemindah ( shifting fork ) dimana antara
satu gear dengan yang lainnya terdapat perbedaan putaran

D. Konstruksi
TRANSMISSION / GEAR BOX GR 900
9 FORWARD SPEED (1 CRAWLER GEAR)
8 SYNCROMES GEAR & 1 REVERSE GEAR
GR 90 0

Gear Box Type


Strength
Development
E. Lokasi : Terletak antara main clutch dengan profeller shaft
( differential )
F. Fungsi : Mengatur kecepatan unit,dan mendapatkan posisi
bergerak maju - mundur
G. Prinsip kerja : Dalam fungsinya mengatur tingkat kecepatan unit
yaitu dengan cara menggeser – geser gear didalam box transmissi yang
akan diaktifkan melalui garfu pemindah ( shifting fork ) dimana antara
satu gear dengan yang lainnya terdapat perbedaan putaran

H. Konstruksi

I. RP Axle Gear
F. RB Axle Gear

G. RBP Axle Gear

TORQUE ROD CHAMBER BRAKE U . BOLT LEANING BRAKE


CHASSIS
DIFFRENTIAL

PROPELER TRUNION
LEAF SPRING FINAL DRIVE
DIFFERENTIAL

A. Lokasi : Terletak antara profeller shaft ( out put trans ) dengan dua roda kiri
dan kanan.

B. Fungsi : Meneruskan tenaga putar dari transmissi keroda kanan dan kiri
dengan sifat putaran yang berbeda, tergantung dari beban yang
diterima, dan juga sebegai alat reduksi.

C. Inter Axle : Menghubungkan putaran dari satu differential ke differential lainnya


saat diperlukan. Umpama differential front rear dengan differential
rear – rear.

D. Inter Wheel : Menyeragamkan putaran antara roda kanan dan kiri dalam satu
differential/axle

E. Catatan : Unit Scania P124 dilengkapi dengan dua buah differential belakang
dengan sistem controlnya hanya satu switch. Maka cara
pengoperasiannya dilakukan secara bergilir yaitu : Mengaktifkan
inter axle dulu baru disusul dengan inter wheel.

F. Konstruksi

Keterangan
1. Bevel gear
2. Bevel pinion
3. Drive shaft
4. Final drive
5. Profeller shaft ( main drive line )
PROFELLER SHAFT

A. Lokasi : Terpasang antara transmissi dengan differential


B. Fungsi : Meneruskan tenaga putar dari transmissi ke differential dengan gaya
flexible
C. Konstruksi dan komponen profeller shaft :

Propeller shaft terdiri dari part utama seperti splined shaft, sleeve dan universal joint.
FINAL DRIVE

Lokasi : Pada susunan power train final drive terletak diposisi bagian akhir
( tempat berhubungan dengan roda )

Arti : Final drive berarti penggerak akhir. Final drive pada unit Scania 124
disebut juga reduction hub ( alat reduksi )

Fungsi : Mereduksi putaran akhir dengan tujuan untuk mendapatkan daya


dorong yang besar

Prinsip kerja
Putaran yang diterima dari differential (sun gear) akan direduksi ( diperkecil ) oleh gear –
gear planetary, ring gear, carrier, sehingga putaran akhirnya menjadi lebih pelan namun
menghasilkan daya dorong yang besar.

Konstruksi

Yang perlu diperhatikan :


1. Pastikan oilnya cukup
2. Perhatikan kalau – kalau ada kebocoran
3. Gantilah oilnya sesuai jadwal dan oil yang tepat
5. SISTEM BRAKE

A. Jenis – Jenis Brake


1. Service brake : Pengereman yang terjadi pada semua roda di prime mover dan
trailer
2. Parking brake : Pengereman yang terjadi pada roda roda prime over
3. Blocking valve : Pengereman yang terjadi pada semua roda trailer
4. Exhaust brake : Pengereman yang terjadi pada saluran gas buang)

B. Prinsip Kerja Brake & Penyetelan


 Semua brake yang berhubungan dengan roda prinsip kerjanya / power untuk
mengaktifkannya menggunakan tekanan udara sepenuhnya.
 Sedangkan untuk penyetelan seluruh brake brake yang berhubungan dengan roda
adalah manual
C. Komponen – Komponen Umum Brake & Fungsinya
1. Air Compressor
Fungsi : Memproduksi dan menyuplai udara ke tanki udara

