Anda di halaman 1dari 16

How to Be the Best 1%

Leadership ala BisnisHack


Greta Thunberg berusia 15 tahun saat berpidato di

Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

pada tahun 2018. Setahun kemudian, namanya masuk dalam

jajaran 100 perempuan paling berpengaruh di dunia versi majalah

Forbes dan Time.

Sosoknya menjadi salah satu kandidat termuda yang

menerima penghargaan Nobel Peace Prize. Dia bahkan

mengantongi Freedom Prize" dari daerah Normandy di Prancis,

atas perannya menciptakan perubahan iklim.

Pada ajang penghargaan GQ Men Of The Year Awards 2019,

Greta mendapat julukan 'Game Changer Of The Year'. Jika Anda

cukup sering mengikuti berita mancanegara, pasti pernah

setidaknya sekali melihat wajahnya di berita-berita harian.


Jutaan pelajar dan aktivis lingkungan di seluruh dunia

mengikuti jejaknya dengan melakukan kampanye Friday for

Future. Aksinya membawa Greta bertemu pemimpin Inggris, dan

mendorong Uni Eropa untuk fokus pada perubahan iklim, serta

melupakan Brexit.

Greta Thundberg adalah seorang aktivis iklim asal Swedia,

dan secara jujur menyatakan kekecewaan atas keputusan para

pemimpin dunia terkait dampak kerusakan lingkungan. Dia

berpidato di World Economic Forum, mengkritik para pebisnis

yang tidak peduli lingkungan.

Saat ini, Greta berusia 17 tahun. Dia diberi penghargaan

'Ambassador of Conscience' oleh organisasi hak asasi manusia

Amnesty International, Juni 2019.

Tahukah Anda mengapa saya mengangkat ceritanya?

Kenapa dia bisa mendapatkan begitu banyak penghargaan dan

diikuti oleh jutaan orang? Jawabannya jelas, karena dia seorang

pemimpin yang natural.


Greta adalah orang yang tidak hanya peduli pada pekerjaan,

tapi mengurusi orang, dan peduli dengan lingkungan sekitar. Dia

mendapatkan kepercayaan, menggerakkan jutaan orang, dan

suaranya didengarkan secara global.

Bayangkan jika kita sebagai pemimpin di perusahaan juga

memiliki pengaruh sekuat itu. Greta adalah representasi dari

sosok pemimpin yang berangkat dari aksi nyata, dan diikuti

bukan karena posisinya saja—tapi karena kredibilitas dan

loyalitasnya.

Prinsipnya teguh dan dia secara reguler mengusahakan apa

yang telah dia jadikan target. Sampai di sini, apakah Anda merasa

ini familiar dengan sesuatu? Apakah Anda sadar bahwa yang

dilakukan Greta ini merupakan strategi?

Jika dia berjuang untuk lingkungan, maka kita bisa memakai

strategi yang serupa untuk bertahan dengan bisnis kita. Strategi

untuk menjadi pemimpin yang didengar, dan mampu

mempengaruhi banyak orang.


Robby Djohan, CEO PT Citra Investa Adhidana pernah

mengatakan bahwa seorang pemimpin itu mengurusi orang,

bukan sekadar pekerjaan. Entah jabatannya apa, ketika seseorang

memberikan perhatian pada orang di sekitarnya, dia akan

mendapatkan perhatian yang sama.

Kuncinya adalah perhatian kepada orang sekitar kita. Ini

bukan omong kosong, Towers Watson Global Worksforce

memberikan angkanya. Dalam salah satu risetnya, kepuasan

karyawan diangkat sebagai topik mereka. Hasilnya, hanya 45%

karyawan yang merasa bahwa manajer senior degan tulus

melakukan upaya untuk melihat proses dan usaha mereka. Ini

baru manajer, belum bos besarnya, CEO-nya.

Hasil ini menjadi representasi bagaimana masalah terbesar

dalam banyak organisasi hari ini. Bahwa karyawan merasa

pemimpin mereka tidak benar-benar peduli tentang kebutuhan

mereka.

Jika yang membedakan kesuksesan tiap orang adalah

aksinya, maka yang membedakan pemimpin dan bos biasa adalah


dedikasinya. Ada banyak bos di dunia ini, tapi hanya sebagian

kecil saja yang benar-benar diakui sebagai seorang leader—

pemimpin.

