Anda di halaman 1dari 3

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : MUHRIM

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 042850185

Kode/Nama Mata Kuliah : FILSAFAT BISNIS

Kode/Nama UPBJJ : 18 / PALEMBANG

Masa Ujian : 2021/22.1 (2021.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Materialisme adalah sebuah paham dimana kepemilikan benda-benda materi merupakan
hal yang amat penting bagi seseorang dalam upayanya mencapai kebahagiaan. Maksudnya
adalah seseorang yang membangun bisnis dengan tujuan mencapai kekayaan dari materi yang
ia dapatkan dengan bisnis yang dibangun.
Ciri utama pada manusia bersifat material dan fisik tersebut adalah bahwa ia menempati rung
an waktu, memiliki kekuasaan dan bersifat objektif. Karena menempati ruang dan waktu serta
memliki sifat tersebut, maka ia bisa di ukur, dikuatifikasikan (dihitung), diobservasi. Alam
spiritual atau jiwa, yang tidak menempati ruang, tidak bisa disebut esensi kenyataan, dan oleh
karena itu ditolak keberadaannya.
Pada aliran materialisme ini, menolak adanya kepercayaan tentang spiritual. Para materialis
percaya bahwa tidak ada kekuatan apa pun yang bersifat spiritualdi balik gejala atau peristiwa
yang bersifat material itu. Jika sesuatu yang belum dapat diketahui oleh manusia, atau yang
yang belum dapat dipecahkan oleh manusia, itu berarti bukan karena ada kekuatan spiritual.
Tetapi karena pengetahuan dan akal manusia yang blum dapat memahaminya.
Spiritualitas bisnis adalah proses transendensi atas hakikat, bentuk, proses, maupun output
bisnis itu sendiri melampaui pengertian biasa yang selama ini dipahami. Tegasnya, pada
tataran spiritualitas bisnis ini kita tidak lagi melulu berbicara tentang profit, jual-beli,
transaksi, manajemen, akunting, atau strategi.
Esensi dari kenyataan spiritual ini adalah berpikir (res cogitans). Karena kekutan atau
kenyataan spiritual tidak bisa diukur atau dijelaskan berdasarkan pada pengamatan empiris,
maka kita hanya bisa menggunakan metafor-metafor kesadaranmanusia. Misalnya, kekuatan
spiritual dianggap bersifat rasional, berkehendak, berperasan, kreatif, dan lain-lain.

2. Keadilan adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban.
Keadilan juga dapat berarti suatu tindakan yang tidak berat sebelah atau tidak memihak ke
salah satu pihak, memberikan sesuatu kepada orang sesuai dengan hak yang harus
diperolehnya. Bertindak secara adil berarti mengetahui hak dan kewajiban, mengerti mana
yang benar dan yang salah, bertindak jujur dan tepat menurut peraturan dan hukum yang
telah ditetapkan serta tidak bertindak sewenang-wenang.
Dalam Islam, bisnis dapat dipahami sebagai serangkaian aktivitas bisnis dalam berbagai
bentuknya yang tidak dibatasi jumlah (kuantitas) kepemilikan hartanya (barang/jasa)
termasuk profitnya, namun dibatasi dalam cara perolehan dan pendayagunaan hartanya (ada
aturan halal dan haram).
Islam sangat mengajurkan untuk berbuat adil dalam berbisnis, dan melarang berbuat curang
atau berlaku dzalim. Rasulullah SAW diutus Allah SWT untuk membangun keadilan.
Kecelakaan besar bagi orang yang berbuat curang, yaitu orang-orang yang apabila menerima
takaran dari orang lain meminta untuk dipenuhi, sementara kalau menakar atau menimbang
untuk orang selalu dikurangi.
Dalam sistem ekonomi Islam, keadilan sosial dipandang tidak akan mungkin tercapai tanpa adanya
prinsip ini. Prinsip Jaminan sosial atau at Takaful ijtima’i yang dimaksud dalam hal ini adalah keadaan
dimana setiap orang dalam masyarakat saling menjamin dan menanggung beban kemaslahatan
sesama.
Prinsip ini banyak disebutkan dalam al Qur’an maupun Hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam,
diantaranya, “Tidakkah Kamu melihat orang yang mendustakan agama? Mereka adalah orang-orang
yang membiarkan anak yatim dan mereka juga tidak member makan orang-orang miskin” (QS. Al-
Ma’un [107]:1-3).

Tauhid menjadi fondasi utama ekonomi Islam, mempunyai hubungan kuat dengan konsep keadilan
sosial ekonomi dan persaudaraan. Ekonomi Tauhid yang mengajarkan bahwa Allah sebagai pemilik
mutlak dan manusia hanyalah sebagai pemegang amanah, mempunyai konsekuensi, bahwa di dalam
harta yang dimiliki setiap individu terdapat hak-hak orang lain yang harus dikeluarkan sesuai dengan
perintah Allah, berupa zakat, infaq dan sedekah dan cara-cara lain guna melaksanakan
pendistribusian pendapatan yang sesuai dengan konsep persaudaraan umat manusia.

3. memuliakan SDA dan SDM tidak hanya pada bisnis saja akan tetapi pada indutri dan perusahaan,
karena setiap perusahaan akan sangat memerlukan SDM untuk melakuakn pengolahan perusahaan
yang akan terjadinya sbuah organisasi Sumber daya manusia (SDM) adalah salah satu yang sangat
penting bahkan tidak dapat dilepaskan dari sebuah organisasi, baik institusi maupun perusahaan.
SDM juga merupakan kunci yang menentukan perkembangan perusahaan. Pada hakikatnya, SDM
berupa manusia yang dipekerjakan di sebuah organisasi sebagai penggerak, pemikir dan perencana
untuk mencapai tujuan organisasi itu. Itulah kenapa bisnis harus memuliakan SDM tau SDA yang
sedang dikelolahnya, dengan memuliakan maka semua aktifitas akan berjalan dengan lancer dan
tidak ada kendala dalam menjalakan sebuah tugasnya masing masing.

Anda mungkin juga menyukai