2. Air Dryer
Fungsi : Memisahkan air dan kotoran dari udara yang di kompresikan, karena
untuk menghindari resiko gelembung es dalam sistim kompresi
udara, Pemisahan ini terdapat dalam filter ceramic
3. Air Reservoir
Fungsi : Tempat penampungan udara serta penyuplaian kesistem

4. Air Governoor
Fungsi : Mengatur penyuplaian udara dari air compressor ke air resorvoir
supaya tidak terjadi berlebihan

5. Pedal, Lever & Switch valve


Fungsi : Untuk mengaktifkan brake brake yang berhubungan dengan
pointnya masing masing dengan prinsif kerja sebagai pembuka
dan penutup valve saluran udara bertekanan

6. Relay Valve
Fungsi : Mengatur tekanan udara yang keluar dari air resor voir menuju ke
chamber brake

7. Chamber brake
Fungsi : Memproses perubahan tenaga dari air pressure menjadi tenaga
mekanis
8. Linning & Drum
Fungsi : Sebagai komponen utama brake ( point pengereman ) yang terjadi
pada brake roda
JENIS – JENIS CHAMBER BRAKE, COMPONENT & PRINSIP KERJA
6. SISTEM HIDROLIK

A. Umum
Sistem hydraulic adalah suatu sistem pemindah tenaga dengan mempergunakan zat
cair / fluida sebagai perantara

B. Sifat – Sifat Zat Cair


1. Mengalir dari tekanan yang tinggi ke tekanan yang rendah atau dari permukaan
yang tinggi kepermukaan yang rendah
2. Bentuknya selalu berubah – rubah sesuai dengan tempatnya namun isinya tetap.
3. Tidak dapat dimanfatkan ( uncompressible )

C. Percobaan / Bukti Bahwa Zat Cair Tidak Dapat Dimanfatkan

D. Hukum Pascal
Salah satu hukum yang berkaitan dengan percobaan diatas adalah hukum pascal
yang berbunyi : “Suatu zat cair dalam ruangan tertutup apabila diberikan
tekanan, maka tekanan tersebut akan diteruskan kesemua arah dengan sama
rata serta tegak lurus pada bidangnya”

E. Perbandingan Antara Sistem Hydraulic Dengan Sistem Mekanis


Keuntungannya
1. Dapat menyalurkan torque dan gaya yang besar
2. Pencegahan overload tidak sulit
3. Control pengoperasian mudah dan cepat
4. Penggantian kecepatan lebih mudah
5. Getaran yang timbul relatif kecil
6. Daya tahan yang lebih lama

Kerugiannya
1. Peka terhadap kebocoran
2. Peka terdapat perubahan temperature
3. Kadang - kadang kecepatan kerja berubah
4. Kerja sistem saluran tidak sederhana (rumit)
F. Fungsi : Untuk menggerakkan attachment ( alat kerja ) atau untuk system – system
tertentu seperti steering dan sistem brake

G. Prinsip Kerja Hydraulic


Tenaga mekanis dari pompa dirubah menjadi tenaga hydraulic dalam system dan
dirubah kembali menjadi tenaga mekanis pada actuator ( cylinder hydraulic )

Tenaga Mekanis Tenaga Hydraulic Tenaga Mekanis

H. Jenis – Jenis Sirkuit


1. Single Acting : Adalah suatu sirkuit hydraulic yang prinsip kerjanya untuk
memanjangkan rod menggunakan tenaga hydraulic. Sedangkan untuk
memendekkannya cukup dengan beban dari Attachment sendiri

2. Dauble Acting : Suatu sirkuit yang prinsip kerjanya untuk memanjangkan dan
memendekkan rod menggunakan tenaga hydraulic. Sirkuit ini ditandai dengan
adanya dua saluran yang terdapat pada cylinder hydraulic yaitu dimasing – masing
sisi ujungnya.
I. Komponen Utama Sistem Hydraulic & Fungsinya
1. Hydraulic Oil Tank
Fungsi : a. Sebagai penampungan oil hydraulic
b. Membantu pendinginan