Seorang CEO perlu memiliki jiwa leadership, bukan sekedar

jiwa bossy. Leadership itu adalah tentang influence, sesuatu yang

menular, tapi bersifat baik dan membangun. CEO dengan jiwa

leader tidak memanfaatkan posisi dan otoritas mereka secara

semena-mena dan tanpa pertimbangan.

Ada dua jenis leader; satu adalah mereka yang menjadi

leader karena posisi formal mereka strategis di perusahaan. Dua,

leader yang terbentuk karena memang dia memiliki influence


dalam perusahaan meski dia tidak memiliki posisi formal yang

tinggi.

Pemimpin memiliki nilai yang kuat, power yang terbentuk

secara natural. Ukuran leadership adalah kepercayaan. Dalam

bisnis, orang akan bersedia dipimpin karena tiga hal, uang,

jabatan, atau kepercayaan. Dua opsi pertama akan membentuk

pasukan yang easy come, easy go. Mereka akan mengikuti siapa

pun yang menawarkan materi lebih besar atau kuasa yang lebih

kuat.

Tapi tipe ketiga ini adalah orang-orang yang dibutuhkan

untuk skala bisnis jangka panjang. Orang-orang yang melihat

kepemimpinan dari integritasnya.

Tahu tidak, perbedaan ketika membuat orang kagum jangka

pendek dan jangka panjang? Ketika ada perempuan atau laki-laki

yang berpakaian rapi, wangi, fisiknya bagus, cara bicaranya juga

oke, kita akan melihatnya dengan kagum. Tapi itu sekilas,

kekaguman yang bisa hilang dengan cepat.


Akan berbeda ketika kita melihat seseorang dalam kurun

waktu yang lama, dan melihat bagaimana aksinya, caranya

membuat keputusan, bagaimana integritasnya di perusahaan.

Sosok seperti itu akan menimbulkan kekaguman yang durasinya

lama, bahkan sekali pun kita tidak berada dalam tim yang sama.

Mahatma Gandhi bukanlah orang dengan kekayaan luar

biasa, bukan juga politikus yang bergelar dan perlente. Dia hanya

seorang Gandhi, laki-laki yang penuh dengan rasa perhatian.

Seorang bijaksana yang selalu membuat keputusan dengan

pertimbangan matang.

Gandhi adalah leader yang berdiri di puncak kepercayaan

orang-orang karena integritasnya, karena kejujurannya. Dia

mendapatkan kepercayaan yang luar biasa dengan sikapnya yang

sederhana dan kongruen. Gandhi adalah sosok yang telah

mencapai seluruh level kepemimpinan.

Benar, level kepemimpinan. Pernahkah Anda sekalian

memikirkan kalau seorang leader itu tipe dan skalanya berbeda-

beda? Ada lima level kepemimpinan, yang uniknya tidak akan


bisa diloncati levelnya secara acak. Seseorang perlu menaikkan

level secara bertahap, satu per satu, sampai dia mencapai level out

of standing.

Pertama, position, atau posisi strategis dalam perusahaan.

Jika Anda seorang CEO, direktur atau manajer, dan merasa

telah menjadi leader karena posisi itu, maka Anda keliru. Posisi

saja tidak serta merta membuat Anda menjadi leader, sekali lagi,

bos dan leader itu berbeda.

Ketika seseorang masih di level kepemimpinan karena posisi

strategisnya, maka dia hanya orang yang didengarkan di saat-saat

formal saja. Mereka ditakuti karena posisinya, bukan dihormati

karena integritasnya.

Contoh orang di level ini adalah CEO atau manajer yang

hanya didengar ketika dia membahas hal-hal sesuai dengan

bidangnya. Misalnya adalah Manajer tim marketing hanya

didengarkan oleh timnya ketika membahas tentang strategi

marketing. Di luar itu, tim akan acuh tak acuh.


Kedua, level permission.

Setingkat lebih tinggi, seorang pemimpin di level permission

adalah orang yang memimpin karena tim telah rela dipimpin oleh

dia. Mereka senang dan merasa ringan hatinya ketika dipimpin

oleh leader di level ini. Di posisi inilah, seorang leader sangat

perlu untuk lebih menerapkan kepedulian pada anggota tim.

Komunikasi, interaksi dan bantuan kepada tim akan sangat

berpengaruh di sini. Ketika melakukannya secara intensif, maka

tim akan semakin kagum dan percaya dengan aksi yang diberikan
leader itu. Pengaruhnya akan semakin terasa ketika leader itu

memiliki prinsip dan atitude yang nyata.