2. Hydraulic Oil Pump


Fungsi : Menyuplai oil dari hydraulic tank kesystem bersama – sama dengan
komponen lain menimbulkan tekanan

3. Hydraulic Control Valve


Fungsi : Mengarahkan Oil hydraulic ketempat yang dikehendaki ( sesuai
kemauan pengoperasian )

4. Hydraulic Relief Valve


Fungsi : Membatasi tekanan maximum oil hydraulic didalam system

5. Hydraulic Control Lever


Fungsi : Menggeser – geser spool yang terdapat dalam control valve
( membuka dan menutup saluran oil dalam control valve )
dioperasikan oleh operator.

6. Pressure Line
Fungsi : Merupakan saluran oil hydraulic yang bertekanan tinggi baik
berbentuk pipa maupun hose

7. Hydraulic Cylinder ( Actuator )


Fungs : Mengubah tenaga hydraulic menjadi tenaga mekanik dan
berhubungan
langsung dengan sasaran akhir system (attachement).

8 Hydraulic Oil Filter


Fungsi : Menyaring kotoran – kotoran yang terdapat dalam hydraulic oil
( partikel / gram )

J. Yang Harus Diperhatikan

 Pastikan volume oil hydraulic cukup dan kondisinya baik


 Perhatikan kalau – kalau terdapat kebocoran pada sistem
 Perhatikan / patuhi jadwal penggantian oil berikut filternya
 Operasikan attachment hydraulic dengan lembut ( smooth ) dan hindarilah hentakan
yang tidak wajar sebab akan membahayakan komponen – komponen hydraulic itu
sendiri seperti cylinder hydraulic, hose dan lain – lain
 Untuk membuka dan menutup control valve hydraulic pada unit Scania 124 adalah
menggunakan tenaga udara yang bertekanan ( air pressure )
7. SISTEM STEERING

A. Umum
Suatu sistem pengendalian peralatan yang digunakan untuk membelokkan arah gerak
lurus menjadi kekanan atau kekiri pada sudut – sudut tertentu dari 0 0 sampai dengan
3600 atau kearah gerak semula

B. Jenis – Jenis Steering Pada Peralatan / Kendaraan


1. Linkage & Rod Sistem : Unit yang menggunakannya adalah motor grader,
mobil, truck dan forklift

2. Articulating Sistem : Unit yang menggunakannya adalah wheel loader,


skider, motor Scraper, DT Articulating

3. Clutch & Brake System : Unit yang menggunakannya crawler tractor

C. Konstruksi Steering & komponen Umum


D. Komponen Steering
1. Steering wheel 7. Steering knackle
2. Steering coloum assy 8. Linkage arm
3. Steering gear box 9. Tie Rod
4. Pit Arm 10. Steering oil tank
5. Drag link 11. Steering oil pump
6. Knackle arm
E. Power Steering

Agar power steering dapat difungsikan secara sempurna yang perlu dilakukan adalah
mengikuti petunjuk – petunjuk mengenai penggunaan minyak pelumas. Juga pada kasus
yang lain, seandainya saat beroperasi terjadi suatu hal dimana kondisi roda dapat terblock
baik karena lumpur yang dalam atau selokan. Sebaiknya untuk membebaskan roda
tersebut agar keluar dari hambatan tidak perlu memainkan steer berlebihan. Karena hal
ini hanya akan membuat sibuk buka tutup valve yang ada dan secara bersamaan akan
menaikkan tekanan oil steering. Kalau tekanan oil ini mencapai maximum yaitu 50 – 130
bar ( 5 – 13mpa ) maka secara automatis temperature oil akan meningkat dan ini akan
memanaskan pompa. Kalau pompa menerima panas yang berlebihan kemungkinan besar
ancaman kebocoran dan kerusakan pompa akan terjadi. Kalau sampai terjadi kegagalan
pada sistem hydraulic dan mengakibatkan power steering kurang berfungsi maka steering
akan menjadi berat. Hal ini tentu akan banyak menggunakan tenaga untuk
pengoperasiannya.

F. Konstruksi Steering
8. SISTEM KELISTRIKAN
A. Pengetahuan Dasar
1. Fungsi
System Kelistrikan pada suatu unit berfungsi sebagai sarana untuk
penyediaan arus listrik untuk berbagai keperluan unit, mulai dari pemanasan
awal, sampai dengan unit beroperasi (Untuk memenuhi kebutuhan pada
semua system elektriknya ).

2. Alat Ukur Kelistrikan


Alat ukur yang digunakan untuk mengukur arus listrik adalah AVO METER
dimana :
A : Ampere (Arus )
V : Volt (Tegangan )
O : Ohm ( Hambatan / Tahanan )

3. Bagan System Kelistrikan

Battery
Battery relay
Starting Switch
Preheating Circuit Breaker
Glow Plug
Glow Plug Indicator

Battery
Battery Relay
Starting Switch
Starting Starting Motor
Safety Relay

Electrical System
Battery
Battery Relay
Charging Starting Switch
Alternator
Regulator
Charge Warning Lamp

Battery
Lighting Battery Relay
Starting Switch
Work Lamp
Switch ON/OFF
 Preheating System
Untuk memanaskan udara yang akan masuk ke ruang bakar dengan tujuan untuk
mempermudah menghidupkan engine pada waktu udara disekeliling engine masih dingin.
Pada uraian sebelumnya, jenis – jenis pemanasan awal telah di jelaskan secara bervariasi
sesuai dengan tipe – tipe unit yang menggunakannya. Pada bagian ini dijelaskan salah
satu jenis pemanasan awal, yaitu tipe glow plug.
Adapun gambar skema dari rangkaian sistem pemanasan awal tipe glow plug, adalah
sebagai berikut :

 Starting System
Sistem kelistrikan yang berfungsi untuk menghidupkan starter motor.
Adapun gambar skema dari rangkaian sistem starting, adalah sebagai berikut :
 Charging System
Menghasilkan dan mengirimkan arus dari alternator ke battery.
Adapun gambar skema dari rangkaian sistem pengisian, adalah sebagai berikut :

 Sistem Penerangan
Sistem ini bertujuan untuk mengaktifkan lampu-lampu yang ada pada unit.
Adapun gambar skema dari rangkaian sistem starting, adalah sebagai berikut :
5. Fungsi Komponen Utama Sistem Elektrik
1. Alternator
Fungsi : Sebagai sumber arus listrik untuk mensuplai battery pada saat unit sedang
operasi dengan prinsip merubah tenaga mekanis menjadi tenaga elektrik.
2. Battery
Fungsi : Sebagai penyimpan arus listrik dengan cara merubah tenaga kimia
menjadi tenaga elektrik.
3. Battery Relay
Fungsi : Secara otomatis memutus dan menghubungkan battrey dengan ground
dan mencegah hubungan singkat bila battery tidak digunakan.
4. Safety Relay
Fungsi : Mencegah / pengaman agar starting motor tidak berputar pada saat engine
hidup atau kunci kontak di posisi START.
5. Regulator
Fungsi : ~ Menjaga agar tegangan yang keluar dari alternator / generator tetap
konstan 24 - 27V.
~ Menjaga agar arus yang keluar dari generator tidak lebih dari 13 Amper.
~ Menghubungkan generator dengan battery bila tegangan generator lebih
tinggi dari batery dan memutuskan bila tegangan battery lebih tinggi
dari generator.
6. Starting Switch
Fungsi : Memutuskan dan menghubungkan arus sumber listrik dengan komponen
sistem Elektrik lainnya.
7. Motor Listrik ( Starting motor )
Fungsi : Untuk menghidupkan engine dengan prinsif merubah tenaga elektrik
menjadi tenaga mekanik ( putaran ).
8. Glow plug
Fungsi : Sebuah alat pemanas yang dengan komponen-kompoenen lain akan
memanaskan udara untuk pembakaran pada engine.
9. Circuit Breaker / fuse
Fungsi : Mencegah kerusakan komponen-komponen dan kabel-kabel pada sistem
pemanas awal yang dikarenakan hubungan singkat.
 TYPE BATTERY
1. Battery Type Basah : Battery type ini adalah terdiri dari element –element yang telah
diisi penuh dengan muatan listrik atau ( full charger ) dan dalam penyimpanannya telah
diisi pula dengan electrolite. Battery ini tidak bisa dipertahankan dalam kondisi full
charge, sehingga harus diisi secara periodic.
2. Battery Type Kering : Terdiri dari plate – plate ( positip & negatip ) yang telah diisi
penuh dengan muatan listrik, tetapi dalam penympanannya tidak diisi dengan electrolite.
Jadi keluar dari pabrik dalam kondisi kering