Ketiga, performance.

Pernahkah Anda membawa tim atau perusahaan Anda

mencapai suatu prestasi yang membanggakan? Entah di level

global atau apapun? Kepercayaan tim akan meningkat ketika

terdapat suatu pembuktian dan hasil atas kerja-kerja kita.

Ini adalah bagian dari sifat alami manusia, mayoritas orang

akan lebih percaya pada leader yang berprestasi. Dari pada leader

yang modal janji dan omong besar saja. Selain menghimpun

kepercayaan, prestasi ini akan memberikan rasa bangga dan

bahagia. Apalagi ketika selama prosesnya, tim dilibatkan secara

erat dan diperhatikan secara emosi. Itu adalah salah satu bentuk

dedikasi leader.
Keempat, level people development.

Di level ini, umumnya leader telah memiliki loyalitas dari

timnya. Dia dipercaya, dan berada pada tahap untuk membangun

tim menjadi lebih solid dan kuat. Pemimpin perlu melakukan

pembangunan secara personal kepada anggota timnya.

Meningkatkan karakter dan menciptakan ‘orang hebat baru’ di

sana.

Leader yang sudah sampai di level empat, sedang berada di

posisi mereka bisa meninggalkan tim dan mereka tetap bisa

berjalan dengan baik. Artinya, dia berhasil membangun super tim

yang hebat, bukan lagi membangun diri sendiri.

Kemampuan untuk membangun dan menciptakan orang-

orang hebat ini tidak dimiliki semua orang. Ada pemimpin yang

mendapat kepercayaan dari tim, tapi dia tidak bisa membesarkan

orang-orang di dalamnya. Dia menghebatkan dirinya sendiri, tapi

tidak mampu menghebatkan orang di dalam timnya.

Kelima, level person hood.


Ini adalah puncak para pemimpin, the best 1% people yang

mampu berada di posisi ini. Pemimpin di level lima sering disebut

legend. Mereka telah membangun dan membuktikan dirinya

dengan kontribusi yang sangat lama, bertahun-tahun. Itu adalah

memori yang menakjubkan dan akan diingat oleh banyak orang

sebagai identitas yang melekat padanya.

Nah, bagaimana caranya mencapai level-level itu? Ada dua

kunci untuk membawa kita pada level-level kepemimpinan itu.

Pertama, Always attempt to link everything to your goal.

Kita perlu fokus pada tujuan kita, dan melihat segala sesuatu itu

berhubungan dengan goal yang kita buat. Seorang pemimpin

perlu memiliki pandangan yang luar biasa, dan unik. Ini adalah

sesuatu yang sulit untuk ditiru, dan setiap orang memiliki

gayanya masing-masing.

Kedua, the art of delegation. Pernah mendengar istilah seni

untuk mendelegasikan? BisnisHack memiliki trik jitu yang

sangat bisa diaplikasikan supaya kita menguasai cara


mendelegasikan yang baik dan benar. Impact dari seni

mendelegasikan ini akan membentuk kita menjadi pribadi yang

out standing.

Delegasi pekerjaan ini jika dilakukan dengan tepat dan out

standing, akan sangat mengkali lipatkan produktivitas kita.

Katakanlah jika kita bekerja sendiri, hasilnya adalah 100. Apabila

kita punya 3 atau 10 orang yang pola kerja, sistem berpikir, dan

cara eksekusinya seperti kita, artinya dalam sehari kita bisa

memproduksi 300 sampai 1000 hasil yang biasanya dikerjakan

sendiri.
Beruntungnya, di BisnisHack semua yang saya bahas tadi

bisa dipelajari dengan lebih detail dan mendalam. Cukup dengan

mengikuti event Sekolah CEO yang dibersamai oleh pakar-pakar

bisnis terkemuka, Anda bisa mulai menjadi leader yang tidak

hanya luar biasa, tapi juga out standing.

Jika Anda adalah seorang calon leader atau merasa perlu

menaikkan level leadership Anda, jangan pernah ragu! Jadilah

bagian dari be the best 1% leadership sekarang juga.

Daftarkan segera diri Anda dan dapatkan sensasi menjadi

CEO sekaligus leader out standing dan segera bawa perusahaan

Anda untuk scale up sekarang juga.

Untuk informasi dan pendaftaran lebih lanjut, bisa

menghubungi costumer service BisnisHack di 0819 0295 9563

(a.n. Erlan).

Anda mungkin juga menyukai