 Perawatan Battery.
Beberapa point yang harus kita lakukan atau patuhi untuk memperpanjang umur suatu
battery. Antara lain :
1. Air battery harus standart
2. Vent plug battery harus terbuka , bersih jangan sampai tersumbat
3. Terminal – terminal battery harus kencang dan kutub – kutubnya harus bersih
4. Menghindari terjadinya hubungan singkat
5. Menjaga kebersihan battery
6. Menghindari start engine yang terlalu panjang melebihi dari 10 s/d 20 detik
7. Apabila terjadi start yang gagal, tunggulah sekitar 2 menit baru diulangi lagi

 Istilah – Istilah Pada Battery


1. Discharging
Fungsi : Adalah penggunaan isi ( kapasitas ) dari battery. Dan pada saat ini juga
terjadi reaksi kimia, sebagai prosesnya.

2. Recharging
Fungsi : Sebagai proses pengisian kembali battery yang kapasitasnya terpakai
saat Discharging

3. Larutan Electrolit
Fungsi : Hasil campuran antara asam sulfat 30% dan air 64% akan
menghasilkan electrolite yang berat jenisnya 1.270 pada 800 F (270 C)
4. Kapasitas Battery
Fungsi : Adalah muatan listrik yang dapat dihasilkan dengan melepaskan arus
tetap, sampai mencapai voltage akhir ( terminal voltage ).

5. Terminal Voltage
Fungsi : Batas tegangan battery yang diijinkan pada saat discharging dan
recharging.

6. Pengetesan Battery
Fungsi : Bertujuan untuk mengetahui apakah sebuah battery harus dicharging
atau diganti ( rusak ).

Methode pengetesan battery ada 2 cara .

a. Specific grafity test : Adalah pengetesan pada berat jenis electrolite


dengan menggunakan alat hydrometer
b. High rate discharge : Alat yang digunakan adalah variable resistor
dengan meter dan lain – lain.
WHEEL / TYRE

A. Fungsi : 1. Sebagai pendukung beban


2. Mengurangi gaya karena benturan ( kenyamanan )
3. Traksi dan braking ( daya cengkram dan pengereman )
4. Menetapkan dan merubah arah ( steering )

B. Jenis ban : 1. Ban tube type ( menggunakan ban dalam )


2. Ban tubeless ( tidak menggunakan ban dalam )

C. Konstruksi : 1. Ban bias ( biasa )


2. Ban radial

D. Ukuran ban :
AKIBAT TEKANAN KURANG
 Mengembangkan depleksi yang berlebihan serta membuat ban cepat panas dan akibat
akhirnya rusak
 Telapak ban ( tread) dan lapisan benang ( cord ) kemungkinan terpisah
 Lebih cepat mengalami kelelahan ( patique ) pada cordnya dan menyebabkan cord
putus.
 Telapak yang tidak teratur penggunaannya / penelapakannya dapat berakibat
keretakan melintang
 Retak pada lapisan dalam ( inner liner )
 Kemungkinan besar dudukan velg tidak stabil dan berakibat kebocoran mendadak
terutama ban tubeless
 Keausan tidak merata pada telapak

AKIBAT TEKANAN ANGIN LEBIH


 Bagian tengah telapak ban akan cepat habis
 Lenturan cord menjadi terbatas saat terjadi benturan dan kondisi ban akan rawan
terpotong
 Bagian bead akan mendapatkan tekanan lebih besar
 Kenyamana berkendara akan berkurang serta gampang slip

KESIMPULAN
Kesimpulannya bahwa : tekanan angin terlalu rendah atau terlalu tinggi akan dapat
mengurangi umur ban.

Anda mungkin juga menyukai